Senin, 14 November 2016

Alpha & Omega Jilid 5-6 (Kerinduan Segala Zaman)

KATA PENGANTAR

DALAM hati seluruh umat manusia, bangsa maupun kedudukan mana dalam hidup,
terdapatlah keinginan yang tidak dapat dinyatakan untuk sesuatu yang tidak mereka miliki
sekarang. Keinginan ini telah ditanamkan dalam darah-daging manusia oleh Allah yang
Mahamurah, agar manusia tidak merasa puas dengan keadaan atau perolehannya yang
sekarang ini, apakah itu jelek, atau baik, atau pun lebih baik. Allah ingin supaya manusia
mencari yang terbaik, serta memperolehnya demi kebahagiaan jiwanya selama-lamanya.
Setan, dengan siasat dan tipu-muslihat yang licik, telah menyesatkan keinginan hati
manusia. Dibuatnya manusia percaya bahwa keinginan ini dapat dipenuhi oleh kesenangan,
oleh kekayaan, oleh kemasyhuran, dan oleh kekuasaan; tetapi orang-orang yang sudah
ditipunya demikian itu (mereka itu berjuta-juta banyaknya) merasa bahwa semuanya ini
menjemukan perasaan, serta membiarkan jiwa tandus serta tidak sepuas yang dulu.
Adalah rencana Allah supaya keinginan hati manusia ini dituntun kepada Oknum yang
satu-satunya sanggup memuaskannya. Keinginan itu datang daripada-Nya, supaya itu
menuntun pula kepada-Nya, kesempurnaan dan kepenuhan keinginan itu. Kesempurnaan
itu terdapat dalam Yesus Kristus Putra Allah yang Kekal. "Karena adalah kehendak Bapa
agar segala kesempurnaan Allah ada di dalam-Nya;" "karena dalam Dia juga berdiam
segala kesempurnaan Allah." Dan juga adalah benar bahwa "kamu pun sempurna dalam
Dia" berkenaan dengan setiap keinginan yang ditanamkan Ilahi dan yang dengan wajar
dituruti.
Hagai menyebut Dia "Kegemaran Segala Bangsa," dan kita dapat menyebut Dia "Kerinduan
Segala Zaman," justru sebab Ialah "Raja Segala Zaman."
Maksud buku ini ialah hendak menunjukkan Yesus Kristus selaku Oknum dalam siapa tiap
keinginan hati dapat dipenuhi. Banyaklah riwayat "Hidup Kristus" telah ditulis, buku-buku
yang sungguh bermutu, sumber-sumber keterangan, karangan-karangan yang bagus
tentang silsilah dan sejarah, adat-istiadat dan peristiwa-peristiwa, dengan banyak
pengajaran serta pemandangan tentang hidup yang banyak seginya dari Yesus orang
Nazaret itu. Namun sungguh dapat jugalah dikatakan bahwa "setengahnya pun belum
pernah diceritakan."
Tetapi maksud usaha ini bukanlah untuk menunjukkan keselarasan segala Injil, atau pun
untuk menghidangkan secara berturut-turut peristiwa-peristiwa penting serta
pelajaran-pelajaran yang bagus dalam hidup Kristus, maksudnya ialah untuk menunjukkan
kasih Allah sebagaimana yang dinyatakan dalam Putra-Nya, keindahan Ilahi dari hidup
Kristus, yang dapat dinikmati oleh semua orang, dan bukan sekadar untuk memuaskan
keinginan hati golongan-golongan yang ingin tahu belaka atau pun untuk menjawab segala
pertanyaan ahli kritik. Tetapi sebagaimana dengan daya tarik kebaikan perangai-Nya,
Yesus menarik murid-murid-Nya kepada-Nya, dan dengan hadirat pribadi-Nya, dengan
jamahan serta perasaan-Nya yang simpatik terhadap segala kelemahan dan kebutuhan
mereka, dan dengan pergaulan-Nya yang tetap, mengubah bentuk perangai mereka itu dari
yang duniawi kepada yang semawi, dari yang mementingkan diri  kepada yang mau
berkorban, dari kebodohan dan prasangka pikiran yang dangkal kepada pengetahuan
pikiran yang luas dan cinta yang dalam untuk jiwa segala bangsa, justru demikianlah
maksud buku ini untuk menunjukkan Penebus yang berbahagia itu untuk menolong
pembaca berhadapan dengan Dia muka dengan muka, hati dengan hati, dan melihat dalam
diri-Nya, justru sebagaimana murid-murid dulu kala melihatnya, Yesus Yang Mahakuasa, yang menyelamatkan "dengan sempurnanya," serta mengubahkan ke dalam peta
keilahian-Nya sendiri semua orang yang datang kepada Allah melalui Dia. Namun betapa
mustahillah usaha untuk menyatakan hidup-Nya! Hal ini adalah bagaikan melukiskan
pelangi yang hidup di atas kertas; melahirkan nyanyian yang paling dalam
halaman-halaman berikut , pengarang, seorang wanita yang berpengalaman banyak dalam
soal-soal kerohanian, telah mengutarakan berbagai keindahan baru dari hidup Yesus
Kristus. Ia telah mengeluarkan banyak permata baru dari dalam kotak yang indah itu. Ia
memperlihatkan harta-benda yang belum pernah diimpi-impikan di hadapan mata pembaca
dari dalam rumah perbendaharaan ajaib ini. Terang yang serba baru serta cemerlang
memancar dari berbagai ayat biasa, yang kedalaman artinya menurut sangkaan pembaca
telah lama dulu diselaminya. Singkatnya, Yesus Kristus dinyatakan sebagai Kesempurnaan
Allah Juruselamat pengasihan ajaib orang berdosa. Matahari Kebenaran, Imam Besar
pengasihan, Penyembuh segala penyakit manusia, Sahabat yang lemah-lembut dan manis
budi, Teman yang tetap, yang Mahahadir dan yang selalu sedia menolong. Raja Istana
Daud, Perisai umat-Nya, Raja Damai, Raja yang akan datang, Bapa yang Kekal, puncak
serta ujud segala keinginan dan harapan segala zaman.
Dengan berkat Allah buku ini disampaikan dengan doa supaya Tuhan dengan Roh-Nya
menjadikan kata-kata buku ini kata-kata kehidupan bagi banyak jiwa yang keinginan dan
kerinduan hatinya masih belum dipenuhi; supaya mereka "mengetahui akan Dia dan akan
kuasa kebangkitan-Nya dan akan sama perolehan sengsara-Nya," dan akhirnya, sepanjang
zaman yang kekal di sebelah kanan-Nya menikmati "kekenyangan dan kesukaan," dan
"kesedapan sampai selama-lamanya," yang akan merupakan hasil-hasil yang telah masak
kelak bagi segala orang yang melihat dalam Dia segala-galanya itu, Orang yang termulia di
antara "orang beribu-laksa," dan Orang yang "segala sesuatu yang pada-Nya itu keinginan
belaka."

PENERBIT

PENGANTAR

DUA BELAS TAHUN sesudah buku ini diterbitkan masih banyak permintaan supaya dicetak
kembali. Cetakan yang ketiga terakhir diterbitkan tahun 1967 yang lalu, dan inilah cetakan
yang keempat. Tetapi diiringi permintaan pencetakan kembali buku ini, sebuah keinginan
timbul supaya buku yang telah diterbitkan dalam bentuk yang kecil dan berjumlah empat jilid
ini disatukan saja supaya isinya lebih dapat dinikmati dengan utuh.
Saran seperti ini kami sambut dengan gembira. Dengan dipadukannya keempat jilid ini
menjadi satu jilid dan diberi nama "Kerinduan Segala Zaman" Jilid Pertama, semakin
bermanfaat rasanya dalam bentuk yang demikian. Oleh karena ada  perkataan "jilid
pertama" hal itu berarti penerbit buku ini berjanji akan menerbitkan pula "jilid kedua". Kalau
Tuhan berkenan, diharapkan jilid kedua pun akan segera menyusul, bergantung kepada
keadaan yang memungkinkannya. Dapat diberitahukan, bahwa jumlah halaman jilid yang
kedua yang kelak bakal terbit adalah hampir sama. Buku ini kelak akan terdiri dari dua jilid.
Mungkin ada orang yang bertanya, mengapa tidak disatukan saja supaya menjadi satu jilid
dan lebih utuh lagi ditangkap buah pikiran dari buku ini? Kami sebenarnya sangat senang
jika dapat menggabungkannya dalam satu jilid, tetapi berhubung adanya pertimbangan
mengenai segi ekonominya, dengan pembagian buku ini menjadi dua jilid, harganya tidak terlalu tinggi. Kami berusaha menyesuaikan harga buku yang dicetak ini dengan
kemampuan pembeli.
Mudah-mudahan buku yang sudah disatukan ini, yang tadinya terdiri dari empat jilid,
mendatangkan faedah bagi kerohanian pembaca yang kami hormati. Perlu juga kami
beritahukan, bahwa bahasa buku ini sudah diperbaiki, dan tentu saja ejaannya pun sudah
menuruti ejaan yang berlaku kini.
Besar harapan kami bahwa buku ini akan membawa pembaca lebih dekat dan lebih
mengenal serta akrab dengan Tuhan.

Penerbit

DAFTAR ISI

1. "Allah Beserta Kita" 15
2. Umat Pilihan 23 
3. "Sesudah Genap Waktunya" 28 
4. Bagimu Seorang Juruselamat 35
5. Penyerahan 40
6. "Kami Melihat Bintang-Nya"48
7. Pada Masa Kanak-Kanak 56
8. Kunjungan ke Pesta Paskah. 63
9. Hari-hari Perjuangan 71
10. Suara di Padang Gurun 80
11. Yesus Dibaptiskan  92
12. Yesus Digoda 97
13. Kemenangan 108
14. "Kami Sudah Melihat Mesias" 115
15. Pada Pesta Pernikahan 127
16. Di Dalam Bait suci-Nya  137
17. Nikodemus 149
18. "Biarlah la Bertambah-tambah" 159
19. Di Sumur Yakub 164
20. "Jika Kamu Tidak Melihat Tanda-tanda dan Mukjizat,
Kamu Tidak Juga Percaya" 176
21.Betesda dan Sanhedrin 181
22. Pemenjaraan dan Kematian Yohanes 196
23. "Kerajaan Allah Sudah Dekat" 209
24. "Bukankah la Ini Anak Tukang Kayu?" 214
25. Panggilan di Tepi Pantai 223 
26. Di Kapernaum
27. "Tuhan Dapat Mentahirkan Hamba" 240
28. Lewi—Matius 251
29. Hari Sabat  261
30. "Ditetapkan-Nya Dua Belas Orang" 270
31. Khotbah di Atas Bukit 278
32. Penghulu Laskar 294 33. Siapakah Saudara-saudaraku?300
34. Undangan 307
35. "Diam, Tenanglah" 312
36. Jamahan Iman 321
37. Para Evangelis yang Mula-mula 326
38. Marilah, Berhentilah Sebentar  337
39. "Berilah Mereka Makan" 343
40. Satu Malam di Laut 352
41. Krisis di Galilea 
42. Tradisi
43. Penghalang Dirobohkan
44. Tanda yang Benar
45. Membayangkan Salib
46. Ia Dimuliakan
47. Pelayanan
48. Siapakah yang Terbesar?
49. Pada Hari Raya Pondok Daun-daunan
50. Di Antara Jerat-jerat
51. "Terang Hidup Itu"
52. Gembala Ilahi
53. Perjalanan Terakhir dari Galilea
54. Orang Samaria yang Baik
55. Bukan yang Tampak Secara Lahiriah
56. Memberkati Anak-anak
57. "Hanya Satu Kekuranganmu"
58. "Lazarus, Bangkitlah!"
59. Rencana Jahat Para Imam
60. Undang-undang Kerajaan yang Baru
61. Zakheus
62. Pesta di Rumah  Simon
63. "Rajamu Datang"
64. Suatu Bangsa yang Malang
65. Bait suci Dibersihkan Lagi
66. Pertentangan
67. Celaka Atas Orang Farisi
68. Di Halaman Luar
69. Di Bukit Zaitun
70. Seorang dari Saudara-Ku yang Paling Hina Ini
71. Seorang Hamba bagi Banyak Hamba
72. "Menjadi Suatu Peringatan akan Aku"
73. "Janganlah Gelisah Hatimu”
74. Getsemani
75. Di Hadapan Hanas di Istana Kayafas
76. Yudas
77. Dalam Ruang Pengadilan Pilatus
78. Golgota 79. "Sudah Genap"
80. Dalam Kubur Yusuf
81. "Tuhan Sudah Bangkit"
82. Mengapa Engkau Menangis?
83. Perjalanan ke Emaus
84. "Damai Sejahtera Bagimu"
85. Sekali Lagi di Tepi Laut
86. Jadikanlah Segala Bangsa Murid-Ku
87. Kepada Bapa-Ku dan Bapamu


Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk
seluruh bangsa. Lukas 2:10 Pasal 1

 ALLAH BESERTA KITA



MAKA Ia itu akan dinamai Imanuel, . . Allah beserta kita."
"Terang pengetahuan kemuliaan Allah" nampak "pada wajah Yesus Kristus." Sejak
masa kekekalan Tuhan Yesus Kristus satu dengan Bapa Ialah "peta Allah," peta
kebesaran dan keagungan-Nya, "cahaya kemuliaan-Nya." Untuk menyatakan kemuliaan
inilah Ia datang ke dunia kita ini. Ke bumi yang sudah digelapkan oleh dosa ini Ia datang
untuk menyatakan terang kasih Allah, menjadi "Allah beserta kita." Karena itulah maka
telah dinubuatkan tentang Dia, "Maka Ia itu akan dinamai Imanuel."
Oleh datang tinggal bersama kita,  Yesus harus menyatakan Allah baik kepada umat
manusia maupun kepada segala malaikat. Ialah Kalam Allah,- buah pikiran Allah yang
dijadikan dapat didengar. Dalam doa-Nya untuk murid-murid-Nya la berkata, "Aku sudah
memberi tahu Nama-Mu kepada mereka itu,"-"pengasih dan penyayang, yang panjang
sabar lagi besar kemurahan-Nya dan kebenaran-Nya,"supaya kasih yang seperti
engkau kasih akan Daku itu tetap di dalam mereka itu dan Aku pun tetap di dalam
mereka itu juga." Tetapi bukannya untuk anak-anak-Nya yang di dunia ini saja
pernyataan ini dikeluarkan. Dunia kita yang kecil ini adalah buku pelajaran semesta
alam. Maksud anugerah Allah yang ajaib, rahasia kasih penebusan, ialah pokok pikiran
yang "malaikat ingin hendak mengetahui." Dan yang akan menjadi mata pelajaran
mereka sepanjang masa kekekalan. Baik umat tebusan maupun makhluk-makhluk yang
tidak jatuh ke dalam dosa akan mendapat ilmu pengetahuan serta nyanyian mereka itu
di salib Kristus. Akan tampaklah kelak bahwa kemuliaan yang bersinar pada wajah
Yesus itu ialah kemuliaan kasih yang lahir dari pengorbanan diri. Dalam terang yang dari
Golgota akan tampaklah kelak, bahwa hukum kasih yang lahir dari penyangkalan diri
ialah hukum hidup untuk bumi dan surga: bahwa kasih yang "tidak mencari keuntungan
dirinya saja" bersumber dalam hati Allah; dan bahwa dalam diri Orang yang maha
lemah-lembut dan rendah hati itu ternyata tabiat Dia yang bersemayam dalam terang,
yang tidak dapat dihampiri oleh seorang jua pun.  
Pada mula pertama, Allah dinyatakan dalam segala ciptaan-Nya, Kristuslah yang
membentangkan langit, dan yang meletakkan alasan bumi ini. Tangan-Nyalah yang
menggantungkan segala dunia di angkasa, dan yang membentuk segala bunga di
padang. Kodrat-Nya "menetapkan segala gunung." "la yang empunya laut, karena telah
dijadikan-Nya." Mzm. 65:7; 95:5. Ialah yang mengisi bumi ini dengan keindahan, dan
udara dengan nyanyian. Dan pada segala benda yang ada di bumi, di udara, dan di
langit, Ia menuliskan kabar kasih Bapa.
Kini dosa sudah menodai benda-benda ciptaan Allah yang sempurna itu, namun tulisan
tangan itu masih senantiasa ada. Sekarang ini pun semua benda ciptaan itu masih
menunjukkan kemuliaan kebesaran-Nya. Suatu pun tiada, kecuali hati manusia yang
mementingkan diri, yang hidup untuk kepentingannya  sendiri belaka. Tidak seekor
burung yang terbang di udara, tidak seekor binatang yang bergerak di atas tanah, yang
tidak mendatangkan kebahagiaan kepada sesuatu makhluk lain. Tiada sehelai daun
yang di hutan, atau rumput yang biasa sekalipun, yang tidak mempunyai peran. Tiap pohon, belukar dan daun menghamburkan anasir hayat, yang tanpa itu baik manusia
maupun binatang tidak dapat hidup; sebaliknya manusia serta binatang, melayani
kebutuhan hidup pohon, belukar dan daun itu pula. Bunga bungaan menghamburkan
bau semerbak harum serta memamerkan keindahannya guna berkat bagi dunia.
Matahari memancarkan cahayanya untuk menggembirakan ribuan dunia. Lautan, yakni
sumber segala mata air kita itu, menerima semua air sungai dari segenap negeri, tetapi
menerima untuk kemudian memberi. Kabut yang naik dari permukaannya jatuh berupa
hujan lebat untuk membasahi bumi, agar dapat mengeluarkan hasil.
Malaikat-malaikat kemuliaan mendapat kegembiraannya dalam memberi, memberikan
kasih dan penjagaan yang tidak mengenal jerih lelah kepada jiwa-jiwa yang telah jatuh
ke dalam dosa dan yang telah najis. Makhluk-makhluk semawi membujuk hati manusia;
mereka itu membawa terang dari istana surga ke dunia yang gelap-gulita ini; dengan
pelayanan yang lemah-lembut dan kesabaran, mereka menggerakkan roh manusia,
untuk membawa yang telah sesat ke dalam persekutuan dengan Kristus yang malah
lebih rapat lagi daripada yang mereka sendiri dapat tahu.
Tetapi beralih dari semua gambaran yang lebih kecil itu, kita memandang Allah dalam
diri Yesus.  Oleh memandang kepada Yesus, kita melihat bahwa memberi itu adalah
kemuliaan Allah kita. "Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri," kata Yesus;
"Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa." "Aku ini tidak
menuntut kemuliaan bagi diri-Ku sendiri," melainkan kemuliaan bagi Dia yang menyuruh
Aku. Yoh. 8:28; 6:57; 8:50, 7:18. Dalam perkataan ini dikemukakan asas utama yang
menjadi hukum hidup bagi semesta alam. Segala sesuatu diterima Kristus dari Allah
tetapi Ia menerima untuk kemudian memberi. Demikianlah di istana surga, dalam
pelayanan-Nya kepada semua makhluk; oleh Putra yang kekasih itu, hidup Bapa
mengalir kepada sekaliannya; melalui Putra itu, hidup tersebut kembali pula dalam rupa
puji-pujian dan pelayanan gembira, gelombang kasih yang meluap-luap, kepada Sumber
besar dari semuanya. Dengan demikian melalui Kristus lengkaplah peredaran segala
kebajikan yang membayangkan sifat Penganugerah besar itu, yang mana ialah hukum
hidup.
Justru di surga hukum ini telah dilanggar. Dosa berasal dalam sifat mementingkan diri.
Bintang Kejora, kerubium yang menaungi itu, ingin menjadi kepala di surga. Ia berusaha
hendak menguasai seluruh makhluk yang di surga, menjauhkan mereka itu dari
Khaliknya, dan mendapat penghormatan mereka itu kepada dirinya sendiri. Sebab itu ia
telah melukiskan tentang Allah, dengan mengatakan bahwa Allah sungguh gemar
meninggikan diri. Ia berusaha mengenakan ciri-ciri tabiatnya sendiri yang jahat itu
kepada Khalik yang penuh kasih sayang. Demikianlah ia memperdaya
malaikat-malaikat. Demikianlah pula ia memperdaya manusia. Disesatkannya mereka
supaya meragukan sabda Allah dan jangan percaya akan kebaikan-Nya. Sebab Allah
mahaadil dan mahabesar, Setan mengusahakan agar mereka memandang kepada-Nya
sebagai Allah yang bengis dan tidak mengenal ampun. Demikianlah diajaknya manusia
menggabungkan diri dengan dia dalam pemberontakan melawan Allah, kemudian
malam malapetaka pun meliputi dunia ini.
Bumi gelap oleh salah pengertian akan Allah. Supaya bayang-bayang yang gelap itu
dapat diterangi, supaya dunia dapat dibawa kembali ke pangkuan Allah, kuasa penipuan
Setan harus dihancurkan. Ini tidak dapat dilakukan dengan kekerasan. Penggunaan
kekerasan bertentangan dengan asas-asas pemerintahan Allah; Ia menghendaki hanya pelayanan kasih; dan kasih tidak dapat dipaksakan; kasih tidak dapat diperoleh dengan
kekerasan atau kekuasaan. Hanyalah kasih yang dapat menggugah kasih itu. Mengenal
Allah berarti mengasihi-Nya; tabiat-Nya wajiblah dinyatakan supaya besar bedanya
dengan tabiat Setan. Pekerjaan ini dapat dilakukan hanya oleh satu Oknum di semesta
alam ini. Hanya Dia yang mengetahui tinggi serta dalamnya kasih Allah itu yang dapat
menunjukkannya. Dalam malam gelap-gulita dunia, Matahari Kebenaran wajib terbit
"dengan kesembuhan di bawah kepak-Nya."
Rencana penebusan kita bukanlah suatu buah pikiran yang lahir belakangan, suatu
rencana yang dirumuskan sesudah Adam berdosa. Rencana tersebut adalah kenyataan
"sesuai dengan kenyataan rahasia, yang didiamkannya berabad-abad lamanya." Rm.
16:25. Itulah uraian asas-asas yang telah merupakan dasar singgasana Allah sejak
zaman abadi. Sejak mula pertama, Allah dan Kristus sudah mengetahui kemurtadan
Setan, dan kejatuhan manusia oleh kuasa tipu-daya pendurhaka itu. Allah tidak
merencanakan supaya dosa ada, tetapi melihatnya lebih dulu jauh sebelum dosa itu
lahir, lalu mengadakan persiapan guna menghadapi peristiwa yang mengerikan itu.
Sungguh besar kasih-Nya bagi dunia ini sehingga dijanjikan-Nya memberikan Anak-Nya
yang tunggal, "supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal." Yoh. 3:16.
Bintang Timur telah berkata, "Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan
takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah; . . . hendak menyamai Yang Mahatinggi!"
Yes. 14:13, 14. Tetapi Kristus "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap
kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah
mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi
sama dengan manusia." Flp. 2:6, 7.
Inilah suatu pengorbanan suka-rela. Yesus sebenarnya boleh tetap tinggal di sisi Bapa.
Ia sebenarnya boleh tetap memiliki kemuliaan surga, dan mendapat penghormatan
segala malaikat. Tetapi la memilih menyerahkan kembali tongkat kerajaan itu ke tangan
Bapa, dan turun dari takhta kerajaan alam semesta, supaya Ia dapat membawa terang
kepada mereka yang di dalam kegelapan, serta hidup kepada mereka yang nyaris
binasa.
Hampir dua ribu tahun yang lampau, terdengarlah suatu suara mengandung arti rahasia
di surga dari takhta Allah, "Bahwasanya Aku ini datang." "Korban sembelihan dan
persembahan tidak Engkau kehendaki, melainkan telah Kau sediakan tubuh itu
bagi-Ku.... Bahwasanya Aku ini datang (dalam gulungan Alkitab tersuratlah akan
hal-Ku,) akan membuat kehendak-Mu, ya Allah." Dalam kata-kata ini diumumkan
pelaksanaan maksud yang telah dirahasiakan sejak zaman yang kekal. Kristus sudah
hampir akan mengunjungi dunia kita ini, dan menjelma menjadi manusia. Firman-Nya,
"Telah Kau sediakan  tubuh itu bagi-Ku." Sekiranya Ia datang dengan kemuliaan yang
ada pada-Nya bersama dengan Bapa sebelum dunia ada, maka kita tidak akan tahan
melihat cahaya hadirat-Nya. Supaya kita dapat melihat-Nya dan tidak menjadi binasa,
kehebatan kemuliaan-Nya diselubungi. Keilahian-Nya diselubungi dengan kemanusiaan,
kemuliaan yang tidak kelihatan dalam tubuh manusia yang kelihatan.
Maksud besar ini telah dibayangkan selanjutnya dalam bayangan dan lambang. Belukar
yang bernyala-nyala, yang dalamnya Kristus menampakkan diri kepada Musa,
menyatakan Allah. Lambang yang digunakan untuk membayangkan kepribadian Ilahi itu
adalah sebuah belukar yang sederhana, yang nampaknya tiada mengandung penarikan. Belukar itu menjadi lambang Ilahi. Allah Yang Mahamurah itu  menyelubungi
kemuliaan-Nya dalam sebuah lambang yang paling sederhana, supaya Musa dapat
melihatnya dan tetap hidup. Demikianlah dalam tiang awan pada siang hari dan dalam
tiang api pada malam hari, Allah mengadakan hubungan dengan Israel, menyatakan
kehendak-Nya kepada manusia, serta mengaruniakan rahmat-Nya kepada mereka.
Kemuliaan Allah dikurangi, serta kebesaran-Nya diselubungi supaya mata manusia yang
lemah itu dapat melihatnya. Demikianlah Kristus harus datang dalam tubuh seperti
"tubuh kita yang hina ini," "dalam rupa manusia." Di mata dunia Ia tidak mempunyai
kecantikan sehingga mereka harus menyukai Dia; namun Ialah Allah yang telah
menjelma, terang surga dan bumi. Kemuliaan-Nya diselubungi, kebesaran serta
kekuasaan-Nya disembunyikan, supaya la dapat merapatkan diri kepada manusia yang
berduka-cita dan tergoda.
Allah memberikan perintah kepada Musa bagi Israel, "Dan mereka harus membuat
tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka," (Kel. 25:8),
dan la bersemayam dalam bait suci itu, di antara umat-Nya. Selama pengembaraan
mereka yang memenatkan di padang belantara itu, lambang hadirat-Nya menyertai
mereka. Demikianlah Kristus mendirikan bait suci-Nya di antara tempat kediaman
manusia. Didirikan-Nya kemah-Nya di samping kemah-kemah manusia, supaya Ia dapat
diam di antara kita, dan membuat kita tahu benar tabiat serta hidup-Nya yang Ilahi.
"Maka Kalam itu telah menjadi daging dan duduk di antara kami (maka telah kami
melihat kemuliaan-Nya, suatu kemuliaan seperti Anak Tunggal Bapa) penuhlah la
dengan karunia dan kebenaran."
Karena Yesus datang untuk tinggal dengan kita di dunia ini, kita tahu bahwa Tuhan
telah maklum akan segala kesukaran kita, dan turut merasa segenap kesusahan kita.
Setiap anak Adam baik pria maupun wanita dapat mengerti bahwa Khalik kita itu adalah
sahabat orang-orang berdosa. Karena dalam setiap doktrin anugerah, setiap janji
kegirangan, setiap perbuatan kasih, setiap penarikan Ilahi yang ditunjukkan dalam hidup
Juruselamat tatkala di bumi ini, nampak oleh kita "Allah beserta kita."
Setan menunjukkan hukum kasih Allah sebagai hukum yang berdasarkan sifat
mementingkan diri. Ia menyatakan bahwa sungguh mustahil bagi kita menurut segala
ajarannya. Kejatuhan nenek moyang kita yang pertama, bersama segala malapetaka
yang telah timbul, dituduhkannya ke atas Khalik, menyebabkan manusia memandang
Allah sebagai sumber dosa, penderitaan, dan maut. Yesus harus menyingkap tabir
penipuan ini. Selaku seorang dari antara kita Ia harus memberikan sebuah contoh
penurutan. Untuk maksud ini la mengenakan sifat-sifat kita, dan merasai segala
pengalaman kita. "Haruslah Ia menjadi sama dengan segala saudara dalam segala
perkara." Kalau kita harus menanggung sesuatu yang tidak ditanggung oleh Yesus,
maka dalam hal ini Setan akan mengatakan bahwa kuasa Allah tidak cukup bagi kita.
Karena itu Yesus telah "digoda dalam segala perkara, sama seperti kita juga."
Ditanggung-Nya segala ujian yang kita juga derita. Tidak pernah la menggunakan
sesuatu kuasa apa pun untuk kepentingan diri-Nya sendiri, yang tak dikaruniakan
kepada kita dengan leluasa. Selaku seorang manusia Ia menghadapi penggodaan, dan
mengalahkannya dengan tenaga yang dikaruniakan Allah kepada-Nya. Sabda-Nya,
"Aku gemar melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku, dan hukum-Mu adalah di dalam
dada-Ku." Sementara Ia berjalan keliling berbuat baik, dan menyembuhkan semua
orang yang dianiaya Setan, Ia menjelaskan kepada umat manusia keadaan hukum Allah dan sifat pekerjaan-Nya. Hidup-Nya menyaksikan bahwa mungkinlah bagi kita juga
untuk menurut hukum Allah.
Dengan kemanusiaan-Nya, Kristus menjamah manusia; dengan Keilahian-Nya Ia
berpegang pada takhta Allah. Selaku Anak manusia, Ia memberi kepada kita satu
teladan penurutan; selaku Putra Allah, la memberikan kepada kita kuasa untuk menurut.
Kristuslah yang dari belukar di Bukit Horeb dulu berfirman kepada Musa begini, "AKU
ADA, YANG AKU ADA. Demikian hendaklah kaukatakan kepada bani Israel: Bahwa
AKU ADA menyuruh aku kepada kamu." Inilah ikrar aksi pembebasan bani Israel. Maka
ketika  Ia datang dalam keadaan yang "sama dengan manusia, la menyatakan diri-Nya
sebagai AKU ADA Anak Betlehem, Juruselamat yang lemah-lembut dan rendah hati itu,
ialah Allah yang "dinyatakan dalam daging." Dan kepada kita Ia bersabda, "'AKULAH
Gembala yang Baik.' 'AKU inilah Roti Hidup.' 'AKU inilah Jalan, dan Kebenaran, dan
Hidup.' 'Segala kuasa telah dikaruniakan kepada-Ku, baik di langit, baik di atas bumi',
'AKULAH jaminan segala janji.' 'AKU ADA; jangan takut.'" "Allah adalah dengan kita"
ialah jaminan kelepasan kita dan dosa, jaminan tenaga kita untuk menurut hukum surga.
Dalam merendahkan diri untuk mengenakan tubuh kemanusiaan pada diri-Nya, Kristus
menyatakan suatu tabiat yang berlawanan dengan tabiat Setan. Tetapi Ia turun lebih
rendah lagi di jalan kehinaan. "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." Flp. 2:8.
Sebagaimana imam besar menanggalkan jubah-jubah keimamatannya yang serba
indah, dan bekerja dengan memakai jubah putih imam yang biasa, demikian juga Kristus
mengambil rupa seorang pelayan, dan mempersembahkan korban, Dia sendiri
imamnya, Dia sendiri pula korbannya. "Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan
kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran  yang mendatangkan
keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi
sembuh." Yes. 53:5.
Kristus diperlakukan sebagaimana kita layak diperlakukan, supaya kita dapat
diperlakukan sebagaimana la layak diperlakukan. Ia dihinakan karena segala dosa kita,
yang dalamnya Ia tidak terlibat, supaya kita dapat dibenarkan oleh kebenaran-Nya yang
dalamnya kita tidak mempunyai hak apa-apa. Ia menderita kematian yang kita punya,
supaya kita mendapat hidup yang Dia punya. "Oleh segala bilur-Nya kita pun
disembuhkan."
Oleh kehidupan dan kematian-Nya, Kristus telah memperoleh jauh melebihi pemulihan
dari kebinasaan yang terjadi oleh dosa. Adalah maksud Setan untuk mengadakan
perpisahan yang kekal antara Allah dan umat manusia; tetapi dalam Kristus, kita
dihubungkan lebih rapat lagi dengan Allah daripada sekiranya kita tidak pernah berdosa.
Dalam mengambil sifat-sifat kita, Juruselamat telah mengikatkan diri-Nya kepada
manusia dengan ikatan kasih yang tidak pernah akan putus. Sepanjang zaman yang
kekal Ia dihubungkan dengan kita. "Karena begitu besar  kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal." Yoh. 3:16. Ia mengaruniakan
Dia bukan saja untuk memikul dosa-dosa kita belaka, dan mati sebagai korban kita; la
menyerahkan Dia kepada umat yang telah berdosa. Untuk memberi kita kepastian
tentang bicara perdamaian-Nya yang tidak terubah itu, Allah mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal itu untuk menjadi anggota keluarga umat manusia, untuk selama-lamanya
memiliki sifat kemanusiaan-Nya. Inilah ikrar yang menunjukkan bahwa Allah pasti akan
menepati janji-Nya. "Seorang kanak-kanak sudah jadi bagi kita, seorang anak laki-laki sudah dikaruniakan kepada kita; bahwa pemerintahan ada di atas bahu-Nya." Allah
telah memakai sifat kemanusiaan dalam diri Anak-Nya, dan telah membawanya ke
langit yang tertinggi. "Anak manusia" itulah yang juga turut bersemayam di takhta alam
semesta. "Anak manusia" itulah yang nama-Nya akan disebut, " namanya disebutkan
orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." AKU ADA
itulah  Pengantara antara Allah dan manusia, yang meletakkan tangan-Nya atas
keduanya. Ia yang "saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang
berdosa" itu, tidak merasa malu untuk menyebut kita saudara. lbr.7:26; 2:11. Dalam
Kristus keluarga yang  di bumi dan yang di surga dipersatukan. Kristus yang
dipermuliakan itu adalah saudara kita. Surga dikandung-puja dalam dada manusia, dan
manusia dirangkul mesra dalam dada Kasih Yang Tidak Terduga
Mengenai umat-Nya Allah berfirman, "Beberapa tiang batu yang berkarang akan
didirikan seperti panji-panji pada tanahnya. Hai betapa besar kemuliaan-Nya! Hai betapa
besar keelokannya!" Kemuliaan umat tebusan akan menjadi sebuah kesaksian yang
kekal bagi belas kasihan Allah. "Pada segala zaman yang akan datang kelak," la akan
menunjukkan "kekayaan karunia-Nya yang amat limpah itu oleh kemurahan-Nya atas
kita dalam Yesus Kristus." "Supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam
hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di surga, sesuai
dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."
Efesus 3:7; 3:10, 11.
Oleh pekerjaan tebusan Kristus, pemerintahan Allah dibenarkan. Yang Mahakuasa itu
dinyatakan sebagai Allah kasih. Segala tuduhan Setan terbukti salah  dan tabiatnya
dinyatakan. Pemberontakan tidak akan dapat timbul lagi. Dosa bahkan tidak dapat
memasuki lagi alam semesta. Sepanjang zaman yang kekal semua orang akan
terhindar dari bencana kemurtadan. Oleh pengorbanan diri sendiri yang lahir dari kasih,
penduduk bumi dan surga terikat kepada Khaliknya dalam ikatan-ikatan persekutuan
yang tidak dapat terurai lagi.
Pekerjaan tebusan akan sempurna. Di tempat dosa merajalela dulu rahmat Allah akan
lebih berkelimpahan lagi. Bumi sendiri, justru ladang yang dikatakan Setan sebagai hak
miliknya itu, bukan hanya akan ditebus tetapi juga dimuliakan. Dunia kita yang kecil ini,
yang akibat laknat dosa merupakan satu-satunya noda hitam dalam semesta alam
ciptaan-Nya yang mulia itu, akan dihormati melebihi segala dunia lain yang ada di
semesta alam Allah. Di sinilah tempat Anak Allah telah tinggal di antara manusia tempat
Raja Kemuliaan hidup, menderita dan mati, di sinilah apabila Ia memperbarui segala
sesuatu kelak, bait Allah akan ada di antara manusia "dan Tuhan pun akan duduk
dengan mereka itu, dan mereka itu akan menjadi umat-Nya dan Allah sendiri akan serta
dengan mereka itu dan menjadi Allah-Nya." Maka sepanjang zaman yang kekal
sementara orang-orang tebusan berjalan dalam cahaya Tuhan kelak, mereka akan
memuji-muji Dia karena Karunia-Nya yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata
itu, Imanuel, "Allah beserta kita." Pasal 2  

UMAT PILIHAN

LEBIH seribu tahun lamanya bangsa Yahudi telah menantikan kedatangan Juruselamat.
Atas peristiwa ini mereka telah meletakkan harapan-harapan mereka yang paling
gemilang. Dalam nyanyian dan nubuatan, dalam upacara bait suci dan perbaktian di
rumah tangga, mereka telah memuja-muja nama-Nya. Namun pada kedatangan-Nya,
mereka tidak mengenal Dia. Buah Hati surga itu bagi mereka adalah "seperti suatu akar
daripada tanah yang kering;" pada-Nya tidak ada "barang keelokan atau kemuliaan;"
dan mereka itu tidak melihat dalam diri-Nya kecantikan rupa sehingga mereka harus
merindukan Dia. "Telah la datang kepada milik-Nya, tetapi orang milik-Nya tidak
menerima Dia."
Namun demikian Allah telah memilih Israel, la telah memanggil mereka untuk
memelihara di antara manusia pengetahuan tentang hukum-Nya, dan tentang
lambang-lambang dan nubuatan-nubuatan yang menunjuk kepada Juruselamat. Ia
menghendaki agar  mereka menjadi mata air keselamatan bagi dunia. Sebagaimana
Abraham di negeri pengembaraannya, sebagaimana Yusuf di Mesir, dan Daniel di istana
Babel, demikian juga seharusnya orang Ibrani di antara segala bangsa. Mereka harus
menyatakan Allah kepada umat manusia.
Dalam panggilan kepada Abraham Tuhan telah berfirman, "Aku akan memberkati
engkau . . . maka hendaklah engkau menjadi suatu berkat, . . . maka dari dalammu juga
segala bangsa yang di atas bumi akan beroleh berkat." Ajaran yang sama telah
diulang-ulangi dengan perantaraan nabi-nabi. Sekalipun sesudah Israel dilemahkan oleh
peperangan dan perhambaan, masih juga janji itu milik mereka, "Maka sisa-sisa Yakub
akan ada di tengah-tengah  banyak bangsa seperti embun dari pada Tuhan seperti
dirus hujan ke atas tumbuh-tumbuhan yang tidak menanti-nantikan orang dan tidak
mengharap-harapkan anak manusia." Mikha 5:6. Mengenai bait suci yang di Yerusalem,
Tuhan menegaskan dengan perantaraan Yesaya, "Rumah-Ku akan disebut rumah doa
bagi segala bangsa." Yes. 56:7.
Tetapi bangsa Israel menetapkan harapan mereka pada kebesaran duniawi. Sejak
mereka masuk ke negeri Kanaan, mereka telah menyimpang dari hukum-hukum Allah,
lalu mengikut jalan-jalan bangsa-bangsa kafir. Sia-sialah Allah mengirim amaran kepada
mereka dengan perantaraan nabi-nabi-Nya. Sia-sialah mereka menderita kesengsaraan
dari penindasan bangsa-bangsa kafir. Setiap reformasi disusul oleh kemurtadan yang
lebih besar.
Sekiranya Israel sudah setia kepada Allah, la niscaya sudah akan dapat melaksanakan
maksud-Nya oleh kehormatan dan kemuliaan mereka. Sekiranya mereka sudah berjalan
pada jalan-jalan penurutan, la niscaya sudah akan mengangkat mereka "di atas segala
bangsa yang telah dijadikan-Nya" dalam pujian, dalam nama, dan dalam kehormatan.
"Segala bangsa yang di dalam dunia," kata Musa, "akan melihat bahwa nama Tuhan
telah disebut atasmu, dan mereka akan takut kepadamu." "Waktu mendengar segala
ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana
dan berakal budi." Ul. 26:19; 28: 10; 4:6. Tetapi karena mereka tidak setia, maka
maksud Allah dapat dilaksanakan hanya dengan kesusahan dan kehinaan yang tiada
habis-habisnya. Mereka terpaksa tunduk ke bawah kekuasaan Babel, dan tercerai-berai di seluruh
negeri bangsa-bangsa kafir. Dalam kesengsaraan banyak yang memperbarui kesetiaan
mereka kepada perjanjian-Nya. Sementara menggantungkan kecapi mereka pada
pokok-pokok gandarusa, serta meratapi bait suci kudus yang telah rusak binasa, cahaya
kebenaran pun bersinarlah melalui mereka, dan pengetahuan tentang Allah tersebar di
kalangan bangsa-bangsa. Cara-cara bangsa kafir mempersembahkan korban
merupakan pemutarbalikan cara yang telah ditentukan Allah; maka banyak pengikut
upacara-upacara kafir yang bersungguh-sungguh, mempelajari dari bangsa Ibrani arti
upacara yang telah ditentukan Ilahi itu, lalu ingin percaya memegang teguh janji tentang
seorang Penebus.  
Banyak orang buangan itu menderita aniaya. Tidak sedikit yang kehilangan nyawanya
sebab mereka tidak mau melanggar Sabat  dan mengikuti pesta-pesta kekafiran.
Sementara penyembah-penyembah berhala bangkit untuk menghancurkan kebenaran,
Tuhan membawa hamba-hamba-Nya berhadapan muka dengan muka dengan raja-raja
dan penghulu-penghulu supaya mereka itu dan bangsanya dapat menerima terang.
Berkali-kali raja-raja yang paling besar dipimpin untuk mengakui kebesaran Allah yang
disembah oleh orang-orang tawanan bangsa Ibrani itu.    
Oleh tawanan Babel orang-orang Israel sudah betul-betul bertobat dari penyembahan
patung-patung ukiran. Sepanjang abad-abad yang berikut, mereka menderita akibat
penindasan musuh-musuh kafir, hingga mereka menyadari benar-benar bahwa
kesejahteraan mereka bergantung kepada penurutan mereka pada hukum Allah. Tetapi
di pihak sebagian besar dari bangsa itu, penurutan itu tidak didorong oleh kasih.
Pendorong hatinya bersifat mementingkan diri. Mereka beramal secara lahir kepada
Allah sebagai alat untuk mencapai kebesaran nasional. Mereka bukannya menjadi
terang dunia, melainkan mengasingkan diri dari dunia supaya terlepas dari pencobaan
kepada penyembahan berhala. Dalam petunjuk yang diberikan melalui Musa, Allah telah
mengadakan larangan-larangan dalam pergaulan mereka dengan para penyembah
berhala; tetapi ajaran ini telah ditafsirkan salah. Petunjuk-petunjuk itu sebetulnya
dimaksudkan untuk mencegah mereka daripada meniru segala kebiasaan orang-orang
kafir. Tetapi hal itu telah dipakai untuk membangun sebuah tembok pemisah antara
Israel dan segala bangsa lain. Bangsa Yahudi memandang Yerusalem sebagai surga
mereka, dan mereka itu sebenarnya merasa cemburu kalau-kalau Tuhan menunjukkan
kemurahan kepada bangsa-bangsa kafir.
Setelah pulang dari Babel, besarlah perhatian yang dicurahkan pada pendidikan agama.
Di seluruh negeri, banyak rumah sembahyang dibangun di mana Taurat ditafsirkan oleh
imam-imam dan ahli-ahli Taurat. Dan sekolah-sekolah didirikan, yang di samping
mengajarkan bermacam-macam seni dan ilmu pengetahuan, mengaku mengajarkan
asas-asas kebenaran. Tetapi semua alat ini menjadi korup. Selama dalam tawanan,
banyak dari antara bangsa itu sudah menerima pendapat-pendapat serta adat-adat
kekafiran, dan semuanya ini dimasukkan ke dalam upacara keagamaan mereka. Dalam
banyak hal mereka meniru kebiasaan-kebiasaan para penyembah berhala.
Karena menyimpang daripada Allah, orang-orang Yahudi pun lupalah pada umumnya
akan ajaran upacara korban-korban. Upacara itu telah disusun oleh Kristus sendiri.
Dalam tiap bagian, upacara itu melambangkan diri-Nya sendiri; dan hal itu penuh kuasa
hidup dan keindahan rohani. Tetapi orang-orang Yahudi telah kehilangan hidup rohani
itu dari upacara-upacara mereka itu, dan telah bergantung pada berhala-berhala yang kaku. Mereka percaya pada segala korban dan upacara itu sendiri gantinya
menyandarkan diri pada Dia, yang kepada-Nya segala korban dan upacara tersebut
menunjuk. Untuk memenuhi tempat perkara yang telah mereka kehilangan itu,
imam-imam serta rabi-rabi memperbanyak tuntutan-tuntutan ciptaan mereka sendiri; dan
semakin tuntutan-tuntutan itu bertambah keras, semakin berkuranglah kasih Allah
dinyatakan. Mereka mengukur kesucian mereka oleh upacara-upacara mereka yang
tidak terkira banyaknya, sedangkan hati mereka penuh kesombongan dan kemunafikan.
Dengan segenap perintah mereka yang rumit dan berat itu, sungguh mustahillah untuk
memelihara hukum. Orang-orang yang ingin berbakti kepada Allah dan yang mencoba
menurut ajaran rabi-rabi, bekerja keras di bawah sebuah beban yang berat. Mereka
tidak dapat beroleh perhentian dari tuduhan-tuduhan angan-angan hati yang risau.
Demikianlah Setan bekerja untuk melemahkan semangat bangsa itu, untuk
merendahkan pendapat mereka mengenai tabiat Allah, dan untuk membawa iman
orang-orang Israel ke dalam kehinaan. Ia berharap hendak membuktikan ucapan yang
dikeluarkannya waktu ia memberontak  di surga dulu,-bahwa tuntutan-tuntutan Allah
tidak adil, dan tidak dapat diturut. Sekalipun Israel, katanya, tidak memelihara hukum.
Sementara bangsa Yahudi merindukan kedatangan Mesias, mereka tidak mempunyai
pengertian yang benar tentang pekerjaan-Nya. Mereka bukannya mencari penebusan
dari dosa, melainkan kebebasan dari bangsa Romawi. Mereka mengharap Mesias
datang selaku seorang penguasa perang, untuk menghancurkan kekuasaan penindas,
dan mengangkat Israel menjadi pemerintah seluruh dunia. Demikianlah jalan disediakan
bagi mereka itu untuk menolak Juruselamat.
Pada waktu Kristus lahir bangsa itu merasa muak di bawah pemerintahan
penjajah-penjajah asing, dan menderita sakit dengan pertikaian-pertikaian antara
mereka sendiri. Orang Yahudi selama ini diizinkan menjalankan satu bentuk
pemerintahan tersendiri; tetapi tiadalah barang suatu pun yang dapat menyamarkan
kenyataan bahwa mereka itu berada di bawah kuk bangsa Romawi, atau
menyenangkan hati mereka kepada batas-batas kuasa mereka itu. Bangsa Romawi
mengaku berhak mengangkat atau membebaskan imam besar, dan kedudukan itu
acapkali diperoleh dengan jalan kecurangan, penyogokan, dan bahkan pembunuhan.
Demikianlah keimamatan itu makin lama makin bertambah korup. Namun imam-imam
masih senantiasa  memiliki kuasa besar, dan mereka menggunakan kuasa tersebut
untuk mencari keuntungan dan laba diri sendiri. Orang banyak menderita di bawah
tuntutan-tuntutan mereka yang tidak kenal belas kasihan, dan juga dipaksa membayar
pajak yang berat oleh bangsa Romawi. Keadaan ini menimbulkan perasaan tidak puas
di segala tempat. Pemberontakan rakyat jelata sering terjadi. Kegelojohan serta
kekerasan, curiga dan sikap masa bodoh terhadap kerohanian, merongrong jantung
bangsa itu. Kebencian terhadap orang Romawi, kesombongan kebangsaan dan
kerohanian, menyebabkan bangsa Yahudi lebih lagi berpegang teguh pada
upacara-upacara perbaktian mereka. Para imam berusaha menjaga nama baik demi
kekudusan oleh perhatian yang amat teliti terhadap upacara-upacara keagamaan.
Orang banyak, dalam kegelapan dan penindasan yang menimpa mereka, dan
penghulu-penghulu yang haus akan kekuasaan, merindukan kedatangan Dia yang akan
menaklukkan musuh-musuh mereka, serta mengembalikan kerajaan itu kepada Israel.
Mereka telah mempelajari segala nubuatan, tetapi tanpa pengertian rohani. Demikianlah
mereka melampaui saja segala nubuatan yang menunjuk kepada kehinaan kedatangan Kristus yang pertama kali, dan salah mengartikan nubuatan-nubuatan yang berbicara
tentang kemuliaan kedatangan-Nya yang kedua kali. Kecongkakan mengaburkan
pandangan mata mereka. Mereka menafsirkan nubuatan sesuai dengan
keinginan-keinginan hati mereka yang mementingkan diri itu. Pasal 3  

"SUDAH GENAP MASANYA"

"SERTA sudah genap masanya disuruh Allah akan Anak-Nya, . . . supaya ditebus-Nya
segala orang yang di bawah Taurat, dan supaya kita pun beroleh hak anak-anak
angkat."
Kedatangan Juruselamat telah dinubuatkan di Eden. Ketika Adam dan Hawa pertama
kali mendengar janji itu, mereka sangat mengharapkan kegenapannya yang segera.
Mereka menyambut anak sulung mereka dengan segala sukacita, mengharap bahwa
mungkin dialah Pelepas  itu. Tetapi kegenapan janji itu bertangguh. Orang-orang yang
mula-mula menerimanya, meninggal dunia dengan tidak melihat kegenapan janji
tersebut. Sejak zaman Henokh janji itu diulang-ulangi dengan perantaraan nenek
moyang dan nabi-nabi, hal mana selalu menghidupkan harapan akan kedatangan-Nya,
namun Ia tidak kunjung datang. Nubuatan Daniel menyatakan waktu kedatangan-Nya,
tetapi tidak semua orang menafsirkan kabar itu dengan benar. Abad demi abad lalu dan
lenyap; suara nabi-nabi berhenti. Tangan penindas  menekan berat atas Israel, dan
banyak orang yang sudah bersedia mengatakan, "Lagi beberapa hari lamanya maka
segala wahyu akan hilang."
Tetapi seperti bintang-bintang yang beredar di angkasa luas lepas menuruti
peredarannya masing-masing, demikianlah maksud-maksud Allah tidak pernah
mengenal gesa atau kelambatan. Dengan lambang-lambang kegelapan besar dan dapur
api yang penuh asap, Allah telah menyatakan kepada Abraham perhambaan Israel di
Mesir, dan telah menegaskan bahwa masa penumpangan mereka harus penuh empat
ratus tahun lamanya. "Kemudian daripada itu," Ia berfirman, "mereka itu akan keluar
dengan membawa harta amat banyak." Terhadap firman tersebut, segenap kuasa
kerajaan Firaun yang megah itu berjuang dengan sia-sia. Pada "hari itu juga"
sebagaimana  yang telah ditentukan oleh janji Ilahi, "keluarlah segala tentara umat
Tuhan dari negeri Mesir." Demikianlah dalam musyawarah di surga jam kedatangan
Kristus sudah ditentukan. Manakala jarum lonceng masa menunjuk kepada waktu
tersebut, Yesus pun lahirlah di Betlehem.
"Serta sudah genap masanya disuruh Allah akan Anak-Nya." Allah telah menuntun
segala gerakan bangsa-bangsa dan arus pendorong hati serta pengaruh umat manusia,
hingga dunia sedia menyambut kedatangan Pelepas itu. Bangsa-bangsa bersatu di
bawah satu pemerintahan. Satu bahasa umum digunakan, yang di mana-mana terkenal
sebagai bahasa kesusastraan. Dari semua negeri orang-orang Yahudi yang
tercerai-berai pergi berhimpun ke Yerusalem untuk menghadiri pesta-pesta tahunan.
Ketika mereka ini pulang ke tempat mereka masing-masing, mereka dapat menyiarkan
ke seluruh dunia berita tentang kedatangan Mesias.
Pada waktu ini sistem agama kekafiran sudah kehilangan pegangannya di antara orang
banyak. Orang sudah bosan dengan pertunjukan-pertunjukan ajaib dan
dongeng-dongeng. Mereka merindukan suatu agama yang dapat memuaskan hati.
Sementara terang kebenaran nampak sudah seolah-olah hilang lenyap dari antara
manusia, adalah jiwa-jiwa yang mencari terang, dan yang penuh kebingungan dan
dukacita. Mereka merasa haus  akan pengetahuan tentang Allah yang hidup akan
sesuatu jaminan hidup di seberang kubur. Karena bangsa Yahudi telah meninggalkan Allah, iman sudah makin pudar, dan
pengharapan telah hampir berhenti menerangi hari kemudian. Perkataan nabi-nabi tidak
dimengerti. Bagi khalayak ramai, kematian adalah suatu rahasia yang mengerikan; di
seberang kematian itu tidak ada kepastian, hanya kegelapan belaka. Bukan saja ratap
tangis ibu-ibu Betlehem, tetapi juga jeritan hati manusia umumnya, yang telah
dibebankan kepada nabi melalui segala abad, suara yang terdengar di Rama, "ratap dan
tangis dan raung yang amat besar, yaitu Rahel menangisi anak-anaknya, maka
engganlah ia dihiburkan, sebab anak-anaknya tiada lagi." "Di tanah bayang-bayang
kematian," manusia duduk dengan tiada terhiburkan. Dengan mata yang rindu mereka
menantikan-nanti kedatangan Pelepas itu, bila kegelapan akan dilenyapkan, dan
rahasia hari kemudian kelak dijelaskan.
Di luar bangsa Yahudi adalah orang-orang yang meramalkan datangnya seorang guru
Ilahi. Orang-orang ini mencari kebenaran, dan kepada mereka itu Roh ilham
dikaruniakan. Seorang demi seorang, laksana bintang-bintang di langit yang
gelap-gulita, guru-guru serupa itu telan muncul. Perkataan nubuatan mereka telah
menghidupkan harapan dalam hati ribuan orang di dunia kafir.
Beratus-ratus tahun lamanya Alkitab telah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani,
kemudian ramai dipercakapkan orang di seluruh kerajaan Romawi. Orang-orang Yahudi
tercerai-berai di mana-mana, dan harapan mereka akan kedatangan Mesias itu pun
sedikit banyak diharapkan juga oleh orang-orang kafir. Di antara orang-orang yang
disebut kafir oleh orang-orang Yahudi, ada orang yang mempunyai pengertian yang
lebih baik tentang nubuatan-nubuatan Alkitab mengenai Mesias daripada guru-guru di
Israel. Ada di antara mereka itu yang mengharapkan kedatangan-Nya sebagai seorang
pelepas dari dosa. Ahli-ahli filsafat berusaha mempelajari rahasia peraturan-peraturan
keagamaan Ibrani. Tetapi kedegilan orang-orang Yahudi merintangi tersebarnya  terang
itu. Bertekad hendak memeliharakan perpisahan antara mereka sendiri dengan
bangsa-bangsa lain, mereka tidak suka membagi-bagikan pengetahuan yang masih ada
pada mereka mengenai upacara-upacara korban bayang-bayang. Ahli tafsir sejati itu
mesti datang. Dia yang digambarkan oleh bayang-bayang itu, mesti menjelaskan
artinya.
Dengan perantaraan alam kejadian, dengan perantaraan bayangan dan simbol, dengan
perantaraan segala nenek-moyang dan nabi-nabi, Allah telah berbicara kepada dunia.
Pelajaran harus diberikan kepada manusia dalam bahasa manusia. Utusan perjanjian itu
mesti berbicara. Suara-Nya mesti terdengar dalam bait suci-Nya sendiri. Kristus mesti
datang untuk mengucapkan kata-kata yang harus dimengerti dengan jelas dan pasti. Ia,
sumber kebenaran  itu, wajib memisahkan kebenaran dari sampah ucapan manusia,
yang telah membuat kebenaran itu tidak berkhasiat. Asas-asas pemerintahan Allah dan
rencana penebusan harus diterangkan dengan jelas. Segala pelajaran Wasiat Lama
harus dibentangkan dengan lengkap di hadapan manusia.
Di kalangan orang Yahudi masih ada jiwa-jiwa yang tetap kuat, turunan-turunan
keluarga kudus yang olehnya pengetahuan tentang Allah selama ini terpelihara.
Orang-orang ini masih mengharapkan janji yang telah diberikan kepada nenek-moyang:
Mereka memperkuat imannya oleh berpegang teguh pada kepastian yang diberikan
dengan perantaraan Musa, "Tuhan Allahmu akan menerbitkan bagimu dari antara
segala saudaramu seorang nabi seperti aku ini, maka hendaklah kamu menurut akan
Dia  daripada barang suatu kata-Nya kepadamu." Lagi, mereka membaca bagaimana Tuhan akan mengurapi seorang untuk "membawa kabar selamat kepada orang yang
teraniaya," "menyembuhkan orang yang hancur hatinya, dan berseru-serukan kelepasan
bagi orang yang tertawan," dan untuk menyerukan "tahun kesenangan Tuhan." Mereka
membaca bagaimana Ia akan menentukan "hukum di atas bumi," bagaimana
pulau-pulau harus "menantikan pengajaran-Nya," bagaimana orang-orang kafir harus
datang ke dalam terang-Nya, dan raja-raja ke dalam cahaya terang-Nya.  
Perkataan Yakub menjelang akhir hidupnya memenuhi mereka dengan harapan:
"Tongkat kerajaan akan tidak undur daripada Yehuda dan pemberi hukum pun tidak dari
tengah kakinya, sehingga datanglah Silo." Kuasa Israel yang telah kian lemah  itu
menyaksikan bahwa kedatangan Mesias sudah dekat. Nubuatan Daniel melukiskan
kemuliaan pemerintahan-Nya atas sebuah kerajaan yang akan menggantikan semua
kerajaan duniawi; dan, kata nabi "Kerajaan itu sendiri akan tetap untuk
selama-lamanya." Dan. 2:44.  Meskipun sedikit orang yang mengerti sifat pekerjaan
Kristus, namun ada suatu harapan khalayak ramai mengenai seorang raja yang
berkuasa, yang akan mendirikan kerajaan-Nya di Israel, dan yang akan datang selaku
seorang pelepas bagi bangsa-bangsa.
Masanya  sudah tiba. Manusia, setelah menjadi lebih merosot keadaannya sepanjang
zaman-zaman pelanggaran, memerlukan kedatangan Penebus itu. Setan telah bekerja
untuk membuat jurang perpisahan itu dalam sekali dan tidak terlalui antara bumi dan
surga. Dengan kepalsuannya ia telah memberanikan hati manusia dalam dosa. Adalah
maksudnya untuk menghabiskan kesabaran Allah, dan untuk memadamkan api
kasih-Nya pada manusia, supaya la meninggalkan dunia ini kepada kekuasaan Setan.
Setan berusaha hendak menyembunyikan dari manusia pengetahuan tentang Allah,
mengalihkan perhatian mereka itu dari bait suci Allah, dan mendirikan kerajaannya
sendiri. Perjuangannya untuk memperoleh kejayaan yang setinggi-tingginya sudah
tampak seakan-akan seluruhnya berhasil. Benarlah bahwa dalam  tiap generasi Allah
sungguh mempunyai alat-alat-Nya. Di antara bangsa-bangsa kafir sekalipun ada juga
orang-orang yang olehnya Kristus bekerja untuk mengangkat orang banyak dari dosa
serta dari kemerosotannya. Tetapi orang-orang ini dihinakan dan dibenci. Banyak dari
antara mereka menderita kematian yang dahsyat. Bayangan gelap yang telah dijatuhkan
Setan ke atas dunia ini kian lama kian gelap.
Oleh kekafiran, Setan sudah berabad-abad lamanya menyesatkan manusia dari Allah;
tetapi ia memperoleh kemenangannya yang besar dalam memutar-balikkan iman orang
Israel. Oleh memikir-mikirkan serta memperilah pendapat mereka sendiri,
bangsa-bangsa kafir itu telah kehilangan pengetahuan tentang Allah, dan telah menjadi
kian lama kian korup. Demikian pula halnya dengan Israel. Asas yang mengatakan
bahwa manusia dapat menyelamatkan dirinya oleh jasa-jasanya sendiri, menjadi dasar
setiap agama kafir: asas tersebut kini sudah menjadi asas agama Yahudi. Setanlah
yang telah menanamkan asas ini. Di mana saja asas tersebut dipegang, manusia tidak
mempunyai penghalang terhadap dosa.
Kabar keselamatan disampaikan kepada manusia dengan perantaraan alat-alat
manusia. Tetapi orang Yahudi telah berusaha hendak memonopoli kebenaran itu, yaitu
hidup yang kekal. Mereka telah menimbun manna yang hidup, dan manna itu sudah
menjadi busuk. Agama yang mereka coba tahan bagi mereka sendiri itu, sudah menjadi
suatu pelanggaran. Mereka merampas kemuliaan Allah daripada-Nya, dan menipu dunia
ini dengan pemalsuan Injil. Mereka enggan menyerahkan diri kepada Allah untuk keselamatan dunia, lalu mereka menjadi alat-alat Setan untuk kebinasaannya.
Bangsa yang telah dipanggil Allah untuk menjadi tiang dan landasan kebenaran, sudah
menjadi wakil-wakil Setan. Mereka telah melakukan pekerjaan yang Setan suka mereka
melakukannya, mengikuti haluan yang memberikan gambaran yang salah tentang tabiat
Allah, dan menyebabkan seluruh dunia memandang Dia sebagai seorang lalim.
Imam-imam sendiri yang bekerja di dalam bait suci sudah tidak tahu lagi arti upacara
yang mereka adakan. Mereka tidak melihat lagi di balik lambang itu perkara yang
dimaksudkan. Dalam mempersembahkan korban itu mereka adalah sebagai pemain
dalam suatu sandiwara. Segala upacara yang diperintahkan oleh Allah sendiri telah
dijadikan alat untuk membutakan mata pikiran serta mengeraskan hati. Allah tidak akan
dapat lagi berbuat apa-apa bagi umat manusia melalui saluran ini. Seluruh sistem itu
harus disapu bersih.
Penipuan dosa sudah mencapai puncaknya. Segenap alat untuk memeras jiwa manusia
telah dikerahkan. Anak Allah, yang memandang dunia ini, melihat penderitaan dan
kemelaratan. Dengan kasihan Ia melihat bagaimana manusia telah menjadi korban
kebengisan Setan. Ia memandang dengan belas kasihan atas orang-orang yang sedang
dijadikan korup, dibunuh, dan hilang. Mereka sudah memilih seorang pemerintah yang
menambatkan mereka kepada keretanya sebagai tawanan. Dalam keadaan bingung
serta tertipu, mereka bergerak maju dalam barisan yang diliputi suasana yang suram
menuju kebinasaan yang kekal,—-menuju maut yang dalamnya tidak ada harapan akan
kehidupan, menuju malam ke mana tidak ada pagi datang. Alat-alat Setan dipersatukan
dengan manusia. Tubuh manusia, yang dijadikan guna tempat kediaman Allah sudah
menjadi tempat kediaman roh-roh jahat. Panca indera, urat saraf, hawa-nafsu,
anggota-anggota tubuh manusia, dikerahkan oleh alat-alat gaib dalam pemanjaan nafsu
yang paling hina. Meterai roh-roh jahat sendiri telah dibubuhkan atas wajah manusia.
Wajah manusia membayangkan roman muka balatentara Iblis yang sudah merasuki
mereka itu. Demikianlah pemandangan yang dilihat oleh Penebus dunia ini. Betapa
dahsyatnya pemandangan itu untuk dilihat oleh Yang Mahasuci itu!
Dosa sudah menjadi suatu ilmu pengetahuan, dan kejahatan disucikan sebagai
sebagian dari agama. Pemberontakan sudah berakar dalam-dalam ke dalam hati, dan
permusuhan manusia sudah amat hebat terhadap surga. Sudah dipertunjukkan di
hadapan semesta alam bahwa, jika terpisah daripada Allah, manusia tidak akan dapat
diangkat derajatnya. Suatu anasir hidup dan kuasa yang baru mesti dikaruniakan oleh
Dia yang menciptakan dunia ini.
Dengan perhatian yang besar dunia-dunia yang tidak jatuh ke dalam dosa telah
memandang hendak melihat Tuhan Allah bangkit, lalu menyapu bersih segala penduduk
bumi. Maka kalau sekiranya Allah melakukan hal ini, Setan sudah siap untuk
melaksanakan rencananya guna memperoleh bagi dirinya sendiri sumpah setia
makhluk-makhluk semawi. Ia telah mengatakan bahwa asas-asas pemerintahan Allah
membuat keampunan mustahil dapat diperoleh. Sekiranya dunia ini dibinasakan,
niscaya ia akan mengatakan bahwa segala tuduhannya itu terbukti benar. Ia sudah siap
hendak melemparkan kesalahan kepada Allah, dan menyebarkan pemberontakannya
kepada dunia-dunia yang di atas. Tetapi ganti membinasakan dunia ini, Allah menyuruh
Anak-Nya untuk menyelamatkannya. Meskipun kebejatan dan perlawanan mungkin
nampak di setiap bagian wilayah asing itu, namun suatu jalan guna pemulihannya
disediakan juga. Tepat pada masa krisis tatkala Setan tampaknya hampir memperoleh kemenangan, Anak Allah datang membawa rahmat Ilahi. Dalam segenap zaman, dalam
setiap jam, kasih Allah selalu diberikan kepada makhluk-makhluk yang telah jatuh ke
dalam dosa. Tanpa menghiraukan kesesatan manusia, tanda-tanda kasihan
terus-menerus saja ditunjukkan. Maka apabila masanya sudah tiba, Tuhan
dipermuliakan oleh. mencurahkan ke atas dunia ini hujan rahmat penyembuhan yang
amat lebat yang sekali-kali tidak dapat dihentikan atau ditahan hingga ikhtiar
keselamatan terlaksana.
Setan bergembira karena ia telah berhasil merendahkan peta Allah dalam manusia.
Kemudian Yesus datang untuk memulihkan dalam manusia peta Penciptanya. Tiada
seorang pun kecuali Kristus yang dapat membentuk kembali tabiat yang sudah
dibinasakan oleh dosa itu. Ia datang untuk menghalau roh-roh jahat yang selama ini
telah menguasai kemauan hati. Ia datang untuk mengangkat kita dari debu, untuk
membentuk kembali tabiat yang telah bernoda itu sesuai dengan contoh tabiat-Nya yang
Ilahi, serta untuk menjadikannya indah dengan kemuliaan-Nya sendiri. Pasal 4  
 BAGIMU SEORANG JURUSELAMAT

RAJA kemuliaan sangat merendahkan diri untuk menjelma menjadi manusia. Sungguh
kasar dan buruk keadaan sekitarnya di bumi ini. Kemuliaan-Nya diselubungi, agar
kebesaran-Nya secara lahir jangan menjadi pokok perhatian. Ia menghindarkan segala
pertunjukan secara lahir. Kekayaan, kemuliaan duniawi, dan kebesaran kemanusiaan
sekali-kali tidak akan dapat menyelamatkan satu jiwa pun dari maut; Yesus bermaksud
supaya tidak ada satu pun penarikan yang bersifat duniawi menarik orang ke
samping-Nya. Hanya keindahan kebenaran semawilah yang mesti menarik orang-orang
yang mau mengikut Dia. Tabiat Mesias sudah lama diberitahukan dalam nubuatan, dan
la menghendaki agar manusia menerima Dia atas kesaksian firman Allah.
Malaikat-malaikat bertanya-tanya dalam hati mengenai rencana penebusan yang mulia
itu. Mereka melihat-lihat untuk mengetahui bagaimana umat Allah akan menyambut
Putra-Nya, yang mengenakan jubah kemanusiaan. Malaikat-malaikat datang ke negeri
umat pilihan itu. Bangsa-bangsa lain sedang menganut kepercayaan yang bukan-bukan
dan menyembah berhala. Ke negeri tempat kemuliaan Allah telah dinyatakan, dan
terang nubuatan telah bersinar, malaikat-malaikat datang. Mereka itu datang tanpa
dilihat oleh Yerusalem, oleh para penafsir Alkitab yang telah ditentukan dan para
pekerja dalam rumah Allah. Kepada imam Zakharia, sementara ia melayani di depan
mezbah, dekat kedatangan Kristus telah diberitahukan. Penganjur sudah lahir,
pekerjaannya  diperkuat oleh mukjizat dan nubuatan. Berita tentang kelahirannya dan
arti tugasnya yang indah itu telah tersiar ke mana-mana. Namun Yerusalem tidaklah
bersedia untuk menyambut Penebusnya.
Dengan sangat heran utusan-utusan semawi itu melihat sikap masa bodoh bangsa yang
telah dipanggil Allah itu untuk menyampaikan terang kebenaran suci ke dunia ini.
Bangsa Yahudi telah dipelihara sebagai suatu saksi bahwa Kristus harus lahir dari
turunan Abraham dan Daud; namun mereka tidak tahu bahwa kedatangan-Nya kini
sudah dekat. Di dalam bait suci, korban-korban pagi dan petang tiap hari menunjuk
kepada Anak Domba Allah; namun sedangkan di sini pun tiada persiapan untuk
menyambut Dia. Imam-imam dan guru-guru bangsa itu tidak tahu bahwa peristiwa
terbesar segala zaman sudah hampir berlaku. Mereka senantiasa mengulangi doa
mereka yang tidak mengandung arti, serta menyelenggarakan segala acara perbaktian
untuk tontonan khalayak ramai tetapi dalam perjuangan mereka memburu kekayaan
dan kemuliaan duniawi, mereka tidak bersedia untuk kenyataan Mesias. Sikap masa
bodoh serupa itu sudah merajalela di seluruh negeri Israel. Hati yang mementingkan diri,
dan yang dipenuhi dengan keinginan duniawi, tidak dapat lagi digetarkan oleh sukacita
yang mengharukan segenap surga. Hanya sedikit orang yang rindu hendak melihat
Yang Tidak Kelihatan itu. Kepada mereka inilah kedutaan surga diutus.
Malaikat-malaikat menyertai Yusuf dan Maria dalam perjalanan mereka dari rumah
mereka di Nazaret ke kota Daud. Titah kerajaan Romawi untuk  pendaftaran rakyat
jajahannya yang mahaluas itu, sudah sampai hingga kepada penduduk yang menghuni
bukit-bukit Galilea. Sebagaimana pada zaman purbakala, Koresy dinobatkan menjadi
raja untuk bersemayam di atas takhta kerajaan dunia supaya ia dapat memerdekakan
umat Allah, demikian juga Kaisar Agustus dijadikan alat untuk melaksanakan maksud Allah dalam membawa ibu Yesus kembali ke Betlehem. Ia adalah turunan Daud, dan
turunan Daud harus lahir di kota Daud. Dari Betlehem kata nabi Mikha, "akan terbit . . .
seorang yang jadi Pemerintah Israel, maka keluar-Nya dari purbakala, dari awal zaman."
Tetapi di kota di mana mereka menjadi turunan raja, Yusuf dan Maria tidak dikenal dan
dihormati. Dalam keadaan penat dan tidak mendapat tempat menginap mereka
menjalani jalan kota yang sempit dari ujung ke ujung, dari pintu gerbang kota sampai ke
ujung sebelah timur kota, dengan sia-sia belaka mencari sebuah tempat beristirahat
malam itu. Tidak ada tempat bagi mereka dalam rumah penginapan yang sudah penuh
sesak. Di dalam  sebuah bangunan yang buruk di mana hewan-hewan ditempatkan,
mereka akhirnya mendapat perlindungan, dan di sanalah Penebus dunia dilahirkan.
Manusia tidak mengetahuinya, tetapi berita itu memenuhi surga dengan sukacita.
Dengan perhatian yang lebih dalam dan lebih halus makhluk-makhluk suci dari dunia
terang tertarik ke bumi. Seluruh dunia lebih terang karena hadirat-Nya. Di atas
bukit-bukit Betlehem berkumpullah sepasukan malaikat yang tak terhitung banyaknya.
Mereka itu menantikan tanda untuk memaklumkan kabar gembira itu kepada dunia.
Sekiranya para pemimpin Israel setia pada tugas yang diamanatkan kepada mereka
tentu mereka dapat turut menikmati kegirangan menyiarkan kelahiran Yesus itu. Tetapi
sekarang mereka dilalui saja.
Allah bersabda, "Aku akan mencucurkan air kepada yang dahaga dan air kepada
tempat yang kering." "Bagi orang saleh terbitlah terang dari dalam gelap." Bagi mereka
yang mencari terang dan yang menerimanya dengan sukacita, cahaya terang dari takhta
Allah akan bersinar.    
Di padang-padang  rumput tempat Daud menggembalakan kawanan dombanya dulu,
gembala-gembala masih tetap jaga pada malam itu. Sepanjang saat-saat sunyi itu
mereka bersama-sama mempercakapkan hal Juruselamat yang dijanjikan itu, serta
mendoakan kedatangan Raja itu ke takhta Daud. "Heran, maka adalah seorang
malaikat Tuhan berdiri di hadapan mereka itu dan kemuliaan Tuhan pun bercahaya
kelilingnya; lalu mereka itu sekalian pun sangat takut. Maka kata malaikat itu
kepadanya, Jangan kamu takut, karena sesungguhnya aku mengabarkan  kepadamu
suatu kesukaan besar, yang akan jadi kepada segala bangsa. Bahwa pada hari ini
dalam negeri Daud telah jadi bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan itu."
Mendengar kata-kata ini, Khayal-khayal mulia memenuhi pikiran gembala-gembala yang
tengah asyik mendengar dengan penuh perhatian itu. Pelepas itu sudah datang ke
Israel! Kuasa, kemuliaan, kemenangan, dihubungkan dengan kedatangan-Nya itu.
Tetapi malaikat itu mesti mempersiapkan mereka untuk mengenal Juruselamatnya
dalam kepapaan dan kehinaan. "Inilah tandanya," katanya; "kamu akan mendapati bayi
itu dibalut dengan kain lampin dan berbaring dalam palungan."
Utusan semawi itu sudah menenteramkan segala perasaan takut mereka. Ia telah
memberitahukan kepada mereka bagaimana mencari Yesus. Dengan pengertian yang
halus akan kelemahan manusia, ia telah memberikan waktu kepada mereka untuk
menjadi biasa dengan sinar Ilahi itu Kemudian sukacita serta kemuliaan tidaklah dapat
disembunyikan lagi. Seluruh padang rumput itu pun teranglah dengan cahaya yang
gemerlapan dari bala tentara Allah. Bumi diam, dan surga membungkuk untuk
mendengarkan nyanyian,--
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara
manusia yang berkenan kepada-Nya." 
Aduh, kalau saja hari ini keluarga manusia dapat mengenal nyanyian itu! Pengumuman
yang dikeluarkan pada waktu itu, nyanyian yang dialunkan pada saat itu, akan menderu
hingga akhir zaman, dan menggema sampai ke segala ujung bumi. Apabila Matahari
Kebenaran itu kelak terbit, dengan kesembuhan di bawah kepak-Nya, nyanyian itu akan
digemakan pula oleh suara sebuah pasukan tentara yang besar, bagaikan bunyi banyak
air, menderu, "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi
raja." Wahyu 19:6.  
Ketika malaikat-malaikat itu gaib, cahaya itu berangsur-angsur lenyap, dan
bayang-bayang malam pun meliputi bukit-bukit Betlehem. Tetapi gambar yang paling
terang yang pernah dilihat oleh mata manusia tetap tinggal dalam ingatan
gembala-gembala itu. “Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali
ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke
Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan
kepada kita. Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan
bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan."
Dengan kegirangan besar, berangkatlah mereka hendak menyiarkan segala perkara
yang telah mereka lihat dan dengar itu. "Maka segala orang yang mendengar dia
heranlah akan perkara, yang dikatakan oleh gembala itu kepadanya. Tetapi oleh Maria
ditaruh akan segala perkataan ini dalam hatinya, dipikirkannya. Maka segala gembala
itu kembalilah sambil memuliakan dan memuji-muji Allah."
Surga tidak lebih jauh terpisah dari bumi pada hari ini daripada tatkala gembala-gembala
di Betlehem itu mendengar nyanyian malaikat-malaikat. Manusia masih saja merupakan
sasaran ingatan surga sama dengan ketika orang kebanyakan yang mempunyai
pekerjaan biasa saja dulu bertemu dengan malaikat-malaikat pada siang hari, dan
berbicara dengan utusan semawi di kebun anggur dan di ladang. Bagi kita dalam
suasana hidup yang serba sederhana ini, surga boleh jadi dekat sekali.
Malaikat-malaikat dari istana surga akan menyertai setiap langkah orang-orang yang
datang dan pergi melaksanakan perintah Allah.
Cerita tentang Betlehem merupakan sebuah pokok pembicaraan yang tidak
habis-habisnya. Di dalamnya tersembunyi "limpah kekayaan dan hikmat dan
pengetahuan Allah." Rm 11:33. Kita merasa kagum akan pengorbanan Juruselamat
dalam menukarkan takhta surga dengan palungan, dan persekutuan
malaikat-malaikat-yang senantiasa berhikmat  dengan binatang di kandang.
Kesombongan manusia dan rasa kecukupannya tercela di hadapan hadirat-Nya. Namun
ini baru permulaan pengabdian-Nya yang ajaib itu. Sungguhlah merupakan kehinaan
yang tidak terhingga bagi Anak Allah untuk mengambil sifat-sifat manusia, sekalipun
ketika Adam masih dalam keadaannya yang tidak berdosa di Eden dulu kala. Tetapi
Yesus sudi menjadi manusia setelah bangsa manusia itu telah dilemahkan oleh dosa
selama empat ribu tahun. Seperti setiap anak Adam, la menerima segala akibat buatan
undang-undang keturunan yang besar. Apa gerangan segala akibat ini, ditunjukkan
dalam sejarah nenek moyang duniawi-Nya yang pertama. Ia datang dengan sifat
keturunan yang demikian itu untuk turut memikul segala duka dan segala pencobaan
yang menimpa diri kita, dan untuk memberikan kepada kita teladan suatu kehidupan
yang bebas dari dosa.
Setan di surga telah membenci Kristus karena kedudukannya di istana Allah. Ia membenci Dia lebih pula setelah ia diturunkan dari kedudukannya. Ia membenci Dia
yang telah menjanjikan diri-Nya sendiri untuk menebus suatu umat yang berdosa.
Namun ke dalam dunia di mana Setan mengaku berkerajaan, Allah mengizinkan
Anak-Nya datang, seorang bayi yang tidak berdaya, yang tidak luput dari kelemahan
manusia. Ia mengizinkan L)ia menghadapi ancaman nyawa yang biasa berlaku atas tiap
jiwa manusia, bertempur dalam peperangan sebagaimana tiap anak manusia wajib
bertempur, atas risiko kegagalan dan kematian yang kekal.
Hati bapa manusia penuh rasa kasih-sayang dan iba akan anaknya. Ia memandangi
wajah anaknya yang kecil itu, serta gemetar membayangkan ancaman nyawa anak itu.
Ia ingin melindungi anak yang sangat dikasihinya itu dari kuasa Setan, menghindarkan
dia dari pencobaan dan pergumulan. Untuk menghadapi pergumulan yang lebih seru
lagi serta bahaya yang lebih ngeri, Allah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya jalan hidup dapat dipastikan bagi anak-anak kita. "Dalam ini adalah kasih itu."
Heranlah kamu, hai segenap langit! Dan tercenganglah kamu, hai bumi!


----------
Pasal ini didasarkan atas Lukas 2:21-38 Pasal 5

PENYERAHAN  

KIRA-KIRA empat puluh hari sesudah Kristus lahir, Yusuf dan Maria membawa Dia ke
Yerusalem, untuk mempersembahkan Dia kepada Tuhan, dan untuk
mempersembahkan korban. Ini adalah sesuai dengan hukum Yahudi, dan sebagai
pengganti umat manusia, Kristus wajib taat pada hukum dalam segala hal. Ia sudah
menempuh upacara sunat, selaku ikrar ketaatan-Nya pada hukum.
Selaku persembahan untuk ibu, hukum meminta seekor anak domba yang berumur
setahun untuk korban bakaran dan seekor anak merpati atau tekukur untuk korban
karena dosa. Tetapi hukum mengadakan peraturan, jika ibu bapa yang bersangkutan
terlampau miskin untuk membawa seekor anak domba, sepasang tekukur atau dua ekor
anak merpati, seekor untuk korban bakaran, yang seekor lagi untuk korban karena
dosa, dapat diterima.
Segala persembahan yang dipersembahkan kepada Tuhan haruslah tidak bercacat.
Persembahan ini membayangkan Kristus dan dari sini jelaslah bahwa Yesus Sendiri
bebas dari cacat badani. Ialah "anak domba, yang tak bernoda dan tak bercacat" I Ptr.
1:19 itu. Bentuk tubuh-Nya bebas dari segala macam cacat; tubuh-Nya kuat dan sehat.
Maka sepanjang umur hidup-Nya Ia hidup menurut segala hukum alam. Baik dalam hal
badani maupun dalam hal rohani, Dialah satu teladan dari apa yang direncanakan Allah
bagi semua umat manusia oleh ketaatan pada hukum-hukum-Nya.
Penyerahan anak sulung berasal pada zaman purbakala. Allah telah berjanji hendak
mengaruniakan Anak Sulung surga untuk menyelamatkan orang yang berdosa. Karunia
ini harus diakui dalam tiap rumah tangga dengan penyerahan anak sulung. Ia harus
diasingkan untuk keimamatan, sebagai wakil Kristus di antara manusia.
Dalam kelepasan bangsa Israel dari Mesir, penyerahan anak sulung kembali
diperintahkan. Ketika bangsa Israel terikat dalam perhambaan kepada bangsa Mesir,
Tuhan menyuruh Musa pergi kepada Firaun, raja Mesir, untuk mengatakan, "Inilah
sabda Tuhan: Bahwa Israel itulah anak-Ku, yaitu anak-Ku yang sulung. Maka sebab itu
sabda-Ku kepadamu: Biarkanlah anak-Ku pergi, supaya ia berbuat ibadat kepada-Ku;
jika engganlah engkau melepaskan dia pergi, niscaya Aku akan membunuh anakmu
laki-laki yang sulung."
Musa menyampaikan kabarnya itu; tetapi jawab raja yang angkuh itu ialah, "Siapa
gerangan Tuhan, yang patut aku menurut kata-Nya dan melepaskan orang Israel itu
pergi: Tidak tahu aku akan Tuhan itu dan lagi tidak mau aku melepaskan orang Israel itu
pergi." Tuhan bekerja bagi umat-Nya dengan berbagai tanda dan mukjizat, menjatuhkan
hukuman yang mahadahsyat atas Firaun. Akhirnya malaikat maut disuruh membunuh
anak sulung manusia dan hewan di antara bangsa Mesir. Supaya orang Israel terhindar,
mereka itu disuruh membubuhkan di ambang pintu rumahnya masing-masing darah
seekor anak domba yang telah tersembelih. Tiap rumah harus ditandai, supaya bila
malaikat itu datang untuk melaksanakan tugas mautnya itu, dapatlah ia melalui
rumah-rumah bangsa Israel.
Setelah menjatuhkan hukuman ini atas Mesir, bersabdalah Tuhan kepada Musa,
"Kuduskanlah bagi-Ku semua anak sulung . . .baik pada manusia maupun pada hewan;
Akulah yang empunya mereka” "maka ketika Kupukul segala anak sulung di negeri Mesir, pada hari itu juga Kusucikan bagi-Ku segala anak sulung di antara Israel, baik
manusia, baik binatang adalah Aku punya; bahwa Akulah Tuhan." Setelah upacara bait
suci dibentuk, diangkat Allah suku Lewi untuk mengambil tempat anak sulung seluruh
bangsa Israel guna bekerja di dalam bait suci itu. Tetapi anak sulung masih tetap juga
dianggap sebagai milik Tuhan, dan harus dibeli dengan tebusan.
Demikianlah hukum untuk mempersembahkan anak sulung itu dibuat mengandung arti
yang istimewa. Meskipun merupakan peringatan untuk bagaimana ajaib Tuhan telah
melepaskan bangsa Israel, dibayangkannya pula suatu kelepasan yang lebih besar,
yang akan dilakukan oleh Anak Allah yang Tunggal. Sebagaimana darah yang
dipercikkan di ambang pintu telah menyelamatkan anak-anak sulung Israel, demikian
juga darah Kristus berkuasa menyelamatkan dunia.
Jika demikian alangkah besarnya arti yang terkandung dalam upacara menyerahkan
Kristus itu. Tetapi imam tiada melihat melalui tirai itu, ia tidak membaca rahasia yang di
seberangnya. Upacara menyerahkan anak-anak bayi adalah suatu peristiwa yang biasa
saja. Dari hari ke hari imam menerima uang tebusan bila anak-anak bayi itu diserahkan
kepada Tuhan. Dari hari ke hari ia bekerja menurut acara kerjanya sehari-hari,
memberikan hanya sedikit perhatian kepada orang tua atau anak-anak, kecuali ia
melihat tanda-tanda kekayaan atau kedudukan tinggi di pihak orang tua anak-anak itu.
Yusuf dan Maria miskin; maka ketika mereka datang dengan anaknya itu, imam melihat
hanya seorang lelaki dan perempuan yang berpakaian seperti orang Galilea, dan
dengan pakaian yang paling sederhana. Tiada barang sesuatu pun dalam rupa mereka
yang menarik perhatian dan mereka mempersembahkan hanya  persembahan yang
biasa dipersembahkan oleh golongan yang tidak mampu.
Imam melaksanakan upacara pekerjaannya yang resmi. Ia memangku anak itu lalu
mengangkatnya di depan mezbah. Sesudah mengembalikannya kepada ibunya,
didaftarkannyalah nama-Nya "Yesus" dalam daftar anak-anak sulung. Ia sama sekali
tidak menyangka, sementara anak bayi itu terletak pada tangannya, bahwa ialah
Mahabesar surga, Raja Kemuliaan. Imam itu tidak memikirkan bahwa anak bayi inilah
Dia, yang telah ditulis Musa, "Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi
dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah dia dalam segala
sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu." Kisah 3:22. Tidak dipikirnya bahwa anak
bayi inilah Dia yang kemuliaan-Nya Musa telah memohon untuk melihatnya. Tetapi satu
oknum yang lebih besar daripada Musa sedang terletak pada pangkuan imam itu; dan
waktu ia mendaftarkan nama anak itu, ia tengah mendaftarkan nama Dia yang menjadi
alasan seluruh peraturan keagamaan bangsa Yahudi. Nama itulah yang akan
merupakan batalnya segala upacara tersebut; karena sistem korban dan persembahan
sudah kian menjadi usang; lambang sudah hampir sampai kepada aslinya, bayangan itu
sudah hampir sampai kepada ujudnya.
Shekinah sudah meninggalkan bait, tetapi dalam diri Anak Betlehem itu terselubunglah
kemuliaan yang di hadapannya segala malaikat sujud Anak bayi yang belum tahu
apa-apa inilah benih yang telah dijanjikan itu, yang kepadanya mezbah pertama yang di
pintu gerbang Eden dulu kala itu menunjuk. Inilah Silo, pemberi damai itu. Ialah yang
menyebut diri-Nya kepada Musa sebagai AKU ADA. Ialah yang dalam tiang awan dan
tiang api dulu, telah menjadi penuntun bangsa Israel. Inilah Dia yang telah sejak lama
diramalkan oleh para penilik. Ialah kerinduan segala bangsa, Akar dan Benih Daud,
Bintang Timur yang gilang-gemilang cahayanya. Nama anak bayi kecil yang masih belum berdaya itu, yang dituliskan dalam daftar bangsa Israel, menyatakan bahwa Ia
adalah saudara kita, ialah harapan umat manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Anak
itu yang untuknya uang tebusan telah dibayar, ialah Dia yang harus membayar tebusan
untuk dosa-dosa seluruh dunia. Ialah "imam besar atas isi rumah Allah" yang asli,
kepala "imamat, yang tidak berkeputusan," perantara "di sebelah kanan yang
Mahamulia dalam tempat yang tinggi."
Hal-hal rohani dapat dimengerti dari sudut kerohanian. Dalam bait suci itu Anak Allah
diserahkan untuk pekerjaan yang telah ditentukan bagi-Nya. Imam memandang Dia
sebagaimana ia memandang seseorang anak bayi lain. Tetapi sungguh pun ia tidak
melihat atau pun merasai sesuatu yang luar biasa, perlakuan Allah dalam
mengaruniakan Anak-Nya itu kepada dunia ini diakui. Peristiwa ini tidak lalu tanpa
sesuatu pengenalan akan Kristus. "Maka sesungguhnya dalam Yerusalem adalah
seorang yang bernama Simeon; yaitu seorang yang benar lagi beribadat, maka adalah
ia menantikan penghiburan Israel dan Roh Kudus pun adalah padanya. Maka
kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa tidak ia akan melihat maut sebelum
dilihatnya Kristus Tuhan itu dulu."
Waktu Simeon masuk ke dalam bait suci, dilihatnyalah satu keluarga tengah
menyerahkan anak sulungnya di hadapan imam. Keadaan mereka menunjukkan adanya
kemiskinan; tetapi Simeon mengerti amaran Roh, maka hatinya pun tergeraklah dengan
amat sangat bahwa anak bayi yang tengah diserahkan kepada Tuhan itu ialah
Penghiburan Israel, Orang yang ia rindu hendak melihatnya. Bagi imam yang
tercengang-cengang itu, Simeon nampak seperti seorang orang yang tengah terpesona
karena kegirangan hatinya. Anak  itu sudah dikembalikan kepada Maria, lalu diambilnya
pada pangkuannya dan menyerahkan-Nya kepada Allah, sedang suatu kegembiraan
yang belum pernah dirasainya dulu meresapi jiwanya. Ketika ia mengangkat
Juruselamat yang masih bayi itu ke arah surga, berkatalah ia, "Ya Tuhan, sekarang
biarlah hamba-Mu kembali dengan selamat, setuju dengan sabda-Mu; karena mataku
telah melihat selamat yang daripada-Mu, yang Kau sediakan di hadapan segala bangsa;
yaitu suatu terang akan menerangi segala orang kafir, dan suatu kemuliaan bagi
umat-Mu Israel."
Roh nubuat ada pada hamba Allah ini, dan sementara Yusuf dan Maria berdiri di sana,
keheran-heranan mendengar perkataannya, diberkatinya mereka itu, serta berkata
kepada Maria, "Bahwasanya kanak-kanak ini ditentukan akan jatuhnya dan bangkitnya
banyak orang di antara orang Israel dan akan suatu alamat, yang akan diperbantahkan
(bahkan, sebilah pedang pun akan makan terus ke dalam jiwamu sendiri), supaya isi
hati banyak orang jadi nyata."
Hana juga, seorang nabiah, datang masuk  lalu memperkuat kesaksian Simeon
mengenai Kristus itu. Sedang Simeon berbicara, wajah wanita itu bersinar dengan
kemuliaan Allah, dan dicurahkannya syukur hatinya karena ia sudah diizinkan melihat
Kristus Tuhan itu.
Orang-orang beribadat yang rendah hati  ini telah mempelajari nubuatan tidak dengan
sia-sia. Tetapi orang-orang yang menduduki pangkat sebagai penghulu-penghulu dan
imam-imam di Israel, sungguh pun mereka juga sudah mendengar pernyataan yang
indah dari nubuatan, mereka tidak berjalan pada jalan Tuhan, dan mata mereka tidak
terbuka untuk melihat Terang hidup itu.
Masih demikian juga keadaan sekarang ini. Peristiwa-peristiwa yang menjadi pusat perhatian segenap surga tidak dilihat, dan terjadinya segala peristiwa itu tidak
diperhatikan oleh para pemimpin agama, serta oleh orang yang berbakti dalam rumah
Allah. Orang mengakui Kristus dalam sejarah, sedangkan mereka berpaling
meninggalkan Kristus yang hidup. Kristus dalam sabda-Nya meminta pengorbanan diri,
dalam diri para fakir miskin dan para penderita yang meminta pertolongan, dalam
pekerjaan kebenaran di mana tersangkut kemiskinan, pekerjaan banting-tulang dan
fitnahan, tidaklah lebih segera disambut hari ini daripada la disambut delapan belas
abad yang lalu.
Maria memikir-mikirkan nubuatan Simeon yang mempunyai arti luas itu. Sedang ia
memandangi anak yang pada pangkuannya itu, dan mengenangkan perkataan yang
diucapkan oleh gembala-gembala Betlehem dulu, penuhlah hatinya dengan sukacita
dan harapan yang gemilang. Perkataan Simeon itu mengingatkan kepadanya ucapan
nubuatan nabi Yesaya: "Karena daripada tunggul Isai yang terpotong itu akan terbit
suatu pucuk dan suatu taruk daripada akarnya akan berbuah, maka pada-Nya akan
tinggal Roh Tuhan, yaitu Roh hikmat dan akal-budi Roh bicara dan  kuat, Roh
pengetahuan dan takut akan Tuhan.... Karena keadilan akan menjadi pengikat
pinggang-Nya, dan kebenaran pun akan menjadi cindai-Nya." "Adapun orang yang
duduk dalam gelap itu, mereka itu akan melihat suatu terang besar dan bagi segala
orang yang duduk di tanah bayang-bayang kematian itu akan terbit suatu terang
atasnya.... Karena seorang kanak-kanak sudah jadi bagi kita, seorang anak laki-laki
sudah dikaruniakan kepada kita; bahwa pemerintahan adalah di atas bahu-Nya dan
nama-Nya pun disebut oranglah Ajaib, Bicara, Allah yang Mahakuasa, Abualkadim, Raja
Damai."  
Tetapi Maria tidak mengerti tugas Kristus. Simeon sudah bernubuat tentang Dia sebagai
suatu terang untuk menerangi orang kafir, serta suatu kemuliaan bagi Israel.
Demikianlah malaikat-malaikat telah mengumumkan kelahiran Juruselamat itu sebagai
kabar kesukaan bagi segala bangsa. Allah sedang berusaha memperbaiki pendapat
orang Yahudi yang sempit tentang pekerjaan Mesias. Ia menghendaki agar manusia
memandang Dia, bukan saja sebagai pelepas bangsa Israel, tetapi juga sebagai
Penebus dunia. Tetapi memerlukan bertahun-tahun lamanya bagi ibu Yesus sendiri
untuk mengerti tugas-Nya.
Maria mengharapkan masa Mesias berkerajaan di atas takhta Daud, tetapi ia tidak
melihat baptisan penderitaan dengan mana hal itu wajib dicapai. Oleh Simeon sudah
dinyatakan bahwa Mesias tidak akan menempuh satu jalan yang bebas dari segala
rintangan di dunia ini. Dalam ucapan yang kepada Maria, "Sebilah pedang pun akan
makan terus ke dalam jiwamu sendiri," Allah dalam kasihan-Nya yang lemah-lembut
memberikan kepada ibu Yesus amaran tentang penderitaan yang oleh karena-Nya
sudah mulai dideritanya."
"Bahwasanya," Simeon telah berkata, "kanak-kanak ini ditentukan akan jatuhnya dan
bangkitnya banyak orang di antara orang Israel dan akan suatu alamat, yang akan
diperbantahkan." Mereka yang akan bangkit pula harus lebih dulu jatuh. Kita mesti jatuh
ke atas Batu itu dan hancur, sebelum kita dapat diangkat dalam Kristus. Diri harus
diturunkan dari takhtanya, kesombongan harus direndahkan, kalau kita hendak
mengetahui kemuliaan kerajaan kerohanian. Orang Yahudi tidak mau menerima
kehormatan yang dicapai dengan jalan kerendahan. Sebab itu mereka tidak mau
menerima Penebusnya. Ialah alamat yang akan diperbantahkan orang itu. "Supaya isi hati banyak orang jadi nyata." Dalam terang kehidupan Juruselamat, hati
sekalian orang, bahkan dari Khalik hingga raja kegelapan, dinyatakan. Setan telah
melukiskan Allah sebagai mementingkan diri dan suka menindas, sebagai menurut
semuanya tetapi tidak memberikan barang sesuatu, sebagai meminta pelayanan dari
segala makhluk-Nya demi kemuliaan-Nya sendiri, tetapi tidak suka mengadakan
sesuatu pengorbanan demi kebaikan mereka itu. Tetapi perihal Kristus dikaruniakan
menyatakan hati  Bapa. Disaksikannya bahwa pikiran Allah terhadap kita adalah
"rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan." Yeremia 29:11. Hal itu
menandaskan bahwa meskipun kebencian hati Allah terhadap dosa kuat laksana maut,
kasih-Nya kepada orang berdosa  lebih kuat daripada maut. Setelah melaksanakan
penebusan kita, la tidak akan menahan barang sesuatu, bagaimanapun mahalnya, yang
perlu untuk penyempurnaan pekerjaan-Nya. Tiada kebenaran yang penting artinya bagi
keselamatan kita yang ditahankan, tiada mukjizat kemurahan yang dilalaikan, tiada alat
Ilahi yang tidak digunakan. Kerelaan ditimbun atas kerelaan karunia atas karunia.
Seluruh perbendaharaan surga terbuka bagi orang-orang yang Ia berusaha hendak
menyelamatkannya. Sesudah mengumpulkan kekayaan alam  semesta, dan
membukakan sumber-sumber kekuasaan yang tidak terhingga, diserahkan-Nya
semuanya ini ke tangan Kristus, seraya bersabda, Semuanya ini adalah untuk manusia.
Gunakanlah segala karunia ini untuk menginsafkan manusia itu bahwa tiadalah kasih
yang  lebih besar daripada kasih-Ku di dunia atau di surga. Kebahagiaannya yang
terbesar akan terdapat dalam mengasihi Aku.
Di salib Golgota, kasih dan sifat mementingkan diri tegak berhadap-hadapan. Di sinilah
puncak kenyataannya. Kristus telah hidup hanya untuk menghibur dan memberkati, dan
dalam membunuh Dia, Setan menyatakan kedurjanaan kebencian hatinya kepada Allah.
Ditunjukkannya dengan nyata bahwa maksud pemberontakannya yang sesungguhnya
ialah hendak menurunkan Allah dari takhta-Nya, dan untuk membinasakan Dia yang
oleh-Nya kasih Allah ditunjukkan.
Oleh kehidupan dan kematian Kristus, pikiran manusia pun turut kelihatan. Dari
palungan hingga kayu salib, kehidupan Yesus merupakan suatu  panggilan kepada
penyerahan diri, dan kepada persekutuan dalam penderitaan. Disingkapkannya tabir
segala maksud manusia. Yesus datang dengan kebenaran surga, dan semua orang
yang mencamkan suara Roh Kudus tertarik kepada-Nya. Orang-orang yang berbakti
kepada diri sendiri adalah rakyat kerajaan Setan. Dalam sikap mereka terhadap Kristus,
semua orang akan menunjukkan di pihak mana mereka itu berdiri. Maka demikianlah
setiap orang menjatuhkan hukuman atas dirinya sendiri.
Pada hari pehukuman terakhir kelak, setiap jiwa yang hilang akan mengerti sifat
penolakannya akan kebenaran. Salib akan dihadapkan, dan artinya yang sesungguhnya
akan dimaklumi oleh setiap pikiran yang telah dibutakan oleh pelanggaran. Di hadapan
penglihatan akan Golgota dengan Korbannya yang penuh rahasia itu, orang berdosa
akan berdiri dengan terkutuk. Setiap maaf bohong akan disapu bersih. Kemurtadan
manusia akan tampak dalam keadaannya yang keji. Manusia akan melihat apa yang
telah menjadi pilihan mereka. Tiap pertanyaan tentang kebenaran dan kesalahan dalam
pertikaian yang sudah sejak lama berlangsung itu akan jelaslah kelak. Dalam
pengadilan semesta alam kelak, Allah akan bersih dari kesalahan atas adanya atau
lanjutnya kejahatan. Akan ditunjukkan kelak bahwa segala titah Ilahi bukanlah alat-alat
yang menimbulkan dosa. Tidak ada cacat dalam pemerintahan Allah, tiada sebab untuk pendurhakaan. Manakala isi segala hati kelak ternyata, baik yang setiawan maupun
yang pemberontak akan bersatu mengatakan, "Adil dan benarlah segala jalan-Mu, ya
Raja segala orang suci! Siapa gerangan yang tidak takut akan Dikau, ya Tuhan, dan
siapakah yang tidak memuliakan Nama-Mu? . . . karena segala hukum-Mu telah
nyatalah."

(Pasal ini didasarkan atas Lukas 2:21-38) Pasal 6

"KAMI MELIHAT BINTANGNYA"

"Setelah lahirnya Yesus di Betlehem di tanah Yudea, pada zaman baginda Herodes,
maka datanglah beberapa orang Majus dari benua sebelah timur ke Yerusalem,
katanya: Di manakah raja orang Yahudi yang baru lahir itu? karena kami sudah melihat
bintangnya di sebelah timur, maka kami datang hendak menyembah Dia."
Orang Majus yang datang dari Timur itu adalah ahli-ahli filsafat. Mereka termasuk dalam
golongan yang besar dan berpengaruh, yang meliputi orang bangsawan, dan memiliki
banyak harta dan pengetahuan bangsa itu. Di antara orang-orang ini banyak yang
memperdayakan percaya yang bukan-bukan dari khalayak ramai. Yang lainnya adalah
orang-orang yang tulus hati, yang suka mempelajari segala petunjuk Allah dalam alam
kejadian dan yang dihormati atas kejujuran serta akal budi mereka. Inilah sifat orang
Majus yang datang kepada Yesus.
Terang Allah selamanya bersinar di tengah kegelapan kekafiran. Sementara orang
Majus ini mempelajari angkasa yang penuh bintang itu, dan berusaha menduga rahasia
yang tersembunyi pada jalan-jalannya yang gemerlapan itu, nampaklah oleh mereka
kemuliaan Khalik. Dalam usaha mencari pengetahuan yang lebih terang, mereka
berpaling kepada Alkitab Ibrani. Di negeri mereka sendiri adalah tulisan-tulisan nubuat
yang meramalkan kedatangan seorang guru Ilahi. Bileam termasuk golongan para ahli
nujum, sungguh pun ia pernah menjadi nabi Allah; oleh Roh Suci ia telah meramalkan
kemakmuran Israel dan kedatangan Mesias; dan nubuatan-nubuatannya itu telah
disampaikan oleh tradisi dari abad ke abad. Tetapi  dalam Wasiat Lama kedatangan
Juruselamat dinyatakan lebih jelas. Orang Majus itu mempelajari dengan kesukaan
bahwa kedatangan-Nya sudah dekat, dan seluruh dunia harus dipenuhi dengan
pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan.
Orang Majus itu telah melihat sebuah cahaya ajaib di angkasa pada malam ketika
kemuliaan Allah meliputi bukit-bukit Betlehem. Ketika cahaya tersebut berangsur-angsur
pudar timbullah sebuah bintang yang gemerlapan, dan berpindah perlahan-lahan di
angkasa. Itu bukannya sebuah bintang biasa atau pun sebuah planet, dan
pemandangan itu membangkitkan perhatian yang amat sangat. Bintang itu adalah
sepasukan malaikat yang bercahaya-cahaya jauh di angkasa, tetapi tentang ini tiada
diketahui apa-apa oleh orang Majus itu. Namun mereka mendapat kesan bahwa bintang
tersebut mengandung arti yang istimewa bagi mereka. Mereka pergi bertanya kepada
imam-imam dan ahli-ahli filsafat, serta menyelidiki gulungan catatan purbakala.
Nubuatan Bileam telah menandaskan, "Bintang  terbit dari Yakub, tongkat kerajaan
timbul dari Israel." Bilangan 24:17. Mungkinkah gerangan bintang yang aneh ini dikirim
mendahului kedatangan Yang Dijanjikan itu? Orang Majus itu telah menyambut baik
terang kebenaran yang dikirim dari surga; kini terang itu dicurahkan atas mereka
dengan cahaya yang lebih gemilang. Dengan perantaraan mimpi mereka disuruh
mencari Raja yang baru lahir itu.
Sebagaimana dengan percaya Abraham keluar atas panggilan Allah, "dengan tidak
mengetahui ke mana jatuhnya kelak;" sebagaimana dengan percaya bangsa Israel
mengikuti tiang awan ke tanah perjanjian, demikianlah orang-orang kafir ini berangkat
untuk mencari Juruselamat yang telah dijanjikan itu. Negeri-negeri sebelah Timur sangat kaya dalam benda-benda yang berharga; sebab itu orang Majus itu bukannya pergi
dengan tangan hampa. Sudah menjadi kebiasaan di sana untuk mempersembahkan
pemberian sebagai pernyataan hormat kepada raja-raja atau orang-orang yang
berkedudukan tinggi lainnya, maka pemberian yang paling mahal yang dapat diberikan
negeri itu pun  dibawalah sebagai persembahan di kepada-Nya di dalam siapa segala
keluarga di bumi ini akan berbahagia. Adalah perlu berjalan pada malam supaya selalu
dapat melihat bintang itu; tetapi orang Majus itu menghabiskan waktu dengan
mengulang-ulangi ucapan-ucapan tradisi dan perkataan-perkataan nubuatan tentang
Dia yang mereka cari itu. Setiap waktu beristirahat mereka menyelidiki nubuatan; maka
keyakinan mereka pun makin bertambah bahwa mereka sedang mendapat pimpinan
Ilahi. Sementara mereka melihat bintang itu di hadapan mereka sebagai tanda secara
lahir, di dalam batin mereka ada juga kenyataan Roh Suci yang senantiasa
membesarkan perhatian mereka, dan mengilhami mereka dengan harapan. Perjalanan
itu, sungguhpun jauh, adalah satu perjalanan yang diliputi sukacita bagi mereka itu.
Mereka sudah tiba di negeri Israel, dan sedang menuruni Bukit Zaitun, dan Yerusalem
sudah kelihatan, bintang yang telah menuntun mereka dalam perjalanan yang
melelahkan itu berhenti di atas bait suci, dan sesaat kemudian lenyaplah dari
penglihatan mereka. Dengan langkah yang penuh pengharapan mereka maju terus,
mengharap dengan yakin bahwa kelahiran Mesias itu akan menjadi buah mulut orang
yang penuh kegirangan. Tetapi segala pertanyaan mereka sia-sia saja. Setelah masuk
ke dalam kota suci itu, mereka pun pergilah ke bait suci. Dengan penuh keheranan
mereka tidak mendapati seorang pun yang nampaknya tahu tentang raja yang baru lahir
itu. Pertanyaan mereka tidak membangkitkan tanda sukacita, malah sebaliknya yakni
tanda-tanda rasa heran dan takut, dan bukan pula tidak disertai penghinaan.
Imam-imam tengah mengulang-ulangi tradisi-tradisi. Mereka meninggikan agama dan
peribadatan mereka sendiri, sementara mereka mencela bangsa Yunani dan Romawi
sebagai orang kafir dan orang berdosa melebihi orang lain. Orang Majus itu bukannya
penyembah berhala, dan pada pandangan Allah mereka tegak jauh lebih tinggi daripada
imam-imam itu, yang mengaku sebagai penyembah Dia namun mereka dianggap oleh
orang Yahudi sebagai orang kafir. Sekalipun di antara para  penunggu yang telah
ditentukan buat Kitab Suci itu, pertanyaan-pertanyaan mereka yang penuh harapan
gemilang itu tidak juga menjamah hati.
Kedatangan orang Majus itu segera tersiar di seluruh Yerusalem. Maksud perjalanan
mereka yang aneh itu menimbulkan kegegeran di kalangan penduduk, yang selanjutnya
merembes ke istana Raja Herodes. Orang Edom si licik itu tersentak ketika mendengar
kabar tentang kemungkinan akan adanya saingan. Pembunuhan yang tidak terhitung
banyaknya telah mencemarkan jalannya kepada takhta kerajaan. Dasar orang asing, ia
dibenci oleh rakyat yang diperintahnya. Satu-satunya keamanan bagi jiwanya ialah
kebaikan Roma. Tetapi Putra yang baru ini menaruh tuntutan yang lebih tinggi. Ia
dilahirkan untuk kerajaan itu.
Herodes mencurigai bahwa imam-imam berkomplot dengan orang-orang asing itu untuk
mengharu-birukan khalayak ramai dan menurunkan dia dari takhta. Tetapi ia
menyembunyikan kecurigaan hatinya itu, serta memutuskan dalam hati untuk
memutar-balikkan rencana-rencana mereka itu dengan tipu muslihat yang lebih unggul.
Setelah memanggil kepala-kepala imam dan ahli-ahli Taurat, ia menanyai mereka
tentang ajaran buku-buku suci mereka mengenai tempat kelahiran Mesias. Pertanyaan ini yang ke luar dari mulut perampas takhta itu, dan yang ditanyakan atas
permintaan orang-orang asing, menyengat kesombongan guru-guru Yahudi itu. Sikap
masa bodoh dengan mana mereka membuka gulungan nubuatan menimbulkan amarah
si lalim yang cemburu itu. Ia menyangka mereka mencoba hendak menyembunyikan
pengetahuan mereka dalam soal itu. Dengan kekuasaan yang tidak berani mereka
ingkari, ia memerintahkan mereka untuk mengadakan penyelidikan yang saksama, dan
untuk memberitahukan tempat kelahiran Raja mereka yang diharapkan itu. "Maka
sembah mereka itu kepada baginda: Di Betlehem, tanah Yudea, karena demikianlah
dituliskan oleh nabi itu, bunyinya:
"Hai Betlehem, tanah Yudea
Sekali-kali tidak engkau terkecil di antara segala penghulu Yehuda,
Karena dari dalammu juga akan keluar seorang raja,
Yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."
Sekarang Herodes mengundang orang Majus itu untuk mengadakan wawancara
perseorangan. Suatu badai kemarahan dan ketakutan berkecamuk dalam hatinya, tetapi
dalam gerak-geriknya ia tetap berlaku tenang, dan menerima orang-orang asing  itu
dengan sopan. Ia bertanya bila bintang itu kelihatan, serta pura-pura menyambut
dengan kesukaan kabar tentang kelahiran Kristus itu. Ia meminta tamu-tamunya itu
supaya memeriksa "hal kanak-kanak itu dengan saksama, maka apabila kamu
mendapat Dia, berilah tahu kepadaku, supaya aku pun datang menyembah Dia."
Setelah berkata demikian, dibebaskannyalah mereka untuk melanjutkan perjalanan
mereka ke Betlehem.
Imam-imam dan tua-tua Yerusalem sebenarnya bukanlah tidak mengetahui hal
kelahiran Kristus itu sebagaimana yang mereka pura-pura buat. Laporan tentang
kunjungan malaikat-malaikat kepada gembala-gembala itu sudah dibawa ke Yerusalem,
tetapi rabi-rabi telah memperlakukannya seperti sesuatu hal yang tidak layak mendapat
perhatian mereka. Mereka sendiri boleh jadi sudah akan mendapat Yesus dan mungkin
sudah akan siap untuk memimpin orang Majus itu ke tempat kelahiran-Nya; tetapi
sebaliknya, orang Majus itulah yang datang untuk menarik perhatian mereka kepada
kelahiran Mesias. "Di mana Raja orang Yahudi yang baru jadi?" tanya mereka; "karena
di negeri Timur kami melihat bintang-Nya, maka datanglah kami ini hendak menyembah
Dia."
Sekarang kesombongan dan iri hati menutup pintu terhadap terang. Sekiranya segala
laporan yang dibawa oleh gembala-gembala dan orang Majus itu diakui, maka akan
ditempatkannyalah imam-imam dan rabi-rabi itu dalam suatu kedudukan yang paling
tidak disukai, membatalkan pengakuan mereka sebagai ahli tafsir kebenaran Allah.
Guru-guru yang terpelajar ini tidak mau merendahkan hati untuk diberi petunjuk oleh
orang-orang yang mereka sebut kafir. Mustahil, kata mereka, Allah sudah melampaui
mereka, untuk berhubungan dengan gembala-gembala yang tidak tahu apa-apa atau
dengan orang kafir yang tidak disunat. Mereka bertekad untuk menunjukkan hinaan
terhadap laporan yang tengah mengharukan Raja Herodes dan seluruh kota Yerusalem.
Mereka malahan tidak mau pergi ke Betlehem untuk melihat kalau segala perkara ini
demikian halnya. Dan mereka menuntun orang banyak untuk menganggap perhatian
kepada Yesus sebagai suatu kehebohan yang mengandung anasir kefanatikan. Di
sinilah mulai terjadi penolakan terhadap Kristus oleh imam-imam dan rabi-rabi. Dari titik
ini kesombongan serta kedegilan mereka pun tumbuhlah hingga menjadi kebencian yang tetap terhadap Juruselamat. Sementara Allah membuka pintu bagi orang kafir,
para pemimpin Yahudi sedang menutup pintu bagi mereka sendiri.
Orang Majus itu berangkat sendiri dari Yerusalem. Malam sudah tiba tatkala mereka
meninggalkan pintu gerbangnya, tetapi dengan kesukaan besar mereka melihat bintang
itu pula, dan mereka ditujukan ke Betlehem. Mereka tiada menerima pemberitahuan
lebih dulu tentang keadaan Yesus yang hina sebagaimana yang telah diberikan kepada
gembala-gembala itu. Sesudah berjalan begitu jauh mereka dikecewakan oleh sikap
masa bodoh di pihak para pemimpin Yahudi, dan telah meninggalkan Yerusalem
dengan keyakinan yang kurang besar ketimbang keyakinan mereka ketika masuk ke
dalam kota itu. Di Betlehem mereka tidak menjumpai pengawal kerajaan yang
ditempatkan guna menjaga Raja yang baru lahir itu. Tidak ada orang terhormat dunia ini
hadir di situ Yesus terbaring dalam sebuah palungan. Hanya orang tua-Nya, petani
biasa yang tidak berpendidikan, yang mengawal Dia. Mungkinkah ini gerangan Dia yang
tentang Dia tersurat, bahwa Ia harus "menegakkan pula segala suku Yakub," dan
"memperbaiki pula segala pucuk Israel;" bahwa la harus menjadi "suatu terang bagi
segala orang kafir," dan menjadi "selamat . . . sampai kepada ujung bumi?"
"Ketika mereka masuk ke dalam rumah, mereka melihat anak kecil itu bersama dengan
Maria, ibu-Nya, maka sujudlah mereka menyembah Dia." Dalam penyamaran Yesus
yang hina, mereka merasakan hadirat Ilahi. Mereka menyerahkan hati kepada-Nya
selaku Juruselamat mereka, lalu mempersembahkan  pemberian mereka,—"emas dan
kemenyan dan mur." Betapa ajaibnya iman mereka itu! Mungkin dapat dikatakan
mengenai orang Majus yang dari Timur itu, sebagaimana yang kemudian dikatakan
tentang penghulu laskar Romawi, "Di antara orang Israel juga belum pernah Kudapat
percaya yang seteguh ini." Orang Majus itu belum menyelami rencana Herodes
terhadap diri Yesus. Setelah maksud perjalanan mereka tercapai, mereka bersiap-siap
untuk kembali ke Yerusalem, bermaksud hendak memberitahukan kepadanya hasil
perjalanan mereka itu. Tetapi dalam sebuah mimpi mereka mendapat sebuah kabar Ilahi
yang menasihatkan supaya jangan lagi mengadakan hubungan lebih lanjut dengan dia.
Dengan menghindari Yerusalem, berangkatlah mereka kembali ke negerinya melalui
suatu jalan lain.
Demikianlah juga Yusuf mendapat amaran supaya melarikan diri ke Mesir bersama
Maria dan anak itu. Maka kata malaikat itu, "Tinggallah di sana sampai aku memberi
tahu kepadamu, karena Herodes mencari jalan hendak membunuh Kanak-kanak itu."
Yusuf menurut dengan tiada bertangguh, dan berangkat berjalan pada malam hari
supaya lebih aman.
Dengan perantaraan orang Majus itu, Allah telah membangunkan perhatian bangsa
Yahudi terhadap kelahiran Putra-Nya. Penyelidikan mereka di Yerusalem, perhatian
umum yang dibangkitkan, dan bahkan kecemburuan hati Herodes itu, yang meminta
secara paksa perhatian imam-imam dan rabi-rabi mengerahkan pikiran kepada
nubuatan-nubuatan tentang Mesias, dan kepada peristiwa besar yang baru saja terjadi.
Setan sudah bertekad hendak  menyembunyikan terang Ilahi itu dari dunia, maka
digunakannyalah segala tipu-dayanya yang paling licik untuk membinasakan
Juruselamat. Tetapi la yang tidak pernah mengantuk atas tidur itu, selamanya
menunggui Putra-Nya yang tercinta itu. Ia yang dulu kala telah menurunkan manna dari
surga bagi bangsa Israel, dan yang telah memberi Elia makan pada waktu bala
kelaparan itu, menyediakan di sebuah negeri kafir suatu perlindungan bagi Maria dan Yesus anak bayi itu. Maka oleh pemberian orang Majus yang datang dari suatu negeri
kafir itu, Tuhan mencukupkan kebutuhan untuk perjalanan ke Mesir dan penumpangan
di sebuah negeri orang asing.
Orang Majus itulah yang termasuk golongan orang yang pertama menyambut Penebus.
Pemberian mereka itulah yang pertama diletakkan di kaki-Nya. Maka dengan pemberian
itu, alangkah mulianya pekerjaan yang telah mereka lakukan! Persembahan yang
diberikan dengan hati yang penuh kasih, Allah suka menghormatinya, serta
membubuhinya kegunaan yang sebesar-besarnya dalam bekerja bagi-Nya. Kalau kita
sudah memberikan hati kita kepada Yesus niscaya kita juga akan membawa segala
persembahan kita kepada-Nya. Emas dan perak kita, harta-benda duniawi kita yang
termahal, segala karunia pikiran dan rohani yang tertinggi nilainya yang ada pada kita,
akan kita serahkan dengan limpahnya kepada Dia yang mengasihi kita dan yang telah
menyerahkan diri-Nya sendiri bagi kita.
Herodes di Yerusalem dengan tidak sabar lagi menunggu pulangnya orang Majus itu.
Dengan berlalunya waktu dan mereka itu tidak kunjung muncul juga, bangkitlah
kecurigaannya. Keengganan rabi-rabi untuk menunjukkan tempat kelahiran Mesias
tampaknya menunjukkan bahwa mereka sudah mencium bau rencananya, dan bahwa
orang Majus itu telah dengan sengaja menghindari dia. Pikiran itu menggeramkan
hatinya. Tipu-daya sudah gagal, tetapi kekerasan masih dapat digunakan. Ia akan
mengadakan sebuah contoh dengan raja yang masih bayi ini. Orang Yahudi yang
angkuh itu harus melihat apa yang dapat mereka harapkan dalam segala percobaan
mereka hendak menempatkan seorang raja di atas takhta.
Serdadu-serdadu dengan segera disuruh pergi ke Betlehem, dengan perintah untuk
membunuh semua anak yang berusia dua tahun ke bawah. Rumah tangga yang
tenteram di kota Daud itu menyaksikan peristiwa ngeri yang, enam ratus tahun
sebelumnya, telah diberitahukan kepada nabi Yeremia. "Kedengaranlah di Rama suatu
bunyi suara ratap dan tangis dan raung yang amat besar, yaitu Rahel menangisi
anak-anaknya, maka engganlah ia dihiburkan, sebab anak-anaknya tiada lagi."
Malapetaka ini telah didatangkan oleh orang Yahudi ke atas diri mereka sendiri.
Seandainya mereka berjalan dengan kesetiaan dan kerendahan hati di hadirat Allah,
niscaya dengan suatu cara yang luar-biasa la akan membuat murka raja itu tidak
berbahaya bagi mereka. Tetapi mereka telah memisahkan diri dari Allah oleh dosa-dosa
mereka dan telah menolak Roh Kudus, yang merupakan perisai mereka satu-satunya.
Mereka tiada mempelajari Alkitab dengan hasrat hendak menurut kehendak Allah.
Mereka telah menyelidiki nubuatan-nubuatan yang dapat ditafsirkan untuk meninggikan
diri mereka sendiri, dan untuk menunjukkan betapa Allah membenci semua bangsa
yang lain. Mereka itu senantiasa membanggakan bahwa Mesias akan datang sebagai
raja, menaklukkan segala musuh-Nya, serta menginjak-injak segenap bangsa kafir
dalam murka-Nya. Demikianlah mereka membangkitkan rasa dengki pemerintah
mereka. Karena mereka sudah salah melukiskan pekerjaan Kristus, Setan bermaksud
hendak melaksanakan kebinasaan Juruselamat; tetapi terjadi hal yang sebaliknya,
bencana itu menimpa kepala mereka sendiri.
Tindakan kekejaman inilah salah satu kekejaman terakhir, yang menodai pemerintahan
Herodes. Tidak lama sesudah pembunuhan terhadap anak-anak yang tidak berdosa itu,
ia sendiri terpaksa menyerahkan diri ke dalam malapetaka yang tidak dapat dielakkan
oleh seorang jua pun. Ia mengalami kematian yang sungguh mengerikan. Yusuf, yang masih tinggal di Mesir itu, sekarang disuruh oleh seorang malaikat Allah
untuk  kembali ke negeri Israel. Karena memandang Yesus sebagai ahli waris takhta
Daud, Yusuf ingin tinggal di Betlehem; tetapi ketika mendengar bahwa Arkhelaus
memerintah di Yudea sebagai pengganti ayahnya, ia takut kalau-kalau rencana ayahnya
terhadap Kristus  dilaksanakan oleh anaknya itu. Dari semua putra Herodes,
Arkhelauslah yang paling serupa dengan dia dalam tabiat. Ketika ia mengambil alih
pemerintahan, peristiwa itu telah ditandai dengan suatu huru-hara di Yerusalem dan
pembantaian beribu-ribu orang Yahudi oleh para pengawal Romawi.
Sekali lagi Yusuf dituntun ke sebuah tempat yang aman. Ia pulang ke Nazaret, kampung
halamannya yang dulu dan di sini kurang lebih tigapuluh tahun lamanya Yesus tinggal,
"supaya genaplah barang yang dikatakan oleh segala nabi, bahwa Yesus akan bergelar
orang Nazaret." Galilea adalah di bawah kekuasaan seorang putra Herodes, tetapi
daerah itu mempunyai campuran penduduk asing yang jauh lebih besar daripada
Yudea. Dengan demikian makin kuranglah perhatian dalam persoalan yang ada sangkut
paut khusus dengan orang Yahudi, dan pengakuan tentang Yesus pun akan kurang
kemungkinan membangkitkan kecemburuan orang-orang yang memegang kekuasaan.
Demikianlah sambutan terhadap Juruselamat tatkala la datang ke dunia ini. Tampaknya
tiadalah tempat beristirahat atau tempat yang aman bagi Penebus yang masih bayi itu.
Allah tidak dapat mempercayakan Putra-Nya yang tercinta itu kepada manusia,
sungguhpun pada waktu sedang melaksanakan pekerjaan-Nya demi keselamatan
mereka. Disuruh-Nya malaikat-malaikat untuk mengawal Yesus dan untuk melindungi
Dia hingga Ia menyelesaikan kelak tugas-Nya di dunia ini, dan mati oleh tangan
orang-orang yang hendak diselamatkan-Nya. Pasal 7

PADA MASA KANAK-KANAK

PADA masa kanak-kanak dan masa muda Yesus tinggal di sebuah kampung
pegunungan yang kecil. Tiada tempat di dunia ini yang tidak dapat dipermuliakan oleh
hadirat-Nya. Istana raja-raja sebenarnya akan merasa beroleh kehormatan untuk
menerima Dia sebagai seorang tamu. Tetapi Ia melewati saja rumah orang-orang kaya,
istana-istana kerajaan, dan pusat-pusat ilmu pengetahuan yang termasyhur, untuk
tinggal di Nazaret yang tidak terkenal serta yang dihinakan orang itu.
Sungguh ajaib arti riwayat singkat tentang hidup-Nya semasa kanak-kanak: "Maka
Kanak-kanak itu pun makin besar dan bertambah-tambah kuat roh-Nya dan penuhlah la
dengan budi dan karunia Allah pun adalah atas-Nya." Dalam sinar  wajah Bapa-Nya,
Yesus "makin bertambah-tambah hikmat dan besar-Nya dan makin disukai Allah dan
manusia." Pikiran-Nya giat dan tajam, dengan kecerdasan otak dan akal budi yang jauh
melampaui usia-Nya. Namun tabiat-Nya baik sekali dalam keselarasannya. Tenaga
pikiran dan tubuh berkembang secara berangsur-angsur sesuai dengan hukum masa
kanak-kanak.
Selaku seorang anak, Yesus menunjukkan suatu keindahan tabiat yang istimewa.
Tangan-Nya yang cekatan selamanya siap sedia untuk melayani orang lain. Ia
menunjukkan  kesabaran yang tidak dapat diganggu oleh barang sesuatu pun, dan
keteguhan dalam kebenaran yang tidak sudi mengorbankan kejujuran. Dalam prinsip
yang kukuh seperti batu karang, hidup-Nya menunjukkan sifat kesopanan yang tidak
mementingkan diri sendiri.  
Dengan kesungguhan yang besar ibu Yesus mengamat-amati mekarnya segala
kuasa-Nya dan melihat kesempurnaan dalam tabiat-Nya. Dengan kesukaan ia berusaha
mendorong semangat pikiran yang cerdas dan tajam itu. Dengan perantaraan Roh Suci
ia menerima akal budi untuk dapat bekerja sama dengan makhluk-makhluk semawi
dalam usaha memperkembangkan Anak ini, yang dapat mengatakan hanya Allah
sebagai Bapa-Nya.
Sejak zaman purbakala orang-orang yang setia di kalangan orang Israel selamanya
memberikan perhatian yang besar kepada pendidikan orang-orang muda. Tuhan telah
menyuruh supaya semenjak masa bayi kanak-kanak diberi pelajaran tentang
kebaikan-Nya dan kebesaran-Nya, teristimewa sebagaimana yang dinyatakan dalam
hukum-Nya, dan yang ditunjukkan dalam sejarah Israel. Nyanyian, doa dan pelajaran
dari Alkitab harus disesuaikan dengan pikiran yang sedang berkembang. Ibu ,bapa
harus mengajarkan kepada anak-anak mereka bahwa hukum Allah adalah kenyataan
tabiat-Nya, dan bahwa sementara mereka menerima asas-asas hukum itu ke dalam
hati, peta Allah pun terteralah pada pikiran dan jiwa. Sebagian besar dari pengajaran itu
dilakukan secara lisan; tetapi anak muda belajar juga membaca tulisan-tulisan Ibrani;
dan gulungan surat Alkitab Wasiat Lama terbuka untuk mereka pelajari.
Pada zaman Kristus kota atau negeri yang tidak menyediakan pendidikan agama bagi
anak-anak muda dianggap sebagai kota yang kena kutuk Allah. Namun pengajaran itu
sudah menjadi sekadar kebiasaan saja. Tradisi sudah mengambil sebagian besar
tempat Alkitab. Pendidikan yang benar niscaya menuntun kaum muda untuk "mencari
Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia." Kisah 17:27. Tetapi guru-guru orang Yahudi memusatkan perhatiannya pada soal-soal yang bersangkutan
dengan upacara-upacara belaka. Pikiran sudah dipenuhi dengan bahan-bahan yang
tidak ada nilainya bagi pelajar, dan yang tidak akan diakui sah di sekolah yang lebih
tinggi di istana surga. Pengalaman yang diperoleh karena menerima sabda Allah secara
perseorangan, tidak mendapat tempat dalam sistem pendidikan itu. Karena leka dengan
acara sehari-hari yang bersifat jasmaniah, para pelajar tidak beroleh saat yang tenang
untuk mengadakan hubungan dengan Allah. Mereka tidak mendengar suara-Nya
berfirman ke dalam hati. Dalam usaha mereka menambang ilmu, mereka berpaling dari
Sumber akal budi. Syarat-syarat mutlak besar dalam pekerjaan Allah dilalaikan.
Asas-asas hukum disamarkan. Apa yang dianggap sebagai pendidikan yang tertinggi,
sudah merupakan rintangan yang terbesar bagi perkembangan yang  sejati. Di bawah
pendidikan rabi-rabi segala kuasa orang-orang muda tertekan. Pikiran mereka itu
menjadi terdesak dan sempit.
Yesus tidak memperoleh pendidikan di sekolah rumah sembahyang. Ibu-Nyalah
guru-Nya manusia yang pertama. Dari bibir ibu-Nya dan surat gulungan nabi-nabi la
mempelajari hal-hal semawi. Justru Sabda yang difirmankan-Nya sendiri dulu kepada
Musa untuk bangsa Israel, kini diajarkan kepada-Nya di pangkuan ibu-Nya. Ketika ia
meningkat dari masa kanak-kanak ke masa muda, la tidak berusaha belajar di sekolah
rabi-rabi. Ia tidak memerlukan pendidikan yang diperoleh dari sumber semacam itu;
sebab guru-Nya ialah Allah.
Pertanyaan yang ditanyakan ketika Juruselamat bekerja di dunia ini dulu,
"Bagaimanakah orang ini mempunyai pengetahuan demikian  tanpa belajar?" bukannya
menyatakan bahwa Yesus tidak dapat membaca, melainkan semata-mata karena la
belum pernah mendapat pendidikan dari rabi-rabi. Yoh. 7:15. Oleh karena la mendapat
pengetahuan sebagaimana yang dapat kita perbuat, maka pengetahuan-Nya  yang
dalam tentang soal-soal Alkitab itu menunjukkan betapa rajinnya la mempelajari sabda
Allah. Dan terbentang di hadapan-Nya ialah perpustakaan besar dari segala hasil
ciptaan Allah. Ia yang telah menciptakan segala sesuatu itu mempelajari
pelajaran-pelajaran yang telah ditulis oleh tangan-Nya sendiri di bumi, laut dan langit.
Terpisah dari jalan-jalan dunia ini yang cemar, la mengumpulkan himpunan ilmu
pengetahuan dari alam kejadian. Ia mempelajari hidup tumbuh-tumbuhan, binatang, dan
hidup manusia. Sejak kecil-Nya la digenggam oleh satu maksud; la hidup untuk
mendatangkan berkat kepada orang-orang lain. Untuk maksud ini la mendapat sumber
dalam alam kejadian; pendapat-pendapat baru tentang berbagai cara dan ikhtiar terkilat
dalam pikiran-Nya sementara la  mempelajari hidup tumbuh-tumbuhan dan hidup
binatang-binatang. Selalu la berusaha menarik dari benda-benda yang dapat dilihat
contoh-contoh kiasan yang dengan itu la dapat mengajarkan firman Allah yang hidup.
Perumpamaan-perumpamaan digunakan-Nya untuk memberikan
pelajaran-pelajaran-Nya tentang kebenaran selama masa kerja-Nya, menunjukkan
betapa roh-Nya terbuka terhadap pengaruh alam kejadian dan bagaimana la telah
mengumpulkan pengajaran kerohanian dari segala suasana yang di sekeliling hidup-Nya
sehari-hari.
Demikianlah bagi Yesus arti sabda dan segala benda ciptaan Allah terbuka, sedang la
mencoba mengetahui sebab-musabab dari segala sesuatu. Para pengiringnya ialah
makhluk-makhluk semawi, dan alam pikiran serta percakapan yang suci ada pada-Nya.
Sejak dapat berpikir ia senantiasa bertumbuh dalam sifat kerohanian, dan pengetahuan tentang kebenaran.
Setiap anak dapat memperoleh pengetahuan sebagaimana halnya dengan Yesus.
Sedang kita berusaha mengenal Bapa kita yang di surga dengan melalui firman-Nya,
malaikat-malaikat yang suci akan datang hampir, pikiran kita akan dikuatkan, tabiat kita
akan dipertinggi dan diperhalus. Kita akan lebih menyerupai Juruselamat kita. Maka
sedang kita melihat benda-benda yang elok dan mulia dalam alam kejadian,
kasih-sayang kita pun akan mengalirlah kepada Allah. Sementara roh merasa takut
dengan hormat, jiwa dikuatkan oleh mengadakan hubungan dengan Yang Mahabesar
melalui benda-benda ciptaan-Nya. Percakapan dengan Allah melalui doa
mengembangkan tenaga pikiran dan batin, dan tenaga rohani makin kuat sementara
kita memupuk pikiran dengan hal-hal yang bersifat rohani.
Kehidupan Yesus adalah suatu kehidupan yang sesuai dengan Allah. Ketika Ia masih
seorang kanak-kanak, la berpikir dan berbicara seperti seorang kanak-kanak; tetapi
tidak ada sekelumit pun tanda-tanda dosa yang menodai peta Allah dalam diri-Nya.
Meskipun demikian la tidak bebas dari penggodaan. Penduduk Nazaret sudah menjadi
buah bibir orang karena kejahatannya. Anggapan yang rendah dari khalayak ramai
tentang mereka dinyatakan oleh pertanyaan Natanael, "Mungkinkah sesuatu yang baik
datang dari Nazaret?" Yoh. 1:46. Yesus ditempatkan di mana watak-Nya akan diuji.
Perlulah la senantiasa waspada untuk mempertahankan kesucian-Nya. Ia tidak luput
dari segala pergumulan yang wajib kita hadapi, supaya la dapat menjadi contoh bagi kita
dalam masa kanak-kanak, masa muda, dan masa dewasa.
Setan tidak mengenal lelah dalam usahanya untuk mengalahkan Anak Nazaret itu.
Sejak kecil-Nya Yesus selalu dikawal oleh malaikat-malaikat surga, namun hidup-Nya
adalah satu pergumulan yang lama sekali melawan kuasa kegelapan. Bahwa di bumi ini
ada satu hidup yang bebas dari kenajisan kejahatan, adalah suatu hal yang
mengganggu dan membingungkan pikiran putra kegelapan. Segala ikhtiar diadakannya
untuk menjebak Yesus. Tiada seorang pun anak manusia yang akan pernah disuruh
hidup suci di tengah perjuangan yang demikian dahsyatnya dengan pencobaan, seperti
Juruselamat kita.
Orang tua Yesus miskin, dan mereka bergantung kepada pekerjaan berat sehari-hari. Ia
sudah biasa dengan, kemiskinan, penyangkalan diri dan kekurangan. Pengalaman ini
adalah suatu pelindung bagi-Nya. Dalam hidup-Nya yang rajin itu tidak ada waktu yang
terbuang untuk mengundang pencobaan. Tidak ada saat yang tidak bertujuan membuka
jalan bagi pergaulan yang mencemarkan. Ia berusaha sedapat-dapatnya untuk menutup
pintu bagi penggoda itu. Tiada keuntungan atau pun kesenangan, pernyataan setuju
atau pun kecaman, yang dapat membujuk Dia untuk menyetujui sesuatu tindakan yang
salah: la sungguh bijaksana mengamati kejahatan, dan kuat melawannya.
Kristuslah satu-satunya orang yang tidak berdosa yang pernah tinggal di dunia ini,
namun hampir tigapuluh tahun lamanya Ia hidup di antara penduduk Nazaret yang jahat.
Kenyataan ini merupakan suatu teguran bagi orang-orang yang mengira bahwa mereka
bergantung pada tempat, nasib, atau kemakmuran, agar dapat hidup dengan tiada
bercacat. Pencobaan, kemiskinan, kemelaratan, justru merupakan disiplin yang
diperlukan untuk mengembangkan kesucian dan keteguhan.
Yesus tinggal dalam rumah tangga petani dan dengan setia serta riang-gembira turut
memikul segala tanggungan rumah tangga. Dulu lalah Pemerintah surga, dan
malaikat-malaikat dengan gembira melaksanakan segala perintah-Nya; kini la menjadi seorang hamba yang sukarela, seorang anak pengasih dan penurut. Ia belajar
bertukang kayu dan dengan tangan-Nya sendiri Ia bekerja di bengkel pertukangan
bersama Yusuf. Dengan pakaian yang serba sederhana seperti yang dipakai oleh
seorang pekerja biasa la menjalani jalan-jalan kota kecil itu, pergi dan pulang dari
pekerjaan-Nya yang sederhana itu. Ia tidak menggunakan kuasa Ilahi-Nya untuk
mengurangi beban-Nya atau meringankan pekerjaan-Nya.
Sementara Yesus bekerja pada masa kanak-kanak dan masa muda, pikiran dan
tubuh-Nya berkembang. Ia tidak menggunakan tenaga tubuh-Nya dengan
serampangan, melainkan dengan saksama sehingga tetap berada dalam keadaan
sehat,-supaya la dapat melakukan pekerjaan yang sebaik-baiknya dalam segala hal Ia
tidak mau  sembrono dalam menggunakan alat pertukangan sekalipun la sempurna
sebagai seorang pekerja, sebagaimana la sempurna dalam tabiat. Dengan teladan yang
diberikan-Nya itu Ia mengajarkan bahwa adalah kewajiban kita untuk menjadi rajin,
bahwa pekerjaan kita haruslah dilakukan dengan tepat dan saksama, dan bahwa
pekerjaan yang demikian itu mulia adanya. Pergerakan badan yang mengajar tangan
supaya berguna, dan melatih orang muda supaya turut memikul beban kehidupan
memberikan kekuatan tubuh, serta mengembangkan setiap tenaga. Semuanya harus
mencari sesuatu untuk dilakukan, yang akan berfaedah bagi dirinya sendiri dan menjadi
pertolongan bagi orang lain. Allah telah menentukan pekerjaan sebagai suatu berkat,
dan hanyalah pekerja yang rajin yang mendapat kemuliaan dan kegembiraan hidup
sejati. Kebaikan Allah diberikan hingga dengan jaminan kasih atas anak dan orang
muda yang dengan sukaria turut memikul kewajiban rumah tangga, menolong ibu dan
bapa dalam tanggungannya. Anak-anak yang begitu akan pergi ke luar dari lingkungan
rumah tangga dan kemudian menjadi anggota masyarakat yang berguna.
Selama hidup-Nya di dunia, Yesus adalah seorang pekerja yang tekun dan setia Ia
mengharapkan banyak; sebab itu Ia pun berusaha banyak. Setelah la mulai bekerja
sebagai Guru, la berfirman, "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku,
selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat
bekerja." Yoh. 9:4. Yesus tidak segan menghadapi kesusahan dan kewajiban,
sebagaimana yang dibuat oleh banyak orang yang mengaku sebagai pengikut-Nya.
Adalah sebab mereka berusaha menghindari disiplin ini maka banyak yang lemah dan
tidak cakap. Mungkin mereka memiliki sifat tabiat yang bagus dan menarik hati, namun
mereka lemah dan hampir tidak berguna apabila kesukaran harus dihadapi atau
rintangan harus dilalui. Ketegasan dan tenaga, keteguhan serta kekuatan watak seperti
yang dinyatakan dalam diri Kristus harus dipertumbuhkan dalam diri kita, dengan jalan
disiplin yang ditanggung-Nya itu juga. Dan rahmat yang diterima-Nya itu adalah untuk
kita.
Selama Ia hidup di antara manusia, Juruselamat kita turut menanggung nasib
fakir-miskin. Oleh pengalaman tahulah la akan keluh-kesah dan kesukaran mereka itu,
maka dapatlah la menghibur dan memberanikan hati segala pekerja yang hina.
Orang-orang yang mengerti benar-benar akan pengajaran hidup-Nya, tidak pernah akan
merasa bahwa sesuatu perbedaan harus diadakan antara golongan-golongan, bahwa
para hartawan harus dihormati melebihi orang miskin.
Yesus bekerja dengan gembira dan bijaksana. perlulah banyak kesabaran dan
kerohanian untuk dapat membawa agama Alkitab ke dalam kehidupan di rumah tangga
dan ke dalam tempat pekerjaan, menanggulangi tekanan perusahaan duniawi, namun tetap memelihara tujuan semata-mata hendak memuliakan Allah. Di sinilah Yesus
merupakan seorang penolong. Ia tidak pernah begitu sibuk dengan urusan duniawi
sehingga tidak ada lagi waktu atau pikiran untuk hal-hal surga. Kerapkali la menyatakan
kesukaan hati-Nya oleh menyanyikan Mazmur dan nyanyian surga. Acapkali penduduk
Nazaret mendengar suara-Nya menyanyikan pujian dan ucapan syukur kepada Allah. Ia
mengadakan hubungan dengan surga dalam nyanyian; dan apabila kawan-kawan-Nya
mengeluh karena lelah dari pekerjaan, mereka itu diriangkan oleh nyanyian yang merdu
dari bibir-Nya. Nyanyian pujian-Nya itu nampaknya mengusir malaikat-malaikat yang
jahat, dan, seperti halnya dengan dupa, memenuhi tempat itu dengan keharuman.
Pikiran para pendengar-Nya dibawa dari tempat buangan di dunia ini, ke rumah yang di
surga. Yesus adalah mata air kemurahan yang menyembuhkan bagi dunia ini; maka
sepanjang tahun-tahun kesunyian yang di Nazaret itu, hidup-Nya mengalir dalam arus
belas-kasihan dan kelemahlembutan. Orang yang sudah tua, orang yang berduka, dan
orang yang ditindas oleh dosa, anak-anak yang bermain-main dengan kesukaan hatinya
yang murni, makhluk-makhluk kecil di hutan belukar, binatang penarik muatan yang
sabar,-semuanya merasa lebih senang karena hadirat-Nya. Ia yang firman
kekuasaan-Nya menyokong segala  dunia, mau membungkuk untuk menolong seekor
burung yang terkena luka. Tiada sesuatu yang terlalu kecil bagi perhatian-Nya, tiada
sesuatu terhadap mana Ia merasa jijik untuk memberi pelayanan.
Demikianlah sedang Ia bertumbuh dalam akal budi dan perawakan,  Yesus pun
bertambah dalam kebaikan Allah dan manusia. Ia menarik simpati segala hati oleh
menunjukkan diri-Nya sendiri sanggup menaruh simpati dengan semua orang. Suasana
harapan dan semangat yang mengelilingi Dia menjadikan Dia suatu berkat dalam setiap
rumah tangga. Maka sering dalam rumah sembahyang pada hari Sabat la dipanggil
untuk membaca pelajaran dari surat nabi-nabi, dan hati para pendengar merasa
gembira ketika suatu terang yang baru bersinar dari perkataan biasa dari ayat yang suci
itu.
Namun Yesus menghindari pertunjukan. Selama tinggal di Nazaret, la tidak pernah
menunjukkan kuasa ajaib-Nya. Ia tidak pernah mencari kedudukan yang tinggi dan tidak
memakai sesuatu gelar. Hidup-Nya yang tenang dan sederhana, bahkan tidak adanya
keterangan Alkitab tentang hidup-Nya ketika kanak-kanak, memberikan kepada kita
suatu pelajaran yang penting. Makin tenang dan makin sederhana hidup seorang
anak,--makin bebas dari kesibukan yang dibuat-buat, dan makin selaras dengan alam
kejadian-makin baiklah itu bagi kekuatan tubuh dan pikiran dan bagi kekuatan rohani.  
Yesus menjadi teladan kita. Banyaklah orang yang memusatkan perhatiannya pada
masa kerja-Nya bagi khalayak ramai, sedangkan mereka tidak memperhatikan
pengajaran masa kecil-Nya. Tetapi justru dalam hidup-Nya  di rumah tanggalah la
menjadi teladan bagi anak-anak dan orang muda. Juruselamat rela menempuh
kepapaan, supaya la dapat mengajarkan betapa dekat kita dapat berjalan dengan Allah
dalam suatu nasib yang hina. Ia hidup untuk menyenangkan hati, menghormati serta
memuliakan Bapa-Nya dalam segala perkara kehidupan biasa. Pekerjaan-Nya mulai
dengan memuliakan pekerjaan tukang yang hina, yang bekerja untuk mencari
nafkahnya sehari-hari. la melakukan pekerjaan Allah pada waktu bekerja di bangku
pertukangan kayu sama dengan pada waktu mengadakan mukjizat-mukjizat bagi
khalayak ramai. Maka setiap orang muda yang mengikuti jejak Kristus dalam hal
kesetiaan dan penurutan di rumah tangga-Nya yang sederhana itu, dapat menyatakan berhak atas sabda yang diucapkan tentang diri-Nya oleh Bapa melalui Roh
Kudus,"Lihatlah hamba-Ku, yang Kupapah; pilihan-Ku, yang hati-Ku berkenan akan
Dia."
---------------
Pasal ini didasarkan atas Lukas 2:39, 40. Pasal 8

KUNJUNGAN KE PESTA PASKAH

BAGI bangsa Yahudi tahun keduabelas ialah garis pemisah antara masa kanak-kanak
dan masa muda. Setelah meningkat ke dalam usia ini seorang anak muda Ibrani disebut
anak hukum, dan juga anak Allah. Ia diberi kesempatan istimewa untuk pelajaran
agama, dan diharapkan untuk mengikuti berbagai pesta dan upacara keagamaan.
Sesuai dengan kebiasaan inilah Yesus pada masa mudanya mengadakan kunjungan
Paskah ke Yerusalem. Sebagaimana semua orang Israel yang tekun beribadat, Yusuf
dan Maria naik tiap tahun untuk menghadiri Paskah, dan sesudah Yesus mencapai
umur yang dituntut, mereka membawa Dia beserta mereka.
Ada tiga pesta tahunan, Paskah, Pentakosta, dan Pesta Pondok Daun-daunan, pada
kesempatan seperti itu semua orang laki-laki Israel diperintahkan menghadap, Tuhan di
Yerusalem. Di antara semua pesta ini pesta Paskahlah yang paling ramai dikunjungi
orang. Banyak yang datang dari segala negeri di mana orang Yahudi tercerai-berai. Dari
segenap bagian Palestina datanglah orang-orang yang hendak berbakti dalam
rombongan-rombongan yang besar. Perjalanan dari Galilea memerlukan beberapa hari,
dan para pengunjung itu bersatu dalam rombongan-rombongan besar buat teman
perlindungan. Kaum wanita dan orang-orang yang sudah lanjut usianya mengendarai
lembu jantan atau keledai melalui jalan yang curam dan berbatu-batu. Orang-orang
laki-laki dewasa dan  anak-anak muda yang agak kuat, berjalan kaki. Waktu pesta
Paskah itu, jatuh pada akhir bulan Maret atau pada awal bulan April, dan seluruh negeri
bersemarak dengan bunga-bunga dan beria-ria dengan kicauan burung. Sepanjang
jalan tampak tempat-tempat yang  menjadi kenang-kenangan dalam sejarah bangsa
Israel maka ibu-ibu serta bapa-bapa mengisahkan kepada anak-anak mereka
masing-masing tentang mukjizat-mukjizat yang telah diadakan Allah bagi umat-Nya
pada masa yang telah lampau. Mereka mengisi waktu perjalanan itu dengan nyanyian
dan musik, dan tatkala akhirnya menara-menara Yerusalem nampak, berpadulah tiap
suara dalam nyanyian kegembiraan yang gegap-gempita--

"Bahwa kaki kami adalah berdiri Dalam pintu negerimu, hai Yerusalem . . .  
Hendaklah ada selamat dalam kota-bentengmu,  
Dan sejahtera dalam segala mahligaimu!" mahligaimu!"

Pemeliharaan Paskah mulai dengan kelahiran bangsa Ibrani. Pada malam terakhir dari
masa perhambaan mereka di Mesir, apabila tiada sesuatu tanda kelepasan tampak,
Allah memerintahkan mereka supaya bersiap-siap untuk kelepasan yang segera akan
terjadi. Ia telah memberikan amaran kepada Firaun tentang hukuman yang terakhir atas
orang Mesir, dan Ia telah menyuruh orang Ibrani mengumpulkan keluarga mereka di
tempat kediaman masing-masing. Setelah segala ambang pintu dipercik dengan darah
anak domba yang disembelih, mereka harus memakan daging anak domba itu, yang
sudah dipanggang, bersama apam fatir dan gulai yang pahit. "Maka dengan demikian 
hendaklah kamu makan dia," firman-Nya, "yaitu dengan berikat pinggangmu dan
berkasut kakimu dan tongkat pada tanganmu, maka hendaklah kamu makan dia dengan
bersegera-segera, yaitu Paskah Tuhan." Tengah malam semua anak sulung orang-orang Mesir mati terbunuh. Kemudian raja mengirimkan kabar kepada bangsa
Israel, "Berangkatlah kamu; keluarlah dari antara segala rakyatku, . . . pergilah kamu
berbuat bakti kepada Tuhan, setuju dengan katamu." Orang-orang Ibrani itu pergi keluar
dari Mesir sebagai satu bangsa yang merdeka. Tuhan telah memerintahkan supaya
pesta Paskah itu diselenggarakan tiap tahun. "Maka akan jadi kelak," la bersabda,
"apabila anakmu bertanya akan kamu: Apakah kebaktian yang pada kamu ini?
Hendaklah kamu menyahut: Inilah korban paskah bagi Tuhan, yang lalu daripada segala
rumah bangsa Israel dalam negeri Mesir tatkala dipalu-Nya segala orang Mesir, maka
dilindungkan-Nya segala rumah kita." Demikianlah dari keturunan kepada keturunan
hikayat tentang kelepasan yang ajaib ini harus diulangi.
Paskah itu disusul dengan pesta roti yang tidak beragi yang lamanya tujuh hari. Pada
hari yang kedua dari pesta tersebut, buah bungaran dari panen tahun itu, seberkas
syeir, dipersembahkan di hadirat Tuhan. Segenap upacara pesta itu membayangkan
pekerjaan Kristus. Kelepasan bangsa Israel dari Mesir adalah satu pelajaran yang
membayangkan penebusan, dan untuk itu Paksah dimaksudkan untuk
mengingatkannya. Domba yang disembelih, roti yang tidak beragi, buah bungaran itu,
membayangkan Juruselamat.
Bagi kebanyakan orang pada zaman Kristus, pemeliharaan pesta ini telah merosot
menjadi sekadar hari raya upacara saja. Tetapi betapa besar artinya bagi Putra Allah!
Inilah kali yang pertama Yesus melihat bait suci. Ia melihat imam-imam yang berjubah
putih melakukan tugas mereka dengan penuh khidmat. Ia melihat korban yang
bergelimangan darah di atas mezbah korban. Bersama dengan orang-orang yang
berbakti la tunduk berdoa, sementara asap dupa naik di hadirat Allah. Ia menyaksikan
upacara Paskah yang mengesankan itu. Hari demi hari Ia melihat arti semuanya dengan
bertambah jelas. Tiap perbuatan tampaknya terikat dengan hidup-Nya sendiri.
Getaran-getaran baru timbul dalam dada-Nya. Dengan tenang dan penuh perhatian, la
nampaknya mempelajari sebuah soal yang pelik. Rahasia tugas-Nya sedang terbuka
bagi Juruselamat.
Karena terlalu asyiknya memikirkan peristiwa ini, la tidak tinggal tetap di samping orang
tua-Nya. Ia berusaha menyendiri. Sesudah upacara-upacara Paskah itu berakhir, Ia
masih tinggal di halaman bait suci itu; dan setelah semua orang yang berbakti
meninggalkan Yerusalem, Ia ketinggalan di sana.
Dalam kunjungan ke Yerusalem ini, orangtua Yesus ingin memperkenalkan Dia dengan
guru-guru besar di kalangan orang Israel. Meskipun Ia taat dalam segala hal pada
firman Allah, la tidak menyesuaikan diri dengan segala upacara dan kebiasaan rabi-rabi
itu. Yusuf dan Maria mengharap supaya la dapat dipimpin untuk menghormati rabi-rabi
yang terpelajar itu, dan memberikan perhatian yang lebih besar kepada
tuntutan-tuntutan mereka. Tetapi Yesus dalam bait suci itu sudah diajar oleh Allah. Apa
yang telah diterima-Nya, dengan segera mulai diberikan-Nya.
Pada zaman itu sebuah ruangan yang dihubungkan dengan bait suci dijadikan sekolah
suci, menurut cara sekolah nabi-nabi. Di sinilah rabi-rabi yang terkemuka berhimpun
dengan murid-muridnya dan ke sinilah Yesus datang. Setelah duduk di kaki orang-orang
yang terpelajar dan disegani ini Ia mendengarkan pengajaran mereka. Selaku seorang
yang suka menuntut hikmat, ditanyai-Nya guru-guru itu tentang nubuatan--nubuatan dan
tentang peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi pada waktu itu, yang menunjuk kepada
kedatangan Mesias. Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai seorang yang haus akan pengetahuan tentang
Allah. Pertanyaan-pertanyaan-Nya mengandung kebenaran-kebenaran yang dalam
yang sudah lama tersembunyi, namun yang mutlak bagi keselamatan jiwa. Sementara
menyatakan betapa sempit dan dangkal adanya pengetahuan orang-orang pintar itu,
setiap pertanyaan membuka bagi mereka suatu pelajaran Ilahi, serta menaruh
kebenaran dalam segi pandangan yang baru. Rabi-rabi itu berbicara tentang kemuliaan
ajaib yang akan dibawa oleh kedatangan Mesias kepada bangsa Yahudi; tetapi Yesus
menyebutkan nubuatan nabi Yesaya lalu menanyakan kepada mereka apa arti
tulisan-tulisan yang menunjuk kepada penderitaan serta kematian Anak Domba Allah.
Doktor-doktor itu berpaling kepada-Nya dengan pertanyaan-pertanyaan, dan mereka
keheran-heranan mendengar segala jawab-Nya. Dengan kerendahan hati seorang anak
kecil Ia mengulangi ayat Alkitab, memberikan kepadanya arti yang begitu dalam, yang
belum pernah diselami oleh orang-orang pandai itu. Seandainya diturut, maka
garis-garis kebenaran yang ditunjukkan-Nya itu niscaya sudah melahirkan suatu
reformasi dalam agama zaman itu. Perhatian yang tekun dalam soal-soal kerohanian
niscaya sudah timbul; dan apabila Yesus memulai pekerjaan-Nya, banyaklah orang
yang akan bersedia untuk menerima Dia.
Rabi-rabi itu tahu bahwa Yesus belum pernah dididik di sekolah mereka; namun
pengertian-Nya tentang nubuatan-nubuatan jauh melampaui pengertian mereka. Dalam
diri anak Galilea yang cerdas ini mereka melihat banyak kemungkinan yang besar.
Mereka ingin mendapat Dia sebagai murid, supaya Ia menjadi guru di kalangan orang
Israel. Mereka ingin bertanggung jawab atas pendidikan-Nya,  dengan merasa bahwa
pikiran yang demikian aslinya wajib ditaruh di bawah asuhan mereka.
Perkataan Yesus telah menggerakkan hati mereka sebagaimana belum pernah dulu
digerakkan oleh ucapan yang keluar dari bibir manusia. Allah sedang berusaha hendak
memberikan terang kepada para pemimpin Israel, dan la menggunakan satu-satunya
ikhtiar yang dengan itu mereka dapat dicapai. Dalam kesombongannya mereka niscaya
akan merasa tidak suka mengaku bahwa mereka dapat menerima pelajaran dari
seseorang. Sekiranya Yesus tampak seakan-akan berusaha hendak mengajar mereka,
sudah tentu mereka tidak akan mau mendengarkan-Nya. Tetapi mereka
membanggakan diri sendiri bahwa mereka sedang mengajar Dia, atau
sekurang-kurangnya menguji pengetahuan-Nya akan Alkitab. Kesederhanaan serta budi
pekerti kemudaan Yesus melenyapkan segenap prasangka mereka.
Dengan tidak sadar pikiran mereka terbuka bagi firman Allah, dan Roh Suci berbicara
kepada hati mereka.
Tak dapat tidak mereka harus sadar bahwa pengharapan mereka tentang Mesias tidak
disokong oleh nubuatan; tetapi mereka tidak mau meninggalkan teori-teori yang telah
membesar-besarkan cita-cita mereka. Mereka tidak mau mengaku bahwa mereka
sudah salah mengerti akan Alkitab yang mereka ajarkan itu. Dari seorang kepada
seorang beredarlah pertanyaan, Bagaimanakah anak muda ini mendapat pengetahuan,
sedangkan ia tidak pernah belajar? Terang sudah bersinar dalam kegelapan; tetapi
"kegelapan itu tidak menguasainya." Yoh. 1:5 .
Dalam pada itu Yusuf dan Maria sudah sangat bingung dan  susah. Ketika berangkat
dari Yerusalem mereka sudah tidak melihat Yesus, dan mereka tidak tahu bahwa Ia
tinggal di sana. Pada waktu itu negeri itu penuh sesak dengan manusia, dan
kalifah-kalifah dari Galilea amat besar. Suasana sungguh kacau sekali ketika mereka meninggalkan kota. Di tengah jalan kesukaan berjalan dengan sahabat-sahabat dan
handai-taulan memenuhi perhatian mereka, sehingga mereka tidak memperhatikan
bahwa Ia tidak ada di situ hingga malam tiba. Kemudian ketika mereka berhenti hendak
beristirahat, mereka kehilangan tangan anak mereka yang selalu siap sedia membantu.
Karena menyangka bahwa la ada dalam rombongan itu, mereka tadinya tidak merasa
cemas. Muda seperti Dia itu, mereka telah percaya kepada-Nya dengan tiada syak,
mengharap bahwa bila diperlukan, la tentu akan bersedia hendak membantu mereka,
mengharapkan adanya keperluan-keperluan mereka sebagaimana kebiasaan-Nya.
Tetapi saat ini kekuatiran mereka timbul. Mereka mencari Dia di seluruh rombongan
mereka itu, tetapi sia-sia belaka. Dengan perasaan gemetar mereka teringat bagaimana
Herodes sudah mencoba hendak membinasakan Dia waktu la masih bayi. Kekuatiran
hebat memenuhi hati mereka. Dipersalahkannya diri sendiri dengan amat sangat.
Setelah kembali ke Yerusalem, mereka terus-menerus mencari. Keesokan harinya,
sedang mereka bersama-sama dengan orang-orang yang berbakti, suatu suara yang
mereka kenal menarik perhatian mereka. Tidak mungkin salah lagi; tiada suara lain
yang serupa dengan suara-Nya, begitu singgah dan tekun namun begitu manis lagunya.
Di sekolah rabi-rabi itu mereka menemukan Yesus. Meskipun sangat bersuka, mereka
tidak dapat melupakan kesusahan serta kekuatiran mereka yang telah lalu. Sesudah Ia
bersama-sama dengan mereka kembali, ibu itu berkata, dalam perkataan yang
mengandung teguran, "Hai Anakku, mengapa Engkau berbuat demikian akan kami?
bahwa bapa-Mu dan aku mencari Engkau dengan susah hati."
Mengapa Aku kamu cari?" sahut Yesus. "Tidakkah kamu tahu, bahwa tak dapat tidak
adalah Aku dalam rumah Bapa-Ku?" Dan waktu mereka tampaknya tidak mengerti
perkataan-Nya itu, Ia menunjuk ke atas. Pada wajah-Nya tampaklah seperti sinar yang
mengherankan mereka. Keilahian sedang memancar dari kemanusiaan. Ketika
menemukan Dia di dalam bait suci, mereka sempat mendengar apa yang berlangsung
antara Dia dan rabi-rabi itu, dan mereka tercengang-cengang mendengar segala
pertanyaan dan jawab-Nya. Perkataan-Nya melahirkan serentetan buah pikiran yang
tidak pernah akan terlupakan.
Dan pertanyaan-Nya kepada mereka mengandung  suatu pelajaran. "Tidakkah kamu
tahu," kata-Nya, "bahwa tak dapat tidak adalah Aku dalam rumah Bapa-Ku?" Yesus
sedang mengerjakan pekerjaan yang Ia telah datang ke dunia ini untuk
mengerjakannya; tetapi Yusuf dan Maria sudah melalaikan pekerjaan mereka sendiri.
Allah telah mengaruniai mereka kehormatan besar dalam mempercayakan Putra-Nya
kepada mereka. Malaikat-malaikat suci telah memimpin perjalanan Yusuf untuk menjaga
nyawa Yesus. Tetapi sehari suntuk Mereka telah kehilangan Dia yang seharusnya tidak
boleh mereka lupakan sekejap mata pun. Maka apabila kekuatiran hati mereka sudah
lalu, mereka bukannya mempersalahkan diri sendiri, melainkan melemparkan kesalahan
itu kepada-Nya.
Adalah wajar bagi orangtua Yesus untuk menganggap Dia sebagai anak mereka sendiri.
Ia ada di antara mereka setiap hari, kehidupan-Nya dalam banyak hal adalah serupa
dengan kehidupan anak-anak yang lain, sehingga sukarlah bagi mereka untuk
menginsafi bahwa lalah Putra Allah. Mereka hampir gagal untuk menghargai berkat
yang dikaruniakan kepada mereka dalam hadirat Penebus dunia. Kesusahan hati akibat
perpisahan mereka dari Dia, dan teguran halus yang terkandung dalam perkataan-Nya
itu, dimaksudkan untuk mengingatkan kepada mereka betapa sucinya tanggung jawab yang diserahkan kepada mereka.
Dalam jawab-Nya kepada ibu-Nya, Yesus menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa la
mengerti hubungan-Nya dengan Allah. Sebelum la lahir malaikat telah berkata kepada
Maria, "Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi.  Dan
Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia
akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya." Lukas 1:32,
33. Perkataan ini sudah direnungkan Maria dalam hatinya; namun meskipun ia yakin
bahwa anaknya itu harus menjadi Mesias bagi umat Israel, ia tidak mengerti akan
tugas-Nya. Kini ia tidak mengerti akan perkataan-Nya; tetapi ia tahu bahwa Anaknya itu
telah menyangkal tali kekeluargaan dengan Yusuf, dan telah menyatakan bahwa Ialah
Putra Allah.
Yesus tidak mengabaikan hubungan-Nya dengan orang tua-Nya yang di dunia ini. Dari
Yerusalem Ia pulang ke rumah bersama mereka, dan Ia membantu mereka dalam
pekerjaan sehari-hari. Ia menyembunyikan rahasia tugas-Nya  dalam hati-Nya sendiri,
menanti dengan taat saat yang telah ditentukan bagi-Nya untuk memulai pekerjaan-Nya.
Delapan belas tahun lamanya sesudah Ia mengakui bahwa Ialah Putra Allah, Ia
mengakui tali yang mengikatkan Dia ke rumah tangga yang di Nazaret dan melakukan
segala kewajiban seorang anak, seorang saudara, seorang sahabat, dan seorang warga
negara.
Oleh karena tugas-Nya sudah terbuka bagi Yesus dalam bait suci, la menghindari
hubungan dengan orang banyak. Ia ingin pulang dari Yerusalem dengan diam-diam,
bersama dengan mereka yang tahu akan rahasia hidup-Nya. Oleh upacara Paskah,
Allah sedang berusaha hendak memanggil umat-Nya keluar dari segala kesusahan
duniawi serta mengingatkan mereka akan segala perbuatan-Nya yang ajaib dalam
kelepasan mereka dari Mesir. Dalam perbuatan ini Ia ingin supaya mereka melihat suatu
janji kelepasan dari dosa. Sebagaimana darah anak domba yang disembelih itu
melindungi rumah tangga bangsa Israel, demikian juga darah Kristus akan
menyelamatkan jiwa mereka;.tetapi mereka dapat diselamatkan oleh Kristus hanya
apabila oleh percaya mereka membuat hidup-Nya menjadi hidup mereka sendiri. Adalah
rahmat dalam upacara-upacara beralamat, hanya apabila ditujukannya orang-orang
yang berbakti itu kepada Kristus sebagai Juruselamat pribadi mereka. Allah
menghendaki agar mereka dituntun ke arah penyelidikan serta renungan yang disertai
doa tentang tugas Kristus. Tetapi sesudah orang banyak itu meninggalkan Yerusalem,
kegembiraan sepanjang perjalanan dan percakapan dengan teman-teman terlalu sering
memenuhi perhatian mereka, sehingga  upacara yang baru saja mereka saksikan itu
dilupakan. Juruselamat tidaklah tertarik kepada rombongan mereka itu.
Ketika Yusuf dan Maria pulang dari Yerusalem tersendiri dengan Yesus, Ia berharap
hendak menujukan pikiran mereka kepada nubuatan-nubuatan tentang Juruselamat
yang akan menderita. Di atas Bukit Golgota Ia berusaha meringankan dukacita ibu-Nya.
Kini Ia tengah memikirkan tentang ibu-Nya. Maria harus menyaksikan penderitaan-Nya
yang terakhir, dan Yesus menghendaki agar ia mengerti tugas-Nya, supaya ia dapat
menjadi kuat untuk menderita, manakala pedang itu menerusi jiwanya nanti.
Sebagaimana Yesus telah terpisah daripadanya dan ia telah mencari Dia dengan diliputi
dukacita tiga hari lamanya, demikian juga bila Ia dipersembahkan karena dosa-dosa
dunia ini, Ia akan terpisah pula daripadanya tiga hari lamanya. Maka apabila Ia keluar
dari kubur, dukacitanya akan berubah pula menjadi sukacita. Tetapi ia akan jauh lebih kuat menanggung kesengsaraan karena kematian-Nya sekiranya ia mengerti segala
nubuatan ke arah mana Yesus kini mencoba mengalihkan segala pikirannya.
Sekiranya Yusuf dan Maria telah memusatkan pikiran mereka pada Allah dengan
renungan dan doa, niscaya mereka sudah menginsafi betapa sucinya tanggung jawab
yang telah dipercayakan  kepada mereka dan mereka tidak akan kehilangan Yesus.
Karena kelengahan sehari mereka kehilangan Juruselamat; tetapi mereka harus
mencari dengan perasaan cemas selama tiga hari untuk menemukan Dia. Demikian
juga halnya dengan kita; dengan perkataan sia-sia, fitnahan, atau kelalaian berdoa,
mungkin kita pada satu hari kehilangan hadirat Juruselamat, lalu mungkin memerlukan
berhari-hari lamanya untuk mendapat Dia dengan susah-payah, serta memperoleh
kembali damai yang telah hilang daripada kita.
Dalam pergaulan kita satu sama lain, kita harus berhati-hati supaya jangan kita
melupakan Yesus, dan berjalan terus dengan tiada mengingat bahwa Ia tidak bersama
kita. Apabila hati kita sudah penuh dengan hal-hal duniawi sehingga kita tidak lagi
menaruh ingatan akan Dia yang dalamnya berkisar harapan kita akan hidup kekal, kita
memisahkan diri kita dari Yesus dan dari malaikat-malaikat surga. Makhluk-makhluk
suci tidak dapat tinggal di tempat hadirat Yesus yang tidak diingini, dan ketiadaan
hadirat-Nya tidak diperhatikan. Inilah sebabnya mengapa perasaan tawar hati begitu
sering dialami oleh orang-orang yang mengaku pengikut Kristus.
Banyak orang menghadiri acara kebaktian, dan mereka disegarkan serta dihiburkan
oleh firman Allah; tetapi oleh kelalaian dalam mengadakan renungan, dalam hal berjaga
dan doa, mereka kehilangan berkat, dan merasa diri mereka lebih hampa daripada
sebelum mereka mendapatnya. Acapkali mereka merasa bahwa Allah telah berlaku
keras terhadap mereka. Mereka tidak melihat bahwa kesalahan itu adalah pada pihak
mereka sendiri. Dengan menjauhkan diri dari Yesus, mereka telah menutup pintu bagi
cahaya hadirat-Nya.
Alangkah baiknya kalau kita menggunakan waktu sejam lamanya setiap hari untuk
merenungkan kehidupan Kristus. Kita harus merenungkannya satu per  satu, serta
membiarkan angan-angan kita membayangkan setiap peristiwa, terutama
peristiwa-peristiwa terakhir. Kalau kita memikir-mikirkan pengorbanan-Nya yang besar
itu untuk kita, keyakinan kita pada-Nya akan makin menjadi tetap, kasih kita dihidupkan,
dan kita akan makin penuh dengan Roh-Nya. Kalau kita mau diselamatkan kelak, kita
harus mempelajari pelajaran pertobatan dan kerendahan hati di kaki salib.
Sementara kita bergaul bersama, kita dapat menjadi berkat bagi satu sama lain. Kalau
kita milik Kristus, pikiran-pikiran kita yang paling manis ialah tentang Dia. Kita akan suka
berbicara tentang Dia; maka sementara kita berbicara kepada satu sama lain tentang
kasih-Nya, hati kita pun akan dihaluskan oleh pengaruh Ilahi. Oleh memandang
keindahan tabiat-Nya, kita akan "diubahkan oleh Roh Tuhan, daripada kemuliaan
sampai kepada kemuliaan."


--------------
Pasal ini didasarkan atas Lukas 2:41-51 Pasal 9

HARI-HARI PERJUANGAN

SEMENJAK kecil sekali anak orang Yahudi sudah dikelilingi dengan segala tuntutan
rabi-rabi. Berbagai peraturan yang keras sudah ditentukan untuk setiap kegiatan, hingga
soal-soal kehidupan yang terkecil sekali pun. Di bawah asuhan guru-guru di rumah
sembahyang orang-orang muda diajar tentang peraturan-peraturan yang tidak terkira
banyaknya, yang diharap mereka taati sebagai orang Israel yang beribadat. Tetapi
Yesus tidak memusingkan diri-Nya dalam soal-soal ini. Sejak kecil Ia berlaku bebas dari
segala hukum rabi-rabi. Segala tulisan dalam Wasiat Lama selamanya dipelajari-Nya
dan perkataan, "Demikianlah sabda Tuhan," selamanya ada di bibir-Nya.
Ketika keadaan bangsa itu mulai terbuka bagi pikiran-Nya, dilihat-Nya bahwa tuntutan
masyarakat dan tuntutan Allah selamanya berbenturan satu sama lain. Manusia sudah
menjauhkan diri dari sabda Allah, serta meninggikan segala teori rekaan mereka sendiri.
Mereka memelihara upacara-upacara  tradisi yang tidak mengandung manfaat. Acara
perbaktian mereka hanyalah berupa upacara agama yang diulang-ulang belaka; segala
kebenaran kudus yang hendaknya diajarkannya, tersembunyi dari orang-orang yang
datang berbakti. Ia melihat bahwa dalam upacara-upacara mereka yang tidak disertai
iman itu mereka tidak mendapat damai. Mereka tidak mengenal kebebasan roh yang
akan datang kepada mereka oleh berbakti kepada Allah dalam kebenaran. Yesus telah
datang guna mengajarkan arti perbaktian kepada Allah, dan Ia tidak dapat
membenarkan pencampuran segala tuntutan manusia dengan ajaran Ilahi. Ia tidak
menyerang ajaran atau kebiasaan guru-guru yang alim itu; tetapi bila ditegur karena
segala kebiasaan-Nya sendiri yang sederhana itu, Ia mengucapkan sabda Allah untuk
membenarkan tingkah laku-Nya itu.
Dengan cara yang halus dan lembut, Yesus berusaha menyenangkan hati orang-orang
yang berbicara dengan Dia. Sebab Ia bersikap lemah-lembut dan tidak suka
menonjolkan diri maka katib-katib dan tua-tua menyangka bahwa Ia akan  mudah
terpengaruh oleh pengajaran mereka. Mereka membujuk Dia supaya menerima baik
segala adat-istiadat serta tradisi yang telah diwariskan turun temurun dari rabi-rabi
purbakala, tetapi Ia meminta wewenang mereka dalam Alkitab. Ia mau mendengar tiap
sabda  yang keluar dari mulut Allah; tetapi Ia tidak dapat menurut segala rekaan
manusia. Yesus tampaknya mengetahui Alkitab dari awal sampai akhir, dan Ia
menguraikannya dalam arti yang sesungguhnya. Rabi-rabi merasa malu diajar oleh
seorang anak kecil. Mereka menuntut bahwa kewajiban merekalah untuk menjelaskan
Alkitab, dan bahwa pihak-Nyalah yang harus menerima tafsiran mereka. Mereka marah
karena Ia berani melawan perkataan mereka itu.
Mereka tahu bahwa tidak ada wewenang yang dapat diperoleh dalam Alkitab untuk
tradisi-tradisi mereka itu. Mereka menyadari bahwa dalam pengertian rohani Yesus jauh
lebih maju daripada mereka. Namun mereka marah karena Ia tidak menurut segala
perintah mereka. Karena tidak berhasil meyakinkan Dia, mereka mencari Yusuf dan
Maria, lalu membentangkan di hadapan mereka pembawaan-Nya yang tidak taat itu.
Demikianlah Ia menderita teguran dan kecaman.
Dalam usia yang masih sangat muda, Yesus sudah mulai bertindak menurut cara-Nya
sendiri dalam pembentukan tabiat-Nya, bahkan hormat serta cinta pada orang tua-Nya sekali pun tidak dapat mencegah Dia daripada penurutan kepada firman Allah. "Adalah
tersebut" ialah alasan-Nya bagi tiap perbuatan yang berbeda dari kebiasaan
kekeluargaan. Tetapi pengaruh rabi-rabi menyebabkan pengalaman hidup-Nya amat
pahit. Pada masa muda-Nya sekalipun Ia mesti memahami pelajaran-pelajaran berat
dalam bertahan dengan diam dan sabar.
Saudara-saudara-Nya, ialah anak-anak Yusuf, memihak kepada rabi-rabi. Mereka
bersikeras mengatakan bahwa tradisi-tradisi mesti ditaati seakan-akan hal itu adalah
tuntutan Allah. Mereka bahkan menganggap segala ajaran manusia itu lebih tinggi
daripada firman Allah, dan mereka merasa sangat tersinggung oleh ketajaman otak
Yesus dalam membedakan antara yang salah dan yang benar. Ketaatan-Nya yang
saksama pada hukum Allah mereka salahkan sebagai kedegilan. Mereka merasa heran
akan pengetahuan serta akal budi yang ditunjukkan-Nya dalam menjawab rabi-rabi.
Mereka tahu bahwa Ia tidak pernah mendapat pelajaran dari orang-orang terpelajar itu,
namun mereka terpaksa melihat bahwa Ia merupakan seorang guru bagi mereka.
Mereka mengakui bahwa pendidikan-Nya mengandung jenis yang lebih tinggi daripada
pendidikan mereka. Tetapi mereka tidak melihat bahwa Ia dapat menghampiri pohon
alhayat,  yaitu sebuah sumber ilmu pengetahuan yang tentang itu mereka tidak
mengetahui sedikit pun.
Kristus tidak mengasingkan diri, dan Ia telah dengan istimewa menyinggung perasaan
kaum Farisi oleh menyimpang dalam hal ini dari peraturan-peraturan mereka yang keras
itu. Ia melihat lapangan agama dipagari dengan tembok pemisah yang tinggi-tinggi,
sebagai sesuatu yang terlalu keramat untuk kehidupan sehari-hari Tembok pemisah ini
dihancurkan-Nya. Dalam pergaulan-Nya dengan manusia Ia tidak bertanya. Apa
agamamu? Gereja mana kau ikuti? Ia menggunakan kuasa-Nya untuk kepentingan
sekalian orang yang memerlukan pertolongan. Gantinya mengasingkan diri dalam
rumah pertapaan, agar dapat menunjukkan tabiat semawi-Nya, Ia bekerja dengan tekun
untuk umat manusia. Ia menanamkan asas bahwa agama Kitab Suci tidak bergantung
kepada penyiksaan tubuh. Ia mengajarkan bahwa agama yang suci dan tidak bercacat
bukannya dimaksudkan semata-mata untuk waktu-waktu tertentu dan untuk saat-saat
istimewa. Pada segala waktu dan di segala tempat  Ia menyatakan minat yang penuh
kasih-sayang terhadap manusia, serta memancarkan di sekeliling-Nya cahaya
kesalehan yang gembira. Semuanya ini merupakan suatu tempelakan bagi orang Farisi.
Ditunjukkannya bahwa agama bukannya bergantung kepada sifat mementingkan diri
dan bahwa pengabdian mereka yang tidak sehat itu kepada kepentingan diri sendiri
adalah jauh daripada peribadatan yang sejati. Hal ini telah membangkitkan permusuhan
mereka melawan Yesus, sehingga mereka mencoba memaksakan penurutan-Nya
kepada segala peraturan-peraturan mereka.
Yesus bekerja untuk meringankan setiap penderitaan yang dilihat-Nya. Ia mempunyai
sedikit uang untuk diamalkan, tetapi Ia acapkali menyangkal diri untuk memberikan
makanan agar dapat membantu orang-orang yang  lebih berkekurangan daripada-Nya.
Saudara-saudara-Nya merasa bahwa pengaruh-Nya berjasa banyak untuk merintangi
pengaruh mereka. Ia mempunyai akal budi yang tidak dimiliki oleh seorang pun dari
mereka atau yang ingin mereka miliki. Kalau mereka berbicara kasar kepada orang
yang miskin dan hina, Yesus mencari justru orang-orang yang malang ini, serta
memberanikan hati mereka. Kepada orang-orang yang berkekurangan Ia suka
memberikan secangkir air sejuk, seraya dengan diam-diam menaruh makanan-Nya Sendiri ke tangan mereka. Sementara Ia meringankan penderitaan mereka, segala
kebenaran yang diajarkan-Nya dihubungkan dengan perbuatan kasihan-Nya itu, dan
dengan demikian mencantumkannya dalam ingatan.
Semuanya ini mengecilkan hati saudara-Nya. Karena lebih tua dari  Yesus mereka
merasa bahwa Ia harus di bawah perintah mereka. Mereka mempersalahkan Dia
dengan mengatakan bahwa Ia menganggap diri-Nya lebih tinggi daripada mereka, serta
menegur Dia karena menempatkan diri-Nya sendiri di atas guru-guru mereka, di atas
imam-imam mereka dan penghulu-penghulu bangsa Yahudi. Sering mereka
mengancam dan mencoba menakut-nakuti Dia; tetapi Ia berjalan terus menggunakan
Alkitab sebagai penuntun-Nya.
Yesus mengasihi saudara-saudara-Nya, dan memperlakukan mereka itu dengan
kebaikan  hati yang tiada putus-putusnya; tetapi mereka itu cemburu pada-Nya, dan
menyatakan sikap kurang percaya dan sikap memandang remeh yang nyata. Mereka
tidak dapat mengerti tingkah laku-Nya. Banyaklah pertentangan besar nampak dalam
diri Yesus. Ialah Anak Allah yang Ilahi namun Ia adalah seorang anak kecil yang tidak
berdaya. Khalik segala dunia, dan bumi ini adalah milik-Nya, namun kemiskinan meliputi
pengalaman hidup-Nya pada setiap langkah. Ia memiliki suatu kebesaran dan
kepribadian yang semata-mata berbeda dengan kesombongan dan ketekeburan
duniawi; Ia tidak berjuang untuk mengejar kebesaran duniawi, malah dalam kedudukan
yang terhina sekali pun Ia merasa puas. Hal ini membangkitkan kemarahan
saudara-saudara-Nya. Mereka tidak dapat mengerti ketenangan-Nya yang tetap dalam
menghadapi ujian dan kemelaratan. Mereka tidak tahu bahwa untuk kepentingan kita Ia
telah menjadi papa, supaya kita "menjadi kaya oleh kepapaan-Nya itu." Mereka tidak
dapat mengerti rahasia tugas-Nya lebih daripada sahabat-sahabat Ayub dapat mengerti
kehinaan serta penderitaannya.
Yesus dipahami salah oleh saudara-saudara-Nya sebab Ia tidak seperti mereka. Asas
yang dipegang-Nya bukanlah asas yang mereka pegang. Dalam memandang kepada
manusia mereka telah menjauhkan diri dari Allah, dan mereka tidak mempunyai
kuasa-Nya dalam hidup mereka. Segala peraturan agama yang mereka anut itu, tidak
dapat mengubahkan tabiat. Mereka membayar "dalam sepuluh asa daripada selasih dan
adas manis dan jintan," tetapi "lalaikan perkara yang terberat dalam Taurat, yaitu
kebenaran dan rahmat dan amanat." Teladan yang diberikan Yesus merupakan suatu
gangguan yang terus-menerus bagi mereka. Hanya satu perkara yang dibenci-Nya di
dunia ini, yaitu dosa. Ia tidak dapat menyaksikan satu perbuatan yang salah tanpa
kepedihan yang tidak mungkin dapat disembunyikan. Di kalangan orang-orang yang
beragama sekadar peraturan saja, yang kesuciannya secara lahir menyembunyikan
kecintaan pada dosa, dengan suatu tabiat yang dalamnya semangat untuk kemuliaan
Allah selamanya paling utama, perbedaan amat nyata. Sebab kehidupan Yesus
mempersalahkan kejahatan, Ia dilawan baik di rumah maupun di luar rumah. Sifat tidak
mementingkan diri dan ketulusan-Nya dibicarakan dengan sikap mengejek. Kesabaran
dan kebaikan hati-Nya disebut sifat pengecut.
Dari segala kepahitan yang menjadi nasib manusia, tidak ada bagian yang tidak dirasai
oleh Kristus. Ada orang yang mencoba melemparkan hinaan kepada-Nya karena
kelahiran-Nya, bahkan pada waktu masih kanak-kanak pun Ia mesti menghadapi
pandangan mereka yang menghina dan bisikan mereka yang jahat. Sekiranya Ia
menjawab dengan sepatah kata dan pandangan yang tidak sabar, sekiranya la menyerah kalah kepada saudara-saudara-Nya itu oleh hanya suatu perlakuan yang
salah sekali pun, niscaya Ia sudah akan gagal menjadi suatu teladan yang sempurna.
Dengan demikian Ia sudah pasti akan gagal melaksanakan Ikhtiar penebusan kita.
Sekiranya Ia hanya mengaku bahwa ada maaf untuk dosa, Setan tentu akan menang,
dan dunia ini sudah pasti akan hilang. Inilah sebabnya mengapa penggoda itu bekerja
untuk menjadikan hidup-Nya paling sukar, supaya Ia dapat terbawa kepada dosa.
Tetapi bagi setiap penggodaan Ia mempunyai satu jawab, "Adalah tertulis." Ia jarang
mengecam sesuatu perlakuan salah dari saudara-saudara-Nya, tetapi pada-Nya ada
kabar dari Allah untuk disampaikan kepada mereka. Kerapkali la dituduh sebagai
pengecut karena tidak mau mempersatukan diri dengan mereka dalam sesuatu
perbuatan terlarang; tetapi jawab-Nya ialah, adalah tertulis, "Takut akan Tuhan  itulah
hikmat adanya dan menjauhkan diri daripada jahat itulah akal budi."
Ada juga orang yang suka bergaul dengan Dia, merasa damai kalau Ia ada; tetapi
banyak juga orang yang menghindari Dia, sebab mereka tertempelak oleh hidup-Nya
yang tidak bercela itu. Teman-teman-Nya orang muda membujuk Dia supaya melakukan
apa yang mereka lakukan. Ia pintar dan selalu gembira; mereka merasa senang kalau la
ada, serta menyambut gembira anjuran-anjuran-Nya yang selamanya siap sedia; tetapi
mereka tidak sabar akan sikap-Nya yang amat berhati-hati dan menyebut Dia seorang
yang berpandangan sempit dan picik. Yesus menjawab, Adalah tersebut, "Dengan apa
gerangan boleh orang muda memeliharakan jalannya suci daripada salah? Kalau
dijaganya dengan sabda-Mu." "Maka segala pesan-Mu telah kutaruh dalam hatiku,
supaya jangan aku berdosa kepada-Mu."
Acapkali Ia ditanya, Mengapa engkau selalu suka menyendiri dalam segala
tingkah-lakumu, berbeda dari kami semuanya? Adalah tertulis, kata-Nya,
"Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat
Tuhan. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang
mencari Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang
hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya." Mazmur 119:1 -3.
Apabila ditanya mengapa Ia tidak mengikuti senda-gurau anak-anak muda Nazaret, la
berkata, Adalah tersebut, "Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira,
seperti atas segala harta. Aku hendak merenungkan titah-titah-Mu dan mengamat-amati
jalan-jalan-Mu. Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak
akan kulupakan." Mazmur 119:14-16  
Yesus tidak mau berbantah untuk mempertahankan hak-Nya. Sering pekerjaan-Nya
dijadikan sangat berat dengan tidak seperlunya sebab Ia suka menurut dan tidak
bersungut. Namun Ia tidak gagal atau pun putus asa. Ia hidup di atas segala kesulitan
ini, seolah-olah dalam cahaya wajah Allah. Ia tidak membalas dengan dendam apabila
diperlakukan dengan kasar, melainkan menanggung perlakuan yang tidak senonoh
dengan sabar.  
Berulang-ulang Ia ditanyai, Mengapa Engkau menyerah saja pada perlakuan yang tidak
senonoh itu, meski dari saudara-saudara-Mu? Adalah tersurat, kata-Nya, "Hai anak-Ku,
jangan kiranya engkau lupa akan hukum-Ku, melainkan  hendaklah hatimu
memeliharakan segala pesan-Ku. Karena ia itu akan menambahi segala hari dan tahun
umur hidupmu dan memperbanyak selamat bagimu. Jangan kiranya peri kemurahan
dan setia itu meninggalkan dikau, melainkan kalungkanlah dia pada lehermu dan
suratkanlah dia pada loh hatimu. Karena demikian engkau akan beroleh karunia dan kebajikan, baik daripada pihak Allah, baik daripada pihak manusia."  
Sejak orangtua Yesus menjumpai Dia di bait suci, segala tingkah laku-Nya merupakan
suatu rahasia bagi mereka. Ia tidak mau berbantah, namun teladan yang diberikan-Nya
selamanya menjadi suatu pelajaran. Ia tampak sebagai seorang yang sudah diasingkan.
Saat-saat kebahagiaan-Nya ialah bila Ia seorang diri dengan alam kejadian dan dengan
Allah. Bila saja ada kesempatan terluang bagi-Nya, Ia meninggalkan pekerjaan-Nya, lalu
pergi ke ladang, untuk merenung di lembah-lembah yang menghijau, untuk mengadakan
hubungan dengan Allah di lereng gunung atau di bawah pepohonan yang rindang
daunnya. Sering pagi-pagi buta Ia berada di suatu tempat yang sunyi, untuk merenung,
menyelidik Alkitab, atau berdoa. Dari saat-saat yang tenang ini Ia pulang ke rumah-Nya
untuk melakukan kewajiban-Nya pula, dan guna memberikan suatu teladan dalam
melakukan pekerjaan dengan sabar.
Kehidupan Kristus ditandai dengan kehormatan dan kasih pada ibu-Nya. Maria percaya
dalam hatinya bahwa anak kudus yang lahir daripadanya itulah Mesias yang sudah lama
dijanjikan itu, namun ia tidak berani menyatakan keyakinannya itu. Selama Ia hidup di
bumi ini Maria turut mengambil bagian dalam kesengsaraan-Nya. Ia menyaksikan
dengan duka segala penderitaan yang didatangkan kepada-Nya pada waktu Ia masih
kanak-kanak dan anak muda. Oleh membenarkan apa yang diketahuinya benar dalam
kelakuan Yesus, ia sendiri terbawa ke dalam kedudukan yang sulit. Ia memandang pada
pergaulan di rumah tangga dan pemeliharaan ibu yang lemah-lembut akan
anak-anaknya sebagai sesuatu yang sangat penting dalam pembentukan tabiat.
Anak-anak Yusuf lelaki dan perempuan mengetahui hal ini, dan dengan menarik
perhatian kepada kecemasan hati ibu itu, mereka mencoba memperbaiki
kebiasaan-kebiasaan Yesus sesuai dengan ukuran mereka.
Maria acapkali menegur Yesus, serta mendesak agar Ia mengikuti kebiasaan rabi-rabi.
Tetapi tiadalah Ia dapat dibujuk untuk  mengubahkan kebiasaan-Nya dalam
merenungkan perbuatan tangan Allah serta berusaha meringankan penderitaan
manusia, bahkan penderitaan binatang-binatang yang bisu sekali pun. Apabila
imam-imam dan guru-guru menuntut bantuan Maria dalam mengendalikan Yesus,  ia
merasa amat susah; tetapi damai datang ke dalam hatinya setelah diucapkan-Nya
sebutan-sebutan Alkitab yang menyokong segala kebiasaan-Nya itu.
Ada kalanya ia merasa ragu-ragu antara Yesus dan saudara-saudara-Nya, yang tidak
percaya bahwa Ialah Utusan dari Allah; tetapi bukti banyak sekali yang menyatakan
bahwa tabiat-Nya itu Ilahi adanya. Ia melihat Dia mengorbankan diri-Nya sendiri demi
kebaikan orang-orang lain. Hadirat-Nya membawa suatu suasana yang lebih murni ke
dalam rumah tangga, dan kehidupan-Nya adalah bagaikan ragi yang bekerja di tengah
anasir-anasir kemasyarakatan. Dalam keadaan tidak berdosa dan tidak bercela, Ia
berjalan di antara orang-orang yang kurang pikir, yang kasar dan yang tidak sopan; di
antara para pemungut cukai yang curang, anak-anak sesat yang nekat, orang-orang
Samaria yang najis, serdadu-serdadu kafir, petani-petani yang kasar, dan orang banyak
yang serba aneka keadaannya. Ia mengucapkan sepatah kata belas kasihan di sini dan
sepatah kata di sana, bila Ia melihat orang yang penat, namun terpaksa memikul
beban-beban yang berat. Ia turut memikul beban mereka seraya memberikan kepada
mereka itu pelajaran-pelajaran yang telah dipelajari-Nya dari alam kejadian, tentang
kasih-sayang, kebaikan hati dan kebajikan Allah.-
Ia mengajar semua orang untuk memandang bahwa diri mereka sendiri telah dianugerahi pelbagai macam bakat, yang jika digunakan dengan semestinya akan
menghasilkan kekayaan yang kekal bagi mereka. Ia mencabut segala kesia-siaan dari
kehidupan, dan oleh teladan yang diberikan-Nya mengajarkan bahwa setiap saat adalah
penuh berisi akibat-akibat yang kekal; bahwa waktu itu harus dijaga seperti sebuah
harta, dan harus digunakan untuk maksud-maksud yang suci. Ia tidak pernah melalui
seseorang jua pun sebagai tidak berharga, melainkan berusaha membubuhkan penawar
yang menyelamatkan kepada tiap-tiap jiwa. Dalam rombongan manusia yang mana pun
Ia berada, Ia menyampaikan sesuatu pelajaran yang selaras dengan waktu dan
keadaan. Ia berusaha mengilhamkan harapan ke dalam hati orang-orang yang paling
kasar dan tidak memberi banyak harapan, membukakan kepada mereka jaminan bahwa
mereka dapat menjadi bebas dari cela dan bencana, mencapai suatu tabiat yang akan
menjadikan mereka nyata sebagai anak-anak Allah. Kerapkali Ia bertemu dengan
orang-orang yang telah hanyut di bawah kendali Setan, dan yang tidak berkuasa
melepaskan diri dari jeratnya. Kepada seseorang yang demikian, yang putus asa, sakit,
tergoda, dan terjerumus, Yesus mengucapkan perkataan belas kasihan yang paling
lemah-lembut, perkataan yang diperlukan dan yang dapat dipahami. Sering pula Ia
bertemu dengan orang-orang lain, yang sedang bertempur melawan musuh jiwa. Ia
meneguhkan semangat orang-orang ini supaya tetap tabah, seraya memberi jaminan
bahwa mereka pasti menang; karena malaikat-malaikat Allah berdiri di pihak mereka,
dan akan memberi kepada mereka kemenangan. Orang-orang yang ditolong-Nya
dengan demikian diyakinkan bahwa inilah Dia yang padanya mereka dapat berharap
dengan keyakinan yang sempurna. Ia tidak akan mengkhianati segala, rahasia yang
mereka sampaikan ke telinga-Nya yang menaruh simpati.
Yesuslah yang menyembuhkan tubuh dan jiwa. Ia menaruh perhatian dalam segala jenis
penderitaan yang terlihat oleh mata-Nya, dan kepada setiap penderita Ia membawa
pertolongan, segala perkataan-Nya yang manis mengandung penawar yang
menyembuhkan. Tidak seorang pun yang dapat mengatakan bahwa Ia telah
mengadakan mukjizat; tetapi kebajikan kuasa kasih yang menyembuhkan keluar
daripada-Nya kepada orang-orang yang sakit dan yang susah. Demikianlah dengan
cara yang tiada mencolok mata la bekerja bagi orang banyak sejak masa kecil-Nya
sekali pun. Maka inilah sebabnya, setelah Ia mulai bekerja untuk umum, begitu banyak
orang mendengar Dia dengan senang hati.
Namun sepanjang masa kanak-kanak, masa muda, dan masa dewasa, Yesus berjalan
seorang diri. Dalam kesucian dan kesetiaan-Nya, Ia mengirik apitan anggur seorang diri,
dan tiada seorang jua pun yang menyertai Dia. Ia memikul beban kewajiban yang luar
biasa beratnya, untuk keselamatan umat manusia. Ia maklum bahwa kalau tidak ada
sesuatu perubahan yang nyata dalam asas-asas serta maksud-maksud bangsa
manusia, semuanya pasti akan binasa. Inilah tanggungan jiwa-Nya, dan seorang jua pun
tiada yang dapat menyadari beban yang terletak di atas pundak-Nya itu. Penuh dengan
maksud yang kuat, dilaksanakan-Nyalah rencana hidup-Nya bahwa Ia sendiri harus
menjadi terang bagi manusia. Pasal 10

SUARA DI PADANG BELANTARA


DARI antara orang-orang yang setia di kalangan orang Israel, yang telah lama menantikan
kedatangan Mesias, bangkitlah bentara Kristus. Imam Zakharia yang sudah tua dan istrinya Elisabet
adalah "keduanya . . . orang benar kepada Allah;" dan dalam hidup mereka yang tenang dan suci
cahaya iman bersinar seperti sebuah bintang dalam kegelapan hari-hari yang penuh kejahatan itu.
Kepada suami istri yang beribadat ini telah dijanjikan seorang anak laki-laki, yang akan "berjalan
dulu di hadapan Tuhan, akan menyediakan jalan-Nya."
Zakharia tinggal "dalam segala pegunungan Yudea," tetapi ia telah pergi ke Yerusalem untuk
bekerja seminggu lamanya dalam bait suci, suatu kewajiban yang dituntut dua kali setahun dari
imam-imam menurut gilirannya. "Maka pada sekali peristiwa, sementara ia mengerjakan
pekerjaan imamat di hadapan Allah dalam gilir peraturan harinya, sesuai adat jabatan imam, maka
dengan dibuang undi kenalah ia pekerjaan masuk ke dalam rumah Tuhan akan membakar
persembahan dupa."
Ia sedang berdiri di muka mezbah keemasan di dalam bilik yang suci di bait suci. Asap dupa
bersama doa bangsa Israel sedang naik di hadirat Allah. Tiba-tiba sadarlah ia akan hadirat Ilahi.
Seorang malaikat Tuhan "berdiri di sebelah kanan meja persembahan dupa itu." Tempat malaikat
berdiri itu mengalamatkan bahwa ia membawa kabar baik, tetapi Zakharia tiada menghiraukan hal
ini. Bertahun-tahun lamanya ia telah mendoakan kedatangan Penebus; kini surga mengutus
pesuruhnya untuk memberitahukan bahwa doa itu sudah hampir dijawab; tetapi kemurahan Allah
tampaknya terlalu besar baginya untuk dipercayai. Ia dipenuhi dengan ketakutan dan penyesalan
diri.
Tetapi ia disapa dengan jaminan yang menggembirakan hati: "Jangan takut, hai Zakharia, karena
permintaan doamu telah diluluskan; bahwa istrimu Elisabet akan beranak bagimu laki-laki seorang,
maka hendaklah engkau menamai dia Yohanes. Maka engkau akan mendapat kesukaan dan
suka-cita dan banyak orang bergemar hatinya kelak akan jadinya. Karena ia pun akan besar di
hadapan Tuhan, dan tidak ia akan minum air anggur atau minuman pedas, dan ia pun akan
dipenuhi dengan Roh Kudus.... Dan banyaklah bangsa Israel akan dibalikkannya kepada Tuhan
Allahnya. Maka ia pun akan berjalan di hadapan-Nya dengan roh dan kuasa Elia, akan
membalikkan hati segala bapa kepada anak-anaknya dan yang durhaka dibalikkannya kepada
kebijaksanaan orang yang benar, akan melengkapkan bagi Tuhan suatu bangsa yang siap benar.
Maka kata Zakharia kepada malaikat itu: Bagaimana aku akan mengetahui ketentuannya, karena
sudah tua aku dan istriku pun telah lalu sangat umurnya."
Zakharia tahu betul bagaimana kepada Abraham di masa tuanya telah dikaruniakan seorang anak
sebab ia percaya bahwa Ia yang telah berjanji itu setiawan adanya. Tetapi seketika lamanya imam
yang sudah tua itu mengalihkan pikirannya ke arah kelemahan kemanusiaan. Ia lupa bahwa apa
yang telah dijanjikan Allah, Ia sanggup melaksanakannya. Alangkah besarnya perbedaan antara
sifat kurang percaya ini dengan percaya Maria yang segar dan jujur, gadis Nazaret itu, yang
jawabnya terhadap pemberitahuan ajaib dari malaikat itu ialah, "Sesungguhnya aku ini adalah
hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lukas 1:38.
Lahirnya seorang anak bagi Zakharia, seperti lahirnya anak Abraham, dan anak Maria, haruslah mengajarkan suatu kebenaran rohani yang besar, suatu kebenaran yang tidak gampang kita
pelajari dan lekas melupakannya. Dalam diri kita sendiri, kita tidak sanggup berbuat sesuatu
perkara yang baik; tetapi apa yang tidak dapat kita perbuat, akan diadakan oleh kuasa Allah dalam
tiap-tiap jiwa yang menyerah dan percaya. Oleh percayalah anak perjanjian dikaruniakan. Oleh
percayalah pula hidup kerohanian dilahirkan dan kita disanggupkan untuk melakukan pekerjaan
kebenaran.
Untuk menjawab pertanyaan Zakharia, malaikat itu berkata, "Bahwa aku ini Gabriel, yang berdiri di
hadapan hadirat Allah, maka aku pun disuruhkan berkata-kata dengan dikau, dan menyampaikan
segala perkataan ini kepadamu." Lima ratus tahun sebelumnya, Gabriel sudah memberi tahu
kepada nabi Daniel masa nubuatan yang berlangsung hingga kedatangan Kristus. Pengetahuan
bahwa akhir masa ini sudah dekat, telah menggerakkan Zakharia untuk mendoakan kedatangan
Mesias itu. Kini justru utusan yang telah menyampaikan nubuatan itu, sudah datang untuk
mengumumkan kegenapannya.
Perkataan malaikat itu, "Bahwa aku ini Gabriel, yang berdiri di hadapan hadirat Allah,"
menunjukkan bahwa ia menduduki suatu pangkat yang amat terhormat di istana surga. Ketika ia
datang dulu membawa kabar kepada Daniel, ia berkata, "Tidak ada satu pun yang berdiri di
pihakku dengan tetap hati melawan mereka, kecuali Mikhael (Kristus), pemimpinmu itu." Daniel
10:21. Tentang Gabriel, Juruselamat berfirman dalam Wahyu, bahwa "disuruhkan-Nya
malaikat-Nya menyatakan dia kepada Yohanes, hamba-Nya." Wahyu 1:11. Dan kepada Yohanes
malaikat itu menandaskan, "Aku adalah hamba, sama seperti engkau dan saudara-saudaramu,
para nabi." Why. 22:9. Pikiran yang sungguh mengagumkan bahwa malaikat yang kedua dari Anak
Allah  dalam kemuliaan, ialah yang dipilih untuk memaparkan maksud-maksud Allah kepada
manusia yang berdosa.
Zakharia telah menyatakan kebimbangan akan perkataan malaikat itu. Ia terpaksa tidak boleh
berbicara lagi hingga perkataan itu digenapi. "Bahwasanya," kata malaikat itu, "engkau akan
menjadi kelu, . . . sampai kepada hari segala perkara ini telah jadi, maka yaitu sebab tidak engkau
percaya akan perkataanku, yang akan disampaikan pada masanya." Adalah kewajiban imam dalam
upacara ini untuk melayangkan doa keampunan dosa orang banyak dan bangsa itu serta
kedatangan Mesias; tetapi ketika Zakharia mencoba hendak melakukan ini, sepatah kata pun tidak
dapat diucapkannya.
Setelah keluar hendak mendoakan orang banyak, "dilambai-lambainya mereka itu dan tinggal kelu
juga." Mereka sudah menunggu lama, dan sudah mulai merasa agak khawatir, jangan-jangan ia
sudah dibinasakan oleh hukuman Allah. Tetapi ketika ia keluar dari bilik yang suci, wajahnya
bersinar-sinar dengan kemuliaan Allah, "maka pada perasaan mereka itu telah dilihatnya suatu
khayal dalam rumah Allah." Zakharia memberitahukan kepada mereka dengan isyarat apa yang
telah dilihat dan didengarnya; dan "setelah sudah genap hari pekerjaannya, pulanglah ia ke
rumahnya."
Tidak lama setelah anak yang dijanjikan itu lahir terurailah lidah bapa itu, "lalu berkata-kata ia
sambil memuji Allah. Maka datanglah ketakutan atas segala orang yang diam keliling mereka itu,
dan banyaklah perkataan orang akan segala perkara ini dalam segala pegunungan Yudea. Maka
segala orang yang mendengar perkara-perkara itu diperhatikannya, katanya: Apa gerangan jemaah
akan menjadi kanak-kanak ini?" Semuanya ini mengandung maksud untuk menaruh perhatian
kepada kedatangan Mesias, yang untuk itu Yohanes harus menyediakan jalan.
Roh Suci hinggap atas Zakharia, dan dalam ucapan yang indah ini ia bernubuat tentang tugas anaknya: "Maka adapun engkau, hai anakku, bahwa engkau akan dipanggil seorang nabi Allah
Yang Mahatinggi,
Karena engkau pun akan berjalan dulu di hadapan Tuhan, akan menyediakan jalan-Nya,
Akan memberi kepada umat-Nya pengetahuan akan hal selamat dalam keampunan dosanya,
Oleh sebab gerakan hati rahmat Allah kita;
Maka sebab itu pun fajar dari ketinggian telah mendapatkan kita,.
Akan menjadi nyata kepada mereka itu, yang duduk dalam gelap dan dalam bayang-bayang maut,
Dan akan membetulkan kaki kita pada jalan selamat."

"Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai
kepada hari ia harus menampakkan dirinya kepada Israel." Sebelum Yohanes lahir, malaikat telah
berkata, "Ia pun akan besar di hadapan Tuhan, dan tidak ia akan minum air anggur atau minuman
keras, dan ia pun akan dipenuhi dengan Roh Kudus." Allah telah memanggil anak Zakharia itu
untuk melakukan pekerjaan yang besar, yang terbesar pernah diamanatkan kepada manusia.
Untuk dapat melaksanakan pekerjaan ini, ia mesti bekerja bersama-sama dengan Tuhan. Maka
Roh Allah akan menyertai dia kalau ia memperhatikan petunjuk malaikat itu.
Yohanes harus keluar sebagai utusan Yehova, untuk membawa terang Allah kepada manusia. Ia
wajib memberikan suatu tujuan yang baru bagi pikiran mereka. Ia wajib menekankan ke dalam
pikiran mereka kesucian tuntutan-tuntutan Allah, dan keperluan mereka akan kebenaran-Nya yang
sempurna itu. Seorang utusan semacam itu wajiblah suci. Wajiblah ia merupakan suatu bait suci
untuk tempat kediaman Roh Allah. Untuk dapat menjalankan tugasnya itu, wajiblah ia memiliki
badan yang sehat dan tenaga pikiran serta rohani yang kuat. Itulah sebabnya itu perlulah baginya
mengendalikan selera dan nafsunya. Ia mesti sanggup mengendalikan segala kuasanya demikian
rupa hingga ia dapat berdiri di antara manusia dengan tidak tergoncang oleh keadaan di
sekelilingnya seperti bukit-bukit batu dan gunung-gunung di padang belantara.
Pada zaman Yohanes Pembaptis, keserakahan akan kekayaan, dan cinta akan kemewahan dan
pertunjukan sudah merajalela. Kepelesiran cabul, pesta-pesta dan minum-minum, sedang
menimbulkan penyakit-penyakit badani serta kemerosotan, menumpulkan pengertian rohani, dan
mengurangi daya rasa akan dosa. Yohanes harus berdiri sebagai seorang pembaru. Oleh hidupnya
yang bertarak dan pakaiannya yang sederhana ia harus mengecam segala keterlaluan yang terjadi
pada zamannya. Itulah sebabnya petunjuk-petunjuk diberikan kepada orang tua Yohanes, sebuah
pelajaran pertarakan oleh seorang malaikat dari singgasana surga.
Pada masa kanak-kanak dan masa mudalah tabiat paling mudah mendapat kesan. Kuasa
mengendalikan diri sendiri seharusnya dimiliki pada waktu itu. Di sekitar perapian dan di meja
makan keluarga, pengaruh-pengaruh diberikan, yang hasilnya akan tahan selama-lamanya
bagaikan zaman yang kekal. Lebih daripada bakat yang mereka miliki, segala kebiasaan pada masa
kanak-kanak menentukan apakah seseorang akan menang atau kalah dalam peperangan
kehidupan. Masa mudalah masa menabur. Masa ini menentukan jenis panen bagi kehidupan ini
dan bagi kehidupan yang akan datang.
Sebagai seorang nabi, Yohanes harus "membalikkan hati segala bapa kepada anak-anaknya dan
yang durhaka dibalikkannya kepada kebijaksanaan orang yang benar, akan melengkapkan bagi
Tuhan suatu bangsa yang siap benar." Dalam mempersiapkan jalan bagi kedatangan Kristus yang
pertama kalinya ia mengibaratkan orang-orang yang akan mempersiapkan suatu umat bagi
kedatangan Tuhan kita yang kedua kalinya. Dunia sudah terjerumus ke dalam jurang pemanjaan diri. Kesalahan dan cerita dongeng berlimpah-limpah. Jerat-jerat Setan guna memusnahkan
jiwa-jiwa dilipatgandakan. Semua orang yang mau menyempurnakan kesucian dalam takut akan
Allah, wajib memahami pelajaran pertarakan dan pengendalian diri. Selera dan segala nafsu wajib
ditundukkan ke bawah kuasa pikiran yang lebih tinggi. Pengendalian diri ini sangat penting bagi
tenaga pikiran dan pengertian rohani, yang akan menyanggupkan kita untuk mengerti dan untuk
mempraktikkan kebenaran-kebenaran firman Allah yang suci. Oleh sebab ini pertarakan mendapat
tempatnya dalam pekerjaan persiapan untuk kedatangan Kristus yang kedua kalinya.
Menurut keadaan yang sewajarnya, anak Zakharia itu harus dididik guna keimamatan. Akan tetapi
pendidikan di sekolah rabi-rabi pasti akan menjadikan dia tidak cocok untuk pekerjaannya. Allah
tidak menyuruh dia pergi kepada guru-guru agama untuk belajar bagaimana menafsirkan Alkitab.
Dipanggil-Nya dia ke padang belantara, supaya ia dapat belajar dari alam kejadian dan Allah alam
kejadian itu.
Di suatu daerah yang sunyilah ia tinggal, di antara bukit-bukit yang tandus, jurang-jurang yang
dalam, dan gua-gua batu. Tetapi kemauannya sendirilah meninggalkan segala ' kesenangan dan
kemewahan hidup demi disiplin yang keras di padang belantara. Di sana keadaan di sekelilingnya
cocok bagi kebiasaan-kebiasaan kesederhanaan dan penyangkalan diri. Dalam keadaan tidak
terganggu oleh keramaian dunia, dapatlah ia mempelajari pelajaran-pelajaran dari alam kejadian,
dan wahyu dan dari Allah. Perkataan malaikat yang kepada Zakharia itu telah acapkali diulangi
kepada Yohanes oleh ayah bundanya yang beribadat itu. Sejak kecil tugasnya itu telah dinyatakan
kepadanya, dan ia telah menerima kewajiban yang kudus itu. Baginya kesunyian padang belantara
itu merupakan suatu tempat menjauhkan diri dan masyarakat di mana kecurigaan, sikap kurang
percaya, dan percabulan sudah hampir merata. Ia tidak percaya pada kuasanya sendiri untuk
melawan pencobaan, dan menjauhkan diri dari hubungan yang tetap dengan dosa, agar jangan ia
kehilangan rasa akan kedahsyatan dosa itu.
Karena telah diserahkan kepada Allah sebagai seorang Nazir Allah sejak lahir, ia sendiri
menunaikan nazar itu dalam penyerahan seumur hidup. Pakaiannya adalah seperti pakaian
nabi-nabi purba kala, pakaian yang diperbuat daripada bulu unta, diikat dengan sebuah ikat
pinggang kulit. Ia makan "belalang dan air madu hutan" yang terdapat di padang belantara itu, dan
minum air jernih yang datang dari bukit-bukit.
Tetapi kehidupan Yohanes tidaklah dihabiskannya untuk bermalas-malas, untuk semata-mata
bertekun dengan muka muram, atau mengasingkan diri untuk kepentingan diri sendiri.
Kadang-kadang ia pergi bercampur gaul dengan orang banyak; dan ia selamanya merupakan
seorang peninjau yang menujukan perhatian besar terhadap apa yang terjadi di dunia. Dari tempat
kediamannya yang sunyi itu ia mengamat-amati perkembangan peristiwa. Dengan penglihatan
yang diterangi oleh Roh Ilahi dipelajarinya tabiat-tabiat manusia, supaya ia tahu bagaimana cara
mencapai hati mereka dengan pekabaran dari surga. Beban tugasnya dipikulnya. Dalam kesunyian
oleh renungan dan doa, ia berusaha memperkuat jiwanya guna pekerjaan hidup yang ada di
hadapannya.
Sungguh pun di padang belantara, tidaklah ia bebas dari penggodaan. Sedapat-dapatnya ia
menutup setiap jalan yang dapat dimasuki oleh Setan namun ia masih juga diserang oleh
penggoda itu. Tetapi pandangan rohaninya terang; ia telah mengembangkan tenaga dan
keputusan tabiat, maka dengan pertolongan Roh Kudus ia sanggup mengenal bujukan Setan, dan
melawan kuasanya.
Yohanes mendapat sekolah dan tempat pemukiman di padang belantara. Sebagaimana halnya dengan Musa dulu kala di antara pegunungan Midian, Ia dikelilingi oleh hadirat Allah, serta
dikelilingi dengan tanda-tanda kuasa-Nya. Bukanlah nasibnya untuk tinggal, sebagaimana halnya
dengan pemimpin besar Israel itu dulu kala, di tengah-tengah kesunyian pegunungan yang hebat
dan mulia; tetapi di hadapannya adalah gunung-gunung Moab, di seberang Yordan, yang berbicara
tentang Dia yang telah mendirikan gunung-gunung itu, serta melengkapinya dengan kekuatan.
Pemandangan alam yang suram dan ngeri di tempat kediamannya di padang belantara itu dengan
jelas melukiskan  keadaan Israel. Kebun anggur Tuhan yang subur itu sudah menjadi padang
belantara yang sunyi. Tetapi di atas padang belantara itu langit melengkung terang dan indah.
Awan-awan yang berkumpul, gelap dengan badai, dilengkungi dengan pelangi perjanjian.
Demikianlah di atas kehinaan Israel bersinarlah kemuliaan kerajaan Mesias yang telah dijanjikan
itu. Awan murka dilingkungi pelangi perjanjian kemurahan-Nya.
Seorang diri pada waktu malam yang sunyi ia membaca janji Allah kepada Abraham tentang benih
yang tidak  terhitung seperti bintang-bintang banyaknya. Cahaya fajar, yang menyepuh
pegunungan Moab, bercerita tentang Dia yang akan menjadi seperti "fajar di waktu pagi, pagi yang
tidak berawan." 2 Samuel 23:4. Dan dalam kegemilangan siang hari dilihatnya kemegahan
kenyataan-Nya, manakala "kemuliaan Tuhan akan dinyatakan, dan seluruh umat manusia akan
melihatnya bersama-sama." Yesaya 40:5.
dengan roh yang segan namun penuh sukacita ia memeriksa dalam gulungan-gulungan surat
nubuatan segala kenyataan tentang kedatangan Mesias, benih perjanjian yang akan meremukkan
kepala ular itu; Silo, "pemberi damai itu," yang akan menampakkan diri sebelum seorang raja
berhenti berkerajaan di atas takhta Daud. Kini waktunya sudah tiba. Seorang pemerintah bangsa
Romawi bersemayam dalam istana di atas Bukit Sion. Oleh firman Tuhan yang tentu, Kristus itu
pun sudah lahir.
Gambaran Yesaya yang indah tentang kemuliaan Mesias menjadi pelajarannya siang dan malam,
Pucuk dari akar Isai; seorang Raja yang akan memerintah dalam kebenaran, "menghakimi
orang-orang lemah dengan keadilan;" "perteduhan terhadap angin dan tempat perlindungan
terhadap angin ribut . . . naungan batu yang besar, di tanah yang tandus;" Israel tiada lagi akan
disebut "yang ditinggalkan suami," atau pun tanahnya "yang sunyi," melainkan akan disebut oleh
Tuhan, "yang berkenan kepada-Ku," dan tanahnya "bersuami." Yesaya 11:4; 32:2; 62:4. Hati orang
buangan yang kesunyian itu dipenuhi dengan penglihatan orang buangan yang mulia.
Ia memandang kepada Raja itu dalam kemuliaan-Nya, lalu diri pun dilupakan. Ia melihat kemuliaan
kesucian, lalu merasa dirinya tidak cakap dan tidak layak. Ia sudah sedia untuk pergi sebagai
utusan surga, tiada gentar oleh kemanusiaan, sebab ia telah memandang kepada Ilahi. Ia dapat
berdiri tegak dan berani di hadapan raja-raja duniawi, sebab ia sudah sujud di hadapan Raja segala
raja.
Yohanes belum mengerti betul sifat kerajaan Mesias itu. Ia mengharap bahwa Israel akan
dilepaskan dari musuh-musuh bangsanya; tetapi kedatangan seorang Raja dalam kebenaran, dan
penetapan Israel sebagai suatu bangsa yang suci, merupakan tujuan harapannya yang besar itu.
Demikianlah ia percaya akan digenapkannya nubuatan yang diberikan pada waktu ia lahir,
"Diingat-Nya akan perjanjian-Nya yang suci itu; . . .
Setelah sudah terlepas daripada segala musuh kita
Bolehlah kita beribadat kepada-Nya dengan tiada takut
dengan kesucian dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita."
 Ia melihat bangsanya tertipu, merasa puas akan diri sendiri, dan tidur dalam dosa-dosanya. Ia  ingin
hendak membangunkan mereka kepada cara hidup yang lebih suci. Kabar yang telah diberikan
Allah kepadanya supaya disiarkan, dimaksudkan untuk mengejutkan mereka dari kelalaiannya dan
membuat mereka gemar karena kejahatannya yang besar itu. Sebelum benih Injil dapat
ditanamkan, tanah hati itu mesti dihancurkan. Sebelum mereka mencari kesembuhan dari Yesus
mereka wajib disadarkan lebih dulu akan bahaya mereka dari luka-luka dosa. 
Allah tidak mengutus pesuruh untuk memuji-muji orang berdosa. Ia tidak memberikan kabar
damai, untuk membuai orang-orang yang belum disucikan ke dalam keamanan maut, Ia
meletakkan beban berat di atas angan-angan hati orang yang bersalah, serta menusuk jiwa dengan
anak panah keyakinan. Malaikat-malaikat yang melayani menghadapkan kepadanya hukuman
Allah yang mengerikan untuk memperdalam rasa keperluan, serta mendorong orang itu berseru
"Apakah yang patut saya perbuat, supaya saya mendapat selamat?" Kemudian tangan yang telah
merendahkan ke dalam debu itu mengangkat orang yang bertobat itu. Suara yang telah
menempelak dosa, dan mendatangkan malu kepada kecongkakan dan sifat suka mencari nama,
bertanya dengan belas kasihan yang selembut-lembutnya, "Apakah kau kehendaki Kuperbuat
padamu?"
Ketika pekerjaan Yohanes mulai, bangsa itu tengah berada dalam keadaan gelisah dan rasa tidak
puas, di pinggir api revolusi. Setelah Arkhelaus dipecat, Yudea telah ditaruh langsung di bawah
kekuasaan Roma. Kelaliman dan pemerasan yang dilakukan oleh gubernur-gubernur Romawi, dan
usaha mereka yang kuat dan tetap hendak memasukkan segala lambang dan kebiasaan kafir,
mengobarkan api pemberontakan, yang telah dipadamkan dalam darah beribu-ribu pahlawan
Israel. Semuanya ini mempertebal kebencian nasional terhadap Roma, serta menambahkan
kerinduan hendak dibebaskan dari kuasanya.
Di tengah pertikaian dan pergolakan itu, suatu suara terdengar dari padang belantara, suatu suara
yang mengagetkan dan keras, namun penuh harapan: "Bertobatlah, karena kerajaan surga sudah
hampir." Dengan suatu kuasa yang baru dan asing digerakkannya hati bangsa itu. Nabi-nabi telah
menubuatkan kedatangan Kristus sebagai suatu peristiwa yang masih jauh di masa depan; tetapi di
sinilah suatu pengumuman yang mengatakan bahwa kedatangan itu sudah dekat. Munculnya
Yohanes secara istimewa itu membawa pikiran para pendengarnya kembali kepada penilik-penilik
purbakala. Dalam cara-cara serta pakaiannya ia menyerupai nabi Elia. Dengan roh dan kuasa Elia
ditegurnya kebejatan bangsa itu dan ditempelaknya dosa-dosa yang telah merajalela.
Perkataannya tegas, tajam, dan meyakinkan. Banyak orang percaya bahwa ialah seorang daripada
nabi-nabi yang bangkit dari antara orang mati. Seluruh bangsa itu tergerak hati. Berduyun-duyun
orang pergi ke padang belantara.
Yohanes memaklumkan kedatangan Mesias, serta mengajak bangsa Itu kepada pertobatan.
Sebagai lambang penyucian dari dosa, dibaptiskannya mereka itu di sungai Yordan. Demikianlah
dengan suatu pelajaran penting yang mengandung arti dinyatakannya bahwa orang-orang yang
mengaku dirinya umat pilihan Allah itu sudah dinajiskan oleh dosa, dan bahwa dengan tiada
penyucian hati dan hidup, mereka itu tidak dapat beroleh bagian dalam kerajaan Mesias itu.
Penghulu-penghulu dan rabi-rabi, serdadu-serdadu, para pemungut cukai, dan para petani datang
untuk mendengar nabi itu. Seketika lamanya amaran yang tekun yang datang dari Allah itu
mengejutkan hati mereka. Banyak yang bertobat dan menerima baptisan. Orang dari segala
lapisan masyarakat menyerahkan diri kepada tuntutan Pembaptis itu, supaya boleh mendapat
bagian dalam kerajaan yang diumumkannya itu. Banyak dari antara katib-katib dan orang Farisi datang mengakui dosa mereka dan meminta
baptisan. Mereka telah meninggikan diri sendiri sebagai orang yang lebih baik daripada orang lain,
dan telah menuntun orang banyak untuk memandang tinggi kesalahan mereka; sekarang segala
rahasia hidup mereka yang bersalah itu tersingkap. Tetapi Yohanes diberi tahu oleh Roh Suci
bahwa banyak dari orang-orang ini tidak menaruh keyakinan yang sungguh akan dosa. Mereka
adalah pengikut aliran masa. Sebagai sahabat nabi itu mereka berharap akan mendapat kebaikan
dari Raja yang akan datang itu. Maka oleh menerima baptisan dari tangan guru muda yang
termasyhur ini, mereka bermaksud hendak memperkuat pengaruh mereka dalam masyarakat.
Yohanes menghadapi mereka dengan pertanyaan yang tajam ini, "Hai kamu keturunan ular
beludak! Siapakah yang mengatakan kepada kamu melarikan diri dari murka yang akan datang?
Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah berpikir dalam hatimu:
Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak
bagi Abraham dari batu-batu ini!” Orang Yahudi telah salah menafsirkan janji Allah tentang
kebaikan yang kekal bagi Israel: "Beginilah firman Tuhan, yang memberi matahari untuk menerangi
siang, yang menetapkan bulan dan bintang-bintang untuk menerangi malam, yang mengharu-biru
laut, sehingga gelombang-gelombangnya ribut,--Tuhan semesta alam nama-Nya: 'Sesungguhnya,
seperti ketetapan-ketetapan ini tidak akan beralih dari hadapan-Ku, demikianlah firman Tuhan,
demikianlah keturunan Israel juga tidak akan berhenti menjadi bangsa di hadapan-Ku untuk
sepanjang waktu. Beginilah firman Tuhan: Sesungguhnya, seperti langit di atas tidak terukur dan
dasar-dasar bumi di bawah tidak terselidiki, demikianlah juga Aku tidak akan menolak segala
keturunan Israel, karena segala apa yang dilakukan mereka, demikianlah firman Tuhan." Yeremia
31:35-37. Orang Yahudi mengira bahwa karena mereka keturunan Abraham mereka berhak atas
janji ini. Tetapi mereka mengabaikan syarat-syarat yang telah ditentukan Allah. Sebelum
memberikan janji itu, Ia telah berfirman, "Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan
menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan
menjadi umat-Ku . . . sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat
dosa mereka." Yeremia 31:33,34.
Kepada suatu bangsa yang dalam hatinya hukum-Nya tertulis, kebaikan Allah dipastikan. Mereka
satu dengan Dia. Tetapi orang Yahudi telah memisahkan diri dari Allah. Karena dosa mereka
menderita di bawah hukum-Nya. Inilah yang menyebabkan perhambaan mereka kepada bangsa
kafir. Pikiran mereka sudah digelapkan oleh pelanggaran, dan sebab pada waktu yang lalu Tuhan
memberikan kepada mereka kebaikan yang begitu besar, mereka berdalih akan segala dosa
mereka. Mereka memuji-muji diri dengan mengatakan bahwa mereka lebih baik daripada orang
lain, dan berhak mendapat berkat-berkat-Nya.
Hal ini "dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir
telah tiba." 1 Kor. 10:11. Betapa sering kita salah menafsirkan berkat-berkat Allah, serta memuji
diri kita sendiri bahwa kita beroleh kasih karena sesuatu kebaikan yang ada dalam diri kita. Allah
tidak dapat melakukan bagi kita apa yang ingin dilakukan. Segala karunia-Nya digunakan untuk
memperbesar kepuasan diri kita sendiri serta untuk mengeraskan hati kita dalam keadaan kurang
percaya dan dosa.
Yohanes menandaskan kepada guru-guru Israel itu bahwa kecongkakan hati, sifat mementingkan
diri, serta kebengisan mereka itu menunjukkan bahwa mereka adalah keturunan ular beludak,
suatu kutuk yang sungguh amat berbahaya bagi orang banyak, dan bukan anak-anak Abraham
yang adil dan penurut itu. Mengingat terang yang telah mereka terima dari Allah, mereka bahkan lebih jahat lagi daripada orang kafir, terhadap siapa mereka merasa diri sendiri jauh lebih tinggi.
Mereka sudah melupakan batu yang dari padanya mereka telah dipahat, dan lubang yang dari
dalamnya mereka telah digali. Allah tidak bergantung pada mereka untuk melaksanakan
maksud-Nya. Sebagaimana Ia telah memanggil Abraham keluar dari suatu bangsa kafir, demikian
pula la dapat memanggil orang lain ke dalam pekerjaan-Nya. Hati mereka mungkin tampak tidak
bernyawa sekarang ini sama seperti batu-batu di padang belantara, tetapi Roh-Nya dapat
menghidupkan mereka untuk melakukan kehendak-Nya, serta menerima kegenapan janji-Nya.
"Dan lagi," kata nabi itu, "kapak pun tersedia pada pangkal pohon; sebab itu tiap-tiap pohon yang
tak baik buahnya, yaitu akan ditebang dan dibuang ke dalam api." Bukannya oleh namanya,
melainkan oleh buahnya nilai sesuatu pohon ditentukan. Kalau buahnya tidak berguna, maka
namanya tidak dapat menyelamatkan pohon itu dari kebinasaan. Yohanes menegaskan kepada
orang Yahudi bahwa kedudukan mereka di hadapan Allah harus ditentukan oleh tabiat serta
kehidupan mereka. Pengakuan tidak berguna. Kalau kehidupan dan tabiat mereka tidak sesuai
dengan hukum Allah, mereka itu bukanlah umat-Nya.
Akibat perkataannya yang menusuk hati itu, para pendengarnya diyakinkan. Mereka datang
kepadanya dengan pertanyaan, "Kalau begitu, apakah yang patut kami perbuat?" Jawabnya,
"Adapun orang yang padanya ada baju dua helai, hendaklah dibagikannya kepada orang yang tidak
punya, dan orang yang berbekal pun hendaklah berbuat demikian." Dan diberinya amaran kepada
para pemungut cukai supaya jangan berlaku curang, dan kepada serdadu-serdadu supaya jangan
melakukan kekerasan.
Semua orang yang menjadi rakyat kerajaan Kristus katanya, akan membuktikan adanya iman dan
pertobatan. Kebaikan hati, kejujuran dan kesetiaan akan nampak dalam kehidupan mereka.
Mereka akan menolong fakir-miskin, dan membawa persembahan mereka kepada Allah. Mereka
akan melindungi orang yang tidak menaruh perlindungan, serta memberikan teladan kebajikan
dan belas-kasihan. Demikianlah para pengikut Kristus akan memberikan bukti akan kuasa Roh Suci
yang mengubahkan itu. Dalam kehidupan sehari-hari, keadilan, kemurahan, dan kasih Allah, akan
kelihatan. Jika tidak demikian maka adalah mereka seperti sekam, yang dicampakkan ke dalam api.
"Aku membaptiskan kamu dengan air," kata Yohanes; "tetapi Ia yang datang kemudian dari
padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan
membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api." Matius 3:11. Nabi Yesaya telah
menandaskan bahwa Tuhan akan membersihkan umat-Nya dari segala kejahatan mereka "dengan
roh yang mengadili dan yang membakar." Firman Tuhan kepada Israel ialah, "Aku akan bertindak
terhadap engkau: Aku akan memurnikan perakmu dengan garam soda, dan akan menyingkirkan
segala timah dari padanya." Yes. 4:4; 1:25. Bagi Dosa, di mana saja pun terdapat, "Allah kita adalah
api yang menghanguskan." Ibrani 12:29. Dalam diri segala orang yang menyerah kepada
kuasa-Nya, Roh Allah akan menghanguskan dosa. Tetapi kalau orang berpegang teguh kepada
dosa, mereka itu menjadi satu dengan dosa. Maka kemuliaan Allah, yang membinasakan dosa itu,
mesti membinasakan mereka. Yakub, sesudah malam pergumulannya dengan seorang malaikat
berkata, "Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!" Kejadian 32:30.
Yakub telah melakukan suatu dosa yang besar dalam perlakuannya terhadap Esau; tetapi ia sudah
bertobat. Pelanggarannya sudah diampuni, dan dosanya dibasuh; oleh sebab itu ia pun sanggup
melihat kenyataan hadirat Allah. Tetapi di mana saja manusia datang menghadap Allah sementara
dengan sengaja menyimpan kejahatan, mereka itu dibinasakan. Pada kedatangan Kristus yang
kedua kalinya kelak orang-orang jahat akan dihanguskan "dengan napas mulut-Nya," serta "memusnahkannya, kalau Ia datang kembali." 2 Tes. 2:8. Cahaya saleh akan membunuh orang
jahat.
Pada zaman Yohanes Pembaptis, Kristus sudah hampir kelihatan sebagai seorang yang
menyatakan tabiat Allah. Hadirat-Nya sendiri akan menyatakan kepada manusia dosa mereka.
Hanya bila mereka itu mau dibasuh dari dosa, dapatlah mereka masuk ke dalam persekutuan
dengan Dia. Hanya orang yang suci hatinya dapat tinggal di hadirat-Nya.
Demikianlah Pembaptis itu menyatakan pekabaran Allah kepada Israel. Banyak yang
memperhatikan segala pengajarannya. Banyak yang mengorbankan segala sesuatu, agar dapat
menurut. Banyak sekali orang yang mengikuti guru baru ini dari satu tempat ke tempat yang lain,
dan tidak sedikit pula yang mengharap bahwa mungkin dialah Mesias itu. Tetapi ketika Yohanes
melihat orang banyak itu berpaling kepadanya, dicarinyalah setiap kesempatan untuk
mengarahkan iman mereka kepada Dia yang akan datang itu.


_____________
(Pasal ini didasarkan atas Lukas 1:5-23, 57-80; 3:1-18; Matius 3:1-12; Markus 1:1-8.) Pasal 11
YESUS DIBAPTISKAN    

KABAR tentang nabi padang belantara dan pengumumannya yang ajaib itu pun
tersiarlah ke seluruh tanah Galilea. Kabar itu sampai kepada para petani yang diam di
bukit yang terjauh sekali pun, dan kepada nelayan di pantai, dan di dalam kota yang
tulus ikhlas  inilah kabar itu mendapat sambutan yang sesungguhnya. Di Nazaret kabar
itu tersiar juga di bengkel pertukangan kayu milik Yusuf, dan panggilan itu didengar oleh
Yesus. Waktu-Nya sudah tiba. Setelah meninggalkan pekerjaan-Nya sehari-hari,
diucapkan-Nyalah selamat tinggal kepada ibu-Nya, dan mengikuti orang senegeri-Nya
yang sedang berduyun-duyun menuju ke Yordan.
Yesus dan Yohanes Pembaptis bersaudara sepupu, serta bertalian rapat oleh keadaan
kelahiran mereka; namun selama ini mereka tidak pernah berkenalan  langsung satu
sama lain. Yesus selama ini tinggal di Nazaret tanah Galilea; sedangkan Yohanes
tinggal di padang belantara Yudea. Di tengah suasana tempat yang sangat berbeda,
mereka itu telah hidup dalam kesunyian, dan tidak mempunyai perhubungan satu sama
lain. Tuhan telah mengatur hal ini.
Tidak mungkin ada peluang bagi tuduhan bahwa mereka telah berkomplot untuk saling
menyokong pengakuan masing-masing.
Yohanes mengetahui segala peristiwa yang telah menandai kelahiran Yesus. Ia telah
mendengar kabar tentang kunjungan ke Yerusalem pada waktu Ia masih kanak-kanak,
dan tentang apa yang telah terjadi di sekolah rabbi-rabbi. Diketahuinya tentang
kehidupan-Nya yang tidak berdosa itu, serta percaya bahwa Ialah Mesias; tetapi tentang
ini ia tidak mempunyai jaminan yang pasti. Kenyataan bahwa Yesus telah sekian tahun
lamanya tinggal dalam kesunyian dan tidak memberikan tanda yang istimewa tentang
pekerjaan-Nya, menimbulkan rasa bimbang tentang apakah mungkin lalah Yang
Dijanjikan itu. Namun Pembaptis itu menanti dengan percaya, yakin bahwa pada waktu
yang ditentukan Allah sendiri segala sesuatu akan dijelaskan. Sudah dinyatakan
kepadanya bahwa Mesias itu akan meminta baptisan daripadanya, dan bahwa tanda
keilahian-Nya pun akan diberikan pada waktu itu. Maka dengan demikian akan dapatlah
ia memperkenalkan Dia kepada khalayak ramai.
Tatkala Yesus datang untuk dibaptiskan; Yohanes melihat dalam Dia suatu kemurnian
tabiat yang sejak dahulu belum pernah dilihatnya dalam seorang manusia pun. Bahkan
suasana hadirat-Nya pun kudus serta mengilhamkan rasa segan. Di antara orang
banyak yang telah berkumpul di sekelilingnya di Yarden, Yohanes telah mendengar
banyak ceritera yang menyedihkan tentang kejahatan, dan telah bertemu dengan
jiwa-jiwa yang ditindas oleh beban dosa yang tidak terkira banyaknya; akan tetapi belum
pernah ia bertemu dengan seseorang yang dari padanya keluar suatu pengaruh yang begitu Ilahi. Semuanya ini adalah sesuai dengan apa yang telah dinyatakan lebih dahulu
kepada Yohanes mengenai Mesias itu. Namun ia segan meluluskan permohonan Yesus
itu. Bagaimanakah ia, seorang berdosa, dapat membaptiskan Oknum Yang Tidak
Berdosa itu? Dan mengapa Ia, yang tidak memerlukan pertobatan, harus mentaati suatu
upacara agama yang merupakan pengakuan dosa yang harus dibasuhkan?
Ketika Yesus memohonkan baptisan itu, Yohanes menganjur surut sambil berseru,
"Bahwa patut hamba ini Tuhan baptiskan, maka sekarang Tuhan datang mendapatkan
hamba?" Dengan wewenang yang tegas namun lemah lembut, Yesus menjawab,
"Sekarang biarkanlah, karena demikian patut pada kita menggenapi segala kebenaran."
Lalu Yohanes menyerah dan menuntun Juruselamat itu ke dalam sungai Yarden, dan
menyelamkan Dia di dalam air. "Sebentar itu juga naiklah la dari dalam air; maka
sesungguhnya terbukalah  langit bagi-Nya, dilihat-Nya Roh Allah turun seperti burung
merpati datang atas-Nya."
Yesus menerima baptisan bukannya sebagai pengakuan kesalahan atas perbuatan-Nya
sendiri. Ia menyamakan diri-Nya dengan orang berdosa, mengambil langkah yang harus
kita ambil, serta melakukan pekerjaan yang wajib kita lakukan. Kehidupan-Nya yang
penuh penderitaan dan penuh kesabaran sesudah Ia dibaptis adalah juga suatu teladan
bagi kita.
Setelah keluar dari dalam air, Yesus tunduk melayangkan doa di pinggir sungai itu.
Suatu masa baru dan penting sedang terbuka di hadapan-Nya. Sekarang Ia sedang
memasuki perjuangan hidup-Nya dalam lingkungan yang lebih luas. Sungguh pun Ia
Raja Assalam, kedatangan-Nya wajiblah seperti penghunusan sebilah pedang. Kerajaan
yang hendak didirikan-Nya itu bertentangan dengan kerajaan yang dirindukan oleh
bangsa Yahudi. Ia yang merupakan alasan segenap upacara serta peraturan
keagamaan bangsa Israel itu, akan dipandang sebagai musuh dan pembinasanya. Ia
yang telah mengumumkan hukum di Sinai dipersalahkan sebagai seorang pelanggar. Ia
yang telah datang untuk menghancurkan kuasa setan, akan dituduh sebagai Baalzebul.
Tiada seorang pun di dunia ini yang telah mengerti akan Dia, dan sepanjang masa
kerja-Nya itu Ia masih harus berjalan seorang diri. Selama hidup-Nya ibu dan
saudara-saudara-Nya tidak mengerti akan tugas-Nya. Bahkan murid-murid-Nya sekali
pun tidak mengerti akan Dia. Ia telah tinggal di dalam cahaya yang kekal, sebagai
seorang yang satu dengan Allah, namun hidup-Nya di dunia ini harus
dilangsungkan-Nya dalam kesunyian. Sebagai seorang yang satu dengan kita, Ia harus menanggung beban kesalahan dan
malapetaka kita. Ia yang tidak berdosa itu harus merasai malu dosa. Pencinta damai itu
harus tinggal dengan pergumulan, kebenaran harus tinggal dengan kepalsuan, kesucian
dengan kenajisan. Setiap dosa, setiap perselisihan, setiap nafsu yang menajiskan yang
telah dibawa oleh pelanggaran, merupakan siksaan bagi jiwa-Nya.
Ia harus menempuh jalan itu sendirian; Ia harus memikul beban itu sendirian. Di atas
Dia yang telah meletakkan kemuliaan-Nya, serta menerima kelemahan kemanusiaan,
harus diserahkan penebusan dunia ini. Ia melihat serta merasa itu semuanya, tetapi
maksud-Nya tetap teguh. Pada lengan-Nya tergantung keselamatan bangsa yang telah
terjerumus ke dalam jurang dosa, dan Ia menghulurkan tangan-Nya untuk memegang
teguh tangan Kasih yang Maha Kuasa.
Pandangan Juruselamat tampaknya menerusi surga sedang Ia mencurahkan jiwa-Nya
dalam doa. Ia tahu benar betapa dosa telah mengeraskan hati manusia, dan betapa
sukarnya kelak bagi mereka untuk mengerti akan pekerjaan-Nya, serta menerima
karunia keselamatan. Ia memohonkan dari Bapa kuasa untuk mengalahkan kurang
percaya mereka, untuk menghancurkan belenggu yang digunakan setan untuk
menawan mereka, dan untuk mengalahkan pembinasa itu demi kepentingan mereka. Ia
memohonkan kesaksian bahwa Allah menerima manusia dalam diri Anak-Nya itu.
Belum pernah sebelumnya malaikat-malaikat mendengarkan doa semacam itu. Mereka
ingin membawa kepada Panglima mereka suatu kabar jaminan dan penghiburan. Tetapi
tidak, Bapa itu Sendirilah yang akan menjawab permohonan Anak-Nya. Langsung dari
takhta surga memancarlah cahaya kemuliaan-Nya. Langit terbuka, dan ke atas kepala
Juruselamat turunlah cahaya yang paling suci, dalam rupa seekor burung
darah,—lambang yang tepat untuk Dia, yang lemah-lembut dan rendah hati itu.
Dari antara orang banyak yang di Yarden itu, hanya sedikit kecuali Yohanes yang
melihat penglihatan dari surga itu. Namun khidmatnya hadirat Ilahi ada dalam
perhimpunan itu. Orang banyak berdiri dengan diam memandang kepada Kristus.
Segenap tubuh-Nya bermandikan cahaya yang selamanya mengelilingi takhta Allah.
Wajah-Nya yang menengadah ke atas itu dipermuliakan seperti yang belum pernah
mereka lihat pada  wajah manusia. Dari langit yang terbuka itu kedengaranlah suatu
suara berkata, "Inilah Anak-Ku yang kekasih, maka akan Dia juga Aku berkenan."
Ucapan pengesahan ini diberikan untuk mengilhamkan kepercayaan pada mereka yang
menyaksikan peristiwa itu, serta untuk menguatkan Juruselamat bagi tugas-Nya. Meski
pun dosa segenap dunia yang bersalah diletakkan di atas Kristus, dan meski pun
kehinaan dalam mengambil bagi diri-Nya sendiri sifat-sifat kita yang telah berdosa,
namun suara yang dari surga itu menyatakan bahwa Dialah Putera Kekekalan. Yohanes merasa terharu sekali ketika ia melihat Yesus tersungkur sebagai seorang
pemohon, memohonkan keridlaan Bapa dengan berlinang-linang air mata-Nya.
Sementara kemuliaan Allah mengelilingi Dia, dan suara yang dari surga itu terdengar,
Yohanes mengenal tanda yang telah dijanjikan Allah. Tahulah ia bahwa Penebus
dunialah yang telah dibaptiskannya itu. Roh Suci hinggap kepadanya, dan dengan
tangan yang terkedang menunjuk kepada Yesus, ia berseru, "Lihatlah anak-domba
Allah, yang menghapuskan dosa dunia itu."
Tidak seorang pun dari antara para pendengar itu, bahkan pembicara itu sendiri pun
tidak mengerti arti ucapan ini, "Anak-domba Allah." Di atas Gunung Moriah, Ibrahim
telah mendengar pertanyaan puteranya, "Bapa . . . di manakah anak domba untuk
korban bakaran itu?" Ayah itu menjawab, "Allah yang akan menyediakan anak domba
untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Kejadian 22:7, 8. Maka di dalam domba
jantan yang disediakan Tuhan itu untuk mengganti Ishak, Ibrahim melihat lambang Dia
yang harus mati untuk dosa-dosa umat manusia. Roh Suci oleh nabi Yesaya, dengan
mengambil lukisan itu, bernubuat tentang Juruselamat, "Seperti anak domba yang
dibawa ke pembantaian," "tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan  kita
sekalian;" (Yesaya 53:6, 7), akan tetapi bangsa Israel tidak mengerti pelajaran itu.
Banyak di antara mereka yang menganggap persembahan korban itu justru seperti
orang-orang kapir memandang kepada korban mereka-sebagai hadiah yang olehnya
mereka sendiri kiranya dapat berdamai dengan Tuhan. Allah ingin mengajar mereka
bahwa dari kasih-Nya sendiri sajalah datang karunia yang dapat merukunkan mereka
kepada-Nya.

Dan perkataan yang diucapkan kepada Yesus di Yarden itu, "Inilah Anak-Ku yang
kekasih, maka  akan Dia juga Aku berkenan," meliputi seluruh umat manusia. Allah
berbicara kepada Yesus selaku wakil kita. Dengan segenap dosa dan kelemahan kita,
tidak dibuangkan-Nya kita sebagai tidak berharga. "Dalam kasih Ia telah menentukan
kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya. . . supaya terpujilah
kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang
dikasihi-Nya." Efesus 1: 5-6. Kemuliaan yang hinggap atas Kristus itu ialah janji tentang
kasih Allah bagi kita. Diberitahukannya kepada kita hal kuasa doa, bagaimana suara
manusia dapat mencapai telinga Allah, dan permohonan kita diperkenankan dalam
istana surga. Oleh dosa, dunia ini telah terpisah dari surga, serta terasing dari
persekutuannya; akan tetapi Yesus  sudah menghubungkannya kembali dengan
lingkungan kemuliaan. Kasih-Nya telah melingkari manusia, serta mencapai langit yang
tertinggi. Cahaya yang turun dari pintu gerbang yang terbuka ke atas kepala
Juruselamat kita, akan turun pula ke atas kita apabila kita berdoa memohonkan bantuan
untuk melawan pencobaan. Suara yang berbicara kepada Yesus itu berkata kepada
setiap jiwa yang percaya, "Inilah anak-Ku yang kekasih, maka akan dia juga Aku
berkenan."

"Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum
nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan
diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya." 1 Yohanes 3:2. Penebus kita telah membuka jalan,
supaya orang-orang yang paling berdosa, paling melarat, paling tertindas dan terhina,
boleh menghampiri Bapa. Sekaliannya boleh mendapat tempat kediaman dalam tempat
tinggal yang disediakan oleh Yesus. "Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang
memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia
menutup, tidak ada yang dapat membuka. . . lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu,
yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun" Wahyu 3:7, 8.  


-------------
(Pasal ini didasarkan atas Matius 3:13-17;Markus l:9-ll;Lukas 3:21, 22.) Pasal 12

YESUS DIGODA 


"BERMULA, maka Yesus pun penuhlah dengan Rohu'lkudus kembali dari Yarden, lalu dihantar
oleh Roh ke gurun." Ucapan Markus masih lebih tegas lagi. Katanya, "Sebentar itu juga dibawa oleh
Roh akan Dia ke gurun. Maka adalah Ia di gurun itu empatpuluh hari lamanya, digoda oleh Setan
dan adalah Ia dengan segala binatang yang buas." "Pada masa itu suatu pun tidak dimakan-Nya."  
Ketika Yesus dibawa ke padang belantara untuk digoda, Ia dibawa oleh Roh Allah. Ia tidak
mengundang  penggodaan. Ia pergi ke padang belantara untuk mengasingkan diri, untuk
merenungkan tugas serta pekerjaan-Nya. Oleh puasa dan doa Ia harus mempersiapkan diri-Nya
urrtuk jalan berlumuran darah yang mesti ditempuh-Nya. Tetapi setan mengetahui bahwa
Juruselamat telah pergi ke padang belantara, dan pikirnya inilah saat yang terbaik untuk
menghampiri Dia.
Nasib besar dunia ini dipertaruhkan dalam perjuangan antara Raja Terang dan pemimpin kerajaan
kegelapan. Setelah menggoda manusia kepada dosa, setan mengaku dunia ini sebagai miliknya, serta
------------
Pasal ini dialaskan atas Matius 4: 1-11; Markus I :12, 13; Lukas 4: 1-13.
 
menyebut dirinya raja dunia ini. Setelah menyesuaikan dengan sifat-sifatnya sendiri bapa dan ibu
kita manusia, ia bermaksud hendak mendirikan kerajaannya di dunia ini. Ia mengatakan bahwa
manusia telah memilih dia sebagai rajanya. Oleh pengendaliannya atas manusia, ia memegang
kekuasaan atas dunia ini. Kristus telah datang hendak membuktikan bahwa pengakuan setan itu tidak
benar adanya. Sebagai Anak manusia, Kristus akan bersikap setia kepada Allah. Demikianlah akan
ditunjukkan bahwa Setan belum memperoleh kekuasaan yang sepenuhnya atas bangsa manusia, dan
bahwa pengakuan haknya atas dunia ini palsu adanya. Semua orang yang mengingini kelepasan dari
kuasanya akan dibebaskan. Kerajaan yang telah dihilangkan oleh Adam karena dosa akan
dipulihkan.
Sejak pengumuman kepada ular di taman Eden dahulu kala, "Aku akan mengadakan permusuhan
antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya," Kej. 3:15. Setan telah
mengetahui bahwa ia tidak berkuasa penuh atas dunia ini. Ada kelihatan di dalam manusia
bekerjanya kuasa yang menentang kekuasaannya. Dengan perhatian yang besar diperhatikannya
korban-korban yang dipersembahkan oleh Adam dan anak-anaknya. Di dalam upacara-upacara ini ia
melihat suatu lambang perhubungan antara bumi dan surga. Ia bertindak untuk memutuskan
perhubungan ini. Ia salah melukiskan tentang Allah serta salah mentafsirkan upacara-upacara yang
menunjuk kepada Juruselamat itu. Manusia dituntun untuk takut akan Allah selaku oknum yang suka
melihat kebinasaan mereka. Korban yang sebenarnya harus menyatakan kasih-Nya itu,
dipersembahkan hanya untuk memadamkan murka-Nya. Setan membangkitkan nafsu manusia
supaya dapat memperkokoh kekuasaannya atas mereka itu. Ketika sabda Allah yang tertulis
diberikan, setan mempelajari nubuatan-nubuatan tentang kedatangan luruselamat. Dari keturunan
kepada keturunan ia bekerja untuk membutakan orang terhadap segala nubuatan ini, supaya mereka
menolak Kristus pada kedatangan-Nya. 
Pada kelahiran Yesus, Setan tahu bahwa Seorang telah datang dengan tugas Ilahi untuk menggugat
kekuasaannya. Ia gemetar ketika mendengar kabar malaikat yang menyaksikan kekuasaan Raja yang
baru lahir itu. Setan tahu betul kedudukan Kristus di surga sebagai Kekasih Bapa. Perihal Anak Allah harus datang ke dunia ini selaku seorang manusia, memenuhi dia dengan keheranan dan ketakutan.
Ia tidak sanggup menduga rahasia korban yang besar ini. Jiwanya yang mementingkan diri itu tidak
dapat mengerti kasih serupa itu bagi bangsa yang teperdaya itu. Kemuliaan dan damai surga, serta
kegirangan persekutuan dengan Allah, dipahami oleh manusia dengan samar-samar saja; akan tetapi
semuanya itu diketahui benar oleh Lucifer, kerubiun yang menaungi itu. Semenjak ia kehilangan 
surga, ia telah bertekad untuk membalas dendam oleh menyebabkan orang-orang lain turut dalam
kejatuhannya itu. Hal ini akan diusahakannya oleh membuat mereka menaruh nilai rendah atas
perkara-perkara semawi, serta menaruh hati kepada perkara-perkara duniawi.
Bukanlah tanpa rintangan Panglima sorga itu akan menarik jiwa-jiwa manusia ke dalam
kerajaan-Nya. Sejak la masih bayi di Bethlehem, Ia terus-menerus diserang oleh si jahat itu. Peta
Allah nyata di dalam Kristus, maka dalam segala majelis Setan diambil ketetapan bahwa Ia harus
dikalahkan. Tiada seorang pun yang pernah lahir di dunia ini, terlepas dari kuasa penipu itu. Tentara
perserikatan kejahatan disuruh mengikuti jejak-Nya untuk mengadakan peperangan melawan Dia,
dan kalau mungkin untuk mengalahkan Dia.
Ketika Juruselamat dibaptiskan, Setan turut menyaksikannya. Ia melihat kemuliaan Bapa menaungi
Anak-Nya itu. Ia mendengar suara Yehovah menyaksikan ke Ilahian Yesus. Sejak dosa Adam,
bangsa manusia telah terputus dari persekutuan langsung dengan Allah; perhubungan di antara surga
dan dunia telah terjadi oleh Kristus; akan tetapi kini karena Yesus sudah datang "dalam daging, yang
serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa," (Rm. 8:3), Bapa Sendiri bersabda. Dahulu Ia
telah berhubungan dengan manusia dengan perantaraan Kristus; kini Ia berhubungan dengan
manusia di dalam Kristus. Setan telah mengharap bahwa kebencian Allah terhadap kejahatan akan
membawa perpisahan yang kekal antara surga dan bumi. Tetapi sekarang jelaslah bahwa
perhubungan antara Allah dan manusia telah dipulihkan kembali.
Setan melihat bahwa ia mesti mengalahkan atau dikalahkan. Persoalan yang menyangkut perjuangan
itu meliputi terlalu banyak perkara untuk dipercayakan kepada malaikat-malaikat serikatnya. Ia
mesti secara pribadi melangsungkan peperangan itu. Segenap tenaga kemurtadan dikerahkan untuk
menggempur Anak Allah itu. Kristus dijadikan sasaran setiap senjata neraka.
Banyak orang yang memandang perjuangan antara Kristus dan Setan ini sebagai tidak mengandung
hubungan istimewa dengan kehidupan mereka; dan bagi mereka hal itu kurang penting. Tetapi di
dalam hati setiap manusia peperangan ini diulangi. Tidak pernah seseorang meninggalkan barisan
kejahatan dan masuk ke dalam pekerjaan Allah tanpa menemui serangan setan. Segala godaan yang
dilawan Kristus itulah juga yang kita rasa begitu sukar untuk melawannya. Godaan itu didesakkan
kepada-Nya dengan derajat yang sama kuatnya sebagaimana keadaan tabiat-Nya jauh lebih tinggi
daripada kepribadian kita. Dengan beratnya dosa yang dahsyat yang menekan Dia, Kristus melalui
ujian terhadap selera, terhadap kecintaan kepada dunia ini, dan terhadap kecintaan kepada
pertunjukan yang menuntun kepada sifat tekebur. Inilah penggodaan yang mengalahkan Adam dan
Hawa, dan yang mudah sekali mengalahkan kita.
Setan telah menunjuk kepada dosa Adam sebagai bukti bahwa taurat Allah tidak adil, dan tidak
dapat diturut. Di dalam kemanusiaan kita, Kristus harus menebus kegagalan Adam. Tetapi ketika
Adam diserang  oleh penggoda itu dahulu, belum ada pengaruh dosa padanya. Ia hidup dalam
kekuatan kemanusiaan yang sempurna, memiliki kekuatan pikiran dan tubuh yang penuh. Ia
dikelilingi dengan segala kemuliaan Eden, dan dalam persekutuan sehari-hari dengan
makhluk-makhluk surga. Bukannya demikian halnya waktu Yesus masuk ke padang belantara untuk
berhadapan dengan setan. Empat ribu tahun lamanya bangsa manusia telah merosot dalam kekuatan
tubuh, dalam kuasa pikiran, dan dalam nilai akhlak; dan Kristus mengenakan kepada-Nya segala
kelemahan umat manusia yang telah merosot itu. Hanya dengan demikian Ia dapat menolong manusia dari jurang kemerosotannya yang sedalam-dalamnya.
Banyak orang mengatakan bahwa mustahillah Kristus dikalahkan oleh penggodaan. Kalau begitu Ia
tidak dapat ditempatkan pada kedudukan Adam; mustahil Ia dapat memperoleh kemenangan yang
tidak dapat diperoleh Adam. Sekiranya dalam sesuatu hal pergumulan kita lebih berat daripada yang
ditanggung oleh Kristus, maka Ia tidak akan sanggup menolong kita. Tetapi  Juruselamat kita itu
mengenakan kemanusiaan, dengan segala kemungkinannya. Ia mengenakan sifat-sifat manusia
dengan kemungkinan menyerah kepada penggodaan. Tidak suatupun yang kita tanggung yang tidak
pernah ditanggung-Nya.
Bagi Kristus, seperti juga bagi  dua sejoli suci yang di taman Eden dahulu, selera adalah dasar
penggodaan besar yang pertama. Justru di mana kebinasaan itu telah mulai, di situlah pekerjaan
penebusan kita mesti mulai. Sebagaimana Adam jatuh oleh pemanjaan selera, demikian juga oleh
penyangkalan selera Kristus mesti menang. "Hatta setelah Yesus berpuasa empat puluh hari empat
puluh malam lamanya, kesudahan laparlah Ia. Maka sipenggoda datang kepada-Nya seraya katanya:
Jikalau Engkau Anak Allah, suruhlah batu-batu ini menjadi roti. Tetapi  sahut Yesus, kata-Nya:
Adalah tersurat: bahwa manusia tidak akan hidup dengan roti saja, melainkan oleh segala sabda,
yang terbit daripada mulut Allah."
Sejak zaman Adam hingga zaman Kristus, pemanjaan diri sendiri telah memperbesar kuasa selera
dan hawa nafsu, hingga mempunyai kuasa yang hampir tidak terbatas. Demikianlah manusia
merosot dan diserang penyakit, dan dengan tenaga mereka sendiri mustahil bagi mereka
mengatasinya. Demi kepentingan manusia, Kristus menang oleh menanggung ujian yang paling
berat. Untuk kepentingan kita Ia menjalankan pengendalian diri sendiri yang lebih kuat daripada
kelaparan atau maut. Maka dalam kemenangan pertama ini terlibat segala persoalan lain yang
berhubungan dengan segenap pergumulan kita dengan kuasa kegelapan.
Ketika  Yesus masuk ke padang belantara, Ia diliputi dengan kemuliaan Bapa. Karena
persekutuan-Nya dengan Allah, Ia diangkat di atas kelemahan manusia. Akan tetapi kemuliaan itu
lenyap, lalu Ia ditinggalkan bertempur dengan penggodaan. Penggodaan itu mendesak Dia  setiap
saat. Sifat-sifat kemanusiaan-Nya itu gentar akan peperangan yang menantikan Dia. Empatpuluh hari
lamanya Ia berpuasa dan berdoa. Karena sudah lemah dan kurus akibat lapar, letih-lesu dan sengsara
dengan penderitaan pikiran, sehingga "begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi" (Yesaya
52:14). Sekaranglah kesempatan setan. Sekarang sangkanya dapat ia mengalahkan Kristus.
Kepada Juruselamat, datanglah satu oknum yang menyaru seperti seorang malaikat dari surga.
Seolah-olah hendak menjawab doanya. Ia mengaku mendapat tugas dari Allah untuk mengatakan
bahwa puasa Kristus itu sudah berakhir. Sebagaimana Allah telah mengutus seorang malaikat untuk
mencegah tangan Ibrahim dari mempersembahkan Ishak, demikian juga karena merasa puas dengan
kerelaan Kristus untuk menempuh jalan yang berlumuran darah, Bapa telah mengutus seorang
malaikat untuk melepaskan Dia; inilah kabar yang dibawa kepada Yesus. Juruselamat sudah sangat
lemah karena lapar-Nya, Ia ingin sekali mendapat makanan, ketika setan itu datang kepada-Nya
dengan tiba-tiba. Sambil menunjuk kepada batu-batu yang bertebaran di padang belantara itu, dan
yang tampaknya seperti roti, penggoda itu berkata, "Jikalau Engkau Anak Allah, suruhlah batu-batu
ini menjadi roti."
"Walaupun ia nampak seperti seorang malaikat terang," ucapan yang pertama ini menghianati
pribadinya. "Jikalau Engkau Anak Allah." Di sinilah sindiran yang mengandung rasa tidak percaya.
Sekiranya Yesus melakukan apa yang dianjurkan Setan, sudah pasti hal itu berarti penerimaan akan
kebimbangan itu. Penggoda itu merencanakan untuk mengalahkan Kristus dengan menggunakan
cara yang berhasil seperti ketika ia menggoda bangsa manusia pada mula pertama. Betapa liciknya
Setan telah mendekati Hawa di taman Eden! "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" Kejadian 3:1. Sampai di situ ucapan penggoda itu
benarlah adanya; tetapi dalam caranya berbicara itu kepada mereka, terselip sesuatu penghinaan
yang disamarkan terhadap sabda Allah. Dalamnya terkandung  sesuatu peniadaan yang licik, satu
kebimbangan tentang kebenaran Ilahi. Setan berusaha hendak menanamkan ke dalam pikiran Hawa
pendapat bahwa Allah tidak akan bertindak seperti yang telah dikatakan-Nya; bahwa penahanan
buah seindah itu adalah bertentangan  dengan kecintaan dan kasih-sayang-Nya bagi manusia. Jadi
sekarang pun penggoda itu berusaha mengilhami Kristus dengan perasaannya sendiri. "Jikalau
Engkau Anak Allah," ucapan ini membakar dengan kepahitan di dalam pikirannya. Dalam nada
suaranya ada sesuatu pernyataan tidak percaya yang amat sangat. Sampai hatikah Allah
memperlakukan putera-Nya sendiri sedemikian? Sampai hatikah Ia meninggalkan Dia di padang
belantara dengan binatang-binatang buas, tanpa makanan, tanpa kawan, tanpa kesenangan? Ia
menyindir  bahwa Allah tidak pernah bermaksud supaya Anak-Nya mengalami keadaan semacarn
ini. "Jikalau Engkau Anak Allah," tunjukkanlah kuasa-Mu oleh menolong diri-Mu sendiri dari
kelaparan yang amat sangat ini. Perintahkanlah supaya batu ini menjadi roti.
Ucapan yang dari surga, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan (Matius
3:17)," masih saja berdengung di telinga setan. Akan tetapi ia sudah bertekad hendak membuat
Kristus tidak percaya akan kesaksian ini. Sabda Allah menjadi jaminan bagi Kristus  tentang tugas
Ilahi-Nya itu. Ia telah datang untuk hidup sebagai seorang manusia di antara manusia, dan sabda
itulah yang menyatakan hubungan-Nya dengan surga. Maksud Setan ialah untuk membuat Dia
bimbang akan sabda itu. Sekiranya keyakinan Kristus pada Allah dapat digoncangkan, tahulah Setan
bahwa kemenangan dalam seluruh peperangan itu akan jatuh ke tangannya. Ia dapat mengalahkan
Yesus. Ia mengharap supaya di bawah tekanan rasa putus asa dan lapar yang tidak terperikan, Kristus
akan kehilangan percaya kepada Bapa-Nya, lalu mengadakan suatu mukjizat untuk kepentingan-Nya
sendiri. Sekiranya Ia melakukan hal ini, maka rencana keselamatanpun sudah akan patah.
Ketika Setan dan Anak Allah pertama kali bertemu dalam peperangan, Kristus menjadi panglima
segenap bala tentara surga; dan setan, pemimpin pemberontakan di surga, diusir keluar. Kini
keadaan mereka nampaknya terbalik, dan Setan berusaha keras untuk menggunakan kelebihan itu
dengan sebaik-baiknya. Salah seorang malaikat yang paling berkuasa di surga, katanya, telah diusir
dari surga. Rupa Yesus menunjukkan bahwa Ialah malaikat yang telah jatuh itu, dibuangkan oleh
Allah dan ditinggalkan oleh manusia. Sebagai oknum Ilahi tentu dapat mempertahankan
pengakuannya oleh mengadakan suatu mukjizat; "jikalau Engkau Anak Allah,suruhlah batu-batu ini
menjadi roti." Tindakan kuasa menciptakan seperti itu, desak penggoda itu, akan merupakan bukti
keilahian yang tak tergugat lagi. Tindakan itu tentu akan mengakhiri pertentangan itu.
Bukanlah tanpa pergumulan Yesus mendengar dengan tenang kepada penipu agung itu. Tetapi Anak
Allah itu tidak perlu membuktikan keilahian-Nya kepada setan, atau menjelaskan mengapa Ia
merendahkan diri-Nya. Oleh memenuhi tuntutan pemberontak itu, suatu pun tiada bagi kebaikan
manusia atau kemuliaan Allah yang akan diperoleh. Sekiranya Kristus menurut anjuran musuh itu,
Setan tentu masih akan mengatakan, Tunjukkanlah kepadaku sesuatu tanda supaya saya dapat
percaya bahwa engkaulah Anak Allah. Bukti sudah tentu tidak akan berguna untuk menghancurkan
kuasa pemberontakan di dalam hatinya. Dan Kristus tidak perlu menggunakan kuasa Ilahi untuk
kepentingan-Nya sendiri. Ia telah datang untuk menanggung ujian seperti yang harus kita tanggung,
meninggalkan bagi kita suatu teladan iman dan penyerahan diri. Baik di sini mau pun pada
waktu-waktu selanjutnya dalam hidup-Nya di dunia ini, tidak pernah Ia mengadakan sesuatu
mukjizat demi kepentingan-Nya sendiri. Segala perbuatan-Nya yang ajaib adalah untuk kebaikan
orang lain. Walau pun Yesus mengenal Setan sejak mulanya, Ia tidak terhasut untuk memasuki suatu
pertentangan dengan dia. Karena dikuatkan dengan ingatan akan suara yang dari surga itu, Ia bersandar pada kasih Bapa-Nya. Ia tidak mau berperang mulut dengan penggodaan.
Yesus menghadapi Setan dengan ucapan  Kitab Suci. "Adalah tersurat," kata-Nya. Dalam setiap
pencobaan senjata perang-Nya ialah sabda Allah. Setan menuntut dari Kristus sesuatu mukjizat
sebagai tanda keilahian-Nya. Akan tetapi yang lebih besar daripada semua mukjizat, yaitu
persandaran yang kokoh pada "demikianlah sabda Tuhan," adalah satu tanda yang tidak dapat
dibantah. Selama Kristus berpegang teguh kepada pendirian ini, penggoda itu tidak dapat menarik
keuntungan.
Pada saat kelemahan yang paling hebat itulah Kristus diserang oleh pencobaan yang paling dahsyat.
Dengan demikianlah Setan menyangka bahwa ia dapat menang. Dengan cara ini ia telah mendapat
kemenangan atas manusia. Apabila tenaga sudah habis, dan kuasa kemauan sudah lemah, serta iman
tidak lagi bersandar pada Allah, maka orang-orang  yang telah lama berdiri dengan gagah berani
untuk kebenaran, dikalahkan. Musa sudah penat dengan pengembaraan bani Israel empat puluh
tahun lamanya, apabila sesaat lamanya imannya melepaskan pegangannya dari kuasa yang kekal. Ia
gagal justru di perbatasan  tanah perjanjian. Demikian juga halnya Elia, yang telah berdiri dengan
tidak gentar di hadapan Raja Ahab yang telah menghadapi seluruh bangsa Israel, yang dikepalai oleh
empat ratus limapuluh orang nabi Baal. Sesudah hari yang mengerikan di atas bukit Karmel itu,
sesudah nabi-nabi palsu dibunuh habis, dan khalayak ramai telah berjanji akan menurut Allah, Elia
melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya karena ancaman Isebel penyembah berhala itu.
Demikianlah Setan telah menarik keuntungan dari kelemahan manusia. Maka ia akan terus bekerja
dengan cara yang sama. Apabih seseorang dikelilingi dengan segala macam kesusahan,
dibingungkan oleh suasana, atau ditindis oleh kemiskinan atau dukacita, setan selalu ada dekat untuk
menggoda dan menyusahkan. Ia menyerang  segi-segi tabiat kita yang lemah. Ia berusaha hendak
menggoncangkan keyakinan kita pada Allah, yang membiarkan keadaan semacam itu terjadi. Kita
tergoda untuk tidak percaya pada Allah dan meragukan kasih-Nya. Sering penggoda itu datang
kepada kita sebagaimana ia datang dahulu kepada Kristus, menunjukkan di hadapan kita segala
kelemahan dan cacat kita. Ia mengharap hendak menawarkan hati kita, serta menghancurkan
pegangan kita pada Allah. Lalu merasa pastilah ia akan mangsanya. Jika kita mau menghadapi dia
sebagaimana Yesus menghadapi dia dahulu, akan luputlah kita dari banyak kekalahan. Oleh bersoal
jawab dengan musuh itu, kita memberikan kepadanya keuntungan.
Ketika Kristus berkata kepada penggoda itu, "Bahwa manusia tidak akan hidup dengan roti saja,
melainkan oleh segala sabda, yang terbit daripada mulut Allah," Ia mengucapkan kembali ucapan
yang lebih empatbelas abad sebelumnya telah diucapkan-Nya kepada Israel: "Ingatlah kepada
seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak Tuhan, Allahmu, di padang gurun selama empat
puluh tahun ini . . . . Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau
makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk
membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari  roti saja, tetapi manusia hidup dari
segala yang diucapkan Tuhan." Ulangan 8:2, 3. Di padang belantara ketika segenap bahan makanan
sudah habis, Allah memberikan manna dari surga kepada umat-Nya; dan persediaan yang cukup dan
terus-menerus diberikan. Penyediaan ini harus mengajar mereka bahwa sementara mereka percaya
pada Allah, serta berjalan pada segala jalan-Nya, Ia tidak akan meninggalkan mereka. Juruselamat
kini mempraktekkan pelajaran yang telah diajarkan-Nya kepada bani Israel dahulu. Oleh sabda
Allah, pertolongan telah diberikan kepada segenap tentara Ibrani, dan oleh sabda itu juga
pertolongan akan diberikan kepada Yesus. Dinantikan-Nya saat Allah untuk membawa pertolongan.
Ia berada di padang belantara karena menurut Allah, dan Ia tidak mau memperoleh makanan oleh
menuruti anjuran Setan. Di hadapan semesta alam yang mempersaksikan, Ia menyaksikan bahwa
lebih kecil malapetaka untuk menderita apa pun yang terjadi, daripada untuk menyimpang dengan cara apa pun dari kehendak Allah.
"Bahwa manusia tidak  akan hidup dengan roti saja, melainkan oleh segala sabda, yang terbit
daripada mulut Allah." Kerapkali pengikut Kristus dibawa ke tempat ia tidak dapat berbakti kepada
Allah sambil menjalankan terus perusahaan duniawinya. Mungkin nampaknya bahwa penurutan
kepada sesuatu tuntutan Allah yang tegas akan meniadakan sumber keperluan hidupnya. Setan akan
membuat dia percaya bahwa ia mesti mengorbankan keyakinan batinnya itu. Akan tetapi
satu-satunya hal di dunia kita ini tempat kita dapat bersandar, ialah sabda Allah. "Tetapi caharilah
dahulu kerajaan Allah serta kebenaran-Nya, maka segala perkara ini pun akan ditambahkan
kepadamu." Matius 6:33: bahkan di dalam hidup ini pun tidaklah baik bagi kita untuk menyimpang
dari kehendak Bapa kita yang di surga. Bila kita  memahami kuasa sabda-Nya, kita tidak akan
mengikuti anjuran setan untuk mendapat makanan atau untuk memelihara hidup kita. Pertanyaan
kita satu-satunya ialah, Apakah perintah Allah? dan apakah janji-Nya? Bila kita mengetahui ini, kita
akan menurut yang satu, dan mempercayai yang lainnya.
Dalam peperangan besar yang terakhir dengan Setan kelak, orang-orang yang setia kepada Allah
akan melihat segenap persandaran duniawi hilang lenyap. Sebab mereka itu tidak mau melanggar
taurat-Nya untuk menurut kuasa duniawi, mereka itu akan dilarang untuk berjual beli. Akan
diperintahkanlah kelak bahwa mereka itu akan dibunuh (Lihat Wahyu 13:11-17). Akan tetapi kepada
orang-orang yang menurut itu diberikan janji, "dialah seperti orang yang tinggal aman di tempat-
tempat tinggi, bentengnya ialah kubu di atas bukit batu; rotinya disediakan, air minumnya terjamin
(Yesaya 33:16)." Oleh janji ini anak-anak Allah akan hidup. Apabila bumi ini dibinasakan oleh bala
kelaparan kelak, mereka akan diberi makan. "Mereka tidak akan mendapat malu pada waktu
kecelakaan, dan mereka akan menjadi kenyang pada hari-hari kelaparan." Mzm. 37:19. Kepada masa
kesukaran itu nabi Habakuk memandang dan perkataannya mengungkapkan iman sidang: "Sekalipun
pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun
ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan
tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di
dalam Allah yang menyelamatkan aku" Habakuk 3:17, 18.
Dari semua pelajaran yang harus diambil dari penggodaan besar yang pertama terhadap Tuhan kita,
tidak ada yang lebih penting daripada yang menyangkut pengendalian selera dan hawa nafsu. Pada
segala zaman, penggodaan-penggodaan  yang menarik kepada sifat jasmaniah itulah yang paling
berhasil membejatkan dan merosotkan umat manusia. Oleh sifat tidak bertarak, Setan bekerja untuk
membinasakan kuasa pikiran dan akhlak yang diberikan Allah kepada manusia sebagai karunia yang
tiada ternilai harganya. Demikianlah menjadi mustahil bagi manusia untuk menghargai
perkara-perkara yang mengandung nilai yang kekal. Oleh pemanjaan hawa nafsu, Setan berusaha
menghapuskan dari jiwa segala bekas keserupaan dengan Allah.
Pemanjaan yang tidak dikendalikan dan penyakit yang diakibatkannya serta kemerosotan yang ada
pada kedatangan Kristus yang pertama kalinya, akan timbul lagi, dengan keburukan yang hebat,
sebelum kedatangan-Nya yang kedua kali. Kristus mengatakan bahwa keadaan dunia ini akan sama
seperti pada zaman sebelum air bah, dan seperti di Sodom dan Gomorah. Setiap angan-angan hati
akan senantiasa jahat adanya. Justru di pinggir zaman yang menakutkan itulah kita hidup sekarang,
maka kepada kita haruslah tertanam dengan sedalam-dalamnya pelajaran tentang puasa Juruselamat
itu. Hanya oleh penderitaan yang tak terperikan yang ditanggung oleh Kristus itulah kita dapat
menilai buruknya pemanjaan yang tak dikekang. Teladan yang diberikan-Nya menyatakan bahwa
satu-satunya harapan kita untuk mendapat hidup kekal ialah oleh menundukkan segala selera dan
nafsu kepada kehendak Allah.
Dengan tenaga kita sendiri mustahillah bagi kita untuk menyangkal kegelojohan-kegelojohan pribadi kita yang telah berdosa. Oleh saluran ini Setan akan mendatangkan penggodaan ke atas kita. Kristus
tahu bahwa musuh itu akan datang kepada setiap manusia, untuk mengambil keuntungan dari
kelemahan warisan, dan oleh sindiran-sindirannya yang palsu hendak menjerat semua orang yang
percayanya tidak pada Allah. Maka oleh melalui jalan yang mesti dijalani manusia, Tuhan kita telah
menyediakan jalan bagi kita untuk mengalahkan. Tuhan tidak menghendaki kita harus ditaruh dalam
keadaan yang merugikan dalam peperangan melawan Setan. Ia tidak mau kita ditakut-takuti dan
ditawarkan hati oleh serangan ular itu. "Kuatkanlah hatimu," katanya; "Aku telah mengalahkan
dunia." Yohanes 16:33.
Biarlah ia yang bergumul melawan kuasa nafsu makan, memandang kepada Juruselamat di padang
belantara pencobaan. Pandanglah Dia dalam penderitaan di kayu salib, ketika Ia berseru, "Aku haus"
Ia telah menanggung segala sesuatu yang mungkin kita tanggung. Kemenangan-Nya adalah
kemenangan kita.
Yesus bersandar pada akal-budi dan kekuatan Bapa-Nya yang di surga. Ia berkata, "Tetapi Tuhan
Allah menolong aku; sebab itu aku  tidak mendapat noda, . . . aku tahu, bahwa aku tidak akan
mendapat malu.... Sesungguhnya, Tuhan Allah menolong aku." Sambil menunjuk kepada
teladan-Nya sendiri, Ia berkata kepada kita, "Siapa di antaramu yang takut akan Tuhan dan
mendengarkan suara hamba-Nya? Jika ia hidup dalam kegelapan dan tidak ada cahaya bersinar
baginya, baiklah ia percaya kepada nama Tuhan dan bersandar kepada Allahnya!" Yesaya 50:7-10.
"Penguasa dunia ini datang," kata Yesus "dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku." Yohanes
14:30. Di dalam Dia tidak ada sesuatu yang menyambut penyesatan setan. Ia tidak menyetujui dosa.
Sedikit pun Ia tidak memikirkan hendak menyerah kepada penggodaan. Demikian juga halnya
dengan kita. Kemanusiaan Kristus dipersatukan dengan keilahian; Ia dilayakkan untuk pergumulan
itu oleh tinggalnya Rohu'lkudus di dalam hati-Nya. Dan Ia datang untuk membuat kita seperolehan
dalam sifat-sifat Ilahi itu. Selama kita dipersatukan dengan Dia oleh iman, dosa tidak lagi menguasai
kita. Allah mengulurkan tangan-Nya hendak mencapai tangan iman kita agar olehnya kita berpegang
teguh pada keilahian Kristus, supaya kita dapat mencapai  kesempurnaan tabiat.
Dan bagaimana ini dilaksanakan. Kristus telah menunjukkannya kepada kita. Dengan alat apakah Ia
menang dalam peperangan melawan Setan?  -Dengan sabda Allah. Hanya dengan sabda itulah Ia
dapat melawan pencobaan. "Adalah tersurat," kata-Nya. Dan kepada kita dikaruniakan "janji-janji
yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat
ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia." 2 Petrus 1:4. Setiap janji dalam
sabda Allah adalah milik kita. "Oleh segala sabda, yang terbit daripada mulut Allah" kita harus
hidup. Apabila diserang oleh pencobaan, janganlah memandang pada keadaan atau pada kelemahan
diri sendiri, melainkan pada kuasa sabda itu. Segenap kekuatannya adalah milikmu. "Segala
pesan-Mu," kata pengarang mazmur, "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan
berdosa terhadap Engkau." "Sesuai dengan firman yang Engkau ucapkan, aku telah menjaga diriku
terhadap jalan orang-orang yang melakukan kekerasan." Mazmur 119:11; 17:4.





 Pasal 13

KEMENANGAN 

"LALU diambil iblis akan Dia, dibawanya sertanya ke Baitu'lmukadis, didirikannya di atas
bumbungan rumah Allah. Seraya katanya kepada-Nya: Jikalau Engkau Anak Allah, terjunkanlah
diri-Mu ke bawah, karena adalah tersurat:
"Bahwa Allah akan bersabda kepada segala malaikat-Nya akan halmu,
Maka mereka itu kelak menatang Engkau di atas tangannya,
Supaya jangan barangkali terantuk kaki-Mu kepada batu."
Sekarang Setan menyangka bahwa ia telah menghadapi Yesus pada pendirian-Nya sendiri. Musuh
yang licik itu sendiri kini mengemukakan ucapan-ucapan yang keluar dari mulut Allah. Ia masih saja
kelihatan seperti seorang malaikat terang, dan ia membuktikan bahwa ia mahir dalam soal-soal
Alkitab, serta mengerti arti apa yang tersurat. Sebagaimana Yesus menggunakan sabda Allah untuk
mempertahankan iman-Nya, penggoda itu kini menggunakan sabda Allah pula untuk membenarkan
penipuannya. Ia mengatakan bahwa ia hanya menguji kesetiaan Yesus, dan sekarang ia memuji
keteguhan-Nya. Karena Juruselamat telah menunjukkan percaya pada Allah, setan mendesak Dia
pula supaya memberikan lagi bukti-bukti lain untuk iman-Nya itu. 
Akan tetapi penggodaan itu didahului lagi dengan sindiran yang mengandung rasa tak percaya,
"Jikalau Engkau Anak Allah." Kristus tergoda untuk menjawab "jikalau" itu; tetapi Ia sedikit pun
tidak mau menerima kebimbangan itu. Ia tidak mau membahayakan nyawa-Nya hanya untuk
memberikan bukti kepada Setan.
Penggoda itu berpikir hendak mengambil keuntungan dari kemanusiaan Kristus, serta membujuk
Dia untuk bertindak tekebur. Akan tetapi meski pun Setan dapat membujuk, tidak dapat ia memaksa
berbuat berdosa. Kata-Nya kepada Yesus, "Terjunkanlah diri-Mu, ke bawah," karena mengetahui
bahwa ia tidak dapat menjatuhkan Dia ke bawah; karena Allah  akan campur tangan untuk
melepaskan Dia. Tidaklah pula setan dapat memaksa Yesus menerjunkan diri-Nya ke bawah.
Kecuali Kristus menyerah kepada penggodaan itu, Ia tidak dapat dikalahkan. Segenap kuasa dunia
ini atau neraka sekali pun tidak dapat memaksa Dia sekelumit pun untuk menye leweng dari
kehendak Bapa-Nya.
Penggoda itu tidak akan pernah dapat memaksa kita untuk melakukan kejahatan. Ia tidak dapat
mengendalikan pikiran kecuali pikiran itu diserahkan ke bawah kekuasaannya. Kehendak mesti
setuju, iman  mesti melepaskan pegangannya dari Kristus, barulah Setan dapat menggunakan
kuasanya atas kita. Tetapi setiap keinginan jahat yang kita sayangi memberikan kepadanya tempat
bertumpu. Setiap perkara yang dalamnya kita gagal untuk mencapai taraf Ilahi, merupakan sebuah
pintu terbuka yang dari padanya ia dapat masuk untuk menggoda serta membinasakan kita. Dan
setiap kegagalan atau kekalahan di pihak kita memberikan kesempatan bagi dia untuk
mempersalahkan Kristus.
Ketika Setan memetik janji, "Allah akan bersabda  kepada segala malaikat-Nya akan hal-Mu," ia
tidak menyebutkan ucapan, "supaya dipeliharakan-Nya Engkau pada segala jalan-Mu" yaitu, pada
segala jalan pilihan Allah. Yesus tidak mau keluar dari jalan penurutan. Sementara menunjukkan
percaya yang sempurna pada Bapa-Nya, Ia tidak mau menempatkan diri-Nya sendiri, dengan tidak
disuruh, pada suatu kedudukan yang akan memerlukan campur tangan Bapa-Nya untuk
menyelamatkan Dia dari maut. Ia tidak mau memaksa Allah datang meluputkan Dia, dan dengan
demikian gagal untuk memberikan kepada manusia satu teladan iman dan penurutan.
Yesus berkata kepada Setan, "Bahwa adalah tersurat pula: Jangan kamu mencobai Tuhan Allahmu." Perkataan ini diucapkan oleh Musa kepada bani Israel ketika mereka kehausan di padang belantara,
lalu menuntut supaya Musa memberikan air kepada mereka, dengan berseru, "Adakah Tuhan di
tengah-tengah kita atau tidak?" Keluaran 17:7. Allah telah mengerjakan hal-hal yang ajaib bagi
mereka; namun dalam kesusahan mereka meragukan Dia, serta menuntut bukti  bahwa Ia tengah
menyertai mereka. Dalam keadaan kurang percaya itu, mereka berusaha hendak menguji Dia. Maka
setan pun mendesak Kristus untuk berbuat sedemikian juga. Allah telah membuktikan bahwa Yesus
adalah Anak-Nya; dan kini untuk meminta bukti bahwa lalah Anak Allah, berarti menguji sabda
Allah, mencobai Dia. Maka demikian jugalah halnya benar meminta apa yang tidak dijanjikan Allah.
Hal itu akan menunjukkan adanya kurang percaya, serta benar-benar menguji atau mencobai Dia.
Jangan hendaknya kita menyampaikan permohonan kita kepada Allah untuk membuktikan apakah Ia
akan menepati janji-Nya, melainkan karena Ia akan menepatinya; bukannya untuk membuktikan
bahwa Ia mengasihi kita, melainkan karena Ia mengasihi kita. "Tetapi tanpa iman tidak mungkin
orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa
Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia."
Ibrani 11:6.
Akan tetapi iman itu sekali-kali tidak ada hubungannya dengan tindakan yang bersifat tekebur.
Hanya orang yang mempunyai iman yang sejati sajalah yang selamat dari sifat tekebur. Sebab sifat
tekebur itulah pemalsuan Setan akan iman. Iman menuntut janji-janji Allah, serta mengeluarkan
buah-buah dalam penurutan. Sifat tekebur juga menuntut janji-janji itu, tetapi menggunakannya
sebagaimana Setan menggunakannya, yaitu untuk mendalihkan pelanggaran. Iman seharusnya
menuntun nenek-moyang kita yang pertama untuk mempercayai kasih Allah, dan menurut segala
perintah-Nya. Sifat tekebur menuntun mereka itu kepada pelanggaran hukum-Nya, karena
beranggapan bahwa kasih-Nya yang besar itu akan menyelamatkan mereka dari akibat dosa mereka
itu. Bukannya iman yang menuntut keridlaan surga tanpa memenuhi syarat-syarat yang olehnya
kemurahan harus dikaruniakan. Iman sejati beralaskan janji-janji serta syarat-syarat yang terdapat di
dalam Alkitab.
Acapkali apabila Setan telah gagal untuk menimbulkan perasaan kurang percaya, ia berhasil dalam
menuntun kita ke arah sifat tekebur. Jika ia dapat menyebabkan kita menempatkan diri kita sendiri
tidak seperlunya pada jalan penggodaan, maka tahulah ia bahwa kemenangan sudah ada padanya.
Allah akan memelihara semua orang yang berjalan pada jalan penurutan; akan tetapi menyirnpang
dari jalan itu berarti berani memasuki daerah setan. Di sana kita pasti akan jatuh. Juruselamat telah
menyuruh kita, "Jagalah dan pintalah doa, supaya jangan engkau masuk ke dalam penggoda."
Markus 14:38. Renungan dan doa akan mencegah kita daripada lari dengan tak diminta ke jalan
bahaya, dan dengan demikian kita diselamatkan dari banyak kekalahan
Namun kita tidak boleh putus asa apabila diserang oleh pencobaan. Acapkali apabila ditempatkan
dalam sesuatu keadaan yang sulit kita bimbang apakah kita telah dipimpin oleh Roh Allah. Tetapi
Roh itulah yang membawa Yesus dahulu ke padang belantara untuk dicobai oleh Setan. Bila Allah
membawa kita ke dalam ujian, Ia mempunyai suatu maksud yang hendak dilaksanakan-Nya untuk
kebaikan kita. Yesus tidak tekebur dalam segala janji Allah oleh pergi tanpa disuruh ke padang
belantara, tidaklah pula Ia putus asa ketika penggodaan datang kepada-Nya. Demikian juga halnya
dengan kita. "Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui
kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu
dapat menanggungnya." Kata-Nya, "Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan
bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi! Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan
meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." 1 Korintus 10: 13; Mazmur 50: 14,15.
Yesus mendapat kemenangan atas penggodaan kedua, dan kini Setan menunjukkan dirinya dalam tabiatnya yang sebenarnya. Akan tetapi ia tidak kelihatan seperti sesuatu momok raksasa yang
mengerikan, dengan kaki-kaki yang terbelah dan sayap kelelawar. Ia seorang malaikat yang
berkuasa, meskipun sudah jatuh. Ia mengaku dirinya pemimpin pemberontakan dan dewa dunia ini.
Setelah membawa Yesus ke atas sebuah gunung yang tinggi, setan membuat kerajaan-kerajaan dunia
ini, dalam segenap kemuliaannya, lalu seperti panorama di hadapan-Nya. Cahaya matahari bersinar
ke atas kota-kota yang berisi candi-candi, istana-istana batu pualam, ladang-ladang yang subur, dan
kebun-kebun anggur yang penuh dengan buah. Bekas-bekas kejahatan disembunyikan. Mata Yesus
yang tadinya disambut oleh kegelapan dan kesunyian, kini memandang kepada suatu pemandangan
yang tidak terperikan eloknya dan kemakmurannya. Kemudian terdengarlah suara penggoda itu:
"Bahwa segala kuasa ini akan kuberikan kepada-Mu serta dengan segala kemuliaannya, karena yaitu
telah diserahkan kepadaku, maka aku memberikan dia kepada barang siapa yang kukehendaki, sebab
itu jikalau Engkau mau menyembah aku, sekalian ini jadi milik-Mu."
Tugas Kristus dapat ditunaikan hanya dengan penderitaan. Di hadapan-Nya adalah suatu kehidupan
yang penuh dukacita, kesukaran, dan perjuangan serta kematian yang hina. Ia mesti menanggung
segala dosa seluruh dunia. Ia mesti menanggung perpisahan dari kasih Bapa-Nya. Kini Setan
menawarkan untuk menyerahkan kuasa yang telah direbutnya itu. Kristus mungkin dapat
melepaskan diri-Nya dari masa depan yang mengerikan itu oleh mengakui kedaulatan Setan. Tetapi
berbuat demikian berarti menyerahkan kemenangan dalam pergumulan besar itu. Dalam berusaha
hendak meninggikan dirinya sendiri di atas Anak Allah, Setan telah berdosa di surga. Sekiranya ia
menang sekarang, maka itu akan berarti kemenangan di pihak pemberontakan.
Ketika Setan mengatakan kepada Kristus, kerajaan dan kemuliaan dunia ini sudah diserahkan
kepadaku, dan aku memberikan dia kepada barang siapa yang kukehendaki, ia mengatakan apa yang
benar hanya sebagian saja, dan hal itu dikatakannya untuk melaksanakan maksud penipuannya.
Kerajaan Setan ialah yang dirampas dari Adam, tetapi Adam mewakili Khalik. Adam bukannya
memerintah dengan merdeka. Bumi adalah milik Allah, dan la telah menyerahkan segala sesuatu
kepada Anak-Nya. Adam harus memerintah di bawah kekuasaan Kristus. Ketika Adam
menyerahkan kedaulatannya ke tangan setan, Kristus masih juga Raja yang berdaulat. Demikianlah
Tuhan telah bersabda kepada raja Nebukadnezar, "Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia
dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya." Daniel 4:17. Setan dapat menjalankan
kekuasaan yang direbutnya itu hanya kalau Allah mengizinkannya.
Ketika penggoda itu menawarkan kepada Kristus kerajaan dan kemuliaan dunia ini, ia sedang
menganjurkan supaya Kristus menyerahkan hak raja yang sesungguhnya atau dunia ini, serta
berkerajaan di bawah Setan. Justeru inilah kerajaan yang di atasnya segenap harapan bangsa Yahudi
bertumpu. Mereka mengingini kerajaan dunia ini. Sekiranya Kristus berkenan menawarkan kepada
mereka sesuatu kerajaan yang demikian, maka mereka tentu akan menerima Dia dengan kesukaan.
Akan tetapi kutuk dosa, dengan segala malapetakanya, terletak di atas kerajaan itu. Kristus
mengatakan kepada penggoda itu, "Nyahlah engkau, hai setan, karena adalah tersurat: Hendaklah
kamu menyembah Tuhan Allahmu dan beribadat hanya kepada Tuhan saja."
Oleh dia yang telah memberontak di surga, kerajaan-kerajaan dunia ini ditawarkan kepada Kristus,
untuk membeli penghormatan-Nya kepada azas-azas kejahatan; tetapi Ia tidak mau dibeli; Ia telah
datang untuk mendirikan suatu kerajaan kebenaran, dan Ia tidak mau membatalkan maksud-Nya itu.
Dengan pencobaan itu juga Setan menghampiri manusia, dan dalam hal inilah ia mendapat sukses
yang lebih baik daripada dengan Kristus. Kepada manusia ditawarkannya kerajaan dunia ini dengan
syarat bahwa mereka mau mengakui kedaulatannya. Ia menuntut supaya mereka mengorbankan
kejujuran, mengabaikan angan-angan hati, memanjakan sifat mementingkan diri. Kristus menyuruh
mereka mencari lebih dulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya; tetapi Setan berjalan di samping mereka dan berkata, "Apa pun yang mungkin benar tentang hidup yang kekal, supaya mendapat
sukses di dunia ini engkau mesti berbakti kepadaku. Aku memegang kesejahteraanmu pada
tanganku. Aku dapat memberikan kepada mu kekayaan, kesenangan, kehormatan, dan kebahagiaan.
Dengarkanlah nasehatku. Janganlah biarkan dirimu dihanyutkan oleh paham yang ganjil tentang
kejujuran dan pengorbanan diri. Aku akan mempersiapkan jalan di hadapanmu." Demikianlah
banyak sekali orang yang teperdaya. Mereka mau hidup untuk melayani diri sendiri, dan Setan
merasa puas. Sementara ia memikat mereka dengan harapan kerajaan duniawi, ia memperoleh
kekuasaan atas jiwa. Tetapi ditawarkannya apa yang bukan haknya untuk memberikan dan yang
segera akan dirampas dari dia. Sebagai balasnya ia menipu mereka dari hak mereka atas warisan
segala anak Allah. 
Setan telah mempersoalkan apakah Yesus Anak Allah adanya. Ketika ia diusir cepat-cepat dari
surga, ia telah beroleh bukti yang tidak dapat dibantahnya. Keilahian memencar melalui
kemanusiaan yang menderita. Setan tidak mempunyai kuasa untuk melawan perintah itu. Dengan
perasaan pedih dan marah karena direndahkan, terpaksa ia mengundurkan diri dari hadirat Penebus
dunia itu. Kemenangan Kristus sempurna adanya sama seperti kegagalan Adam dahulukala pun
sempurna.
Demikianlah kita dapat melawan pencobaan, dan memaksa Setan mengundurkan diri dari kita.
Yesus mendapat kemenangan oleh penyerahan dan iman pada Allah, dan oleh rasul Ia berkata
kepada kita, "Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!
Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu." Yakub 4:7, 8. Kita tidak dapat
menyelamatkan diri kita sendiri dari kuasa penggoda itu; ia telah mengalahkan manusia, dan apabila
kita berusaha hendak berdiri dengan kekuatan kita sendiri, kita pun akan menjadi mangsa bagi segala
siasatnya; tetapi, "Nama Tuhan adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia
menjadi selamat." Amsal 18:10. Setan gemetar dan melarikan diri dari jiwa yang terlemah sekali
pun, yang mencari perlindungan dalam nama yang berkuasa itu.
Setelah musuh itu mengundurkan diri, Yesus rebah dalam keadaan tidak berdaya ke tanah, dengan
kepucatan maut pada wajah-Nya. Malaikat-malaikat surga telah memperhatikan pertempuran itu,
melihat Panglima mereka yang tercinta itu ketika Ia menderita kesengsaraan yang tak terperikan
untuk mengadakan suatu jalan kelepasan bagi kita. Ia telah menanggung ujian itu, yang lebih besar
daripada ujian yang pernah kita tanggung. Malaikat-malaikat itu melayani Anak Allah, sementara Ia
terbaring seperti seorang yang hendak mati. Ia dikuatkan dengan makanan, dihiburkan dengan kabar
kasih Bapa-Nya, dan kepastian bahwa segenap surga bersorak-sorak atas kemenangan-Nya itu.
Sesudah merasa segar kembali, Ia menunjukkan belas kasihan kepada manusia, lalu Ia maju terus
untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah dimulai-Nya itu; Ia tidak akan berhenti hingga musuh itu
kalah, dan umat manusia yang telah jatuh ke dalam dosa itu ditebus. 
Harga penebusan kita itu tidak akan disadari sampai orang-orang tebusan itu kelak berdiri dengan
Penebus di hadapan takhta Allah. Pada hari itu kelak ketika segala kemuliaan rumah yang kekal itu
memancar ke dalam panca indera kita yang terpesona itu, kita pun akan mengingat bahwa Yesus
telah meninggalkan semuanya ini untuk kepentingan kita, bahwa la bukan saja meninggalkan istana
surga, melainkan mengambil risiko kegagalan dan kematian yang kekal untuk menebus kita. Pada
masa itu kelak kita pun akan meletakkan semua mahkota kita di kaki-Nya, serta menyanyikan
nyanyian, "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan
hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!" Wahyu 5:12.


 



 Pasal 14

"KAMI SUDAH JUMPA MESIAS"


YOHANES Pembaptis kini mengajar dan membaptiskan di Baitani, di seberang Yarden. Tidak jauh
dari tempat ini di mana Allah dahulu telah menahan aliran sungai itu hingga bani Israel
menyeberang. Tidak berapa jauh dari sini benteng kota Yerikho telah dirubuhkan oleh bala tentara
surga. Kenangan tentang segala peristiwa ini teringat kembali pada saat ini, serta menimbulkan
perhatian yang besar terhadap pekabaran Yohanes Pembaptis. Apakah Ia yang telah berbuat begitu
ajaib pada zaman lampau itu, akan menunjukkan kuasa-Nya pula untuk melepaskan bangsa Israel?
Demikianlah pikiran yang menggerakkan hati orang banyak yang setiap hari datang berduyun-duyun
ke tepi sungai Yarden.
Pengajaran Yohanes sangat mempengaruhi bangsa itu sehingga meminta perhatian para penguasa
agama. Bahaya pemberontakan menyebabkan setiap kumpulan umum dipandang dengan rasa curiga
oleh orang Romawi, dan apa pun yang menunjuk kepada sesuatu pemberontakan dari bangsa itu
menimbulkan rasa takut pada pihak para penghulu Yahudi. Yohanes belum mengakui kekuasaan
Sanhedrin oleh berusaha memperoleh ------------
Pasal ini dialaskan atas Yohanes 1:19-51.

pengesahan mereka atas pekerjaannya; dan ia telah mengecam penghulu-penghulu dan orang
banyak, baik orang Parisi mau pun orang Saduki. Namun orang banyak mengikut dia dengan
gembira. Perhatian pada pekerjaannya tampaknya bertambah terus-menerus. Meski pun ia tidak
tunduk kepada mereka, Sanhedrin merasa bahwa, selaku seorang guru umum, ia adalah di bawah
pengawasan mereka.
Badan ini terdiri dari anggota-anggota yang dipilih dari antara imam-imam, dan dari
penghulu-penghulu utama dan guru-guru bangsa itu. Imam besarlah biasanya yang menjadi ketua.
Semua anggotanya haruslah orang-orang yang sudah agak lanjut usianya, sungguh pun belum tua
sekali; orang-orang berilmu, bukan saja mahir dalam agama Yahudi dan sejarah, tetapi juga dalam
pengetahuan umum. Mereka tidak boleh bercacat tubuh, dan harus sudah berumah tangga, karena
sebagai bapa, besar kemungkinan mereka  akan lebih berpengasihan dan memikirkan kepentingan
orang lain. Tempat mereka berkumpul ialah suatu ruangan yang dihubungkan dengan kaabah di
Yerusalem. Pada zaman kemerdekaan bangsa Yahudi Sanhedrin ialah mahkamah agung bangsa
Yahudi, yang mempunyai kuasa atas soal-soal kenegaraan serta keagamaan. Sungguh pun sekarang
sudah direndahkan pangkatnya oleh pemerintah Romawi, namun badan itu masih menjalankan suatu
pengaruh yang kuat dalam soal-soal sipil dan keagamaan.
Sanhedrin tidak mau menangguhkan pemeriksaan terhadap pekerjaan Yohanes. Ada orang yang
masih mengingat wahyu yang diberikan kepada Zakaria di kaabah dahulu, dan nubuatan bapa itu,
yang telah menunjuk kepada anaknya itu sebagai bentara Mesias. Dalam huru-hara dan perubahan
selama tigapuluh tahun,  segala perkara ini sudah sebagian besar dilupakan. Tetapi sekarang
diingatkan kembali oleh kegiatan pekerjaan Yohanes.
Sudahlah agak lama sejak bangsa Israel pernah mempunyai seorang nabi, lama sejak sesuatu
reformasi seperti yang berlangsung sekarang ini pernah dilihat orang. Tuntutan untuk mengaku dosa
tampaknya baru dan mengejutkan. Banyak di antara para pemimpin tidak mau pergi mendengarkan
seruan dan kecaman Yohanes, karena kuatir kalau-kalau mereka terpaksa membuka segala rahasia
kehidupan mereka sendiri. Namun pengajaran Yohanes itu adalah pengumuman yang langsung tentang Mesias. Sudah umum diketahui orang bahwa tujuhpuluh minggu dari nubuatan Daniel, yang
meliputi kedatangan Mesias itu, sudah hampir berakhir; dan semua orang ingin beroleh bahagian
dalam masa baru kemuliaan nasional yang diharapkan pada waktu itu. Demikian besarnya semangat
khalayak ramai sehingga Sanhedrin akan segera terpaksa membenarkan atau menolak pekerjaan
Yohanes. Kekuasaan mereka atas orang banyak sudah mulai berkurang. Sudah semakin merupakan
suatu persoalan yang pelik bagaimana caranya mempertahankan kedudukan mereka. Dalam harapan
untuk mendapat sesuatu kesimpulan, mereka mengutus suatu perwakilan yang terdiri dari
imam-imam dan orang-orang Lewi ke sungai Yarden untuk berunding dengan guru baru itu.
Banyak orang datang berhimpun, mendengarkan perkataannya, ketika para utusan itu tiba. Dengan
lagak kewibawaan yang dimaksudkan untuk memberikan kesan dalam pikiran orang banyak itu,
serta untuk menuntut penghormatan nabi itu,rabbi-rabbi yang congkak itu datang. Dengan suatu
gerakan penghormatan, hampir oleh rasa takut, orang banyak itu memberikan jalan kepada mereka.
Orang-orang besar itu, dengan jubahnya yang mahal-mahal, dengan kecongkakan pangkat dan kuasa,
berdiri di hadapan nabi padang belantara itu.
"Siapa engkau?" tanya mereka.
Mengetahui apa yang ada di dalam pikiran mereka itu, Yohanes menjawab "Aku ini bukannya
Kristus."
"Siapakah gerangan engkau? Eliakah?"
"Bukan."
"Engkaukah nabi itu?"
"Bukan."
"Siapakah engkau? supaya  kami memberi jawab kepada mereka, yang menyuruhkan kami ini.
Apakah katamu akan hal dirimu?"
"Aku inilah suara orang yang berseru-seru di padang belantara: Ratakanlah jalan Tuhan, seperti yang
dikatakan oleh nabi Yesaya."
Ayat Alkitab yang disebutkan oleh  Yohanes itu ialah nubuatan yang indah dari Yesaya:
"Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu, tenangkanlah hati Yerusalem dan
serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, .
. . Ada suara yang berseru-seru: 'Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan, luruskanlah di
padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan
bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-
lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan
melihatnya bersama-sama; sungguh, Tuhan sendiri telah mengatakannya.'" Yesaya 40:1-5.
Dahulu kala, bila seorang raja mengadakan perjalanan melalui bagian-bagian kerajaannya yang
jarang dikunjungi, serombongan orang disuruh pergi mendahului kereta kerajaan untuk meratakan
segala tempat yang curam serta mengisi lubang, supaya raja itu dapat mengadakan perjalanan dengan
selamat dengan tiada halangan. Kebiasaan ini digunakan oleh nabi itu untuk melukiskan pekerjaan
Injil. "Segala lembah akan ditambak dan bukit akan diratakan." Bilamana Roh Allah, dengan
kuasanya yang membangunkan itu, menjamah jiwa, direndahkannyalah kecongkakan manusia.
Kesenangan duniawi  dan kedudukan serta kuasa kelihatan menjadi tidak berharga. "Kami
mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan
manusia untuk menentang pengenalan akan Allah," 2 Korintus 10:5, dicampakkan; setiap pikiran
ditalukkan dalam tawanan "akan menurut Almasih." Kemudian kerendahan hati dan kasih yang
mengorbankan diri pun, yang kurang dihargai di antara manusia, ditinggikan sebagai satu-satunya
yang berharga. Inilah pekerjaan Injil, dan pekabaran Yohanes itu hanya merupakan sebagian
daripadanya. Rabbi-rabbi itu melanjutkan penyelidikan mereka. "Jikalau engkau bukan Kristus dan bukan Elia
dan bukan nabi itu, mengapa engkau membaptiskan orang?" Kata-kata "nabi itu" mengartikan Musa.
Orang Yahudi telah sejak lama condong kepada keyakinan bahwa Musa akan dibangkitkan dari
antara orang mati, dan diangkat ke surga. Mereka tidak mengetahui bahwa ia telah dibangkitkan.
Ketika Yohanes Pembaptis itu memulai pekerjaannya, banyak orang meny,angka bahwa besar
kemungkinan dialah nabi Musa yang dibangkitkan dari antara orang mati itu, sebab nampaknya ia
mempunyai pengetahuan yang seksama tentang segala nubuatan dan sejarah bangsa Israel.
Ada pula kepercayaan bahwa sebelum kedatangan Mesias, Elia akan datang secara pribadi. Harapan
ini dijawab Yohanes dalam sangkalannya; akan tetapi ucapannya itu mengandung suatu arti yang
lebih dalam lagi. Yesus kemudian harinya berkata mengenai Yohanes, "Jika kamu mau
menerimanya--ialah Elia yang akan datang itu." Matius 11:14. Yohanes datang dalam roh dan kuasa
Elia, untuk melakukan suatu pekerjaan seperti  yang dilakukan oleh Elia. Sekiranya orang Yahudi
telah menerima dia, maka sebenarnya pekerjaan itu sudah akan terlaksana bagi mereka. Akan tetapi
mereka tidak menyambut baik pekabarannya itu. Bagi mereka  ia bukannya Elia. Ia tidak dapat
menunaikan bagi mereka tugas yang hendak dilaksanakannya.
Banyak di antara orang-orang yang berhimpun di Yarden itu telah hadir pada waktu Yesus
dibaptiskan; tetapi tanda yang diberikan pada waktu itu nyata hanya bagi beberapa orang daripada
mereka. Pada bulan-bulan sebelumnya dalam pekerjaan Yohanes Pembaptis itu, banyak orang tidak
mau memperdulikan seruan untuk bertobat. Demikianlah mereka telah mengeraskan hati serta
menggelapkan pengertian mereka. Ketika Surga memberikan kesaksian tentang Yesus pada waktu Ia
dibaptiskan, mereka pun tidak menyadarinya. Mata yang belum pernah dialihkan dalam percaya
kepada Dia yang tidak tampak itu, tidak melihat penyataan kemuliaan Allah; telinga yang tidak
pernah mendengar suara-Nya, tidak mendengar perkataan kesaksian. Demikian juga halnya
sekarang. Acapkali hadirat Kristus dan malaikat-malaikat yang melayani nyata dalam perhimpunan
orang banyak, namun banyak orang tidak mengetahui hal itu. Mereka tidak melihat sesuatu yang luar
biasa.  Tetapi bagi beberapa orang hadirat Juruselamat itu dinyatakan. Damai dan kegirangan
menghidupkan hati mereka. Mereka itu dihiburkan, diberanikan hati serta diberkati.
Para utusan yang dari Yerusalem itu telah bertanya kepada Yohanes, Mengapa engkau
membaptiskan orang?" dan mereka itu menantikan jawabnya. Tiba-tiba, sementara pandangannya
meliputi orang banyak itu matanya bersinar-sinar, wajahnya berseri-seri, seluruh keadaannya terharu
amat sangat. Dengan tangan yang terkedang ia berseru, "Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-
tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku.
Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak." Yohanes  1:25-27.
Pekabaran itu jelas sekali untuk dibawa kembali kepada Sanhedrin. Perkataan Yohanes itu tidak
dapat dikenakan kepada seorang yang lain daripada Dia yang sudah sejak lama dijanjikan itu. Mesias
ada di antara mereka! Dengan keheranan besar imam-imam dan penghulu-penghulu itu memandang
di sekeliling mereka dengan pengharapan akan melihat Dia yang dibicarakan Yohanes itu. Tetapi Ia
tidak dapat dikenal di antara orang banyak itu.
Ketika Yesus dibaptiskan, Yohanes menunjuk kepada-Nya sebagai Anak Domba Allah, sebuah
terang yang baru dipancarkan atas pekerjaan Mesias. Pikiran nabi itu tertuju kepada perkataan nabi
Yesaya, "Seperti anak domba yang dibawa kepembantaian." Yesaya 53:7. Pada minggu-minggu
berikutnya, Yohanes dengan perhatian yang baru menyelidik nubuatan-nubuatan serta pengajaran
tentang upacara-upacara pengorbanan. Ia tidak dapat membedakan dengan jelas kedua segi
pekerjaan Kristus itu, sebagai suatu korban yang merasai sengsara dan seorang raja yang menang,
akan tetapi ia melihat bahwa kedatangan-Nya itu mengandung arti yang lebih dalam daripada yang
dilihat oleh imam-imam atau khalayak ramai. Ketika ia melihat Yesus di antara orang banyak itu sekembali-Nya dari padang belantara, dengan yakin ia menantikan Dia untuk memberi kepada orang
banyak itu sesuatu tanda tentang kepribadian-Nya yang sesungguhnya. Hampir dengan tidak sabar
lagi ia menunggu untuk mendengar Juruselamat itu mengumumkan tugas-Nya; tetapi tidak ada
sepatah kata pun yang diucapkan, tidak ada tanda diberikan. Yesus tidak memberikan sambutan
kepada pengumuman Yohanes Pembaptis itu tentang Dia, melainkan menggabungkan diri dengan
murid-murid Yohanes dengan tidak memberikan tanda secara lahir apa pun mengenai tugas-Nya
yang istimewa itu, dan tidak mengambil tindakan apa pun untuk menarik perhatian kepada-Nya.
Keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang. Dengan sinar kemuliaan Allah hinggap atas dia,
nabi itu mengedangkan tangannya seraya berkata, "Lihatlah Anak Domba Allah, yang
menghapuskan dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian daripadaku akan
datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sendiripun
mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia
dinyatakan kepada Israel.... Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di
atasNya. Danb akupun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan
air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di
atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan
memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah." Yohanes 1:29-34.
Inikah Kristus? Dengan perasaan kagum dan heran orang banyak itu memandang kepada Dia yang
baru dikatakan sebagai Anak Allah itu. Mereka sangat terharu mendengar perkataan Yohanes. Ia
telah berbicara kepada mereka demi nama Allah. Mereka telah mendengar kepadanya hari demi hari
sementara ia mengecam segala dosa mereka, dan setiap hari keyakinan bahwa ia adalah utusan surga
sudah bertambah kuat. Tetapi siapakah Dia yang lebih besar  daripada Yohanes Pembaptis ini?
Dalam pakaian dan pembawaan-Nya tidak ada yang menandakan adanya derajat yang tinggi.
Nampaknya Ia hanyalah seorang sederhana, berpakaian seperti mereka dengan pakaian hina yang
dipakai oleh orang miskin.
Di antara orang banyak itu ada beberapa orang yang pada waktu Kristus dibaptiskan telah
mempersaksikan kemuliaan Ilahi, serta telah mendengar suara Allah. Akan tetapi sejak waktu itu
rupa Juruselamat sudah banyak berubah. Pada waktu Ia dibaptiskan mereka telah melihat wajah-Nya
dipermuliakan dalam cahaya surga; kini dalam keadaan pucat, lesu, dan sangat kurus, Ia telah
dikenal hanya oleh nabi Yohanes.
Tetapi sementara orang banyak itu memandang kepada-Nya, mereka melihat wajah di mana
belas-kasihan Ilahi bercampur dengan kuasa yang sadar. Setiap pandangan mata, setiap raut
muka-Nya, ditandai dengan kerendahan hati, dan menyatakan kasih yang tak terperikan. Ia
nampaknya dikelilingi dengan suatu suasana pengaruh rohani. Karena tingkahlaku-Nya adalah
lemah-lembut dan rendah hati, Ia memberikan kesan kepada manusia akan perasaan kuasa yang
tersembunyi, namun tidak dapat semata-mata disembunyikan. Inikah Dia yang telah sekian lamanya
dinantikan oleh bangsa Israel?
Yesus datang dalam kemiskinan dan kerendahan, supaya Ia dapat menjadi teladan dan Penebus kita.
Sekiranya Ia datang dengan kebesaran seorang raja, bagaimanakah Ia dapat mengajarkan kerendahan
hati? Bagaimanakah Ia dapat mengajarkan kebenaran yang tajam seperti yang terdapat dalam
khotbah di atas gunung itu? Di manakah harapan orang-orang yang hina dina, sekiranya Yesus
datang untuk tinggal sebagai seorang raja di antara manusia?
Tetapi bagi orang banyak itu, mustahillah nampaknya Dia yang ditunjuk oleh Yohanes itu
dihubungkan dengan segala harapan mereka yang tinggi. Dengan  demikian banyaklah yang
terkecewa, serta sangat kebingungan.
Perkataan yang sangat dirindukan oleh imam-imam dan rabbi-rabbi bahwa Yesus kini akan memulihkan kerajaan itu kepada bangsa Israel, belum juga diucapkan. Raja yang demikianlah yang
sudah lama mereka tunggu dan harapkan; mereka bersedia menerima raja yang demikian. Tetapi
mereka tidak mau menerima seorang yang berusaha hendak mendirikan kerajaan kebenaran dan
damai dalam hati mereka.
Keesokan harinya ketika dua orang murid berdiri dekat, Yohanes melihat Yesus pula di antara orang
banyak. Sekali lagi wajah nabi itu diterangi dengan kemuliaan dari Yang Tak Kelihatan, ketika ia
berseru, "Lihatlah Anak Domba Allah!" Ucapan itu menggetarkan hati murid-murid itu. Mereka
tidak mengerti kata-kata itu dengan sepenuh-penuhnya. Apakah arti nama yang telah diberikan
Yohanes kepada-Nya itu, "Anak Domba Allah?" Yohanes sendiri tidak menjelaskannya.
Setelah meninggalkan Yohanes, pergilah mereka mencahari Yesus. Seorang daripada kedua murid
itu ialah Andreas, saudara Simon; yang seorang lagi ialah Yohanes penginjil. Inilah murid-murid
Kristus yang mula-mula. Karena tergerak oleh dorongan hati yang tak tertahan, mereka mengikut
Yesus, ingin hendak berbicara dengan Dia, namun merasa kagum dan diam, memikirkan
dalam-dalam arti luar biasa dari pikiran, "Inikah Kristus itu?"
Yesus tahu bahwa murid-murid itu sedang mengikut Dia. Merekalah buah-buah yang pertama dari
pekerjaan-Nya, dan timbullah kegirangan dalam hati Guru Ilahi itu ketika jiwa-jiwa ini menyambut
rahmat-Nya.  Namun sambil berpaling kepada mereka Ia hanya bertanya, "Apakah yang kamu
cahari?" Ia memberikan kebebasan kepada mereka untuk berpaling kembali, atau mengatakan
keinginan hati mereka.
Hanya tentang satu maksud saja mereka sadari. Satu hadirat memenuhi pikiran mereka. Mereka
berseru, "Ya Rabbi, di manakah tempat Tuan diam?" Dalam percakapan singkat di pinggir jalan,
mereka tidak dapat menerima apa yang mereka rindukan itu. Mereka ingin terasing dengan Yesus,
duduk di kaki-Nya, dan mendengarkan perkataan-Nya.
"Maka sahut-Nya: Marilah, lihat. Lalu pergilah keduanya melihat tempat Yesus diam itu, maka
keduanya pun tinggallah dengan Dia pada hari itu."
Sekiranya Yohanes dan Andreas mempunyai roh imam-imam dan penghulu-penghulu yang tidak
mau percaya itu, maka sudah tentu mereka tidak menjadi pelajar di kaki Yesus. Mereka itu pasti
akan datang kepada-Nya selaku ahli kritik, untuk menghakimkan perkataan-Nya. Dengan demikian
banyak orang menutup pintu terhadap kesempatan yang paling indah. Tetapi bukannya demikian
halnya dengan kedua murid yang mula-mula ini. Mereka telah menyambut panggilan Roh Suci
dalam pengajaran Yohanes Pembaptis. Kini mereka pun mengenal suara Guru semawi itu. Bagi
mereka segala ucapan Yesus itu penuh dengan kesegaran, kebenaran dan keindahan. Penerangan
Ilahi dipancarkan ke atas pengajaran Wasiat Lama. Pokok-pokok kebenaran yang banyak seginya
nampak jelas dalam terang yang baru.
Penyesalan, iman dan kasihlah yang menyanggupkan jiwa untuk menerima akal budi dari surga.
Iman yang bekerja oleh kasihlah yang menjadi kunci pengetahuan, dan setiap orang yang mengasihi
"mengenal Allah." I Yohanes 4:7.
Yohanes adalah seorang murid yang kasihnya sungguh-sungguh dan dalam, bersemangat, namun
bersifat suka menimbang. Ia sudah mulai melihat kemuliaan Kristus,—bukannya kebesaran dan
kuasa duniawi untuk mana ia selama ini telah diajar supaya mengharapnya, melainkan "kemuliaan
yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran."
Yohanes 1 :14. Ia asyik merenungkan pokok pikiran yang ajaib itu.
Andreas berusaha membagikan kegirangan yang memenuhi hatinya itu. Setelah pergi mencahari
saudaranya Simon, ia berseru, "Kami mendapat Kristus." Simon tidak menunggu panggilan kedua. Ia
juga sudah mendengar pengajaran Yohanes Pembaptis, lalu dengan segera pergi kepada Juruselamat.
Mata Kristus memandangi dia, membaca tabiatnya dan riwayat hidupnya. Sifatnya yang lekas naik darah, hatinya yang berbelas kasihan dan menaruh simpati, cita-cita dan keyakinannya pada dirinya
sendiri, hikayat kejatuhannya, pertobatannya, segala pekerjaan dan kematian syahidnya,-semuanya
dibaca oleh Juruselamat, lalu kata-Nya "Bahwa engkau ini Simon bin Yonas, maka engkau akan
dinamai Kepas, yang tersalin artinya Petrus."
"Pada keesokan harinya Yesus pun hendak pergi ke negeri Galilea, maka didapatinya akan Pilipus,
lalu kata-Nya kepadanya: Ikutlah Aku." Pilipus menurut perintah itu, lalu dengan segera ia juga
menjadi seorang pengerja bagi Kristus.
Pilipus memanggil Natanael. Yang belakangan ini sudah berada di antara orang banyak ketika
Yohanes Pembaptis menunjuk kepada Yesus sebagai Anak Domba Allah. Ketika Natanael
memandang Yesus, ia. terkecewa. Dapatkah orang ini, yang mempunyai ciri-ciri kerja keras dan
kemiskinan dikatakan Mesias? Namun Natanael tidak dapat mengambil keputusan untuk menolak
Yesus, sebab pekabaran Yohanes telah membawa keyakinan ke dalam hatinya.
Pada waktu Pilipus memanggil dia, Natanael telah pergi mengasingkan diri ke suatu tempat yang
sunyi di bawah pohon-pohon yang rindang daunnya untuk merenungkan pengumuman Yohanes itu
serta nubuatan-nubuatan tentang Mesias. Ia berdoa supaya kalau orang yang diumumkan Yohanes
ialah pelepas itu, kiranya dimaklumkan kepadanya; maka datanglah Roh Suci kepadanya dengan
jaminan bahwa Allah telah mengunjungi  umat-Nya serta membangkitkan sebuah tanduk
keselamatan bagi mereka. Pilipus tahu bahwa sahabatnya itu sedang menyelidiki nubuatan, dan
sementara Natanael berdoa di bawah sebuah pohon ara, Pilipus mendapati tempat perasingannya itu.
Mereka telah kerap kali  berdoa bersama-sama di tempat yang sunyi di bawah pohon-pohon yang
rindang daunnya itu.
Kabar, "Kami mendapat Dia, akan hal-Nya disuratkan oleh Musa dalam taurat dan oleh segala nabi
pun," nampaknya bagi Natanael merupakan jawab yang langsung bagi doanya itu. Tetapi Pilipus
masih mempunyai iman yang ragu-ragu. Ditambahkannya pula dengan ragu-ragu, "yaitu Yesus bin
Yusuf dari Nazaret." Kembali prasangka timbul dalam hati Natanael. Ia berseru, "Bolehkah dari
Nazaret datang barang sesuatu yang baik?"
Pilipus tidak mengadakan perdebatan. Ia berkata, "Marilah, lihat. Demi dilihat Ia akan Natanael
datang kepada-Nya, dikatakan-Nya akan dia: Lihatlah; bahwasanya inilah seorang orang Israel, yang
tiada tipu daya padanya!" Dengan terkejut Natanael bertanya, "Bagaimana Tuan kenal akan hamba?
Maka sahut Yesus: Sebelum dipanggil Pilipus akan dikau, tatkala engkau lagi di bawah pokok ara
itu, Kulihat engkau."
Itu sudah cukup. Roh Ilahi yang telah bersaksi kepada Natanael ketika ia berdoa sendirian di bawah
pokok ara itu, kini berbicara kepadanya dalam ucapan-ucapan Yesus. Sungguh pun dalam
kebimbangan, dan agak menyerah kepada prasangka, Natanael datang kepada Kristus dengan suatu
keinginan yang ikhlas akan kebenaran, dan kini keinginannya itu dipenuhi. Imannya melebihi iman
orang yang telah membawa dia kepada Yesus. Ia menyahut, "Ya, Rabbi, Tuanlah Anak Allah,
Tuanlah raja orang Israel."
Sekiranya Natanael telah percaya kepada bimbingan rabbi-rabbi, pasti ia tidak akan pernah
mendapat Yesus. Oleh melihat dan menilai bagi diri sendirilah maka ia menjadi seorang murid.
Demikianlah juga halnya dengan banyak orang pada zaman ini yang ditegahkan oleh prasangka dari
kebaikan. Betapa berbeda akibatnya, sekiranya mereka itu mau "marilah, lihat."
Sementara mereka itu percaya kepada bimbingan keahlian manusia, maka tidak seorang pun yang
akan datang kepada pengetahuan akan kebenaran yang menyelamatkan. Seperti halnya dengan
Natanael, kita perlu mempelajari sabda Allah bagi diri kita sendiri, dan berdoa memohonkan
penerangan Roh Suci. Ia yang melihat Natanael di bawah pokok ara itu, akan melihat kita juga di
tempat berdoa sembunyian. Malaikat-malaikat dari dunia terang adalah dekat kepada orang-orang yang dalam kerendahan hati mencari bimbingan Ilahi.
Dengan panggilan terhadap Yohanes, Andreas, Simon, Pilipus dan Natanael, mulailah dasar
pembangunan gereja Kristen. Yohanes menuntun dua di antara murid-muridnya kepada Kristus.
Kemudian seorang di antara kedua orang itu, yakni Andreas, menemui saudaranya lalu memanggil
dia kepada Juruselamat. Pilipus kemudian dipanggil, dan ia pergi mencari Natanael. Contoh-contoh
ini haruslah mengajarkan kepada kita pentingnya usaha pribadi, menyampaikan seruan yang
langsung kepada kaum kerabat, sahabat-sahabat serta tetangga-tetangga kita. Ada orang yang selama
hidupnya telah mengaku mengenal Kristus, namun tidak pernah mengadakan usaha pribadi untuk
membawa satu jiwa pun kepada Juruselamat. Mereka menyerahkan saja pekerjaan itu seluruhnya
kepada pendeta. Mungkin pendeta itu mempunyai kecakapan untuk jabatannya itu, tetapi ia tidak
dapat melakukan apa yang telah ditinggalkan Allah untuk dilakukan oleh anggota-anggota sidang.
Banyaklah orang yang memerlukan pelayanan orang Kristen yang berbelas kasihan. Banyaklah orang
yang telah terjerumus ke dalam jurang kemusnahan, sedang sebenarnya dapat diselamatkan,
sekiranya tetangga-tetangga mereka, pria dan wanita biasa, telah mengadakan usaha pribadi bagi
mereka. Banyak yang menanti untuk dihubungi secara pribadi. Justru di dalam keluarga, lingkungan
tetangga, kota tempat kita tinggal, ada pekerjaan bagi kita untuk dilakukan sebagai pengabar Injil
bagi Kristus. Jika kita orang Kristen, pekerjaan ini akan merupakan kegemaran kita. Segera setelah
seorang bertobat lahirlah di dalam dia suatu kerinduan hendak menyiarkan kepada orang lain pula
betapa indahnya sahabat yang telah didapatnya di dalam Yesus. Kebenaran yang menyelamatkan dan
menyucikan tidak dapat dikurung di dalam hatinya.
Semua orang yang menyerahkan diri kepada Allah akan menjadi saluran terang. Allah menjadikan
mereka alat-alat-Nya untuk menyampaikan kepada orang lain segala kelimpahan rahmat-Nya.
Janji-Nya ialah, "Aku akan menjadikan mereka dan semua yang di sekitar gunung-Ku menjadi
berkat; Aku akan menurunkan hujan pada waktunya; itu adalah hujan yang membawa berkat."
Yehezkiel 34:26.
Pilipus berkata kepada Natanael, "Marilah, lihat." Ia tidak meminta kepadanya supaya menerima
kesaksian orang lain, melainkan supaya ia sendiri datang melihat Kristus. Sekarang karena Yesus
sudah naik ke surga, maka murid-murid-Nyalah yang menjadi wakil-wakil-Nya di antara manusia,
dan salah satu cara yang paling baik untuk menarik jiwa-jiwa kepada-Nya ialah dengan meniru
teladan tabiat-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari. Pengaruh kita atas orang lain tidak begitu
banyak bergantung pada apa yang kita katakan seperti pada keadaan kehidupan kita. Orang boleh
melawan serta menentang segala keterangan kita yang tepat, mereka boleh menolak segala seruan
kita; tetapi hidup kasih yang tidak mementingkan diri adalah suatu dalil yang tidak dapat mereka
bantah. Hidup yang s,esuai dengan pengakuan, yang ditandai dengan kelemah-lembutan Kristus,
adalah suatu kuasa di dunia ini.
Pengajaran Kristus adalah pengungkapan keyakinan yang terjalin dengan pengalaman, dan
orang-orang yang telah belajar dari Dia menjadi guru-guru yang sesuai dengan martabat Ilahi. Sabda
Allah, yang diucapkan oleh seorang yang ia sendiri telah disucikan oleh sabda itu, mengandung suatu
kuasa yang memberi hidup yang menjadikan sabda itu menarik kepada para pendengarnya,  serta
meyakinkan mereka bahwa sabda itu adalah suatu kenyataan yang hidup. Apabila seorang telah
menerima kebenaran dalam kecintaannya pada sabda itu, pastilah ia akan menyatakan hal ini dalam
tingkah-lakunya yang meyakinkan serta dalam nada suaranya. Ia  menyiarkan apa yang telah
didengarnya sendiri, dilihatnya sendiri, dan dipegangnya sendiri dari sabda kehidupan, supaya orang
lain dapat beroleh persekutuan dengan dia oleh pengetahuan akan Kristus. Kesaksiannya, dari bibir
yang disentuh dengan bara yang hidup dari mezbah, merupakan kebenaran bagi hati yang suka
menerima, serta mengerjakan penyucian atas tabiat. Maka orang yang berusaha hendak memberikan terang kepada orang-orang lain, akan sendirinya
diberkati juga. "Akan turun hujan berkat yang lebat." "Siapa banyak memberi berkat, diberi
kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." Amsal 11:25. Allah sebenarnya
dapat mencapai tujuan-Nya dalam menyelamatkan orang-orang berdosa tanpa bantuan kita; akan
tetapi supaya kita dapat mengembangkan suatu tabiat yang seperti tabiat Kristus, wajiblah kita
mengambil bagian dalam pekerjaan-Nya. Untuk dapat menikmati kegirangan-Nya,—kegirangan
melihat jiwa-jiwa yang ditebus oleh pengorbanan-Nya,-wajiblah kita mengambil bagian dalam
segenap pekerjaan-Nya untuk penebusan mereka itu.
Pernyataan iman Natanael yang mula-mula, yang begitu seksama dan tekun serta sungguh-sungguh
jatuh seperti musik ke telinga Yesus. "Maka sahut Yesus kepadanya: Sebab kata-Ku kepadamu:
Kulihat engkau di bawah pokok ara itu, maka engkau percaya, bahwa engkau akan melihat
perkara-perkara yang besar daripada ini." Juruselamat memandang ke depan dengan sukacita kepada
pekerjaan-Nya dalam membawa kabar selamat kepada orang yang teraniaya, mengobati orang-orang
yang hancur hatinya, serta menyiarkan berita kemerdekaan kepada tawanan Setan. Pada pikiran
tentang berkat-berkat indah yang telah dibawa-Nya kepada manusia, Yesus menambahkan,
"Bahwasanya Aku berkata kepadamu: Mulai daripada sekarang ini engkau akan melihat langit
terbuka dan malaikat Allah pun naik turun kepada Anak manusia."
Di sini Kristus dengan sesungguhnya berkata, Di tepi sungai Yarden langit terbuka, dan Roh Allah
turun seperti seekor Burung merpati ke atas-Ku. Pemandangan itu merupakan suatu tanda bahwa
Aku adalah Anak Allah. Jika kamu percaya pada-Ku sebagai Anak Allah, maka percayamu pun akan
dihidupkan. Kamu akan melihat bahwa langit terbuka, dan tidak pernah tertutup lagi. Aku telah
membukanya bagi kamu. Malaikat-malaikat Allah naik, membawa segala doa orang yang malang
dan menanggung kesusahan kepada Bapa di surga dan turun membawa berkat dan harapan,
keberanian, bantuan, dan hidup, kepada anak-anak manusia.
Malaikat-malaikat Allah selalu mundar-mandir dari bumi ke surga, dan dari surga ke bumi. Segala
mukjizat Kristus bagi orang-orang yang teraniaya dan menderita diadakan oleh kuasa Allah dengan
perantaraan malaikat-malaikat. Maka oleh Kristus, dengan perantaraan pesuruh-pesuruh
semawi-Nya, setiap berkat datang dari Allah kepada kita. Dalam mengambil sifat manusia atas
diri-Nya, Juruselamat kita mempersatukan kepentingan-Nya dengan kepentingan putera-puteri Adam
yang telah berdosa, sementara oleh keilahian-Nya Ia berpegang teguh kepada takhta Allah.
Demikianlah Kristus menjadi alat perhubungan manusia dengan Allah, dan Allah dengan manusia.  Pasal 15
PADA PESTA PERNIKAHAN


YESUS bukannya memulai pekerjaan-Nya dengan sesuatu pekerjaan besar di hadapan Sanhedrin di
Yerusalem. Di sebuah kumpulan rumah tangga di suatu kampung kecil di Galilea, kuasa-Nya
dipertunjukkan untuk memperbesar  kegirangan pesta nikah. Demikianlah ditunjukkan-Nya
simpati-Nya kepada manusia, dan hasrat-Nya untuk melayani demi kebahagiaan mereka. Di padang
belantara pencobaan Ia Sendiri telah minum dari cawan malapetaka. Ia pergi untuk memberikan
kepada manusia cawan berkat, dan oleh berkat-Nya menguduskan hubungan hidup manusia.
Dari Yarden, Yesus telah pulang ke Galilea. Akan ada pernikahan di Kana, sebuah kota kecil tidak
jauh dari Nazaret; yang akan kawin itu adalah kaum keluarga Yusuf dan Maryam; maka Yesus yang
mengetahui himpunan keluarga tersebut, telah pergi ke Kana, dan bersama murid-murid-Nya Ia
diundang kepada pesta nikah itu.
Ia bertemu kembali dengan ibu-Nya, yang sudah agak lama berpisah dengan Dia. Maryam telah
mendengar kabar tentang pernyataan yang di ---------------
Pasal ini dialaskan atas Yohanes 2 1-11.

Yarden, pada waktu Ia dibaptiskan. Kabar itu telah dibawa ke Nazaret, dan telah mengingatkan
kembali kepadanya segala peristiwa yang telah sekian tahun lamanya tersimpan di dalam hatinya.
Seperti halnya dengan semua orang Israel, Maryam tergerak sekali hatinya oleh pekerjaan Yohanes
Pembaptis. Ia masih mengingat betul nubuatan yang diberikan pada waktu, kelahiran-Nya. Kini
hubungannya dengan Yesus menyalakan pengharapannya kembali. Tetapi kabar telah sampai juga
kepadanya tentang kepergian Yesus yang gaib itu ke padang belantara, dan ia telah disusahkan oleh
kekuatiran-kekuatiran.
Semenjak hari ketika ia mendengar pengumuman malaikat di rumahnya di Nazaret, Maryam telah
menyimpan setiap bukti bahwa  Yesus adalah Messias. Hidup-Nya yang manis dan tidak
mementingkan diri itu memastikan kepadanya bahwa tak dapat tiada lalah Yang Diutus Allah.
Namun datang juga kepadanya kebimbangan dan kekecewaan, dan ia telah merindukan waktu
apabila kemuliaan-Nya kelak dinyatakan. Maut telah memisahkan dia dari Yusuf, yang turut
mengetahui dengan dia rahasia kelahiran Yesus itu. Sekarang tiadalah seorang pun kepada siapa ia
dapat mempercayakan segala harapan dan kekuatirannya. Dua bulan yang baru lalu telah dipenuhi
dengan kedukaan. Ia telah berpisah dari Yesus, yang di dalam simpati-Nya ia mendapat penghiburan;
ia merenungkan ucapan Simeon, "dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri," Lukas 2:35;
terkenanglah ia akan tiga hari derita ketika ia menyangka Yesus sudah  hilang daripadanya untuk
selama-lamanya; dan dengan hati yang amat cemas ia menantikan Yesus pulang.
Pada pesta nikah itu ia bertemu dengan Dia, tetap sebagai seorang anak yang lemah-lembut dan
patuh. Namun tidak lagi sama. Wajah-Nya sudah berubah. Wajah-Nya itu mengandung bekas-bekas
pergumulan-Nya yang di padang belantara, dan suatu kenyataan yang baru tentang keagungan dan
kuasa membuktikan tugas semawi-Nya itu. Dengan Dia adalah serombongan orang muda, yang
matanya mengikuti Dia dengan rasa hormat, dan yang memanggil Dia Guru. Kawan-kawan tersebut
menceriterakan kepada Maryam apa yang telah mereka lihat dan dengar pada waktu Ia dibaptiskan
dan di mana-mana. Mereka menarik kesimpulan dengan berkata, "Kami telah menemukan Dia, yang
disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi." Yohanes 1:45 .
Ketika para tamu berhimpun, banyak yang nampaknya asyik memikirkan pokok-pokok pembicaraan
yang sangat menarik hati. Kegembiraan yang tertekan meliputi seluruh himpunan itu. Rombongan-rombongan kecil berbicara satu sama lain dengan nada gembira tetapi tenang, dan
pandangan ta'ajub dialihkan kepada Putera Maryam itu. Ketika Maryam telah mendengar kesaksian
murid-murid itu tentang Yesus, hatinya pun digembirakan dengan kepastian bahwa segala
harapannya yang telah lama ditaruhnya dalam hatinya tidak sia-sia belaka. Namun sudah tentu ia
akan lebih daripada manusia sekiranya tidak ada tercampur dengan sukacitanya yang suci itu
sekelumit kebanggaan sewajarnya dari ibu yang penyayang itu. Ketika melihat pandangan yang
sekian banyak ditujukan kepada Yesus, ia sangat mengingini agar Ia membuktikan kepada himpunan
itu bahwa sesungguhnya Ialah Yang Dihormati Allah itu. Ia mengharapkan supaya kiranya ada
kesempatan bagi Dia untuk mengadakan suatu mukjizat di hadapan mereka.
Menurut adat istiadat pada zaman itu pesta nikah berlangsung beberapa hari lamanya. Pada
kesempatan ini, sebelum pesta itu berakhir, diketahui bahwa persediaan air anggur sudah habis. Hal
ini menimbulkan kebingungan dan penyesalan yang amat sangat. Tidaklah biasa untuk tidak
menghidangkan air anggur pada pesta, dan tiadanya air anggur akan seolah-olah menunjukkan
kurang kesediaannya menerima tamu. Selaku seorang anggota kaum keluarga dari yang
bersangkutan itu, Maryam telah menolong dalam urusan pesta itu, dan sekarang berbicaralah ia
kepada Yesus, katanya, "Tiada air anggur pada mereka itu." Perkataan ini merupakan suatu anjuran
supaya Ia kiranya mencukupkan keperluan mereka itu. Tetapi Yesus menyahut, "Hai perempuan,
apakah perkara-Ku dengan dikau? Bahwa belum sampai waktu-Ku."
Jawab ini, yang nampaknya kasar bagi kita, tidaklah menyatakan sikap dingin atau tidak adanya
kesopanan. Bentuk jawab Juruselamat kepada ibu-Nya itu adalah sesuai dengan adat ketimuran.
Ucapan itu digunakan terhadap orang-orang yang kepadanya hendak ditunjukkan rasa hormat. Setiap
perbuatan Kristus selama hidup di dunia ini adalah selaras dengan ajaran yang telah diberikan-Nya
sendiri, "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan,
Allahmu, kepadamu." Keluaran 20:12. Di kayu salib, dalam perbuatan kelemah-lembutan-Nya yang
terakhir terhadap ibu-Nya, Yesus menyapa dia dengan cara yang begitu pula, ketika la menyerahkan
dia kepada penjagaan murid-Nya yang paling dikasihi-Nya. Baik di pesta nikah itu maupun di kayu
salib, kasih yang dinyatakan dengan nada suara, pandangan mata dan tingkah laku itu menafsirkan
ucapan-Nya itu.
Pada kunjungan-Nya ke kaabah waktu Ia masih kanak-kanak, ketika rahasia pekerjaan hidup-Nya
terbuka di hadapan-Nya, Kristus telah berkata kepada Maryam, "Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku
harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" Lukas 2:49. Ucapan ini menunjukkan inti seluruh hidup dan
pekerjaan-Nya. Segala sesuatu dikesampingkan demi pekerjaan-Nya, yaitu pekerjaan penebusan
yang besar yang hendak dilaksanakan-Nya oleh kedatangan-Nya ke dunia ini. Sekarang Ia
mengulangi pelajaran itu. Ada bahaya bahwa Maryam akan menganggap hubungannya dengan
Yesus sebagai memberi kepadanya hak istimewa atas Dia, dan hak, dalam sesuatu tingkat, 
untuk memimpin Dia di dalam tugas-Nya. Selama tigapuluh tahun Ia telah merupakan seorang anak
yang penuh kasih dan penurut baginya, dan kasih-Nya tidak berubah; tetapi sekarang Ia mesti pergi
keluar untuk melakukan pekerjaan Bapa-Nya. Sebagai Putera Yang Maha Tinggi, dan Juruselamat
dunia, tiada satu pun ikatan duniawi yang dapat menahani Dia daripada melaksanakan
pekerjaan-Nya itu, atau mempengaruhi tingkah laku-Nya. Ia mesti bebas untuk melakukan kehendak
Allah. Pelajaran ini adalah juga untuk kita. Hak-hak Allah adalah lebih utama daripada segala ikatan
hubungan manusia. Tiada satupun penarikan duniawi yang boleh memalingkan kaki kita dari jalan
yang disuruh-Nya kita jalani.
Satu-satunya harapan penebusan bagi kita umat manusia yang telah berdosa ini ialah di dalam
Kristus. Maryam dapat memperoleh keselamatan hanya oleh Anak Domba Allah itu. Di dalam
dirinya sendiri, ia tidak memiliki jasa. Hubungannya dengan Yesus tidak menempatkan dia dalam sesuatu hubungan rohani dengan Dia yang berbeda dengan yang dimiliki oleh siapa pun juga. Hal ini
ternyata dalam ucapan Juruselamat. Dijelaskan-Nya perbedaan antara hubungan-Nya dengan
ibu-Nya sebagai Anak manusia dan sebagai Anak Allah. Ikatan kekeluargaan antara mereka
bagaimana pun tidak menaruh dia dalam kesamaan dengan Dia.
Ucapan, "Belum sampai waktu-Ku," itu menunjuk kepada kenyataan bahwa segala perbuatan dalam
kehidupan Kristus di dunia ini, adalah untuk menggenapi rencana yang telah ada sejak zaman yang
kekal. Sebelum Ia datang ke dunia ini, rencana itu terbentang di hadapan-Nya, sempurna dalam
segala seluk-beluknya. Tetapi sementara Ia berjalan di antara manusia, Ia dituntun, langkah demi
langkah, oleh kehendak Bapa. Ia tidak ragu-ragu untuk bertindak pada waktu yang telah ditentukan.
Dengan penyerahan yang sama Ia menanti hingga waktunya tiba.
Dalam mengatakan kepada Maryam bahwa waktu-Nya belum tiba, Yesus sedang menjawab pikiran
ibunya yang tidak diucapkannya,—harapan yang dipegangnya bersama dengan bangsanya. Ia
mengharap supaya Ia mau menyatakan diri-Nya sebagai Mesias, serta mengambil takhta bangsa
Israel. Akan tetapi waktunya belum tiba. Bukannya sebagai seorang Raja, melainkan sebagai
"Seorang yang kena sengsara dan yang biasa dalam kesukaran" telah diterima Yesus nasib manusia
itu.
Akan tetapi sungguh pun Maryam tidak mempunyai pengertian yang tepat tentang pekerjaan Kristus,
ia percaya pada-Nya dengan teguh. Terhadap iman inilah Yesus memberi sambutan. Untuk
menghormati iman Maryam dan untuk meneguhkan iman murid-murid-Nya, mukjizat yang pertama
itu diadakan. Murid-murid itu harus menghadapi banyak pencobaan yang besar-besar untuk tidak
percaya. Bagi mereka segala nubuatan sudah menjelaskan dengan tidak dapat dibantah lagi bahwa
Yesus ialah Mesias. Mereka mengharapkan supaya para pemimpin agama menerima Dia dengan
keyakinan yang lebih besar lagi daripada keyakinan mereka sendiri. Mereka menyatakan di antara
orang banyak segala perbuatan ajaib Kristus serta keyakinan mereka sendiri pada tugas-Nya, akan
tetapi mereka itu tercengang dan sangat terkecewa melihat sifat  kurang percaya, prasangka yang
telah mendalam, serta permusuhan terhadap Yesus, yang ditunjukkan oleh imam-imam dan
rabbi-rabbi. Mukjizat Juruselamat yang pertama itu menguatkan murid-murid itu untuk menghadapi
perlawanan ini.
Dengan tidak merasa tersinggung sama sekali oleh ucapan Yesus itu, Maryam berkata kepada
orang-orang yang melayani di meja, "Barang yang disuruh-Nya kepadamu, buatlah olehmu."
Demikianlah dilakukannya apa yang dapat dikerjakannya untuk menyediakan jalan bagi pekerjaan
Kristus.
Di samping pintu masuk ada enam tempayan batu yang besar, lalu Yesus menyuruh pelayan-pelayan
mengisi tempayan-tempayan itu dengan air. Perintah itu diturut. Kemudian ketika air anggur itu
diperlukan untuk langsung dihidangkan kepada para tamu, Ia berkata, "Sekarang ciduklah; bawalah
kepada pemerintah perjamuan." Gantinya air yang diisikan ke dalam semua tempayan itu, keluarlah
air anggur. Baik pengurus pesta itu mau pun para tamu pada umumnya tidak menyadari bahwa
persediaan air anggur sudah habis. Tatkala mengecap air anggur yang dibawa oleh pelayan-pelayan
itu, pengurus pesta itu merasa air anggur itu lebih sedap daripada air anggur mana pun juga yang
pernah diminumnya dahulu, dan lain sekali daripada yang dihidangkan pada permulaan pesta itu.
Sambil berpaling kepada mempelai lelaki ia berkata, "Adatlah segala orang menghidangkan air
anggur yang baik dahulu, setelah sudah puas orang minum baru dihidangkan yang kurang sedap,
maka tuan menyimpan air anggur yang baik sampai sekarang."
Sebagaimana manusia menghidangkan air anggur yang paling baik lebih dahulu, kemudian yang
kurang baik, demikian juga dunia ini dengan segala pemberiannya. Apa yang ditawarkannya boleh
jadi menyenangkan mata serta mempesona segenap perasaan, tetapi ternyata tidak memuaskan. Air anggur itu berubah menjadi pahit, kegembiraan menjadi kemurungan. Apa yang dimulai dengan
nyanyian dan sukacita, berakhir dengan kepenatan dan kebosanan. Akan tetapi segala pemberian
Yesus selamanya segar dan baru. Pesta yang disediakan-Nya bagi jiwa, tidak pernah gagal untuk
memberikan kepuasan dan kesukaan. Setiap pemberian yang baru memperbesar kesanggupan
penerimanya untuk menghargai serta menikmati berkat-berkat Tuhan. Ia mengaruniakan rahmat
untuk rahmat. Persediaan tidak akan habis. Jika engkau tinggal di dalam Dia, perihal engkau
menerima karunia yang besar hari ini, memastikan penerimaan karunia yang lebih besar lagi esok
hari. Perkataan Yesus kepada Natanael menyatakan hukum perlakuan Allah terhadap anak-anak
iman. Setiap kali Ia menyatakan kasih-Nya, Ia berkata kepada hati yang suka menerima, "Engkau
percaya? engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar daripada itu." Yohanes 1: 50.
Karunia Kristus kepada pesta nikah itu adalah suatu lambang. Air itu mengibaratkan baptisan ke
dalam kematian-Nya; air anggur  itu, pencurahan darah-Nya untuk dosa-dosa dunia ini. Air untuk
mengisi segala tempayan itu dibawa oleh tangan manusia, akan tetapi sabda Kristus sajalah yang
memberi dapat membubuhkan kepadanya khasiat yang memberikan hidup. Demikian pula halnya
dengan segala upacara yang menunjuk kepada kematian Juruselamat. Hanya oleh kuasa Kristus,
yang bekerja oleh iman, segenap upacara tersebut beroleh kemanjuran untuk memberi makan kepada
jiwa.
Sabda Kristus mencukupkan persediaan untuk pesta itu. Demikianlah limpahnya persediaan
rahmat-Nya untuk menghapuskan segala kejahatan manusia, serta membaharui dan memelihara
jiwa.
Pada pesta pertama yang dihadiri-Nya dengan murid-murid-Nya, Yesus memberikan kepada mereka
cawan yang melambangkan pekerjaan-Nya untuk keselamatan mereka. Pada jamuan makan yang
terakhir, cawan itu diberikan-Nya pula, dalam Ia meresmikan upacara yang kudus itu yang olehnya
kematian-Nya akan ditunjukkan "sampai Ia datang." 1 Kor. 11:26. Maka dukacita murid-murid itu
waktu berpisah dari Tuhan mereka itu, dihiburkan dengan janji tentang pertemuan kembali, ketika Ia
berkata, "Mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari
Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku." Matius
26:29.
Air anggur yang disediakan Kristus untuk pesta itu, dan yang diberikan-Nya kepada murid-murid
sebagai lambang darah-Nya sendiri, adalah sari buah anggur asli. Inilah yang disebut oleh nabi
Yesaya waktu ia berbicara tentang anggur baru "dalam suatu tandan,"  lalu berkata, "Janganlah
musnahkan itu, sebab di dalamnya masih ada berkat!" Yesaya 65:8.
Kristuslah yang dalam Wasiat Lama memberikan amaran kepada bangsa Israel, "Anggur adalah
pencemooh, minuman keras adalah peribut, tidaklah bijak orang yang terhuyung-huyung karenanya."
Amsal 20:1. Dan Ia Sendiri tidak menyediakan minuman yang sedemikian. Setan menggoda
manusia ke dalam pemanjaan diri yang akan mengelamkan pertimbangan serta menumpulkan
pengertian rohani, tetapi Kristus mengajar kita supaya menundukkan sifat-sifat hawa nafsu. Seluruh
hidup-Nya menjadi suatu teladan dalam hal penyangkalan diri. Supaya dapat menghancurkan kuasa
selera, la menderita untuk kita ujian yang paling keras yang dapat ditanggung oleh manusia.
Kristuslah yang memberikan petunjuk supaya Yohanes Pembaptis jangan meminum baik air anggur
mau pun minuman keras. Ialah juga yang memerintahkan pertarakan seperti itu kepada isteri
Manoah. Maka Ia mengucapkan laknat kepada orang yang menaruh botol minuman keras ke bibir
sesamanya manusia. Kristus tidak membantah ajaran-Nya sendiri. Air anggur yang tidak beragi yang
disediakan-Nya untuk para tamu pesta nikah itu adalah minuman yang sehat serta menyegarkan.
Pengaruhnya haruslah menyesuaikan cita rasa dengan selera yang sehat.
Sementara para tamu yang di pesta itu menyebut-nyebut mutu air anggur itu, diadakanlah penyelidikan yang memperoleh dari pelayan-pelayan hal-ikhwal mukjizat itu. Seketika lamanya
seluruh himpunan itu keheran-heranan memikirkan Dia yang telah mengadakan perbuatan ajaib itu.
Ketika pada akhirnya mereka mencahari Dia, ternyata bahwa Ia telah pergi dengan diam-diam
sehingga tidak diperhatikan oleh murid-murid-Nya sekali pun.
Perhatian himpunan itu kini dialihkan kepada murid-murid itu. Untuk pertama kali mereka
mendapat kesempatan untuk mengakui iman mereka kepada Yesus. Mereka menceriterakan apa
yang telah mereka lihat dan dengar di Yarden, lalu timbullah di dalam hati banyak orang harapan
bahwa Allah telah membangkitkan seorang pelepas bagi umat-Nya. Kabar tentang mukjizat itu pun
tersiarlah ke segenap daerah itu serta disampaikan ke Yerusalem. Dengan perhatian yang baru
imam-imam dan tua-tua menyelidiki segala nubuatan yang menunjuk kepada kedatangan Kristus.
Terbitlah keinginan yang sungguh-sungguh untuk mempelajari tugas guru  baru ini, yang
menampakkan dirinya di antara orang banyak dengan cara yang begitu rendah hati.
Pekerjaan Kristus nyata benar bedanya dengan pekerjaan tua-tua bangsa Yahudi. Penghormatan
mereka terhadap segala tradisi dan upacara-upacara resmi telah memusnahkan semua kemerdekaan
pikiran atau perbuatan yang sungguh. Mereka selamanya hidup dalam ketakutan akan kenajisan.
Untuk menghindarkan sentuhan dengan "Yang najis," mereka mengasingkan diri, bukan saja dari
orang-orang kapir, tetapi juga dari kebanyakan bangsa mereka sendiri, dengan tidak berusaha untuk
mendatangkan keuntungan kepada mereka ataupun untuk menarik persahabatannya. Dengan selalu
merenungkan hal-hal ini, mereka telah mengerdilkan pikiran serta mempersempit lingkungan hidup
mereka. Teladan yang  mereka berikan itu menganjurkan sifat mementingkan diri serta
ketidak-sabaran di antara segenap lapisan masyarakat.
Yesus memulai pekerjaan pembaruan oleh menunjukkan simpati yang erat dengan manusia. Meski
pun Ia menunjukkan penghormatan yang sebesar-besarnya bagi taurat Allah, Ia mengecam kealiman
pura-pura di pihak kaum Parisi, serta berusaha membebaskan orang banyak dari segala peraturan
yang tidak masuk di akal, yang mengikat mereka. Ia sedang berusaha hendak merubuhkan segala
penghalang yang memisahkan lapisan-lapisan masyarakat yang berbeda-beda, supaya Ia dapat
mempersatukan manusia sebagai anak-anak dalam satu keluarga. Kehadiran-Nya di pesta nikah itu
dimaksudkan untuk menjadi suatu langkah ke arah pelaksanaan maksud ini.
Allah telah menuntun Yohanes Pembaptis untuk tinggal di padang belantara, supaya ia dapat
terlindung dari pengaruh imam-imam dan rabbi-rabbi, dan disiapkan untuk tugas istimewa. Akan
tetapi kehematannya dan pengasingan hidupnya bukan menjadi teladan bagi orang banyak. Yohanes
sendiri tidak pernah menyuruh para pendengarnya meninggalkan kewajiban-kewajiban mereka yang
dahulu. Ia menyuruh mereka menunjukkan bukti pertobatan mereka oleh kesetiaan kepada Allah di
tempat di mana mereka itu telah dipanggil-Nya.
Yesus mencela pemanjaan diri dalam segenap bentuknya, namun Ia bersifat suka bergaul. Ia
menerima keramahtamahan dari segala golongan masyarakat, mengunjungi rumah-rumah para
hartawan dan fakir miskin, yang terpelajar dan yang bodoh, serta berusaha mengangkat pikiran
mereka dari soal-soal hidup biasa kepada perkara-perkara yang bersifat rohani dan kekal. Ia tidak
mengizinkan pemborosan, dan tidak ada bayang-bayang kesemberonoan duniawi menodai
kelakuan-Nya; namun Ia merasa senang melihat peristiwa kebahagiaan yang polos, dan dengan
hadirat-Nya Ia membenarkan himpunan ramah-tamah. Pernikahan di dalam bangsa Yahudi adalah
suatu upacara yang menarik hati, dan kegembiraannya tidaklah menggusarkan hati Anak manusia
itu. Oleh menghadiri pesta ini, Yesus menghormati pernikahan selaku suatu peraturan Ilahi. 
Baik dalam Wasiat Lama mau pun dalam Wasiat Baru, hubungan pernikahan digunakan untuk
mengibaratkan persatuan yang manis serta suci yang ada antara Kristus dan umat-Nya. Bagi pikiran
Yesus kegembiraan dalam keramaian pernikahan menunjuk.jauh kepada kegembiraan hari itu apabila kelak la membawa mempelai-Nya perempuan ke rumah Bapa-Nya, maka yang ditebus itu
bersama-sama dengan Penebus-Nya duduk untuk perjamuan nikah Anak Domba itu. Kata-Nya,
"Seperti girang hatinya seorang mempelai melihat pengantin perempuan, demikianlah Allahmu akan
girang hati atasmu." "Tidak akan disebut lagi 'yang ditinggalkan suami'; . . . tetapi engkau akan
dinamai 'yang berkenan kepada-Ku'. . . sebab Tuhan telah berkenan kepadamu." "Ia bergirang karena
engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau
dengan sorak-sorai," Yesaya 62:5, 4; Zefanya 3:17. Ketika wahyu tentang perkara-perkara semawi
dianugerahkan kepada rasul Yohanes, ia menulis, "Lalu aku mendengar seperti suara  himpunan
besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: Haleluya!
Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. Marilah kita bersukacita dan
bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hariperkawinan Anak Domba telah tiba, dan
pengantin-Nya telah siap sedia." "Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak
Domba." Why. 19:6, 7, 9.
Yesus melihat di dalam tiap-tiap jiwa seorang yang kepadanya mesti diberikan panggilan supaya
datang ke dalam kerajaan-Nya. Ia menarik hati orang oleh menggabungkan diri-Nya dengan mereka
sebagai seorang yang mengingini kebahagiaan mereka. Ia mencari mereka di jalan umum, di rumah
pribadi, di perahu, di tempat kebaktian, di tepi danau, dan di pesta nikah. Ia menemui mereka di
tempat pekerjaan mereka sehari-hari, dan menunjukkan perhatian pada soal-soal kehidupan mereka.
Ia membawa pengajaran-Nya ke setiap rumah tangga, dengan membawa keluarga-keluarga dalam
rumahnya sendiri ke bawah pengaruh hadirat Ilahi-Nya itu. Simpati-Nya yang kuat menolong
menarik hati banyak orang. Ia sering pergi ke gunung-gunung untuk berdoa sendirian, tetapi ini
adalah persiapan untuk pekerjaan-Nya di antara manusia yang bekerja sibuk. Dari saat berdoa inilah
la keluar untuk menolong orang yang sakit, untuk mengajar orang yang tidak berpengetahuan, dan
untuk menghancurkan belenggu-belenggu segala tawanan Setan. 
Oleh hubungan dan pergaulan pribadilah Yesus melatih murid-murid-Nya. Kadang-kadang Ia
mengajar mereka, dengan duduk di antara mereka di lereng gunung; kadang-kadang di pinggir laut,
atau berjalan dengan mereka di jalan, dinyatakan-Nya rahasia-rahasia kerajaan Allah. Ia tidak
berkhotbah, seperti yang dilakukan orang pada zaman ini. Di mana saja hati orang terbuka untuk
menerima pekabaran Ilahi, dibukakan-Nya kebenaran jalan keselamatan. Ia tidak memerintahkan
murid-murid-Nya supaya melakukan ini atau itu, melainkan mengatakan, "Ikutlah Aku." Dalam
segala perjalanan-Nya melalui desa-desa dan kota-kota dibawa-Nya mereka itu serta-Nya, supaya
mereka dapat melihat bagaimana la mengajar orang banyak. Dihubungkan-Nya kepentingan mereka
dengan kepentingan-Nya. dan mereka itu bersatu dengan Dia dalam pekerjaan.
Teladan yang diberikan Kristus dalam menghubungkan diri-Nya dengan kepentingan manusia
haruslah diikuti oleh semua orang yang memasyhurkan sabda-Nya, dan oleh semua orang yang telah
mendapat Injil rahmat-Nya. Kita tidak boleh meninggalkan hubungan sosial. Kita tidak boleh
mengasingkan diri dari orang lain. Untuk dapat mencapai segenap golongan, kita mesti menjumpai
mereka di mana mereka itu berada. Mereka jarang datang sendiri hendak mencari kita. Bukan dari
mimbar saja hati manusia dapat dijamah oleh kebenaran Ilahi. Masih ada lagi lapangan pekerjaan
lain, mungkin lebih hina, tetapi sama mengandung harapan penuh. Lapangan pekerjaan itu  terdapat
di rumah orang-orang yang hina-dina dan di rumah orang-orang besar, pada jamuan yang disediakan
oleh orang yang suka menerima tamu dan pada kumpulan sosial yang polos.
Sebagai murid-murid Kristus tidak boleh kita bergaul dengan dunia ini hanya karena kita gemar akan
kepelesiran belaka, untuk bersatu dengan mereka dalam kebodohan. Pergaulan serupa itu dapat
mendatangkan bencana belaka. Kita sekali-kali tidak boleh membenarkan dosa oleh perkataan atau
perbuatan kita, oleh berdiam diri atau oleh kehadiran kita. Ke mana saja kita pergi, kita harus membawa Yesus beserta kita, dan harus menyatakan kepada orang-orang lain indahnya Juruselamat
kita itu. Tetapi orang-orang yang berusaha hendak memelihara agamanya oleh menyembunyikannya
di dalam tembok batu, kehilangan kesempatan yang indah untuk melakukan kebajikan. Oleh
hubungan sosial, keKristenan berhubungan dengan dunia ini. Setiap orang yang telah mendapat
penerangan ilahi, haruslah menerangi jalan orang-orang yang belum mengenal Terang kehidupan.
Kita semua haruslah menjadi saksi bagi Yesus. Kuasa sosial yang disucikan oleh rahmat Kristus,
wajiblah dipergunakan dengan sebaik-baiknya dalam menarik jiwa-jiwa kepada Juruselamat. Biarlah
dunia ini melihat bahwa kita tidak mencurahkan segenap perhatian dengan kikirnya atas kepentingan
kita belaka, melainkan bahwa kita ingin supaya orang-orang lain juga turut beroleh berkat dan
karunia yang kita peroleh. Biarlah mereka melihat bahwa agama kita tidak membuat kita tidak
menaruh simpati dan bersifat keras. Biarlah semua orang yang mengaku telah mendapat Kristus,
melayani sebagaimana Ia melayani dahulu untuk kebahagiaan manusia.
Kita sekali-kali tidak boleh memberikan kepada dunia ini kesan yang palsu bahwa orang-orang
Kristen adalah satu umat yang selalu muram dan tidak berbahagia. Jikalau mata kita ditujukan selalu
kepada Yesus, maka kita pun akan melihat Penebus yang berbelas kasihan, dan akan memperoleh
terang dari wajah-Nya. Di mana saja roh-Nya berkerajaan, di sana adalah damai. Dan akan ada
kegirangan juga, karena ada pengharapan yang tenang dan suci pada Allah.
Kristus merasa senang dengan para pengikut-Nya apabila mereka menunjukkan bahwa, meski pun
manusia, mereka turut mengambil bagian dari sifat-sifat Ilahi. Mereka bukannya patung, melainkan
pria dan wanita yang hidup. Hati mereka yang disegarkan oleh embun rahmat Ilahi, mekar dan
berkembang kepada Matahari Kebenaran. Cahaya yang bersinar atas mereka itu mereka pantulkan
pula kepada orang-orang lain dalam perbuatan yang bersinar dengan kasih Kristus.

 Pasal 16

Dl DALAM KAABAHNYA  

"KEMUDIAN daripada itu pergilah Yesus dengan ibu-Nya dan segala saudara-Nya dan segala
murid-Nya ke Kapernaum, tetapi tidak berapa hari lamanya tinggal mereka itu di sana." Dan pesta
paskah orang Yahudi sudah dekat, dan Yesus pergi ke Yerusalem.
Pada perjalanan ini, Yesus mengikuti salah satu rombongan besar yang sedang berjalan menuju ke
ibu kota. Ia masih belum mengumumkan pekerjaan-Nya dengan terang-terangan, dan Ia bergaul
tanpa mendapat perhatian orang banyak itu. Pada waktu-waktu semacam ini, kedatangan Mesias,
yang telah mendapat perhatian yang begitu besar oleh pekerjaan Yohanes, acapkali menjadi pokok
pembicaraan. Harapan akan kebesaran nasional diperbincangkan dengan semangat yang
berkobar-kobar. Yesus mengetahui bahwa harapan ini akan dikecewakan, sebab teralas di atas
tafsiran yang salah akan Alkitab. Dengan ketekunan yang sungguh-sungguh diterangkan-Nya segala
nubuatan, serta mencoba membangkitkan perhatian orang banyak supaya mengadakan penyelidikan
yang teliti akan firman Allah.
Para pemimpin Yahudi telah memberikan petunjuk kepada orang banyak
------------
Pasal ini dialaskan atas Yohanes 2:12-22.)

bahwa di Yerusalem mereka itu harus diajar untuk berbakti kepada Allah. Di sana sepanjang minggu
pesta Paskah itu banyak sekali orang berhimpun, yang datang dari seluruh pelosok Palestina, bahkan
dari negeri-negeri yang jauh juga. Halaman kaabah penuh dengan rombongan orang banyak dari
segala lapisan masyarakat. Banyak yang tidak dapat membawa sertanya korban  yang harus
dipersembahkan yang melambangkan Korban besar itu. Untuk memudahkan bagi orang-orang ini,
binatang-binatang diperjual belikan di halaman kaabah itu. Di sana segala lapisan masyarakat
berhimpun untuk membeli korban mereka. Di sana semua uang asing ditukarkan dengan mata uang
baitu'lmukadis. 
Setiap orang Yahudi dituntut untuk membayar setengah syikal setiap tahun sebagai "uang
pendamaian karena nyawanya" Keluaran 30:12-16; dan uang yang dikumpulkan demikian itu
digunakan untuk pemeliharaan kaabah. Selain ini, jumlah wang yang banyak dibawa sebagai
persembahan sukarela, untuk disimpan di perbendaharaan kaabah. Maka adalah dituntut supaya
semua uang asing ditukar dengan uang yang disebut syikal kaabah, yang diterima untuk upacara
baitu'lmukadis itu.  Penukaran uang itu memberi kesempatan untuk penipuan dan pemerasan, dan
telah bertumbuh menjadi suatu perdagangan yang hina, yang menjadi sumber penghasilan bagi
imam-imam.
Para pedagang menuntut harga yang terlalu tinggi untuk binatang yang dijual, lalu  mereka
membahagi keuntungan mereka dengan imam-imam dan penghulu-penghulu, yang dengan jalan
demikian memperkaya dirinya atas kerugian orang banyak. Orang-orang yang berbakti itu sudah
diajar untuk mempercayai bahwa jikalau mereka tidak mempersembahkan korban, berkat Allah
tidak akan dicurahkan kepada anak-anak dan negeri mereka. Dengan demikian dapat diperoleh harga
yang tinggi untuk binatang-binatang itu; sebab setelah datang begitu jauh, orang banyak itu tidak mau
pulang ke tempat kediamannya masing-masing dengan tidak menunaikan acara perbaktian yang
untuk itu mereka telah datang.
Banyak sekali korban-korban dipersembahkan pada waktu pesta Paskah itu, dan angka penjualan di
kaabah pun sangatlah besarnya. Kegaduhan yang ditimbulkannya menunjukkan perdagangan hewan yang ribut gantinya kaabah Allah yang suci. Di sana dapat didengar tawar-menawar yang ramai,
lenguh lembu, embik kambing domba, dekut burung merpati, bercampur baur dengan dencing mata
uang dan pertengkaran yang disertai kemarahan. Demikian besarnya kekacauan itu sehingga
orang-orang yang berbakti terganggu dan ucapan yang ditujukan kepada Allah taala tenggelam dalam
kegaduhan yang meliputi kaabah itu. Orang Yahudi sangat bangga akan kesalehan mereka. Mereka
bersuka cita atas kaabah itu, dan menganggap sebagai hujat sesuatu ucapan yang menjelekkannya;
mereka sangat keras dalam pelaksanaan upacara-upacara yang berhubungan dengan kaabah itu; akan
tetapi loba akan uang sudah mengalahkan ketelitian mereka. Mereka hampir tidak sadar lagi akan
berapa jauh mereka telah menyimpang dari maksud semula segala upacara yang telah ditetapkan
Allah Sendiri.
Ketika Tuhan turun ke atas bukit Torsina, tempat itu disucikan oleh hadirat-Nya. Musa diperintahkan
untuk memberi batas di sekeliling gunung itu serta menyucikannya, dan sabda Tuhan terdengar
dalam amaran: "Jaga baik-baik; jangan kamu mendaki bukit ini atau menyentuh tepinya. Barang
siapa yang menyentuh bukit ini, niscaya ia akan mati dibunuh kelak. Seorang pun jangan menjamah
akan dia, karena tak dapat tidak orang itu akan dilontari dengan batu atau dipanah terus sampai mati;
baik binatang, baik manusia tak boleh dihidupi lagi." Demikianlah diberikan pelajaran bahwa di
mana saja Allah menunjukkan hadirat-Nya, tempat itu suci adanya. Pekarangan kaabah Allah
sebenarnya harus dianggap suci. Namun dalam perjuangan untuk mendapat keuntungan, semuanya
ini sudah dilupakan.
Imam-imam dan penghulu-penghulu disebut sebagai wakil-wakil Allah bagi bangsa itu; sebenarnya
mereka harus membetulkan perlakuan salah terhadap halaman kaabah itu. Seharusnya mereka
memberikan kepada orang banyak suatu teladan keikhlasan dan belas kasihan. Gantinya mempelajari
keuntungan mereka sendiri, seharusnya mereka mempertimbangkan keadaan dan keperluan
orang-orang yang berbakti, dan seharusnya bersedia menolong orang-orang yang tidak mampu
membeli korban yang dituntut. Akan tetapi hal ini tidak mereka lakukan. Loba akan kekayaan telah
mengeraskan hati mereka.
Ke pesta ini datang juga orang-orang yang menderita, orang-orang yang miskin dan susah. Yang buta,
yang lumpuh, dan yang tuli ada di sana. Ada yang dibawa di atas tempat tidur. Banyak orang yang
datang dalam keadaan terlalu miskin untuk membeli persembahan yang paling sederhana sekali pun
untuk Tuhan, bahkan terlalu miskin untuk membeli makanan guna menghilangkan lapar mereka.
Orang-orang ini merasa sangat susah mendengar ucapan imam-imam. Imam-imam itu
membanggakan kesalehan mereka; mereka mengaku sebagai wali orang banyak itu; tetapi mereka
tidak mempunyai simpati atau belas kasihan. Orang miskin, orang sakit, orang yang sudah hampir
mati, dengan sia-sia saja menyampaikan permohonan untuk mendapat pertolongan. Penderitaan
mereka tidak menimbulkan rasa kasihan dalam hati imam-imam itu.
Waktu Yesus masuk ke dalam kaabah itu, diperhatikan-Nya seluruh peristiwa itu. Dilihat-Nya
transaksi yang tidak adil itu. Dilihat-Nya duka orang miskin, yang menyangka bahwa tanpa
pencurahan darah, tidak akan ada ampunan untuk dosa-dosa mereka. Dilihat-Nya  -  halaman luar
kaabah-Nya itu dijadikan suatu tempat perdagangan yang najis. Halaman suci itu telah menjadi suatu
pasar yang luas.
Kristus melihat bahwa sesuatu mesti dilakukan. Banyak sekali upacara yang diperintahkan kepada
orang banyak tanpa petunjuk-petunjuk yang sepantasnya tentang makna upacara itu. Orang-orang
yang berbakti mempersembahkan korban mereka tanpa pengertian bahwa korban tersebut
melambangkan satu-satunya Korban yang sempurna. Dan di antara mereka, dengan tidak dikenal
serta tidak dihormati, berdirilah Dia yang dilambangkan oleh semua upacara mereka itu. Ialah telah
memberikan petunjuk tentang segala persembahan itu. Ia mengerti nilai persembahan itu secara lambang, dan la melihat bahwa semuanya itu sudah diputar-balikkan dan disalah mengerti.
Perbaktian kerohanian sedang menghilang dengan lekas. Tidak ada lagi hubungan yang mengikat
imam-imam dan penghulu-penghulu itu dengan Allah mereka. Pekerjaan Kristus ialah untuk
menetapkan suatu perbaktian yang berlainan sama sekali.
Dengan pandangan yang tajam, Kristus memperhatikan peristiwa yang sedang  terjadi di
hadapan-Nya, sementara Ia berdiri pada anak tangga di halaman kaabah itu. Dengan mata nubuatan
Ia memandang ke masa depan, dan melihat bukan saja tahun-tahun, melainkan juga abad-abad dan
zaman-zaman. Ia melihat bagaimana imam-imam dan penghulu-penghulu akan mengingkari hak
orang miskin, serta melarang dimasyhurkannya Injil kepada orang miskin. Ia melihat bagaimana
kasih Allah akan disembunyikan dari orang berdosa, dan orang akan memperlakukan rahmat-Nya
sebagai barang dagangan. Sedang Ia melihat  peristiwa itu, murka, wewenang, dan kuasa nampak
pada wajah-Nya. Perhatian orang banyak itu tertarik kepada-Nya. Mata orang-orang yang asyik
dalam perdagangan yang najis itu terpaku kepada wajah-Nya. Mereka tak dapat mengalihkan
pandangan mereka daripada-Nya. Mereka merasa bahwa Orang ini membaca pikiran mereka yang
terdalam sekali pun, serta mengetahui motif mereka yang tersembunyi. Ada pula yang berusaha
menyembunyikan muka mereka, seolah-olah segala perbuatan mereka yang jahat itu ada tertulis pada
wajah mereka, untuk diteliti oleh mata yang tajam itu.
Kekacauan itu terdiam. Bunyi perdagangan dan tawar-menawar telah berhenti. Perasaan kagum
menguasai himpunan itu. Adalah seolah-olah mereka didakwa di hadapan meja pengadilan Allah
untuk memberi jawab atas  segala perbuatan mereka. Ketika memandang kepada Kristus, mereka
melihat ke-Ilahian memancar dari jubah kemanusiaan. Yang Maha Besar dari surga berdiri
sebagaimana Hakim akan berdiri kelak di akhirat, kini bukannya dilingkungi dengan kemuliaan yang
kelak  akan menyertai Dia, melainkan dengan kuasa yang sama untuk membaca jiwa. Mata-Nya
menatap orang banyak itu, dan memperhatikan setiap orang. Perawakan-Nya nampaknya menjulang
di antara mereka dengan keagungan yang penuh kuasa dan cahaya Ilahi menerangi wajah-Nya. Ia
berbicara, dan suara-Nya terang dan nyaring itu—yaitu suara yang di atas gunung Torsina
mengumumkan taurat yang dilanggar oleh imam-imam dan penghulu-penghulu itu-terdengar
menggema melalui segala kubah kaabah itu: "Barang-barang ini angkatlah dari sini; bahwa rumah
Bapa-Ku jangan kamu jadikan rumah perniagaan."  
Dengan perlahan-lahan turun dari tangga itu, serta mengangkat cambuk tali yang terkumpul ketika
masuk ke dalam ruangan itu, disuruh-Nya orang-orang yang sedang tawar-menawar pergi dari
pekarangan kaabah itu. Dengan semangat dan kekerasan yang belum pernah ditunjukkan-Nya
dahulu, dibalikkan-Nya meja orang-orang yang sedang tukar-menukar uang itu. Mata uang
berjatuhan, berdering dengan nyaring di atas lantai pualam. Tidak seorang pun berani menanyai
wewenang-Nya. Tidak seorang pun berani berhenti sejenak untuk mengumpulkan keuntungan
mereka yang didapat dengan jalan curang itu. Yesus tidak menyesah mereka dengan cambuk itu,
tetapi pada tangan-Nya cambuk yang sederhana itu tampaknya dahsyat seperti sebilah pedang yang
berkilau-kilauan. Para pegawai kaabah, imam-imam yang berspekulasi, para tengkulak, pedagang
dan pedagang ternak beserta segala domba-domba dan lembu-kambing mereka, berlarian kucar-kacir
dari tempat itu, dengan satu-satunya pikiran hendak melepaskan diri dari hukuman hadirat-Nya.
Panik meliputi orang banyak itu, yang merasai kehebatan ilahiat-Nya itu. Jeritan-jeritan takut keluar
dari ratusan bibir yang pucat. Bahkan murid-murid-Nya pun gemetar. Mereka gentar oleh perkataan
dan sikap Yesus itu, yang lain sekali daripada kelakuan-Nya yang biasa. Teringatlah mereka bahwa
ada tersurat tentang Dia, "cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku." Mzm. 69:10. Tidak lama
kemudian khalayak ramai yang gaduh itu dengan barang-barang dagangan mereka pun sudah
berpindah jauh dari kaabah Tuhan. Halaman itupun sudah kosong dari perdagangan yang najis, lalu ketenangan dan kekhidmatan menggantikan kekacauan itu. Hadirat Tuhan, yang dahulu kala
menguduskan gunung itu, sekarang telah menyucikan kaabah yang dipelihara untuk kehormatan
nama-Nya.
Dalam membersihkan kaabah itu, Yesus mengumumkan tugas-Nya sebagai Mesias, serta memulai
pekerjaan-Nya. Kaabah itu, yang dibangun untuk tempat kediaman hadirat Ilahi, dimaksudkan untuk
menjadi pelajaran yang nyata bagi bangsa Israel dan dunia ini. Sejak zaman yang kekal adalah
maksud Allah agar setiap makhluk yang diciptakan mulai dari serapim yang gilang-gemilang dan
suci sampai kepada manusia, harus menjadi kaabah untuk tempat tinggal Khalik. Karena dosa,
manusia tiada lagi menjadi kaabah Allah. Karena digelapkan dan dinajiskan oleh kejahatan, hati
manusia tiada lagi menyatakan kemuliaan Ilahi. Akan tetapi oleh penjelmaan Anak Allah, maksud
surga pun terlaksana. Allah bersemayam di dalam manusia, dan oleh rahmat yang menyelamatkan,
hati manusia menjadi kaabah  sekali lagi. Allah telah merencanakan supaya kaabah di Yerusalem itu
menjadi saksi yang tetap akan nasib mulia yang terbuka bagi tiap-tiap jiwa Akan tetapi orang Yahudi
belum mengerti pentingnya arti bangunan, yang mereka pandang dengan kebanggaan yang begitu
besar. Mereka tidak menyerahkan diri sendiri sebagai kaabah yang suci bagi Roh Ilahi. Halaman
kaabah di Yerusalem itu, yang penuh dengan kegaduhan perdagangan yang najis, membayangkan
secara tepat keadaan kaabah hati, yang dinajiskan oleh hadirnya hawa nafsu dan pikiran-pikiran yang
najis. Dalam membersihkan kaabah itu daripada pedagang dunia, Yesus mengumumkan tugas-Nya
untuk membersihkan hati dari kenajisan dosa,-dari keinginan duniawi, hawa nafsu yang
mementingkan diri, kebiasaan yang jelek, yang merusakkan jiwa. "Tuhan yang kamu cari itu
akanmasuk ke-bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kemu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang,
firman Tuhan semesta alam. Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah
yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam
dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan
perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak."
Maleakhi 3 :1-3 .
"Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?
Jikal ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait
Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu." 1 Korintus 3:16, 17. Tidak seorang pun dengan
kuasa dirinya sendiri dapat membuangkan kuasa kejahatan yang telah menguasai hati itu. Hanya
Kristus yang dapat membersihkan kaabah jiwa. Tetapi Ia tidak mau masuk dengan paksa. Ia datang
ke dalam hati bukan seperti Ia datang ke dalam kaabah dahulu itu; melainkan Ia berkata, "Lihat, Aku
berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan
pintu, Aku akan masuk mendapatkannya." Wahyu 3:20. Ia  akan datang bukan untuk sehari saja;
sebab Ia berkata, "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka,
. . . dan mereka akan menjadi umat-Ku." "Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan
kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut." 2 Korinti
6:16; Mikha 7:19. Hadirat-Nya akan membersihkan serta menyucikan jiwa, supaya dapat menjadi
sebuah kaabah yang suci bagi Tuhan, dan "menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh." Efesus
2:21, 22.
Karena dialahkan oleh perasaan takut yang amat besar, imam-imam dan penghulu-penghulu telah
melarikan diri dari halaman kaabah, dan dari pandangan tajam yang membaca hati mereka itu.
Dalam melarikan diri berjumpalah mereka dengan orang-orang lain yang sedang menuju ke kaabah
lalu menyuruh mereka kembali, sambil menceriterakan apa yang telah mereka lihat dan dengar.
Kristus melihat orang-orang yang melarikan diri itu dengan rasa kasihan yang amat sangat atas
ketakutan mereka dan kebodohan mereka tentang apa yang merupakan perbaktian yang benar. Dalam peristiwa ini dilihat-Nya secara ibarat tercerai-berainya seluruh bangsa Yahudi karena
kejahatan dan pendurhakaan mereka.
Maka apakah sebabnya imam-imam itu melarikan diri dari kaabah itu? Mengapa mereka tidak
bertahan? Dia, yang memerintahkan mereka pergi itu ialah seorang anak tukang kayu, seorang orang
Galilea yang miskin, tanpa pangkat atau kuasa duniawi. Mengapa mereka tidak melawan Dia?
Mengapa mereka meninggalkan keuntungan yang diperoleh dengan kecurangan itu, serta melarikan
diri atas perintah Seorang yang rupanya begitu hina?
Kristus berbicara dengan wewenang seorang raja, dan dalam rupa-Nya, dan dalam nada suara-Nya,
ada sesuatu yang tidak dapat mereka lawan. Dalam perintah itu mereka menyadari seperti  yang
belum pernah disadari sebelumnya, kedudukan mereka yang sebenarnya sebagai orang munafik dan
perampok. Apabila ke Ilahian memencar dari kemanusiaan, bukan saja mereka melihat murka pada
wajah Kristus; mereka menyadari arti ucapan-Nya itu. Mereka merasa seolah-olah berdiri di hadapan
takhta Hakim yang kekal, dengan hukuman dijatuhkan ke atas mereka untuk masa dan zaman yang
kekal. Seketika lamanya mereka itu yakin bahwa Kristus adalah seorang nabi; dan banyak yang
percaya bahwa Dialah Mesias. Roh Suci mengingatkan kepada mereka segala ucapan nabi-nabi
tentang Kristus. Maukah mereka menyerah kepada keyakinan ini?
Mereka tidak mau bertobat. Mereka tahu bahwa simpati Kristus bagi orang miskin sudah
dibangunkan. Mereka tahu bahwa mereka telah bersalah dengan melakukan pemerasan dalam
perlakuan mereka terhadap orang banyak. Karena. Kristus membaca segala pikiran mereka itu,
mereka membenci Dia. Teguran-Nya di hadapan khalayak ramai menghinakan kesombongan
mereka, dan mereka cemburu atas pengaruh-Nya yang semakin bertambah di kalangan orang
banyak. Mereka itu bertekad untuk menantang Dia mengenai kuasa yang digunakan-Nya dalam
mengusir mereka keluar, dan siapa yang memberikan kuasa itu kepada-Nya.
Dengan perlahan-lahan serta berhati-hati tetapi dengan kebencian  dalam hati, mereka pun
kembalilah ke kaabah itu. Akan tetapi alangkah besarnya perubahan yang telah terjadi selama
mereka tidak ada! Ketika mereka melarikan diri, orang-orang miskin tinggal tetap di situ; dan
orang-orang ini kini memandang kepada Yesus, yang wajah-Nya menyatakan kasih dan simpati-Nya.
Dengan air mata yang berlinang-linang, berkatalah Ia kepada orang-orang yang gemetar di
sekitar-Nya, Jangan takut, Aku akan melepaskan kamu dan kamu akan memuliakan Daku. Untuk
maksud inilah Aku datang ke dunia ini.
Orang banyak itu datang berdesak-desak ke hadirat Kristus dengan permohonan yang mendesak dan
memilukan hati, Ya Guru, berkati aku. Telinga-Nya mendengar setiap seruan. Dengan belas kasihan
yang jauh melebihi seorang ibu yang lemah lembut Ia menundukkan diri-Nya untuk menolong orang
yang menderita. Semuanya mendapat perhatian. Masing-masing disembuhkan dari penyakit apa pun
yang dideritanya. Orang bisu membuka bibir dengan puji-pujian; orang buta melihat wajah Dia yang
menyembuhkan mereka. Hati para pendengar itu digembirakan.
Ketika imam-imam dan pegawai-pegawai kaabah menyaksikan perbuatan yang besar ini, betapa
merupakan wahyu bagi mereka segala bunyi suara yang jatuh pada pendengarannya. Orang banyak
itu menuturkan cerita penyakit yang sudah larna mereka derita, tentang harapan mereka yang kandas,
tentang hari-hari yang penuh derita dan keadaan tidak bisa tidur pada malam-malam. Ketika api
harapan yang terakhir nampaknya sudah seolah-olah padam, Kristus menyembuhkan mereka.
Demikian beratnya beban  itu, kata seorang; tetapi saya telah mendapat seorang Penolong. Ialah
Kristus dan saya akan mengabdikan hidup saya bagi pekerjaan-Nya. Orang tua berkata kepada
anak-anak mereka, Ia telah menyelamatkan nyawamu; angkatlah suaramu dan pujilah Dia. Suara
anak-anak dan orang muda, bapa-bapa dan ibu-ibu, sahabat-sahabat dan penonton-penonton,
bergabung dalam pengucapan syukur dan puji-pujian. Harapan dan kegembiraan memenuhi hati mereka. Pikiran mereka diliputi oleh damai. Mereka sudah disembuhkan baik jiwa mau pun tubuh,
lalu mereka pulang ke rumah, dengan memasyhurkan di mana-mana kasih Yesus yang tiada taranya
itu.
Pada waktu Kristus disalibkan, orang-orang yang telah disembuhkan dengan jalan demikian itu tidak
menggabungkan diri dengan rombongan rakyat jelata  dalam menyerukan, "Palangkanlah Dia;
palangkanlah Dia!" Simpati mereka adalah pada Yesus; sebab mereka itu telah merasai simpati-Nya
yang besar dan kuasa-Nya yang ajaib. Mereka itu mengenal Dia sebagai Juruselamat mereka; sebab
Ia telah memberikan kepada  mereka kesehatan tubuh dan jiwa. Mereka mendengar rasul-rasul
mengajar, lalu sabda Allah yang masuk ke dalam hati mereka memberikan pengertian kepada
mereka. Mereka menjadi alat bagi kemurahan Allah, dan membantu memasyhurkan keselamatanNya
.
Orang banyak yang telah melarikan diri dari halaman kaabah itu, setelah beberapa lama kemudian
datang kembali dengan perlahan-lahan. Mereka sudah agak pulih dari panik yang telah mencengkam
mereka, tetapi wajah mereka menyatakan kebimbangan dan ketakutan. Mereka melihat dengan
perasaan heran atas perbuatan Yesus, dan yakin bahwa di dalam Dialah segala nubuatan tentang
Mesias digenapi. Dosa penajisan kaabah itu sebagian besar terletak atas imam-imam. Atas usaha
merekalah maka halaman itu dijadikan pasar. Orang banyak itu  hampir tidak bersalah. Mereka
mendapat kesan oleh melihat wewenang Ilahi yang ada pada Yesus; akan tetapi bagi mereka
pengaruh imam-imam dan penghulu itulah yang terutama. Dipandangnya pekerjaan Kristus sebagai
usaha baharu, dan meragukan hak-Nya untuk campur tangan dalam apa yang diizinkan oleh para
penguasa kaabah itu. Mereka marah karena perdagangan itu telah terganggu, lalu mereka
memadamkan keyakinan oleh Roh Suci.
Melebihi semua orang lain, imam-imam dan penghulu-penghulu sudah seharusnya melihat dalam
Yesus Dia yang diurapi Tuhan; sebab di tangan mereka ada surat-surat gulungan suci yang
melukiskan tugas-Nya, dan mereka mengetahui bahwa pembersihan kaabah itu adalah suatu
pernyataan kuasa yang lebih besar daripada kuasa manusia. Betapapun mereka itu membenci Yesus
mereka tidak dapat melepaskan diri dari pikiran bahwa mungkin Ia seorang nabi yang diutus oleh
Allah untuk memulihkan kesucian kaabah itu. Dengan perasaan hormat yang lahir dari perasaan
takut ini, pergilah mereka kepada-Nya dengan pertanyaan, "Apa tanda Kautunjuk kepada kami, maka
Engkau membuat segala perkara ini?"
Yesus telah menunjukkan kepada mereka suatu tanda. Dalam memancarkan cahaya ke dalam hati
mereka, dan dalam melakukan di hadapan mereka perbuatan yang harus dilakukan Mesias, Ia telah
memberikan bukti yang meyakinkan dari tabiat-Nya. Kini ketika mereka meminta sesuatu tanda, Ia
menjawab kepada mereka dengan menggunakan suatu perumpamaan, yang menunjukkan bahwa la
membaca dendam hati mereka, serta melihat hingga sejauh mana dendam  itu akan membawa
mereka. "Rombakkanlah rumah ini," kata-Nya, "maka dalam tiga hari juga Aku membangunkan dia
pula."
Dalam ucapan ini maksud-Nya adalah rangkap dua. Ia bukan saja berkata tentang kebinasaan kaabah
dan perbaktian Yahudi, tetapi juga kematian-Nya sendiri,-kebinasaan kaabah tubuh-Nya. Ini sudah
direncanakan oleh orang Yahudi dengan diam-diam. Ketika imam-imam dan penghulu-penghulu
kembali ke kaabah, mereka telah berniat hendak membunuh Yesus, dan dengan demikian
membebaskan diri mereka sendiri dari sipengacau itu. Namun ketika la menghadapkan kepada
mereka maksud mereka itu, mereka tidak mengerti akan Dia. Mereka itu memahami ucapan-Nya itu
sebagai menyangkut hanya kaabah yang di Yerusalem dan dengan marah sekali mereka berseru,
"Empatpuluh enam  tahun lamanya rumah ini dibangunkan, dapatkah Engkau membangunkan dia
pula dalam tiga hari juga?" Sekarang mereka merasa bahwa Yesus sudah membenarkan kurang percaya mereka, lalu bertambah kuatlah mereka dalam penolakannya akan Dia.
Kristus tidak bermaksud  supaya ucapan-Nya itu dipahami oleh orang Yahudi yang kurang percaya
itu, ataupun oleh murid-murid-Nya pada saat ini. Ia mengetahui bahwa ucapan itu akan dipahami
salah oleh musuh-musuhnya, dan akan dipakai untuk melawan Dia. Pada waktu Ia diadili ucapan itu
akan dihadapkan sebagai tuduhan, dan di Golgota ucapan itu juga akan dilontarkan kepada-Nya
sebagai ejekan. Tetapi untuk menerangkannya sekarang akan memberitahukan kepada
murid-murid-Nya tentang segala penderitaannya, lalu menimbulkan dalam mereka duka cita yang
hingga kini belum sanggup mereka tanggung. Dan suatu penerangan tentang hal itu akan
memaparkan sebelum waktunya kepada orang Yahudi akibat prasangka dan kurang percaya mereka
sebelum waktunya. Sekarang mereka sudah mulai masuki suatu jalan yang akan terus mereka jalani
hingga Ia kelak dituntun seperti seekor anak domba ke tempat pembantaian.
Untuk kepentingan orang-orang yang akan percaya kepada-Nyalah maka ucapan Kristus itu
dikeluarkan. Ia mengetahui bahwa ucapan itu akan diulangi lagi. Karena diucapkan pada pesta
Paskah, ucapan itu akan terdengar oleh ribuan orang, dan akan tersiar ke seluruh pelosok dunia ini.
Setelah Ia bangkit dari antara orang mati, arti ucapan itu akan dijelaskan. Bagi orang banyak ucapan
itu akan merupakan bukti yang tegas tentang keilahian-Nya.
Karena kegelapan rohani mereka, murid-murid Yesus sendiri pun sering gagal untuk mengerti akan
pengajaran-Nya. Akan tetapi kebanyakan pelajaran-pelajaran itu dijelaskan kepada mereka oleh
peristiwa-perlstiwa yang terjadi kemudian. Waktu Ia tiada lagi berjalan dengan mereka, ucapan-Nya
itu pun merupakan penolong yang kuat dalam hati mereka.
Mengenai kaabah yang di Yerusalem itu, ucapan Juruselamat, "Rombakkanlah rumah ini, maka
dalam tiga hari juga Aku membangunkan dia pula," mengandung arti yang lebih dalam lagi daripada
yang dipahami oleh para pendengar. Kristuslah alasan dan hidup kaabah itu. Segala upacaranya
melambangkan korban Anak Allah. Keimamatan sudah diadakan untuk membayangkan sifat
pengantaraan dan pekerjaan Kristus. Seluruh rencana perbaktian korban-korban adalah bayangan
kematian Juruselamat untuk menebus dunia ini. Tidak akan ada lagi khasiat dalam semua
persembahan ini apabila peristiwa besar ke arah mana semuanya itu telah menunjuk berabad-abad
lamanya sudah digenapkan.
Karena segenap upacara korban itu adalah melambangkan Kristus, maka semuanya itu tidak ada
nilainya bila terpisah daripada-Nya. Ketika orang Yahudi memeteraikan penolakan mereka terhadap
Kristus oleh menyerahkan Dia kepada maut, mereka menolak segala  sesuatu yang memberi arti
kepada kaabah dan segala upacaranya. Kesuciannya sudah hilang lenyap, dan telah ditentukan akan
binasa. Sejak hari itu semua korban dan upacara yang berhubungan dengan korban-korban itu tiada
mengandung arti lagi. Seperti halnya dengan persembahan Kain, semuanya itu tidak menyatakan
iman pada Juruselamat. Dalam membunuh Kristus orang Yahudi dengan sebenarnya membinasakan
kaabah mereka itu. Ketika Kristus disalibkan, tirai dalam kaabah itu tercarik dua dari atas ke bawah
hal mana berarti bahwa korban besar yang terakhir sudah diadakan, dan bahwa sistim persembahan
korban-korban berakhirlah sudah untuk selama-lamanya.
"Dalam tiga hari juga Aku membangunkan dia pula." Dalam kematian Juruselamat, segala kuasa
kegelapan nampaknya seolah-olah menang, dan mereka itu bergembira dalam kemenangan itu.
Tetapi dari dalam kubur Yusuf yang terbuka itu keluarlah Yesus sebagai pemenang. "Ia telah
melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum
dalam kemenangan-Nya atas mereka." Kol. 2:15. Oleh jasa kematian dan kebangkitan-Nya Ia
menjadi pelayan "tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan
oleh manusia." Ibrani 8:2. Manusia memelihara baitu'lmukadis Yahudi; manusia membangun kaabah
Yahudi; tetapi baitu'lmukadis yang di surga, yang dilambangkan baitu'lmukadis di dunia ini dengan bukannya dibangun oleh arsitek manusia. "Inilah orang yang bernama Tunas. . . . Dialah yang akan
mendirikan bait Tuhan, dan dialah yang akan mendapat keagungan dan akan duduk memerintah di
atas takhtanya. Di sebelah kanannya akan ada seorang imam dan permufakatan tentang damai akan
ada di antara mereka berdua." Zakharia 6:12,13.
Upacara korban yang menunjuk kepada Kristus sudah lalu; akan tetapi mata manusia dialihkan
kepada korban yang benar untuk dosa-dosa dunia. Keimamatan duniawi berhenti; tetapi kita
memandang kepada Yesus, pengerja perjanjian baru itu, serta "Kepada darah pemercikan, yang
berbicara lebih kuat daripada darah Habel." "Jalan ke tempat yang kudus itu belum terbuka, selama
kemah yang pertama itu masih ada; . . . tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal
yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna,
yang bukan dibuat oleh  tangan manusia, . . . tetapi   dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan
dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal." Ibrani 12:24; 9:8-12.
"Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang
kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka." Ibrani 7:25. Sungguh
pun pelayanan itu harus dipindahkan dari kaabah yang di dunia ini ke kaabah yang di surga sungguh
pun baitu'lmukadis dan imam besar kita itu tidak dapat lagi dilihat oleh mata manusia, namun
murid-murid sama sekali tak menderita kerugian apa pun olehnya. Mereka tidak akan mengalami
putusnya hubungan mereka, dan tidak ada pengurangan kuasa karena kepergian Juruselamat.
Sementara Yesus melayani di baitu'lmukadis yang di surga, oleh Roh-Nya Ia masih juga melayani
sidang di dunia ini. Ia ditarik dari mata perasaan, akan tetapi janji perpisahan-Nya ditepati, "Bahwa
sesungguhnya adalah Aku serta dengan kamu pada sediakala, hingga kepada kesudahan alam ini."
Matius 28:20. Sementara diwakilkan-Nya kuasa-Nya kepada pengerja-pengerja yang lebih rendah,
hadirat-Nya yang memberi tenaga itu masih menyertai sidang-Nya.
"Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu
Yesus, Anak Allah, baiklahkita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang
kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita,
sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita
dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan
menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." Ibrani 4:14-16. 









 Pasal 17


NlKODEMUS

Nikodemus menjabat suatu kedudukan tinggi yang penuh tanggung jawab di kalangan bangsa
Yahudi. Ia berpendidikan tinggi, serta memiliki bakat-bakat yang luar biasa, dan ia seorang anggota
yang terhormat pada majelis nasional. Bersama orang-orang lain, hatinya telah digerakkan oleh
pengajaran Yesus. Walau pun kaya, terpelajar, dan terhormat, selama ini ia selalu tertarik secara
ajaib oleh Orang Nazaret yang rendah hati itu. Segala pelajaran yang keluar dari bibir Juruselamat itu
telah meninggalkan kesan yang tidak mudah dilupakannya, dan ia ingin hendak belajar lebih jauh
tentang segala kebenaran yang indah ini.
Penggunaan kekuasaan oleh Kristus dalam membersihkan kaabah itu telah membangkitkan
kebencian di pihak imam-imam dan penghulu-penghulu. Mereka takut akan kuasa orang asing ini.
Keberanian serupa itu di pihak seorang penduduk Galilea yang tidak terkenal itu tidak boleh
dibiarkan begitu saja. Mereka bertekad hendak mengakhiri pekerjaan-Nya itu. Akan tetapi tidak
semuanya menyetujui maksud ini. Ada juga orang yang takut
--------------
Pasal ini didasarkan atas Yohanes  3:1-17

melawan Oknum yang nyata benar digerakkan oleh Roh Allah. Mereka terkenang akan bagaimana
nabi-nabi dahulu telah dibunuh karena mengecam dosa-dosa para pemimpin bangsa Israel. Mereka
mengetahui bahwa perhambaan bangsa Yahudi kepada bangsa kafir adalah karena kedegilan mereka
dalam menolak teguran yang berasal dari Allah. Mereka takut kalau-kalau dalam mengadakan
komplotan untuk membunuh Yesus, imam-imam  dan penghulu-penghulu sedang mengikuti jejak
nenek-moyang mereka, dan akan mendatangkan malapetaka kepada bangsa itu. Nikodemus ikut
merasakan segala perasaan ini. Dalam majelis Sanhedrin, ketika tindakan yang akan diambil
terhadap Yesus dipertimbangkan,  Nikodemus menasihatkan supaya berhati-hati dan bertindak
dengan menahani diri. Ia menandaskan bahwa jika Yesus sungguh-sungguh diberi kuasa dari Allah,
akan berbahayalah menolak segala amaran-Nya. Imam-imam tidak berani mengabaikan nasihat ini,
dan pada waktu itu mereka tidak mengambil tindakan tegas terhadap Juruselamat.
Sejak mendengar Yesus, Nikodemus telah menyelidik dengan penuh kerinduan segala nubuatan yang
berhubungan dengan Mesias; dan semakin ia menyelidik, semakin kuat pulalah keyakinannya bahwa
inilah Dia yang akan datang itu. Dengan banyak lagi orang lain di kalangan orang Israel ia telah
merasa susah sekali oleh penajisan kaabah itu. Ia turut menyaksikan peristiwa ketika Yesus mengusir
orang-orang yang berjual beli itu keluar; ia melihat pernyataan kuasa Ilahi yang ajaib itu; ia melihat
Juruselamat menerima orang miskin serta menyembuhkan orang sakit; ia melihat pandangan
kegirangan serta mendengar puji-pujian mereka; dan ia tidak dapat meragukan lagi bahwa Yesus dari
Nazaret itu adalah Yang Diutus Allah.
Ia ingin sekali mengadakan wawancara dengan Yesus, tetapi takut mencari Dia secara
terang-terangan. Akan terlalu hina bagi seorang penghulu bangsa Yahudi untuk mengakui dirinya
menaruh simpati terhadap seorang guru yang hingga kini belum begitu  terkenal. Dan sekiranya
kunjungannya itu diketahui oleh Sanhedrin, akan didatangkannya kepadanya ejekan dan celaan. Ia
memutuskan untuk mengadakan suatu wawancara rahasia, dengan mendalihkan atas dasar bahwa
jikalau ia pergi secara terang-terangan, maka orang lain mungkin akan mengikuti teladan yang
diberikannya itu. Setelah mengetahui dengan jelas bertanya-tanya di mana tempat istirahat Juruselamat, di Bukit Zaitun, ia menunggu hingga seluruh penghuni kota sudah tidur nyenyak, dan
kemudian pergilah ia mencari Dia.
Di hadirat Kristus, Nikodemus merasa agak malu dan segan dan ia berusaha menyembunyikan
perasaan itu dengan sikap tenang dan agung. "Ya rabbi," katanya, "ketahuilah kami akan hal tuan
seorang guru, yang datang daripada Allah, karena seorang pun tiada yang.dapat mengadakan segala
mukjizat seperti tuan adakan, melainkan adalah Allah dengan dia." Oleh berbicara tentang
bakat-bakat luar biasa yang ada pada Kristus sebagai seorang guru, dan juga tentang kuasa-Nya yang
ajaib untuk mengadakan mukjizat, ia mengharap untuk membuka jalan bagi wawancaranya dengan
Yesus. Ucapannya itu dimaksudkan untuk mengungkapkan serta mengundang keyakinan; tetapi
sebenarnya hal itu menyatakan adanya kurang percaya. Ia tidak mengakui Yesus sebagai Mesias,
melainkan hanya seorang guru yang datang dari Allah.
Gantinya mengakui pernyataan hormat ini, Yesus menatapi sipembicara itu, seolah-olah membaca
jiwanya sekali pun. Dalam marifat-Nya Yesus melihat di hadapan-Nya seorang pencari kebenaran. Ia
tahu tujuan kunjungan itu, maka  dengan suatu keinginan hendak memperdalam keyakinan yang
sudah ada dalam pikiran pendengar-Nya itu, Ia langsung menyebutkan maksud-Nya, sambil berkata
dengan tekun tetapi dengan lemah-lembut, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak
dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Yoh. 3:3.
Nikodemus telah datang kepada Tuhan dengan bermaksud hendak mengadakan pertukaran pikiran
dengan Dia, akan tetapi Yesus memaparkan azas-azas dasar kebenaran itu. Ia mengatakan kepada
Nikodemus, Yang engkau perlukan bukannya pengetahuan secara teori melainkan kelahiran semula
secara rohani. Engkau tidak perlu memuaskan rasa ingin tahu melainkan mendapat hati yang baru.
Engkau mesti mendapat hidup yang baru dari atas, sebelum engkau dapat menghargai
perkara-perkara surga. Sebelum perubahan ini terjadi, dan menjadikan segala sesuatu baru, maka
tidak akan bermanfaat bagimu memperbincangkan dengan Aku tentang kekuasaan-Ku atau
pekerjaan-Ku.
Nikodemus telah mendengar khotbah Yohanes Pembaptis tentang pertobatan dan baptisan, dan
mengalihkan perhatian orang banyak kepada Dia yang akan membaptiskan dengan Roh Suci. Ia
sendiri telah merasa bahwa kerohanian di kalangan orang Yahudi sangat kurang, bahwa mereka
sangat dikuasai oleh kefanatikan agama dan cita-cita duniawi. Ia telah lama mengharapkan sesuatu
keadaan yang lebih baik dari segala sesuatu pada kedatangan Mesias itu. Namun pekabaran yang
tajam dari Yohanes Pembaptis itu telah gagal untuk meyakinkan dia dari dosa. Ia adalah seorang
orang Parisi yang keras, dan membanggakan segala kebajikannya. Ia sangat dihormati orang atas
kedermawanan dan kemurahannya dalam menyokong upacara kaabah, dan ia merasa pasti akan
keridlaan Allah. Ia sangat terperanjat ketika memikirkan tentang suatu kerajaan yang terlalu suci
untuk dilihatnya dalam keadaannya pada saat itu.
Gaya bahasa tentang kelahiran baru yang telah digunakan oleh Yesus sekali-kali bukannya asing bagi
Nikodemus. Orang-orang yang bertobat dari kekafiran dan menerima agama bangsa Israel sering
diumpamakan dengan anak-anak yang baru lahir. Sebab itu sudah tentu ia mengetahui bahwa ucapan
Kristus itu tidak seharusnya diartikan secara harafiah. Akan tetapi berkat kelahirannya sebagai
seorang Israel ia menganggap dirinya pasti akan mendapat suatu tempat dalam kerajaan Allah. Ia
merasa bahwa ia tidak memerlukan perubahan lagi. Itulah sebabnya ia terkejut mendengar ucapan
Juruselamat itu. Ia merasa kurang senang karena diucapkan langsung mengenai dirinya.
Kesombongan Parisi bergumul melawan kerinduan yang jujur di pihak si pencari kebenaran. Ia
merasa heran karena Kristus berbicara kepadanya seperti itu, dengan tidak menghormati
kedudukannya sebagai penghulu Israel.  Karena terkejut dari ketenangannya, ia menjawab kepada
Kristus dengan ucapan yang penuh dengan ejekan, "Bagaimana boleh kiranya orang jadi pada masa tuanya?" Seperti halnya dengan banyak orang lain apabila kebenaran yang tegas dijelaskan pada
angan-angan hati ia menyatakan fakta bahwa manusia biasa tidak mau menerima perkara-perkara
Roh Allah. Di dalamnya  tidak ada sesuatu yang menyambut perkara-perkara rohani; sebab
perkara-perkara rohani hanya dapat dipahami secara rohani pula.
Akan tetapi Juruselamat tidak menghadapi perdebatan dengan perdebatan. Sambil mengangkat
tangan-Nya dengan keagungan yang penuh  khidmat dan tenang, ditekankan-Nya kebenaran itu
sedalam-dalamnya dengan jaminan yang lebih besar, "Bahwa sesungguhnya Aku berkata kepadamu,
jikalau orang tidak jadi daripada air dan roh, maka tak boleh masuk ia ke dalam kerajaan Allah."
Nikodemus mengetahui bahwa yang dimaksudkan Kristus ialah baptisan air, dan pembaharuan hati
oleh Roh Allah. Ia sudah yakin bahwa ia sedang berada di hadirat Dia yang telah diramalkan oleh
Yohanes Pembaptis itu.
Yesus melanjutkan: "Barang yang jadi daripada daging, yaitu daging jua, dan barang yang jadi
daripada Roh, yaitu roh adanya." Menurut wajarnya hati itu jahat, dan "Siapa dapat mendatangkan
yang tahir dari yang najis? Seorangpun tidak!" Ayub 14:4. Tiada penemuan manusia yang dapat
menemukan suatu penawar bagi jiwa yang berdosa. "Sebab keinginan daging adalah perseteruan
terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya."
"Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian,
sumpah palsu dan hujat." Roma 8:7; Matius 15:19. Pancaran hati itu wajiblah dibersihkan sebelum
alirannya dapat menjadi bersih. Orang yang mencoba hendak mencapai sorga oleh perbuatannya
sendiri dalam memelihara hukum Allah, berarti mencoba sesuatu yang mustahil. Tiadalah
keselamatan bagi seseorang yang memiliki hanya sekadar suatu agama resmi, sesuatu.rupa
peribadatan belaka. Kehidupan orang Kristen bukannya sesuatu perubahan sedikit atau perbaikan
dari kehidupan yang lama, melainkan perubahan seluruhnya dari segala sifat. Ada kematian terhadap
diri dan dosa, dan suatu kehidupan yang semata-mata baru. Perubahan ini dapat terjadi hanya oleh
pekerjaan Roh Suci yang berhasil itu.  
Nikodemus masih bingung, lalu Yesus menggunakan angin untuk melukiskan maksud-Nya: "Angin
pun bertiup barang ke mana yang dikehendakinya, maka engkau mendengar juga bunyinya, tetapi
tidak kau ketahui dari mana datangnya atau ke mana tujuannya; demikianpun hal tiap-tiap orang
yang jadi daripada Roh."
Angin terdengar di antara cabang-cabang pohon menggersak-gersukkan daun-daun dan
bunga-bungaan; namun angin itu tidak kelihatan, dan tiada seorang pun mengetahui dari mana
datangnya, atau ke mana perginya. Demikianlah halnya dengan pekerjaan Roh Suci di dalam hati.
Hal itu tidak dapat diterangkan lebih jelas daripada dengan gerakan angin. Seorang boleh jadi tidak
dapat menyebutkan waktu atau tempat yang tepat, atau mengingat kembali semua keadaan dalam
proses pertobatan; tetapi hal ini tidak membuktikan bahwa ia tidak bertobat. Dengan suatu alat yang
tidak nampak seperti angin, Kristus selalu bekerja di dalam hati. Sedikit demi sedikit, mungkin
dengan tidak disadari oleh sipenerima, kesan-kesan ditanamkan yang condong kepada menarik jiwa
itu kepada Kristus. Ini boleh jadi diterima oleh merenungkan tentang Dia, oleh membaca Alkitab,
atau oleh mendengar sabda Allah dari pengkhotbah yang hidup. Tiba-tiba, ketika Roh itu datang
dengan bujukan yang lebih langsung lagi, maka jiwa itu pun menyerahlah dengan suka hati kepada
Yesus. Oleh banyak orang hal ini disebut pertobatan secara tiba-tiba; tetapi hal ini adalah hasil
bujukan yang lama oleh Roh Allah, suatu proses yang penuh kesabaran dan meliputi waktu yang
lama.
Meski pun angin itu sendiri tidak kelihatan, ditimbulkannya akibat-akibat yang tampak dan terasa.
Demikianlah pekerjaan Roh itu di dalam jiwa akan menyatakan dirinya sendiri dalam setiap laku
orang yang telah merasakan kuasanya yang menyelamatkan itu. Apabila Roh Allah sudah memiliki hati, maka kehidupan pun diubahkannya. Segala pikiran yang penuh dosa dibuang jauh, segala
perbuatan jahat ditinggalkan; kasih, kerendahan hati, dan damai menggantikan amarah, iri hati, dan
perselisihan. Sukacita menggantikan dukacita, dan wajah memantulkan cahaya surga. Tidak seorang
pun yang melihat tangan yang mengangkat behan itu, atau melihat cahaya yang turun dari istana yang
di surga. Berkat itu datang apabila oleh iman jiwa menyerahkan dirinya kepada Allah. Lalu kuasa
yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia itu pun menciptakan satu makhluk baru menurut peta
Allah.
Mustahillah bagi pikiran yang fana ini memahami pekerjaan penebusan. Rahasianya melampaui
pengetahuan manusia; namun ia yang melalui kematian kepada kehidupan menyadari bahwa itulah
sesuatu kesungguhan Ilahi. Permulaan penebusan dapat kita ketahui di dunia ini oleh pengalaman
pribadi. Hasil-hasilnya mencapai sampai ke zaman yang kekal.
Sedang Yesus berbicara, sesuatu sinar kebenaran menerusi pikiran penghulu itu. Pengaruh yang
menghaluskan dan menaklukkan dari Roh Suci mendatangkan kesan ke dalam hatinya. Namun ia
belum mengerti betul ucapan Juruselamat itu. Ia tidak begitu tertarik oleh pentingnya kelahiran baru
seperti oleh cara pelaksanaannya. Berkatalah ia dengan heran, "Bagaimanakah boleh jadi perkara
ini?"
"Bukankah engkau guru orang Israel, maka tidak engkau mengerti perkara ini?" tanya Yesus. Tentu
saja seseorang yang dipercayakan untuk memberikan pengajaran keagamaan kepada masyarakat
ramai tidaklah patut tidak mengetahui akan kebenaran yang begitu penting. Ucapannya itu
memberikan pelajaran bahwa gantinya merasa tidak senang akan ucapan-ucapan kebenaran yang
tegas, Nikodemus seharusnya beroleh pandangan yang rendah hati akan dirinya karena ia kurang
mengetahui akan perkara rohani itu. Namun Kristus berbicara dengan keagungan yang penuh
khidmat dan baik pandangan maupun nada suara-Nya mengungkapkan kasih yang sungguh-sungguh,
sehingga Nikodemus tidak sakit hati ketika ia mengetahui keadaannya yang hina itu.
Akan tetapi tatkala Yesus menjelaskan bahwa pekerjaan-Nya di dunia ini adalah untuk mendirikan
kerajaan rohani gantinya kerajaan duniawi, pendengar-Nya itu merasa susah. Melihat ini Yesus
menambahkan, "Jikalau Aku memberi tahu kepadamu perkara dunia ini, maka kamu tak percaya,
manakah boleh kamu percaya, jikalau Aku mengatakan kepadamu perkara surga?" Jikalau
Nikodemus tidak dapat menerima pengajaran Kristus itu, yang melukiskan pekerjaan rahmat di
dalam hati, bagaimanakah ia dapat mengerti sifat kerajaan semawi-Nya yang mulia itu? Tanpa
mengerti sifat pekerjaan Kristus di dunia ini, maka tak akan dapatlah ia mengerti pekerjaan-Nya di
dalam surga.
Orang Yahudi yang telah diusir Yesus dari kaabah mengaku sebagai anak-anak Ibrahim, tetapi
mereka itu lari dari hadirat Juruselamat karena mereka tidak tahan melihat kemuliaan Allah yang
dinyatakan dalam Dia. Dengan demikian mereka membuktikan bahwa mereka tidak dilayakkan oleh
rahmat Allah untuk mengambil bagian dalam upacara-upacara kaabah yang suci itu. Mereka rajin
memelihara kesucian secara lahir saja, tetapi mereka melalaikan kesucian hati. Meski pun mereka
menurut hukum itu secara harafiah, namun mereka senantiasa melanggar jiwa hukum itu. Keperluan
mereka yang besar ialah justru perubahan yang sedang dijelaskan Kristus kepada Nikodemus,
kelahiran akhlak yang baru, pembersihan dari dosa, dan pembaharuan pengetahuan dan kesucian.
Tidak ada maaf bagi kebutaan bangsa Israel dalam hal pekerjaan kelahiran baru. Oleh ilham Roh
Suci, nabi Yesaya telah menulis, "Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala
kesalehan kami seperti kain kotor." Daud telah berdoa, "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan
perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh." Dan oleh Yehezkiel janji telah diberikan, "Kamu
akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari
tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap
berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya." Yesaya 64:6; Mazmur 51 :10;
Yehezkiel 36:26, 27.
Nikodemus telah membaca Alkitab dengan pikiran yang gelap; tetapi kini mulailah ia mengerti akan
maknanya. Ia melihat bahwa penurutan yang paling saksama akan hukum itu secara harafiah bila
dikenakan kepada kehidupan secara lahir saja, tidak dapat memberi hak kepada manusia untuk
masuk ke dalam kerajaan surga. Dalam penilaian manusia, kehidupannya sudah benar dan mulia;
tetapi di hadirat Kristus ia merasa bahwa hatinya najis, dan kehidupannya tidak suci.
Nikodemus sedang tertarik kepada Kristus. Ketika Juruselamat menjelaskan kepadanya tentang
kelahiran baru itu, ia pun rindu supaya perubahan ini dilaksanakan di dalam dirinya sendiri. Dengan
jalan apakah hal itu dapat dilaksanakan? Yesus menjawab pertanyaan yang tidak diucapkan itu:
"Seperti  ular itu telah ditinggikan oleh Musa dalam padang Tiah, tak dapat tidak demikianlah
Anak-manusia pun akan ditinggikan. Supaya barang siapa yang percaya akan Dia itu jangan binasa,
melainkan mendapat hidup yang kekal."
Inilah dasar yang dipahami benar oleh Nikodemus. Lambang ular yang ditinggikan itu menjelaskan
kepadanya pekerjaan Juruselamat. Ketika bani Israel sudah hampir binasa akibat bisa ular tedung,
Allah menyuruh Musa membuat seekor ular tembaga, serta meninggikannya di tengah-tengah
himpunan orang banyak. Lalu kabar disiarkan di seluruh perkemahan bahwa semua orang yang mau
memandang kepada ular itu akan hidup. Orang banyak itu tahu benar bahwa dalam dirinya sendiri
ular itu tidak mempunyai kuasa untuk menolong mereka. Ular itu melambangkan Kristus.
Sebagaimana rupa ular yang dibuat menurut rupa ular-ular pembinasa itu ditinggikan untuk
kesembuhan mereka, demikian juga Dia yang dibuat "dalam daging, yang serupa dengan daging yang
dikuasai dosa karena dosa" (Roma 8:3) harus menjadi Penebus mereka. Kebanyakan orang Israel
menganggap bahwa upacara korban itu sendiri mengandung khasiat untuk membebaskan mereka
dari dosa. Allah Ingin mengajarkan kepada mereka bahwa semuanya itu tidak mengandung nilai
lebih daripada ular tembaga itu, yang maksudnya ialah menuntun pikiran mereka kepada
Juruselamat. Apakah untuk kesembuhan luka-luka mereka atau pun keampunan segala dosa, mereka
tidak dapat berbuat apa-apa bagi diri sendiri melainkan menunjukkan iman mereka pada Karunia
Allah. Mereka harus melihat dan hidup.
Orang-orang yang telah digigit oleh ular-ular itu mungkin bertangguh untuk melihat. Mereka
mungkin meragukan bagaimana bisa jadi ada khasiat di dalam lambang tembaga itu. Mereka
mungkin menuntut penjelasan secara ilmu pengetahuan. Tetapi tidak ada penjelasan  diberikan.
Enggan memandang berarti binasa.
Bukannya oleh perdebatan dan perbincangan jiwa itu diterangi. Kita mesti memandang dan hidup.
Nikodemus menerima dan membawa pelajaran itu sertanya. Ia menyelidik Alkitab dengan cara yang
baru, bukannya untuk perbincangan sesuatu teori baru, melainkan supaya mendapat hidup bagi jiwa.
Ia mulai melihat kerajaan surga ketika ia menyerahkan dirinya kepada pimpinan Roh Suci.
Beribu-ribu orang pada zaman ini perlu mempelajari kebenaran itu juga, yang diajarkan kepada
Nikodemus oleh ular yang ditinggikan itu. Mereka bergantung kepada penurutan mereka kepada
taurat Allah untuk memujikan diri agar berkenan kepada-Nya. Apabila mereka itu disuruh
memandang kepada Yesus serta percaya bahwa Ia menyelamatkan mereka hanya oleh rahmat-Nya,
mereka berseru, "Bagaimana boleh jadi perkara ini?"
Sebagaimana halnya dengan Nikodemus, wajiblah kita sudi masuk ke dalam hidup sama seperti cara
kepala orang-orang berdosa. Selain dari Kristus "tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia
yang olehnya kita dapat diselamatkan." Kisah 4:12. Oleh iman kita menerima rahmat Allah; tetapi
iman bukannya Juruselamat kita. Iman itu tidak mendapatkan apa-apa. Iman adalah tangan yang berpegang pada Kristus serta memiliki jasa-jasa-Nya, ialah penawar untuk dosa. Malahan tidak dapat
kita bertobat tanpa bantuan Roh Allah. Alkitab berkata tentang Kristus, "ditinggikan oleh Allah
sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat
dan menerima pengampunan dosa." Kisah 5:31. Pertobatan datang dari Kristus sama seperti
keampunan datang daripada-Nya.
Bagaimanakah, kalau begitu, caranya kita diselamatkan?—"Seperti ular itu telah ditinggikan oleh
Musa dalam padang Tiah," demikianlah Anak manusia itu telah ditinggikan, serta masing-masing
orang yang telah diperdaya serta digigit oleh ular itu, boleh melihat dan hidup. "Lihatlah anak domba
Allah, yang menghapus dosa dunia." Yohanes 1:29. Cahaya yang bersinar dari salib itu menyatakan
kasih Allah. Kasih-Nya itu menarik kita kepada-Nya. Kalau kita tidak melawan penarikan ini, kita
akan dituntun ke kaki salib dalam pertobatan dari segala dosa yang telah menyalibkan Juruselamat.
Lalu Roh Allah oleh iman menghasilkan suatu kehidupan yang baru di dalam jiwa. Segenap pikiran
dan keinginan akan ditaklukkan kepada kehendak Kristus. Hati, pikiran, dijadikan kembali menurut
peta Dia yang bekerja di dalam kita untuk menaklukkan segala sesuatu kepada-Nya sendiri.
Kemudian taurat Allah pun dituliskan di dalam pikiran dan hati, dan dapatlah kita berkata dengan
Kristus, " Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Mazmur
40:9.
Dalam wawancara dengan Nikodemus itu, Yesus memaparkan rencana keselamatan, dan tugas-Nya
ke dunia ini. Dalam segala pembicaraan-Nya yang  kemudian suatu pun tiada yang menerangkan
begitu jelas, langkah demi langkah, pekerjaan yang perlu dilakukan di dalam hati semua orang yang
hendak mewarisi kerajaan surga. Justru pada permulaan sekali masa kerja-Nya Ia memaparkan
kebenaran kepada seorang  anggota Sanhedrin, kepada pikiran yang paling suka menerima
keterangan, dan kepada seorang guru yang diangkat oleh bangsa itu. Tetapi para pemimpin Israel
tidak menyambut terang itu dengan baik. Nikodemus menyimpan kebenaran itu di dalam hatinya,
dan selama tiga tahun hanya sedikit sekali buahnya yang kelihatan.
Akan tetapi Yesus tahu benar akan tanah tempat Ia menaburkan benih itu. Perkataan yang diucapkan
pada waktu malam kepada seorang pendengar di atas bukit yang sunyi itu tidak hilang. Seketika
lamanya Nikodemus tidak mengakui Kristus secara terang-terangan, akan tetapi ia memperhatikan
kehidupan-Nya, dan merenungkan segala pengajaran-Nya. Dalarn majelis Sanhedrin berulang-ulang
ia menggagalkan maksud jahat imam imam hendak membinasakan Dia. Ketika pada akhirnya Yesus
diangkat di salib, Nikodemus terkenang kepada pengajaran di atas Bukit Zaitun dahulu: "Seperti ular
itu telah ditinggikan oleh Musa dalam padang Tiah, tak dapat tidak demikianlah Anak-manusia pun
akan ditinggikan. Supaya barang siapa yang percaya akan Dia itu jangan binasa, melainkan mendapat
hidup yang kekal." Terang dari wawancara rahasia itu menerangi salib di Golgota itu, dan
Nikodemus melihat di dalam Yesus Penebus dunia ini.
Setelah Tuhan naik ke surga, tatkala murid-murid itu sudah dicerai beraikan oleh aniaya, Nikodemus
tampil ke depan dengan gagah berani. Ia menggunakan kekayaannya untuk menyokong gereja yang
masih bayi itu yang sudah diharapkan oleh orang Yahudi akan dihapuskan pada kematian Kristus.
Pada masa bahaya ia yang telah bersikap berhati-hati dan ragu-ragu itu, menjadi teguh seperti batu
karang, meneguhkan iman murid-murid itu, serta menyediakan uang untuk memajukan pekerjaan
Injil. Ia diolok-olok serta dianiaya oleh orang-orang yang dahulu telah menghormati dia. Ia menjadi
miskin dalam harta benda dunia ini; namun ia tidak bimbang dalam iman yang berasal pada
pertemuan malam dengan Yesus itu.
Nikodemus menuturkan kepada Yohanes ceritera tentang wawancara itu, dan oleh pena Yohanes
ceritera itu ditulis untuk menjadi pelajaran bagi berjuta-juta orang. Kebenaran yang diajarkan
dalamnya itu sama pentingnya sekarang sebagaimana pada malam hening yang di atas gunung yang bernaungan itu, ketika penghulu Yahudi itu datang hendak mempelajari jalan kehidupan dari Guru
Galilea yang rendah hati itu. 












 PASAL 18

"PATUT JUGA IA BERTAMBAH-TAMBAH

SEKETIKA lamanya pengaruh Yohanes Pembaptis atas bangsa itu sudah lebih besar daripada
pengaruh penghulu-penghulu, imam-imam, atau raja-rajanya. Sekiranya ia mengumumkan dirinya
sebagai Mesias, serta mengobarkan suatu pemberontakan terhadap kerajaan Roma, maka
imam-imam dan bangsa itu sudah pasti datang berduyun-duyun ke bawah panjinya. Setiap
pertimbangan yang menarik bagi cita-cita para pemenang dunia, sedia hendak didesakkan oleh setan
kepada Yohanes Pembaptis. Tetapi dengan bukti yang ada di hadapannya akan kuasanya, ia telah
tetap menolak sogokan yang besar itu. Perhatian yang telah ditujukan kepadanya itu, sudah
disalurkan kepada Oknum yang lain.
Sekarang ia melihat arus kepopuleran beralih dari dirinya sendiri kepada Juruselamat. Hari demi hari
para pengikutnya makin berkurang. Ketika Yesus datang dari Yerusalem ke daerah di sekitar Yarden,
orang banyak datang berduyun-duyun hendak mendengar Dia. Jumlah murid-murid-Nya kian
bertambah setiap hari. Banyak yang datang untuk baptisan, 
-----------------
Pasal ini dialaskan atas Yohanes 3:22-36.

dan karena Kristus Sendiri tidak membaptiskan, la mensahkan pelaksanaan upacara itu oleh
murid-murid-Nya. Demikianlah la menaruh meterai-Nya atas tugas penganjur-Nya itu. Tetapi
murid-murid Yohanes memandang dengan rasa cemburu kepada kepopuleran Yesus yang makin
bertambah itu. Mereka selalu siap untuk mengecam pekerjaan-Nya, dan tidak lama kemudian
mereka mendapat kesempatan untuk itu. Suatu pertanyaan timbul di antara mereka dan orang-orang
Yahudi tentang apakah baptisan itu dapat membersihkan jiwa dari dosa; mereka menandaskan
bahwa baptisan Yesus pada pokoknya berbeda dengan baptisan Yohanes. Tidak lama kemudian
mereka pun sudah berbantah dengan murid-murid Kristus mengenai susunan kata yang pantas
digunakan pada waktu baptisan, dan akhirnya tentang hak murid-murid Kristus untuk membaptiskan.
Murid-murid Yohanes datang kepadanya dengan pengaduan mereka dengan berkata, "Ya rabbi, ada
pun orang yang dengan tuan di seberang Yarden, dan yang tuan beri kesaksian akan hal-Nya, Ia pun
membaptiskan orang dan semuanya orang pergi mendapatkan Dia." Oleh ucapan ini, setan
membawa penggodaan kepada Yohanes. Meskipun tugas Yohanes nampaknya sudah hampir
berakhir, masih juga mungkin baginya untuk menghalang-halangi pekerjaan Kristus. Sekiranya ia
telah merasa kasihan terhadap dirinya sendiri, serta menyatakan dukacita atau rasa kecewa karena ia
diganti, maka sudah pasti ia menaburkan benih perselisihan, menganjurkan iri hati dan cemburu, dan
sungguh-sungguh merintangi kemajuan Injil.
Yohanes dalam sifatnya memiliki berbagai kesalahan dan kelemahan yang biasa pada manusia,
tetapi jamahan kasih Ilahi telah mengubahkan dia. Ia tinggal dalam suatu suasana yang tidak
dicemarkan oleh  sifat mementingkan diri dan sifat suka mencari nama, dan jauh di atas racun
kecemburuan. Ia tidak menyatakan simpati terhadap perasaan tidak puas di pihak murid-muridnya
itu, melainkan menunjukkan betapa jelas ia mengerti hubungannya dengan Messias, dan betapa
senang hatinya menyambut Dia yang baginya ia telah menyediakan jalan.
Katanya, "Seorang pun tiada yang dapat mengambil barang suatu perkara, jikalau tidak dikaruniakan
kepadanya dari surga. Kamu sendiri juga menjadi saksi, bahwa kataku: Bukan aku ini  Kristus,
melainkan aku disuruhkan dahulu daripada-Nya. Ada pun yang empunya pengantin perempuan,yaitu
mempelai laki-laki, tetapi sobat mempelai, yang berdiri mendengar akan dia itupun bersuka cita hatinya, sebab ia mendengar bunyi suara mempelai itu; demikian pun kesukaanku telah
sempurnalah." Yohanes menggambarkan dirinya sebagai sahabat yang bertindak sebagai pesuruh
antara dua sejoli yang bertunangan menyediakan jalan untuk pernikahan. Setelah mempelai lelaki itu
menerima mempelai perempuannya, maka tugas sahabat itu pun selesailah sudah. Ia bergembira
dalam sukacita orang-orang yang persatuannya telah diusahakan olehnya. Demikianlah Yohanes
telah dipanggil untuk mengalihkan perhatian orang banyak kepada Yesus, dan bersukacitalah ia
menyaksikan sukses pekerjaan Juruselamat itu. Katanya, ''Demikian pun kesukaanku telah
sempurnalah. Patut juga Ia bertambah-tambah, tetapi aku ini akan berkurang-kurang."
Karena memandang dalam iman kepada Penebus, Yohanes telah naik ke puncak sifat penyangkalan
diri. Ia tidak berusaha menarik orang kepada dirinya sendiri, melainkan mengangkat pikiran mereka
semakin tinggi dan bertambah tinggi lagi, sampai mereka berharap pada Anak Domba Allah. Ia
sendiri hanyalah suatu suara belaka, suatu suara yang berseru-seru di padang belantara. Kini dengan
kesukaan ia menerima kesunyian dan kesenyapan, supaya mata semua orang kiranya dialihkan
kepada Terang hidup itu.
Orang yang setia kepada panggilannya sebagai pesuruh bagi Allah, tidak akan mencahari kehormatan
bagi diri sendiri. Kasih bagi diri sendiri akan dilenyapkan oleh kasih bagi Kristus. Tidak ada
persaingan akan menodai pekerjaan Injil yang indah itu. Mereka akan mengakui bahwa pekerjaan
merekalah untuk memasyhurkan seperti Yohanes Pembaptis dahulukala memasyhurkan "Lihatlah
Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia." Yohanes 1:29. Mereka akan meninggikan Yesus
dan dengan Dia manusia akan ditinggikan. "Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang
Mahamulia, yang bersemayam untuk selamaNya dan Yang Mahakudus namaNya: 'Aku bersemayam
di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati,
untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-
orang yang remuk." Yesaya 57:15.
Jiwa nabi itu, yang dikosongkan daripada diri sendiri, dipenuhi dengan terang Ilahi. Sementara ia
menyaksikan kemuliaan Juruselamat, ucapannya hampir menyamai ucapan yang dikatakan Kristus
sendiri dalam wawancara-Nya dengan Nikodemus. Yohanes berkata, "Ada pun Yang turun dari atas
Ia lebih dari semuanya.... Karena orang yang telah disuruhkan Allah yaitu mengatakan sabda Allah,
sebab dikaruniakan Allah kepada-Nya Roh dengan tiada perhinggaan. Kristus dapat mengatakan,
"Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku."
Kepada-Nya dikatakan, "Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah,
Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman sekutu-
Mu." Yohanes 5:30; Ibrani 1:9. Bapa mengaruniakan "dalam Dialah berdiam secara jasmaniah
seluruh kepenuhan ke Allahan."
Demikian juga halnya dengan para pengikut Kristus. Kita dapat menerima terang surga hanya kalau
kita suka dikosongkan dari diri sendiri. Tidak akan dapat kita mengerti tabiat Allah, atau menerima
Kristus oleh irnan, kecuali kita suka menaklukkan setiap pikiran kita untuk menurut kehendak
Kristus. Kepada semua orang yang berbuat demikian, Roh Suci dikaruniakan "seluruh kepenuhan ke
Allahan." Di dalam Kristus "dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan,
dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia." Kolose 2:9, 10.
Murid-murid Yohanes telah mengatakan bahwa semua orang datang kepada Kristus; tetapi dengan
pengertian yang lebih terang, Yohanes berkata, "Seorang pun tiada yang menerima kesaksian-Nya
itu;" begitu sedikit orang yang bersedia untuk menerima Dia sebagai Juruselamat dari dosa. Tetapi
"barang siapa yang menerima kesaksian-Nya yaitu memeteraikan bahwa Allah benar adanya."
"Barang siapa yang percaya akan Anak itu, padanya juga adalah hidup yang kekal." Tidak perlu ada
persengketaan mengenai apakah baptisan Kristus atau Yohanes menyucikan dari dosa. Rahmat Kristuslah yang memberikan hidup kepada jiwa. Terpisah dari Kristus, maka baptisan, seperti
upacara yang lain mana pun, adalah upacara yang tak mengandung arti, "Barang siapa yang tidak
menurut perintah Anak itu, yaitu tak dapat melihat hidup."
Berhasilnya pekerjaan Kristus, yang telah disambut oleh Yohanes Pembaptis itu dengan kegembiraan
yang begitu besar, dilaporkan juga kepada para pembesar di Yerusalem. Imam-imam dan rabbi-rabbi
telah merasa cemburu akan pengaruh Yohanes ketika mereka melihat orang banyak meninggalkan
rumah sembahyang dan pergi berduyun-duyun ke padang belantara; tetapi di sini ada pula Orang
yang memiliki kuasa yang lebih besar lagi untuk menarik khalayak ramai. Para pemimpin bangsa
Israel itu tidak sudi mengatakan bersama dengan Yohanes, "Patutlah Ia juga bertambah-tambah,
tetapi aku ini akan berkurang-kurang." Mereka itu bangkit dengan suatu tekad yang baru untuk
mengakhiri pekerjaan yang sedang menarik orang banyak itu daripada mereka.
Yesus tahu bahwa mereka akan berusaha sedapat-dapatnya untuk menimbulkan perpecahan antara
murid-murid-Nya sendiri dan murid-murid Yohanes. Ia tahu bahwa badai sedang datang yang akan
menyapu salah seorang nabi yang terbesar pernah diberikan kepada dunia ini. Karena ingin hendak
menghindarkan segala kesempatan untuk salah pengertian atau perselisihan paham, la menghentikan
pekerjaan-Nya dengan diam-diam lalu pergi ke Galilea. Kita pun juga, sementara setia kepada
kebenaran, haruslah berusaha menghindarkan segala sesuatu yang dapat menimbulkan perselisihan
dan salah pengertian. Sebab bila saja semuanya ini timbul, akibatnya ialah hilangnya jiwa-jiwa. Bila
saja timbul keadaan yang  mengancam untuk menyebabkan perpecahan, haruslah kita mengikuti
teladan Yesus dan Yohanes Pembaptis itu.
Yohanes telah dipanggil untuk memimpin sebagai seorang pembaharu. Oleh karena ini,
murid-muridnya ada dalam bahaya mengarahkan perhatian mereka kepadanya, dengan merasa
bahwa sukses pekerjaan itu tergantung pada segala usahanya, lalu lupa bahwa ia hanyalah suatu alat
yang digunakan Allah dalam pekerjaan-Nya. Akan tetapi pekerjaan Yohanes tidaklah cukup untuk
meletakkan dasar sidang Kristen. Setelah ia melaksanakan tugasnya, satu pekerjaan yang lain harus
dilakukan, yang tidak dapat dilaksanakan oleh kesaksiannya. Murid-muridnya tidak mengerti akan
hal ini waktu mereka melihat Kristus datang untuk mengambil pekerjaan itu, mereka merasa
cemburu dan kecewa.  
Bahaya yang sama masih ada sekarang. Allah memanggil seseorang untuk melakukan suatu
pekerjaan tertentu; dan setelah pekerjaan itu dilakukannya sejauh yang sanggup dilakukannya, Tuhan
membawa orang-orang lain pula, untuk melakukannya lebih jauh lagi. Tetapi, seperti halnya dengan
murid-murid Yohanes, banyak orang yang merasa bahwa sukses pekerjaan itu tergantung pada
pengerja yang terdahulu itu. Perhatian ditujukan kepada manusia gantinya kepada Tuhan, perasaan
cemburu masuk, lalu pekerjaan Allah pun ternodalah. Orang yang dengan demikian dihormati
berlebih-lebihan itu, tergoda untuk memelihara kepercayaan pada diri sendiri. Ia tidak menyadari
persandarannya kepada Allah. Orang diajar untuk bersandar pada manusia untuk mendapat
bimbingan dan dengan demikian mereka terjerumus ke dalam kekeliruan, dan tersesat jauh dari
Allah.
Pekerjaan Allah hendaknya jangan memakai peta dan ukiran manusia. Kadang-kadang Tuhan akan
menggunakan alat-alat yang lain, yang olehnya maksud-Nya dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.
Berbahagialah mereka yang sudi bila dirinya direndahkan, dengan berkata bersama Yohanes
Pembaptis, "Patut Ia juga bertambah-tambah, tetapi aku ini akan berkurang-kurang."



 





 Pasal 19

DI SUMUR YAKUB

DALAM perjalanan ke Galilea Yesus berjalan melalui Samaria. Kira-kira tengah hari tibalah Ia di
lembah Sikhem yang permai. Pada permulaan lembah ini terdapat sumur Yakub. Karena sudah letih
dari perjalanan-Nya, duduklah  Ia di sini untuk beristirahat sementara murid-murid-Nya pergi
membeli makanan.
Bangsa Yahudi dan bangsa Samaria bermusuhan keras dan sedapat-dapatnya menghindarkan segala
hubungan satu dengan yang lain. Berjual beli dengan orang Samaria dalam keadaan perlu dianggap
sah oleh rabbi-rabbi; tetapi semua urusan sosial dengan mereka dilarang. Seorang Yahudi tidak mau
meminjam dari orang Samaria, atau pun menerima sesuatu kebaikan bahkan sesuap roti atau
secangkir air sekali pun. Dalam membeli makanan itu, murid-murid bertindak sesuai dengan adat
bangsa mereka. Tetapi mereka tidak berbuat lebih dari itu. Meminta pertolongan dari orang Samaria,
atau dengan cara apa pun berusaha menolong mereka, tidak masuk akal bagi murid-murid Kristus
sekali pun.
--------------
Pasal ini didasarkan atas Yohanes 4:1-42.

Sedang Yesus duduk di pinggir sumur itu, Ia merasa lemas karena lapar dan haus. Sudah jauh sekali
perjalanan yang ditempuh sejak paginya, dan sekarang teriknya panas matahari lohor sedang
menimpa Dia. Dahaga-Nya semakin terasa mengingat air sejuk dan menyegarkan yang begitu dekat,
namun yang tidak dapat diperoleh-Nya; sebab Ia tidak punya tali atau pun timba, sedangkan sumur
itu dalam. Ia menderita nasib manusia, maka dinantikan-Nyalah orang datang menimba air.
Seorang wanita Samaria datang, dan seolah-olah tidak sadar akan hadirat-Nya, ia mengisi kendinya
dengan air. Waktu ia berpaling hendak pergi, Yesus meminta air minum daripadanya. Permintaan
yang begitu tidak akan ditolak oleh orang Timur manapun. Di Timur, air disebut pemberian Allah."
Menawarkan air minum kepada seorang pengembara yang haus dianggap sebagai suatu kewajiban
yang begitu suci sehingga orang Arab di padang belantara mau menyimpang daripada perjalanannya
agar dapat melakukannya. Kebencian antara orang Yahudi dan orang Samaria menegahkan wanita
itu daripada menawarkan sesuatu kebajikan kepada Yesus; tetapi Juruselamat sedang berusaha
hendak mendapatkan kunci hati wanita itu, dan dengan kecerdikan yang lahir dari kasih Ilahi, Ia
meminta pertolongan, bukan menawarkannya. Tawaran kebajikan mungkin akan ditolak; tetapi
percaya menggugah percaya. Raja surga datang kepada jiwa terbuang ini, memohonkan layanan
daripadanya. Dia yang menjadikan laut, yang mengendalikan samudera luas lepas, yang membuka
segala mata air dan saluran di bumi ini, mengasuh kepenatan-Nya di sumur Yakub, dan bergantung
pada keridlaan seorang yang tidak dikenal untuk pemberian secangkir air minum saja.
Wanita itu melihat bahwa Yesus adalah seorang Yahudi. Dalam keheranannya ia lupa mengabulkan
permintaan-Nya itu, tetapi berusaha mempelajari sebab-sebab permintaan itu. "Bagaimana ini,"
sahutnya, "maka Tuan, orang Yahudi, minta minum kepada sahaya, seorang perempuan Samaria?"
Yesus menjawab, "Jikalau kiranya engkau mengetahui akan anugerah Allah dan lagi siapa Dia, yang
berkata kepadamu, Berilah Aku minum; niscaya engkau kelak meminta kepada-Nya, lalu
diberikan-Nya kepadamu air hidup." Engkau heran mengapa Aku meminta daripadamu pertolongan
yang begitu kecil yaitu seteguk air dari sumur yang di kaki kita ini. Sekiranya engkau meminta
daripada-Ku, maka Aku tentu mernberi kepadamu air hidup yang kekal.
Wanita itu belum mengerti akan ucapan Kristus itu, akan tetapi ia merasakan maknanya yang dalam. Caranya yang sepele dan menantang itupun mulailah berubah. Karena menyangka bahwa Yesus
berbicara tentang sumur yang di depan mereka, ia pun berkata, "Ya Tuan, satu pun tiada pada Tuan,
yang boleh dibuat timba; lagi perigi ini dalam, dari mana gerangan Tuan  beroleh air hidup itu? Lebih
besarkah Tuan  daripada Yakub, moyang kami, yang memberikan kepada kami perigi ini, dan
daripadanya juga ia minum sendiri?" Ia melihat di depannya hanya seorang pengembara yang
kehausan, letih dari perjalanan dan penuh debu. Dalam pikirannya dibandingkannya Dia dengan
Yakub, nenek moyang yang terhormat itu. Ia merasa bangga dengan sewajarnya bahwa tidak ada
sumur lain lagi yang dapat disamakan dengan sumur yang disediakan oleh nenek moyang itu. Ia
sedang menoleh ke belakang kepada para nenek moyang, dan ke depan ke hari kedatangan Mesias
itu, sementara Harapan segala nenek moyang itu, yakni Mesias Sendiri, sudah berada di sampingnya,
tetapi ia tidak mengenal Dia. Betapa banyaknya jiwa yang haus sekarang ini ada di dekat pancaran
air hidup, namun mereka memandang jauh untuk mendapat mata air hidup! "Jangan katakan di
dalam hatimu: Siapakah akan naik ke surga?, yaitu: untuk membawa Yesus turun, atau: 'Siapakah
akan turun ke jurang maut?', yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati.... Firman itu
dekat kepadamu,  yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.... Jika kamu mengaku dengan
mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah
membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan." Roma 10:6-9.
Yesus tidak segera menjawab pertanyaan yang mengenai diri-Nya itu, tetapi dengan kesungguhan
yang tekun Ia berkata, "Barang siapa yang minum air ini, ia kelak akan berdahaga pula; tetapi barang
siapa yang minum air, yang Kuberikan kepadanya, sekali-kali tidak ia akan berdahaga lagi, karena
ada pun air yang Kuberikan kepadanya itu akan menjadi di dalamnya suatu mata air, yang
berpencar-pencar sampai kepada hidup yang kekal."
Orang yang berusaha memuaskan dahaganya pada mata air dunia ini, akan minum hanya untuk
kemudian haus lagi. Di mana-mana manusia tidak merasa puas. Mereka itu senantiasa mengingini
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan jiwa. Hanya seorang yang dapat memenuhi kebutuhan itu.
Kebutuhan dunia ini, "kegemaran segala bangsa," ialah Kristus. Rahmat Ilahi yang dapat
dikaruniakan hanya oleh-Nya sendiri, adalah seperti air hidup yang menyucikan, menyegarkan, serta
menguatkan jiwa.
Yesus tidak mengemukakan pendapat bahwa hanya seteguk air hidup saja akan memuaskan dahaga
sipenerima itu. Orang yang mengecap kasih Kristus pasti akan selalu merindukan lebih banyak lagi;
tetapi ia tidak mencari apa-apa lagi selain itu. Kekayaan, kehormatan, dan kesenangan dunia ini tidak
menarik hatinya lagi. Seruan yang tetap dari hatinya ialah,"Lebih banyak daripada-Mu." Maka Dia
yang menyatakan kepada jiwa tentang kebutuhannya, menanti untuk memuaskan lapar dan
dahaganya. Setiap sumber dan persandaran manusia akan gagal. Segala tempat cadangan air akan
menjadi kosong, dan segala kolam akan menjadi kering; akan tetapi Juruselamat kita adalah suatu
mata air yang tak kering-keringnya. Kita boleh minum, dan minum lagi, dan selamanya mendapat
persediaan yang segar. Ia yang di dalamnya Kristus bersemayam, memiliki di dalam dirinya sendiri
mata air berkat,--"suatu mata air, yang berpencar-pencar sampai  kepada hidup yang kekal." Dari
sumber ini ia dapat menimba tenaga dan rahmat yang cukup untuk segala keperluannya.
Ketika Yesus berbicara tentang air hidup itu, wanita itu memandang kepada-Nya dengan perhatian
yang penuh kekaguman. Ia telah membangkitkan perhatian wanita itu, serta membangunkan suatu
kerinduan untuk memperoleh karunia yang dikatakan-Nya itu. Wanita itu mengerti bahwa bukannya
air sumur Yakub itu yang dibicarakan-Nya; sebab air sumur ini selalu dipakainya, diminumnya, dan
haus kembali. "Ya Tuhan," katanya, "berikanlah kiranya air itu kepada sahaya, supaya jangan lagi
sahaya berdahaga dan tak usah lagi sahaya datang kemari menimba."
Kini Yesus dengan mendadak mengalihkan pembicaraan itu. Sebelum jiwa ini dapat menerima karunia yang hendak dianugerahkan-Nya itu, ia harus diajar dulu untuk mengenal dosanya dan
Juruselamatnya. "Sahut Yesus kepada perempuan itu: Pergilah engkau, panggillah lakimu, lalu
datang kemari." Sahutnya, "Tidak sahaya berlaki." Demikianlah ia mengharap akan mencegah segala
pertanyaan ke arah itu. Tetapi Juruselamat melanjutkan "Benarlah katamu ini, bahwa tidak engkau
berlaki. Karena lima orang sudah lakimu dan yang sekarang ini padamu itu bukan lakimu. Benarlah
katamu itu."
Pendengar itu gemetar. Suatu tangan ajaib sedang membuka lembaran riwayat hidupnya, serta
mempertunjukkan apa yang telah diharapkannya akan tersembunyi selama-lamanya. Siapakah
gerangan Dia yang dapat membaca segala rahasia hidupnya ini? Teringatlah ia akan perkara-perkara
yang kekal, tentang Hari Pehukuman yang akan datang, apabila segala perkara yang tersembunyi
sekarang ini akan dinyatakan kelak. Mengingat hal itu, tergugahlah angan-angan hatinya.
Suatu pun tidak dapat disangkalnya; tetapi ia berusaha mengelakkan semua sebutan tentang sesuatu
pokok pembicaraan yang tidak terlalu disukai. Dengan rasa hormat yang sungguh, berkatalah ia,"Ya
Tuan, nyatalah kepada sahaya bahwa Tuan ini seorang nabi." Lalu, dengan berharap hendak
mendiamkan keyakinan itu. beralihlah ia kepada pokok-pokok pertentangan agama. Jika ia seorang
nabi, sudah tentu Ia dapat memberikan kepadanya petunjuk tentang persoalan yang sudah sekian
lamanya diperdebatkan .
Dengan sabarnya Yesus membiarkan dia menuntun percakapan itu sekehendak hatinya. Sementara
itu dinantikan-Nya kesempatan untuk menjelaskan kebenaran itu dalam hatinya "Ada pun nenek
moyang kami memang sembahyang di atas bukit ini, maka kata kamu bahwa Yerusalem itulah
tempat yang patut orang sembahyang." Gunung Gerizim nampak dari tempat itu. Kaabahnya sudah
dimusnahkan, dan hanya mezbahnya yang masih ada. Tempat sembahyang itu telah menjadi pokok
perbantahan antara orang Yahudi dan orang Samaria. Beberapa dari nenek moyang bangsa yang
belakangan ini dahulu pernah termasuk bangsa Israel; tetapi karena dosa-dosanya, Tuhan
membiarkan mereka dikalahkan oleh sesuatu bangsa penyembah berhala. Turun temurun mereka
bercampur gaul dengan para penyembah berhala, yang agamanya berangsur-angsur menajiskan
agama mereka sendiri. Memang mereka percaya bahwa berhala-berhala mereka hanyalah untuk
mengingatkan mereka tentang Allah yang hidup, Pemerintah alam semesta; namun orang
terpengaruh untuk menghormati patung-patung ukiran mereka itu. 
Ketika kaabah di Yerusalem dibangun kembali pada zaman Ezra, bangsa Samaria itu ingin
menggabungkan diri dengan bangsa Yahudi dalam pembangunan itu. Kesempatan mulia ini tidak
diberikan kepada mereka, dan timbullah perseteruan yang pahit antara kedua bangsa itu. Bangsa
Samaria membangun kaabah saingan di Bukit Gerizim. Di sini mereka berbakti sesuai dengan
upacara keagamaan Musa, sungguh pun mereka tidak meninggalkan penyembahan berhala
seluruhnya. Tetapi malapetaka menimpa mereka, kaabah itu dibinasakan oleh musuh-musuh mereka,
dan nampaknya mereka itu seolah-olah terkutuk; namun mereka masih berpaut pada tradisitradisi
dan upacara-upacara perbaktian mereka. Mereka tidak mau mengakui kaabah di Yerusalem itu
sebagai rumah Allah, ataupun mengakui bahwa agama bangsa Yahudi itu lebih unggul daripada
agama mereka.
Untuk menjawab pertanyaan wanita itu, Yesus berkata, "Percayalah akan Daku, bahwa waktunya
akan datang kelak, apabila kamu akan menyembah Bapa bukan di atas bukit ini dan bukan pula di
Yerusalem. Bahwa kamu menyembah barang yang tidak karnu ketahui, tetapi kami menyembah Dia
yang kami ketahui, karena selamat itu datang daripada orang Yahudi." Yesus telah menunjukkan
bahwa Ia bebas dari prasangka bangsa Yahudi terhadap bangsa Samaria. Sekarang Ia berusaha
hendak merubuhkan prasangka wanita Samaria itu terhadap orang Yahudi. Sementara menunjuk
kepada kenyataan bahwa iman bangsa Samaria sudah dinajiskan oleh penyembahan berhala Ia mengatakan bahwa kebenaran-kebenaran utama tentang penebusan telah diamanatkan kepada
bangsa Yahudi, dan bahwa dari antara mereka itulah Mesias akan datang. Dalam tulisan-tulisan Suci
mereka mendapat keterangan yang jelas tentang tabiat Allah dan azas-azas pemerintahan-Nya. Yesus
menggolongkan diri-Nya sendiri dengan bangsa Yahudi sebagai bangsa yang telah dikaruniai Allah
suatu pengetahuan tentang diri-Nya.
Ia ingin mengangkat pikiran para pendengar-Nya di atas soal-soal yang menyangkut tatacara dan
upacara belaka, serta soal-soal pertentangan. 'Waktunya datang kelak," kata-Nya, "Sekarang pun ada,
apabila orang sembahyang dengan sebenarnya itu akan menyembah Bapa dengan roh dan kebenaran,
karena orang yang sembahyang demikian yaitu yang dikehendaki oleh Bapa. Bahwa Allah itu Roh
adanya; maka orang yang menyembah Dia, haruslah mereka itu menyembah Dia dengan Roh dan
kebenaran."  
Di sini dimaklumkan kebenaran itu juga yang telah dinyatakan oleh Yesus kepada Nikodemus ketika
Ia berkata, "Jikalau orang tidak jadi semula, maka tak dapat ia melihat kerajaan Allah." Yohanes 3:3.
Bukannya oleh mencari sesuatu gunung yang suci atau sesuatu kaabah yang suci maka manusia
dibawa ke dalam persekutuan dengan surga. Agama tidak boleh dibatasi di dalam upacara secara
lahir saja. Agama yang berasal daripada Allah ialah satu-satunya agama yang akan menuntun kepada
Allah. Untuk dapat berbakti kepada-Nya dengan benar, kita harus dilahirkan dari Roh Ilahi. Ini akan
menyucikan hati serta nembaharui pikiran, memberikan kepada kita suatu kesanggupan yang baru
untuk mengenal serta mengasihi Allah. Akan diberikannya kepada kita sesuatu penurutan sukarela
kepada segala tuntutan-Nya. Inilah perbaktian yang benar. Itulah  hasil kerja Roh Suci. Oleh Roh
setiap doa yang sungguh-sungguh disusun, dan doa semacam itu berkenan kepada Allah. Di mana
saja sesuatu jiwa mencari Allah. di sana nyatalah bekerjanya Roh itu, dan Allah akan menyatakan
diri-Nya kepada jiwa itu. Orang-orang berbakti yang demikianlah dicahari Allah. Ia menanti hendak
menerima mereka dan untuk menjadikan anak-anak-Nya.
Sementara berbicara dengan Yesus, wanita itu merasa terharu oleh perkataan-Nya. Belum pernah ia
mendengar perasaan serupa itu dari imam-imam sebangsanya atau pun dari orang Yahudi. Setelah
masa hidupnya yang lampau dipaparkan di hadapannya, ia sangat merasakan keperluannya yang
besar. Ia sadar akan kehausan jiwanya, yang tidak dapat dipuaskan oleh air sumur di Sikhar itu. Tiada
suatu apa pun yang berhubungan dengan dia hingga kini yang begitu mempekakan dia kepada
sesuatu kebutuhan yang lebih tinggi. Yesus telah meyakinkan dia bahwa la dapat membaca segala
rahasia hidupnya; namun ia merasa bahwa Ialah sahabatnya, yang berbelas kasihan serta mengasihi
dia. Meski pun kesucian hadirat-Nya mencela dosanya, namun Ia tidak mengeluarkan ucapan
tuduhan, melainkan telah memberitahukan kepadanya tentang rahmat-Nya, yang dapat membaharui
jiwa. Mulailah ia mendapat sesuatu keyakinan tentang tabiat-Nya. Timbullah pertanyaan dalam
pikirannya, "Mungkinkah inilah Mesias yang telah lama dinantikan itu?" Katanya kepada Yesus,
"Sahaya tahu Mesias akan datang kelak, yaitu yang bergelar Kristus, maka apabila datang, Ia juga
akan memberi tahu kepada kami segala perkara  itu." Yesus menyahut, "Akulah Dia, yang
berkata-kata dengan dikau."
Ketika wanita itu mendengar ucapan ini, timbullah kepercayaan dalam hatinya. Diterimanya
pengumuman yang ajaib itu dari bibir Guru Ilahi itu.
Wanita itu berada dalam keadaan pikiran yang mau menghargai. Ia bersedia menerima pernyataan
yang paling mulia; sebab ia menaruh perhatian pada Alkitab, dan Roh Suci telah menyediakan
pikirannya untuk menerima lebih banyak terang. Ia telah mempelajari janji Wasiat Lama, "Seorang
Nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan
bagimu oleh Tuhan, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan." Ulangan 18:15. Ia rindu hendak
mengerti akan nubuatan ini. Terang telah memancar ke dalam pikirannya. Air hidup, yakni kehidupan rohani yang dikaruniakan Kristus kepada tiap-tiap jiwa yang haus telah mulai memancar
dalam hatinya. Roh Tuhan sudah bekerja dalam dirinya.
Ucapan tegas yang diberikan oleh Kristus kepada wanita ini tidak akan dapat diucapkan kepada
orang Yahudi yang membenarkan diri sendiri. Kristus lebih menahan diri apabila Ia berbicara kepada
mereka itu. Apa yang tidak diberikan kepada orang Yahudi, dan yang kemudian hari dianjurkan
supaya dirahasiakan oleh murid-murid, dinyatakan kepada wanita itu. Yesus melihat bahwa ia akan
menggunakan pengetahuannya itu untuk membawa orang lain pula guna mengambil bagian dari
rahmat-Nya.
Ketika murid-murid kembali, mereka terkejut melihat Guru mereka berbicara dengan wanita itu. Ia
belum meminum air menyegarkan yang diingini-Nya itu, dan Ia tidak berhenti untuk memakan
makanan yang telah dibawa oleh murid-murid-Nya itu. Setelah wanita itu pergi, murid-murid-Nya
membujuk Dia supaya makan. Mereka lihat Dia diam, asyik berpikir, seperti dalam renungan yang
tekun. Wajahnya berseri-seri dengan cahaya, dan mereka takut mengganggu hubungan-Nya dengan
surga itu. Tetapi mereka tahu bahwa Ia lemas sekali dan penat, dan mereka merasa wajib
mengingatkan Dia akan kebutuhan badani-Nya. Yesus tahu akan perhatian mereka yang didorong
oleh kasih, lalu Ia berkata, "Pada-Ku adalah makanan, akan dimakan, yang tidak kamu ketahui."
Murid-murid itu heran siapa gerangan telah membawakan Dia makanan; tetapi dijelaskan-Nya,
"Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-
Nya." Yohanes 4:34. Ketika perkataan-Nya kepada wanita itu telah membangkitkan kesadaran
hatinya, Yesus bersukaria. Ia melihat dia meminum air hidup, lalu perasaan lapar dan haus-Nya
sendiri pun dipuaskan. Terwujudnya tugas yang untuk dilaksanakannya Ia telah meninggalkan surga,
menguatkan Juruselamat untuk pekerjaan-Nya, serta mengangkat Dia melebihi segala kebutuhan
kemanusiaan. Melayani seseorang yang sedang lapar dan haus akan kebenaran lebih menyenangkan
bagi-Nya daripada makan atau minum. Itulah  suatu penghiburan, suatu penyegaran bagi-Nya.
Kebajikan adalah nyawa jiwa-Nya.
Penebus kita haus akan pengenalan. Ia lapar akan simpati dan kasih orang-orang yang telah
dibeli-Nya dengan darah-Nya sendiri. Ia rindu dengan keinginan yang tak terperikan supaya kiranya
mereka datang kepada-Nya lalu mendapat kehidupan. Sebagaimana ibu menantikan senyum
pengenalan dari anaknya yang masih kecil, yang menandakan mulainya kecerdasan, demikian juga
Kristus menantikan pernyataan kasih yang penuh syukur yang menunjukkan bahwa hidup kerohanian
sudah mulai di dalam jiwa.
Wanita itu telah dipenuhi dengan sukacita sementara ia mendengarkan perkataan Kristus. Pernyataan
yang ajaib itu hampir menaklukkan. Dengan meninggalkan kendinya, pulanglah ia ke kota, untuk
menyampaikan kabar itu kepada orang-orang lain. Yesus tahu mengapa ia pergi meninggalkan
kendinya sudah tentu menunjukkan pengaruh perkataan-Nya. Adalah kerinduan jiwanya yang
sungguh-sungguh hendak memperoleh air hidup itu, maka lupalah ia akan tugasnya ke sumur itu,
serta akan dahaga Juruselamat yang tadinya hendak dipuaskannya. Dengan hati yang meluap-luap
dengan 
kegirangan pergilah ia dengan tergesa-gesa, hendak memberitahukan kepada orang-orang lain terang
yang indah yang telah diterimanya itu.
"Marilah lihat ada seorang, yang mengatakan kepadaku segala perkara yang kubuat," katanya.
"Bukankah Ia ini Kristus?" Ucapannya itu menjawab hati mereka. Ada sesuatu pernyataan yang baru
di wajahnya, suatu perubahan di dalam seluruh pembawaannya. Mereka itu ingin hendak melihat
Yesus. "Maka keluarlah mereka itu dari dalam negeri pergi mendapatkan Yesus."
Selagi Yesus duduk di pinggir sumur itu, Ia memandang ke ladang gandum yang terhampar di
hadapan-Nya. daunnya yang hijau dan lembut disinari cahaya matahari keemasan. Dengan mengalihkan perhatian murid-murid-Nya kepada pemandangan itu, la menggunakannya sehagai
suatu ibarat: "Bukankah katamu, empat bulan lagi baru datang musim penyabit? Bahwa
sesungguhnya Aku herkata kepadamu. Angkatlah matamu; lihatlah akan segala bendang,  karena
sampai putihnya, dapat disabit." Maka sedang Ia berbicara itu, dilihat-Nya rombongan yang sedang
datang ke sumur itu. Empat bulan lagi baru tiba musim menuai gandum, tetapi di sini sudah ada
suatu panen yang sudah sedia akan dituai.
"Orang yang menyabit itu," kata-Nya, "mendapat upah dan mengumpulkan buah-buah bagi hidup
yang kekal, supaya bersuka citalah bersama-sama, baik orang yang menabur, baik orang yang
menyabit itu: Maka dalam inilah perbahasaan itu benar, bahwa seorang menabur, seorang lain
menyabit." Di sini Kristus menunjukkan tugas suci yang harus ditunaikan bagi Allah oleh
orang-orang yang menerima Injil itu. Mereka harus menjadi alat-alat-Nya yang hidup. Ia meminta
pelayanan mereka masing-masing. Baik menabur mau pun menuai, kita bekerja bagi Allah. Seorang
menaburkan bibit; yang lain mengumpulkan pada musim menuai; dan baik penabur mau pun penuai
itu mendapat upah. Mereka bersuka bersama-sama dalam pahala pekerjaan mereka.
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya itu, "Kamu Kusuruhkan menyabit barang yang tidak kamu
usahakan. Orang lain telah mengusahakan dia, maka kamu masuk ke dalam pekerjaannya."
Juruselamat di sini sedang memandang ke muka kepada pengumpulan besar pada hari Pentakosta.
Murid-murid itu tidak boleh memandang hal ini sebagai hasil usaha mereka sendiri. Mereka sedang
memasuki pekerjaan orang-orang lain. Semenjak kejatuhan Adam, Kristus telah selamanya
mempercayakan benih sabda-Nya itu kepada hamba-hamba pilihan-Nya, untuk ditaburkan di dalam
hati manusia. Dan suatu alat yang tidak kelihatan, yaitu suatu kuasa yang maha besar, telah bekerja
diam-diam tetapi sangat berhasil untuk menghasilkan panen. Embun dan hujan dan sinar matahari
rahmat Allah telah diberikan, untuk menyegarkan serta menghidupkan benih kebenaran itu. Kristus
sudah hampir menyirami benih itu dengan darah-Nya sendiri. Murid-murid-Nya diberi kesempatan
yang mulia untuk bekerja sama dengan Allah. Mereka adalah teman sekerja dengan Kristus dan
dengan orang-orang saleh pada zaman purba. Dengan dicurahkan-Nya Roh Suci  pada hari
Pentakosta, beribu-ribu orang akan ditobatkan dalam sehari. Ini adalah hasil penaburan Kristus,
panen pekerjaan-Nya.
Dalam perkataan yang diucapkan kepada wanita di pinggir sumur itu, bibit baik telah ditaburkan, dan
betapa lekas panennya diperoleh. Orang-orang Samaria itu datang dan mendengarkan Yesus serta
percaya pada-Nya. Dengan mengerumuni Dia di sumur itu, mereka menghadapkan
pertanyaan-pertanyaan kepada-Nya, dan dengan hasrat yang besar menerima segala keterangan-Nya
tentang banyak perkara  yang selama itu tidak jelas bagi mereka. Sementara mereka mendengar,
kebingungan mereka pun lenyaplah. Mereka bagaikan suatu umat yang berada dalam kegelapan
besar yang melihat cahaya yang memancar dengan tiba-tiba hingga mereka mendapat siang hari.
Akan tetapi mereka belum merasa puas dengan pertemuan yang singkat ini. Mereka masih ingin
hendak mendengar lebih jauh, dan supaya sahabat-sahabat mereka juga mendengarkan guru ajaib itu.
Mereka mengundang Dia ke kota mereka serta memohon kepada-Nya supaya tinggal dengan
mereka. Dua hari lamanya Ia tinggal di Samaria, dan banyak lagi yang percaya pada-Nya. 
Orang Parisi memandang hina kesederhanaan Yesus. Mereka mengabaikan segala mukjizat-Nya, dan
meminta suatu tanda bahwa Ia adalah Anak Allah. Tetapi orang Samaria itu tidak meminta sesuatu
tanda apa pun, dan Yesus tidak mengadakan mukjizat di antara mereka, kecuali dalam menyatakan
rahasia hidupnya kepada wanita di sumur itu. Namun banyak orang yang menerima Dia. Dalam
kegembiraan mereka yang baru itu berkatalah mereka kepada wanita itu, "Sekarang kami percaya,
bukan sebab katamu, karena telah kami sendiri mendengar perkataan-Nya dan ketahuilah kami
bahwa sesungguhnya inilah Kristus, yaitu Juruselamat orang isi dunia." Orang Samaria percaya bahwa Mesias akan datang sebagai Penebus, bukan hanya bagi bangsa
Yahudi, tetapi juga bagi dunia. Roh Suci dengan perantaraan Musa telah menubuatkan Dia sebagai
seorang nabi yang datang dari Allah. Dengan perantaraan Yakub telah dikatakan bahwa kepada-Nya
segala bangsa akan menurut; dan dengan perantaraan Ibrahim, bahwa dalam Dialah segala bangsa di
dunia ini akan diberkati. Di atas ucapan Alkitab inilah bangsa Samaria itu mengalaskan iman mereka
pada Mesias. Bangsa Yahudi telah salah mentafsirkan nabi-nabi yang belakangan, dengan
menganggap bahwa kemuliaan kedatangan Kristus yang kedua kalinya akan dialami pada
kedatangan-Nya yang pertama kalinya. Itulah sebabnya orang Samaria mengabaikan semua tulisan
suci kecuali yang diberikan dengan perantaraan Musa. Tetapi ketika Juruselamat menyapu bersih
semua tafsiran yang salah ini, banyaklah yang menerima nubuatan-nubuatan itu kemudian serta
perkataan Kristus Sendiri mengenai kerajaan Allah.
Yesus sudah mulai merubuhkan tembok pemisah antara orang Yahudi dan orang kapir, dan
memasyhurkan kabar keselamatan kepada dunia. Walau pun Ia seorang Yahudi, Ia bergaul bebas
dengan orang Samaria, meniadakan adat istiadat ke Parisian bangsa-Nya. Di tengah prasangka
mereka Ia menerima sikap ramah-tamah dari bangsa yang dibenci itu. Ia tidur di rumah mereka,
makan sehidangan dengan mereka, ikut menikmati makanan yang disediakan dan dihidangkan oleh
tangan mereka, mengajar di jalan raya mereka, serta memperlakukan mereka dengan sangat murah
hati dan sopan santun.
Dalam kaabah di Yerusalem sebuah tembok  yang rendah memisahkan halaman sebelah luar dari
segala bagian lain dari bangunan yang suci itu. Pada tembok ini ada tulisan dalam bermacam-macam
bahasa, yang mengatakan bahwa tidak seorang pun kecuali orang Yahudi diizinkan melalui batas ini.
Sekiranya seorang kapir dengan tekeburnya berani masuk ke dalam ruangan sebelah dalam itu, ia
sudah menajiskan kaabah itu, dan sudah tentu ia akan membayar hukuman dengan nyawanya sendiri.
Tetapi Yesus pencipta kaabah dan segala upacaranya itu, menarik orang kapir itu  kepada-Nya
dengan ikatan simpati manusia, sementara rahmat Ilahi-Nya membawakan kepada mereka
keselamatan yang ditolak oleh orang Yahudi.
Yesus tinggal di Samaria dengan maksud untuk mendatangkan berkat kepada murid-murid-Nya,
yang masih di bawah pengaruh kefanatikan Yahudi. Mereka merasa bahwa kesetiaan kepada bangsa
mereka sendiri meminta supaya mereka memelihara permusuhan terhadap orang Samaria. Mereka
heran melihat kelakuan Yesus itu. Mereka itu tidak dapat menolak untuk mengikuti teladan yang
diberikan-Nya itu, dan selama dua hari di Samaria, kesetiaan kepada-Nya menguasai segenap
prasangka mereka; namun dalam hati mereka tidak merasa senang. Sangat lambat bagi mereka untuk
memahami bahwa penghinaan dan kebencian mereka harus memberi tempat bagi belas kasihan dan
simpati. Tetapi setelah Tuhan naik ke surga, pelajaran-pelajaran yang diberikan-Nya itu datang
kembali kepada mereka dengan suatu arti yang baru. Setelah kecurahan Roh Suci, mereka pun
terkenanglah akan pandangan Juruselamat, perkataan-Nya, penghormatan dan kelembutan
pembawaan-Nya terhadap orang-orang asing yang terhina itu. Waktu Petms pergi memasyhurkan
Injil di Samaria, ia membawa roh seperti itu dalam pekerjaannya sendiri. Ketika Yohanes dipanggil
ke Efesus dan Smyrna, terkenanglah ia akan  pengalaman di Sikhem itu, lalu ia dipenuhi dengan
perasaan syukur kepada Guru Ilahi, yang oleh melihat lebih dahulu segala kesukaran yang harus
mereka hadapi, telah memberikan kepada mereka pertolongan dalam teladan-Nya sendiri.
Juruselamat masih menjalankan pekerjaan yang sama seperti ketika Ia menawarkan air hidup kepada
wanita Samaria itu. Orang-orang yang menyebut dirinya pengikut-pengikut-Nya, boleh jadi
menghinakan serta menghindarkan orang-orang terbuang itu; tetapi tiada keadaan kelahiran atau
kebangsaan, tiada keadaan hidup, yang dapat menjauhkan kasih-Nya dari anak-anak manusia.
Kepada setiap jiwa, meski pun berdosa, Yesus berkata, Kalau engkau sudah meminta kepadaku, maka sudahlah Aku memberikan air hidup kepadamu.
Undangan Injil itu tidak boleh dipersempit, dan disampaikan hanya kepada beberapa orang pilihan
saja, yang menurut dugaan kita akan menghormati kita jika mereka menerimanya. Pekabaran itu
wajib disampaikan kepada semua orang. Di mana saja hati terbuka untuk menerima kebenaran,
Kristus bersedia untuk mengajar mereka. Ia menyatakan kepada mereka Bapa serta perbaktian yang
berkenan kepada-Nya yang membaca hati. Untuk orang-orang yang demikian Ia tidak menggunakan
perumpamaan. Kepada mereka, seperti kepada wanita yang di sumur itu, Ia berkata, "Akulah Dia,
yang berkata-kata dengan dikau."
Ketika Yesus duduk beristirahat di sumur Yakub itu, Ia telah datang dari Yudea, di mana
pekerjaan-Nya sangat sedikit hasilnya. Ia telah ditolak oleh imam-imam dan rabbi-rabbi, malahan
orang-orang yang mengaku sebagai murid-murid-Nya pun tidak melihat tabiat Ilahi-Nya. Ia sudah
lemas dan penat namun Ia tidak melalaikan kesempatan untuk berbicara kepada seorang wanita,
meski pun ia seorang dagang, yang berbeda dengan orang Israel, dan hidup di dalam dosa yang nyata. 
Juruselamat tidak menunggu himpunan banyak orang berkumpul. Acapkali Ia memulai
pengajaran-Nya dengan hanya beberapa orang berkumpul di sekeliling-Nya, tetapi seorang demi
seorang mereka yang lalu di tempat itu berhenti untuk mendengar, hingga suatu  kumpulan besar
mendengarkan Sabda Allah yang diucapkan oleh guru yang diutus dari surga itu dengan perasaan
heran dan kagum. Pengerja Kristus sekali-kali jangan merasa bahwa ia tidak dapat berbicara dengan
kesungguhan seperti itu kepada hanya sedikit pendengar seperti kepada kumpulan yang lebih besar.
Mungkin hanya seorang yang mendengar pekabaran itu; tetapi siapakah yang dapat mengatakan
berapa luasnya kelak pengaruhnya? Perihal Juruselamat menggunakan waktu-Nya bagi seorang
wanita Samaria tampaknya seolah-olah suatu perkara yang kecil saja, bahkan bagi murid-murid-Nya
sekali pun. Tetapi Ia berbicara dengan lebih sungguh-sungguh dan lebih fasih lagi dengan dia
daripada dengan raja-raja, anggota-anggota majelis, atau imam-imam besar. Pelajaran yang
diberikan-Nya kepada wanita itu telah diulang-ulangi hingga ke ujung bumi yang terjauh sekali pun.
Segera sesudah ia mendapat Juruselamat, wanita Samaria itu membawa orang-orang lain pula
kepada-Nya. Ia membuktikan dirinya seorang pengabar Injil yang lebih cakap daripada murid-murid
Tuhan sendiri. Murid-murid itu tidak melihat suatu apa pun di Samaria yang menandakan bahwa
tempat itu adalah ladang yang mengandung harapan. Pikiran mereka ditujukan kepada suatu
pekerjaan besar yang akan dilaksanakan di kemudian hari. Mereka tidak melihat bahwa justru di
sekeliling mereka ada sebuah panen yang harus dikumpulkan. Akan tetapi dengan perantaraan
wanita Samaria yang mereka benci itu seluruh penduduk kota dibawa untuk mendengarkan
Juruselamat. Ia membawa terang itu dengan segera kepada orang senegerinya.
Wanita itu menggambarkan bekerjanya iman yang praktis kepada Kristus. Tiap murid yang sejati
dilahirkan ke dalam kerajaan Allah sebagai seorang pengabar Injil. Orang yang minum air hidup itu
menjadi mata air hidup pula. Penerima itu menjadi pemberi. Rahmat Kristus dalam jiwa adalah
bagaikan mata air di padang belantara yang berbual-bual untuk menyegarkan semua orang, serta
menjadikan mereka yang sudah hampir binasa ingin minum air hidup itu.


 Pasal 20 

"JIKALAU TIDAK KAMU MELIHAT TANDA-TANDA
DAN MUKJIZAT, TIDAK JUGA KAMU PERCAYA"


PENDUDUK Galilea yang pulang dari pesta Paskah itu membawa laporan tentang perbuatan Yesus
yang ajaib itu. Hukuman yang dijatuhkan atas segala perbuatan-Nya oleh para pembesar di
Yerusalem membuka jalan bagi-Nya di Galilea. Kebanyakan dari mereka menyesali perlakuan yang
menyalahgunakan terhadap kaabah itu serta kelobaan dan kesombongan imam-imam. Mereka
mengharap bahwa Orang yang telah membuat penghulu-penghulu itu lari kocar-kacir, menjadi
Pelepas yang dinanti-nantikan itu. Sekarang kabar telah datang yang nampaknya seolah-olah
menguatkan harapan mereka yang paling gemilang. Dikabarkan bahwa nabi itu telah mengatakan
bahwa Dialah Mesias itu.
Tetapi penduduk Nazaret tidak percaya pada-Nya. Itulah sebabnya, Yesus tidak mengunjungi
Nazaret dalam perjalanan-Nya ke Kana. Juruselamat mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa
seorang nabi tidak mendapat kehormatan di negerinya sendiri. Orang menilai tabiat dengan apa yang
dapat mereka hargai. Orang-orang yang berpikiran sempit dan duniawi menilai Kristus atas
kelahiran-Nya yang hina, pakaian-Nya yang sangat sederhana, dan pekerjaan-Nya sehari-hari.
Mereka tidak dapat menghargai kemurnian roh yang tidak bernoda dosa.
Berita bahwa Kristus sudah pulang ke Kana dengan segera tersiar di seluruh Galilea, membawa
harapan kepada orang-orang yang menderita dan susah. Di Kapernaum kabar itu menarik perhatian
seorang bangsawan Yahudi, yaitu seorang pembesar dalam dinas kerajaan. Seorang anak pembesar
itu menderita sesuatu penyakit yang tampaknya tak tersembuhkan lagi. Tabib-tabib telah putus harap
serta menunggu kematiannya saja; tetapi ketika bapa itu mendengar kabar tentang Yesus, ia
memutuskan hendak memohon pertolongan daripada-Nya. Anak itu sudah lemah sekali, dan
dikuatirkan mungkin tidak hidup lagi sampai ayahnya kembali; namun bangsawan itu merasa bahwa
ia sendiri harus pergi menyampaikan hal itu. Ia mengharap bahwa permohonan-permohonan seorang
bapa mungkin akan membangkitkan simpati Tabib Besar itu.
Setibanya di Kana ia bertemu dengan himpunan banyak orang yang mengelilingi Yesus. Dengan hati
yang cemas ia menerobos sampai ke hadirat Juruselamat. Imannya menjadi goyah waktu ia melihat
hanya seorang yang berpakaian sederhana, penuh debu dan sudah penat karena perjalanan jauh. Ia
meragukan apakah orang ini dapat melakukan apa yang hendak dimohonkan daripadanya; namun
diusahakannya juga berbicara dengan Yesus, disampaikannya maksudnya, serta dipintanya
Juruselamat pergi dengan dia ke rumahnya. Tetapi dukacitanya itu sudah diketahui Yesus. Sebelum
pembesar itu meninggalkan rumahnya, Juruselamat telah melihat kesedihan itu.
Akan tetapi Ia tahu juga bahwa bapa itu telah mengadakan syarat-syarat dalam pikirannya mengenai
imannya  pada Yesus. Kecuali permohonannya itu dikabulkan, ia tidak akan mau menerima Dia
sebagai Mesias. Sementara pembesar itu menunggu dalam penderitaan yang penuh ketegangan,
Yesus berkata, "Jikalau tidak kamu melihat tanda-tanda dan mukjizat, tidak juga kamu percaya."
Dengan tidak menghiraukan semua tanda bahwa Yesus itulah Mesias, pemohon itu telah bertekad
untuk menumpukan imannya pada Tuhan atas syarat kalau permohonannya itu dikabulkan.
Juruselamat memperbandingkan keragu-raguan ini dengan iman yang ikhlas di pihak orang Samaria,
yang tidak meminta mukjizat atau tanda. Sabda-Nya, bukti keilahian-Nya yang selalu nyata
mengandung suatu kuasa meyakinkan yang menjamah hati mereka. Kristus merasa sedih karena
bangsa-Nya sendiri, yang kepadanya perkara-perkara yang suci dipercayakan, gagal untuk mendengar suara Allah berbicara kepada mereka dalam Anak-Nya.
Namun demikian bangsawan itu mempunyai iman sedikit sebab ia telah datang untuk memohonkan
apa yang baginya merupakan yang terindah dari segala berkat. Yesus mempunyai karunia yang lebih
besar untuk dianugerahkan-Nya. Ia ingin, bukan saja menyembuhkan anak itu, tetapi juga
mengusahakan agar pembesar itu dan seluruh rumah tangganya turut menikmati berkat-berkat
keselamatan serta menyalakan sebuah terang di Kapernaum, yang tidak lama lagi akan menjadi
ladang pekerjaan-Nya. Tetapi bangsawan itu harus lebih dahulu menyadari keperluannya sebelum ia
merindukan rahmat Kristus. Pegawai istana ini mewakili banyak orang dari kalangan bangsanya.
Mereka menaruh perhatian pada Yesus karena motif yang mementingkan diri. Mereka mengharap
hendak mendapat sesuatu keuntungan istimewa oleh kuasa-Nya, dan mereka mempertaruhkan iman
mereka atas dikaruniakannya pertolongan jasmani ini; tetapi mereka tidak mengetahui hal penyakit
rohani mereka, dan tidak melihat keperluan mereka akan rahmat Ilahi.
Laksana cahaya kilat ucapan Juruselamat kepada bangsawan itu menelanjangi hatinya. Dilihatnya
bahwa motifnya dalam mencari Yesus bersifat mementingkan diri. Imannya yang goyah itu tampak
kepadanya dalam sifatnya yang sesungguhnya. Dalam kesedihan yang sungguh insyaflah ia bahwa
kebimbangannya mungkin akan menyebabkan kematian anaknya itu. Tahulah ia bahwa ia sedang
berada di hadirat Dia yang dapat membaca hati dan yang bagi-Nya segala sesuatu mungkin adanya.
Dalam permohonan yang penuh kesedihan, ia berseru, "Ya Tuan, marilah, turun sebelum anak
sahaya mati." Percayanya berpegang teguh pada Kristus seperti yang diperbuat oleh Yakub, ketika
bergumul dengan seorang malaikat, ia berseru, "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika
engkau tidak memberkati aku." Kejadian 32:26.
Seperti halnya dengan Yakub ia pun menang. Juruselamat tidak dapat menarik diri dari jiwa yang
bergantung kepada-Nya, memohonkan keperluannya yang besar. "Pergilah engkau,"kata-Nya;
"bahwa anakmu itu hidup." Bangsawan itu meninggalkan hadirat Juruselamat dengan damai dan
suka cita yang belum pernah dialaminya dahulu. Bukan saja ia percaya bahwa anaknya akan sembuh,
tetapi juga dengan keyakinan yang teguh ia percaya pada Kristus sebagai Penebus.
Pada waktu itu juga para penjaga yang di samping anak yang sudah hampir mati di rumah yang di
Kapernaum itu melihat perubahan yang tiba-tiba dan ajaib. Bayang maut terangkat dari wajah
penderita itu. Wajah sakit karena demam berubah menjadi  warna kemerah-merahan karena
kesehatan yang sedang pulih. Mata yang kabur menjadi berseri-seri dengan kecerdasan, dan kekuatan
kembali kepada tubuh yang sudah lemah dan kurus kering itu. Tidak ada tanda-tanda penyakitnya itu
lagi yang masih tinggal pada anak itu. Dagingnya yang panas membara telah menjadi halus dan
lembut dan tertidurlah ia dengan lelapnya. Demam itu telah meninggalkannya justru di waktu panas
terik tengah hari. Seluruh keluarganya tercengang, dan besarlah kegirangan mereka.
Kana tidak berapa jauh dari Kapernaum sehingga pembesar itu sebenarnya dapat juga sampai ke
rumahnya pada petang sesudah ia berbicara dengan Yesus; tetapi ia tidak buru-buru pulang ke
rumah. Barulah besok paginya ia sampai ke Kapernaum. Alangkah gembira suasana perjalanan
pulang ke rumah. Waktu ia pergi untuk mencari Yesus, hatinya berat dengan duka. Sinar matahari
tampaknya kejam kepadanya, kicauan burung seperti ejekan. Alangkah berbeda perasaannya kini!
Segenap alam mengandung segi pemandangan yang baru. Ia melihat dengan mata yang baru. Sedang
ia berjalan pada keteduhan pagi hari, seluruh alam seolah-olah memuji-muji Allah dengan dia.
Ketika ia masih agak jauh dari rumahnya, hamba-hamba keluar untuk mengelu-elukan dia, ingin
hendak meringankan ketegangan yang mereka duga sudah pasti dirasainya. Ia tidak menunjukkan
perasaan heran mendengar kabar yang mereka bawa itu, tetapi dengan perhatian besar yang tidak
dapat mereka pahami, ia bertanya pukul berapa anak itu mulai sembuh. Mereka menjawab,
"Kelamarin pukul satu tengah hari hilanglah demamnya." Tepat pada saat ketika iman bapa itu berpegang teguh pada jaminan, "Bahwa anakmu itu hidup," kasih Ilahi menjamah anak yang sudah
hampir mati itu.
Bapa itu pun pergilah dengan buru-buru untuk menemui anaknya. Ia memeluk dia ke dadanya seperti
seorang yang dibangkitkan dari antara orang mati, serta mengucap syukur kepada Allah berkali-kali
atas kesembuhan yang ajaib ini.
Bangsawan itu rindu hendak mengenal Kristus lebih jauh. Belakangan waktu ia mendengar
pengajaran-Nya, ia dan seluruh keluarganya menjadi murid-murid-Nya. Kesukaran mereka itu telah
disucikan menjadi pertobatan seluruh keluarga itu. Berita tentang mukjizat itu pun tersiarlah; dan
Kapernaum, di mana begitu banyak perbuatan ajaibnya yang besar dilakukan, tersedialah jalan bagi
pekerjaan Kristus secara pribadi.
Ia yang memberkati orang bangsawan yang di Kapernaum itu adalah serindu itu juga hendak
memberkati kita. Tetapi seperti halnya dengan bapa yang ditimpa kemalangan itu, kita sering hendak
mencari Yesus karena kerinduan hendak mendapat sesuatu keuntungan duniawi; dan atas
dikabulkannya permohonan kita itulah kita menaruh keyakinan kita pada kasih-Nya. Juruselamat
rindu hendak mengaruniakan kepada kita sesuatu berkat yang lebih besar daripada yang kita
pohonkan; dan Ia menunda jawab kepada permohonan kita itu supaya Ia dapat menunjukkan kepada
kita keburukan hati kita, dan keperluan kita yang besar akan rahmat-Nya. Ia merindukan supaya kita
meninggalkan sifat mementingkan diri yang menuntun kita untuk mencari Dia. Dengan mengakui
keadaan kita yang tak berdaya dan keperluan kita yang besar, kita harus mempercayakan diri kita
sepenuhnya kepada kasih-Nya.
Bangsawan itu ingin melihat terkabulnya permohonannya itu lebih dahulu kemudian barulah ia mau
percaya; tetapi ia mesti menerima ucapan Yesus, bahwa permohonannya itu didengar, serta berkat
dianugerahkan. Pelajaran ini harus kita ambil juga. Bukannya karena kita melihat atau merasa bahwa
Allah mendengar kita, baru kita mau percaya. Kita harus percaya pada segala janji-Nya. Apabila kita
datang kepada-Nya dalam percaya, tiap permohonan masuk ke dalam hati Allah. Bila kita
memohonkan berkat-Nya, haruslah kita percaya bahwa kita menerimanya, serta mengucapkan
syukur kepada-Nya bahwa kita sudah menerimanya. Kemudian kita pergi untuk menjalankan segala
kewajiban kita, dengan merasa pasti bahwa berkat itu akan dikaruniakan bila kita paling
memerlukannya. Setelah kita belajar berbuat demikian, tahulah kita bahwa segala doa kita itu
dijawab. Allah akan berbuat bagi kita "dengan amat  limpah," "sekedar kekayaan kemuliaan-Nya,"
dan "perbuatan kuat-kuasa-Nya." 





 Pasal 21


BAITESDA DAN SANHEDRIN


MAKA di Yerusalem dekat "pintu domba" adalah suatu kolam menurut bahasa Ibrani dinamai
Baitesda maka padanya ada lima serambi. Di serambi itu adalah terhantar amat banyak orang sakit,
yaitu orang buta dan timpang dan lumpuh, sekaliannya menantikan air kolam itu berkocak."
Pada saat-saat tertentu kolam ini berkocak, dan menurut kepercayaan umum air itu berkocak oleh
suatu kuasa gaib, dan siapa yang pertama-tama meloncat ke dalamnya selagi kolam itu berkocak, ia
akan disembuhkan dari penyakit apa saja yang dideritanya. Beratus-ratus penderita mengunjungi
tempat itu; tetapi karena begitu banyak orang yang berebutan bila air itu berkocak maka orang-orang
yang agak lemah sering terpijak oleh orang-orang yang agak kuat. Banyak yang tidak dapat
menghampiri kolam itu. Banyak pula yang telah berhasil tiba pada kolam itu tetapi telah meninggal
dunia di tepinya. Banyak tempat berteduh telah dibangunkan di sekeliling tempat itu, agar
orang-orang sakit itu dapat terlindung dari panas pada siang dan dingin pada malam. Ada pula yang
menunggu sepanjang malam pada 
---------------
Pasal ini didasarkan atas Yohanes 5

serambi-serambi itu, merayap ke tepi kolam itu dari hari ke hari tetapi sia-sia belaka usaha mereka
itu.
Yesus kini berada kembali di Yerusalem. Setelah Ia berasing dan minta doa sendirian Ia datang ke
kolam itu. Ia melihat para penderita yang malang sedang memandang dengan penuh perhatian pada
kolam itu karena pada sangka mereka hanya inilah satu-satunya kesempatan bagi mereka untuk
sembuh. Ia rindu menyatakan kuasa-Nya dan menyembuhkan setiap penderita ini. Tetapi hari itu
adalah hari Sabat. Orang banyak sedang menuju ke kaabah untuk berbakti dan Ia mengetahui bahwa
penyembuhan semacam itu akan menimbulkan prasangka orang Yahudi sehingga dapat mengakhiri
pekerjaan-Nya dengan tiba-tiba.
Tetapi Juruselamat melihat seorang yang sangat menderita. Ia adalah seorang yang telah menjadi
lumpuh tiga puluh delapan tahun lamanya. Penyakitnya sebenarnya sebagian besar disebabkan oleh
dosanya sendiri, dan dianggap sebagai hukuman dari Allah. Karena sendirian dan tidak ada handai
taulan, serta merasa bahwa pintu kasihan Allah telah tertutup baginya, sipenderita itu hidup merana
bertahun-tahun lamanya. Pada saat ia mengharap bahwa air  akan berkocak, mereka yang merasa
kasihan atas dirinya yang tidak berdaya itu menolong mengangkat dia ke serambi kolam itu. Tetapi
pada saat air itu berkocak tidak seorang pun yang menolong memasukkan dia ke dalam kolam itu. Ia
telah melihat air itu berkocak, tetapi malang benar, ia tidak dapat beringsut melewati tepi kolam itu.
Orang-orang lain yang lebih kuat terjun mendahului dia. Ia tidak dapat berlomba dengan orang
banyak yang bersifat mementingkan diri yang berebutan terjun ke kolam. Usahanya yang tekun untuk
mencapai maksudnya, serta kecemasan dan kekecewaannya yang terus-menerus, dengan cepat
menghabiskan tenaganya yang lagi tinggal itu.
Orang sakit itu sedang berbaring di atas tikarnya, dan sering-sering mengangkat kepalanya melihat ke
kolam itu; pada saat itulah dengan wajah yang penuh belas kasihan seorang membungkuk di
hadapannya, dan perkataan, "Maukah engkau disembuhkan?" menarik perhatiannya. Harapan timbul
dalam hatinya. Ia merasa bahwa rupanya ia akan mendapat pertolongan. Tetapi seri mukanya yang penuh harapan itu tiba-tiba menjadi suram kembali. Ia teringat betapa seringnya ia telah berusaha
mencapai kolam itu dan kini hanya tinggal sedikit harapan baginya untuk hidup hingga air itu
berkocak kembali. Ia berpaling dengan badan yang lemah, seraya berkata "Ya Tuhan hamba tiada
ada orang yang membawa hamba masuk ke dalam kolam ini apabila airnya berkocak, tetapi
sementara datang, sudah orang lain turun mendahului hamba."
Yesus tidak meminta si penderita ini menggunakan iman kepada-Nya. Ia hanya berkata, "Bangkitlah
engkau angkat tempat tidurmu dan berjalan."
Tetapi iman orang ini berpegang teguh pada perkataan-Nya itu. Setiap urat saraf dan otot bergetar
dengan hayat yang baru dan tenaga hidup kembali pada anggota-anggota tubuhnya yang lumpuh itu.
Dengan tidak ragu-ragu ia mengambil keputusan untuk menurut perintah Kristus dan segenap
ototnya menyambut kemauannya. Setelah melompat, ia merasa bahwa dirinya telah menjadi seorang
yang sehat kembali.
Yesus tidak memberikan kepadanya jaminan pertolongan Ilahi. Jika orang ini telah berhenti sejenak
untuk meragu-ragukan perkataan-Nya, ia akan kehilangan kesempatan untuk sembuh. Tetapi ia
percaya akan perkataan Kristus, dan dalam berbuat menurut perkataan Tuhan, ia menerima kekuatan.
Melalui iman yang sama  pula kita boleh mendapat kesembuhan rohani. Oleh dosa kita telah
diceraikan dari hidup Allah. Jiwa kita pun telah menjadi lumpuh. Dengan kekuatan kita sendiri kita
tidak sanggup hidup suci sebagaimana orang yang tidak bertenaga itu tidak sanggup berjalan. Banyak
orang sadar akan keadaan mereka yang tidak berdaya itu, dan merindukan suatu kehidupan rohani
yang akan menyesuaikan kehidupan mereka dengan kehendak Allah; mereka sedang berusaha
dengan sia-sia untuk memperolehnya. Dalam keadaan putus asa mereka berseru, "Aku manusia
celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" Roma 7:24. Biarlah orang-orang
yang sedang dalam keadaan putus asa memandang ke atas. Juruselamat sedang menundukkan
diri-Nya kepada mereka yang ditebus dengan darah-Nya, sambil berkata dengan kelemah-lembutan
dan belas kasihan yang tidak terperikan, "Maukah engkau disembuhkan?" Ia menyuruh engkau
bangkit berdiri dalam keadaan sehat dan penuh damai. Jangan menunggu hingga engkau merasa
telah sembuh. Percayalah akan perkataan-Nya maka itu akan digenapi. Taruhlah kehendak hatimu
pada pihak Kristus. Kehendak untuk melayani Dia, dan dalam berbuat menurut perkataan-Nya,
engkau akan menerima kekuatan. Kebiasaan yang buruk dan hawa nafsu apa pun sudah lama
dimanjakan dan mengikat jiwa dan tubuh kita, Kristus sanggup dan rindu untuk melepaskannya. Ia
akan memberikan hidup kepada jiwa yang "mati mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-
dosamu" Efesus 2:1. Ia akan membebaskan tawanan yang terbelenggu oleh kelemahan dan
kemalangan dan rantai dosa.
Orang lumpuh yang telah disembuhkan itu membungkuk hendak mengangkat tempat tidurnya, yang
hanya terdiri dari tikar dan selimut dan pada saat ia menegakkan dirinya kembali dengan perasaan
gembira, ia melihat keliling untuk mencari Orang yang telah menyembuhkan dia; tetapi Yesus sudah
berada di tengah orang banyak. Orang itu kuatir jangan-jangan ia tidak akan mengenal Dia jika ia
bertemu dengan Dia kembali. Pada perjalanan pulang dengan langkah yang tegap dan leluasa, sambil
memuji Allah, dan  bersuka-suka dalam kekuatan yang baru diperolehnya,bertemulah ia dengan
beberapa orang Parisi, dan dengan segera ia memberitahukan pada mereka darihal kesembuhannya.
Ia sangat terkejut melihat sambutan yang dingin ketika mereka mendengarkan penuturan ceritanya.
Dengan mengerutkan kening mereka menyela pembicaraannya, dan bertanya mengapa ia membawa
tempat tidurnya pada hari Sabat. Dengan tegas mereka memperingatkan kepadanya bahwa adalah
melanggar taurat memikul sesuatu pada hari Tuhan. Karena kegirangannya orang ini telah lupa
bahwa hari itu adalah hari Sabat; tetapi ia merasa tidak bersalah karena ia mentaati perintah seorang
yang mempunyai kuasa daripada Allah. Ia menjawab dengan berani "Orang yang menyembuhkan aku itu, Ialah yang berkata kepadaku: Angkatlah tempat tidurmu dan berjalan." Mereka bertanya
siapa orang itu yang telah berkata demikian, tetapi ia tidak dapat memberitahukannya.
Penghulu-penghulu ini mengetahui dengan jelas bahwa hanya Seorang yang telah menunjukkan
diri-Nya sanggup mengadakan mukjizat ini; tetapi mereka mengingini bukti yang nyata bahwa ialah
Yesus, agar mereka dapat menuduh Dia sebagai seorang pelanggar Sabat. Pada penilaian mereka Ia
bukan saja telah melanggar hukum karena menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat, tetapi juga
telah melakukan suatu kecemaran karena menyuruh dia memikul tempat tidurnya.
Orang Yahudi sudah sangat memutar balikkan arti taurat itu, sehingga mereka menjadikannya suatu
kuk perhambaan. Segala tuntutan mereka yang tidak berarti telah menjadi buah mulut di kalangan
bangsa-bangsa lain. Secara istimewa Sabat itu dipagari dengan segala macam larangan yang tidak
masuk akal. Bagi mereka hari itu bukan lagi menjadi suatu hari kesukaan, yang patut disucikan bagi
Tuhan, yang harus dihormati. Katib-katib dan orang Parisi telah menjadikan pemeliharaan hari itu
suatu beban yang tidak mengenal ampun. Seorang Yahudi tidak diijinkan menyalakan api atau
memasang lilin pada hari Sabat. Sebagai akibatnya banyaklah orang Yahudi yang bergantung pada
orang kapir untuk melakukan pekerjaan yang tidak dapat mereka lakukan sendiri karena dilarang
oleh peraturan itu. Mereka tidak mau memikirkan bahwa jika perbuatan ini adalah dosa, mereka
yang menyuruh orang lain melakukannya, sama bersalah seperti mereka sendiri telah melakukan
pekerjaan itu. Mereka merasa bahwa keselamatan itu hanya terbatas pada orang Yahudi, dan keadaan
semua orang lain, yang tidak berpengharapan lagi tidak dapat menjadi lebih buruk. Tetapi Allah
tidak memberikan hukum-hukum yang tidak dapat diturut oleh semua orang. Hukum-hukum-Nya
tidak membenarkan larangan yang tidak masuk akal atau bersifat mementingkan diri.
Di dalam kaabah, Yesus bertemu dengan orang yang telah disembuhkan-Nya itu. Orang itu datang
untuk membawa korban karena dosa dan juga persembahan syukur karena rahmat yang besar yang
telah diperolehnya. Ketika Yesus melihat dia di antara orang banyak itu, Yesus pun memperkenalkan
diri-Nya, dengan perkataan amaran, "Perhatikanlah baik-baik engkau sudah sembuh; jangan berbuat
dosa lagi, supaya jangan engkau kena barang yang lebih dahsyat pula." 
Orang yang telah disembuhkan itu sangat bersuka karena bertemu kembali dengan Pelepasnya.
Dengan tidak mengetahui akan permusuhan terhadap Yesus, ia telah memberitahukan pada orang
Parisi yang telah bertanya padanya dulu, bahwa inilah Dia yang telah menyembuhkan dia. "Maka
itulah sebabnya orang Yahudi pun menganiayakan Yesus, yaitu karena Ia memperbuat perkara itu
pada hari Sabat."
Yesus dibawa menghadap Sanhedrin untuk menjawab tuduhan karena pelanggaran akan hari Sabat.
Jika pada saat ini bangsa Yahudi telah menjadi suatu bangsa yang merdeka, maka tuduhan yang
semacam itu tentu akan menguatkan maksud mereka untuk membunuh Dia. Tetapi oleh karena
mereka masih di bawah kekuasaan Rom, maka maksud ini terhalang. Orang Yahudi tidak
mempunyai kuasa untuk menjatuhkan hukuman yang besar dan tuduhan yang dibawa mereka itu
untuk menentang Kristus tidaklah berat pada pengadilan Rom. Tetapi ada pula tujuan lain yang
mereka harapkan untuk dicapai. Mengenai usaha mereka untuk menentang pekerjaannya, Kristuslah
yang telah menang hingga di Yerusalem pun pengaruh-Nya adalah lebih besar daripada pengaruh
mereka itu. Orang banyak yang tidak tertarik oleh pidato rabbi-rabbi itu telah tertarik oleh
pengajaran-Nya. Mereka dapat memahami perkataan-Nya, dan hati mereka itu pun dikuatkan dan
mendapat penghiburan. Ia menyatakan bahwa Allah itu bukanlah sebagai seorang hakim yang
bengis, tetapi sebagai seorang bapa yang lemah lembut, dan dinyatakan-Nya pula bahwa peta Allah
itu adalah sebagai yang dicerminkan di dalam diri-Nya. Perkataan-Nya adalah bagaikan minyak
parem yang menyembuhkan roh yang luka. Baik perkataan-Nya mau pun perbuatan kasihan-Nya
kedua-duanya telah memecahkan tradisi lama dan hukum-hukum buatan manusia dan telah mengemukakan cinta Allah di dalam kesempurnaannya yang tidak terhingga itu.
Di dalam salah satu nubuatan yang mula-mula tentang Kristus, telah tersurat "Tongkat kerajaan tidak
akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang
yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa." Kejadian 49:10.
Orang banyak sedang berkumpul mengerumuni Kristus. Hati orang banyak yang menaruh simpati
telah menerima ajaran cinta dan perbuatan baik yang bertentangan dengan upacara yang kaku yang
dituntut oleh imam-imam. Jikalau imam-imam dan rabbi-rabbi tidak akan mencegahnya, maka
pengajaran-Nya itu akan dapat mengadakan suatu perubahan yang belum pernah disaksikan oleh
dunia. Tetapi untuk mempertahankan kekuasaan mereka sendiri, pemimpin-pemimpin ini
mengambil suatu keputusan untuk menghancurkan pengaruh Yesus. Tuduhan mereka itu di hadapan
Sanhedrin; dan ajaran-Nya yang mengutuk yang diberikan di hadapan umum akan membantu
menghasilkan niat hati mereka; karena orang banyak masih mempunyai penghargaan yang besar
terhadap pemimpin-pemimpin mereka. Siapa yang berani mengutuk akan tuntutan-tuntutan rabbi,
atau coba meringankan beban yang mereka telah berikan pada orang banyak, mereka akan dianggap
sebagai orang-orang yang bersalah, dan bukan  hanya sebagai penghujatan tetapi sebagai
pengkhianatan. Atas dasar inilah rabbi-rabbi mengharap untuk merangsang perasaan curiga terhadap
Kristus. Mereka menuduh Dia seakan-akan Ia berusaha untuk merombak adat istiadat yang telah ada,
yang dapat menyebabkan perpecahan di antara orang banyak, dan menyediakan jalan untuk
penaklukan yang mutlak oleh orang Roma.
Tetapi rencana yang sedang dikerjakan oleh rabbi-rabbi dengan rajinnya berasal dari majelis lain
selain daripada Sanhedrin. Setelah setan gagal mengalahkan Kristus di padang belantara, ia
mengerahkan seluruh tentaranya untuk melawan Dia di dalam pekerjaan-Nya, dan jika mungkin
untuk mematahkan pekerjaan-Nya. Ia telah mengambil keputusan bahwa apa yang tidak dapat
diselesaikannya oleh usaha pribadi yang  langsung, ia akan menyerangnya dengan secara strategis.
Segera setelah ia mengalami kekalahan di padang belantara, maka dalam rapat dengan segala
tentaranya ia mematangkan rencananya untuk tetap membutakan pikiran bangsa Yahudi agar mereka
tidak akan rnengenal Penebus mereka. Ia bermaksud bekerja melalui alat-alat manusia di dalam
dunia agama, oleh memasukkan pada mereka itu roh permusuhan untuk menentang pahlawan
kebenaran. Ia bermaksud memimpin manusia untuk menolak Kristus dan menjadikan hidup-Nya
sepahit-pahitnya, agar dapat mengecewakan Dia di dalam pekerjaan-Nya. Dan orang Israellah yang
menjadi perkakas setan dalam peperangan-Nya melawan Juruselamat.
Yesus telah datang untuk "memberi pengajaran-Nya yang besar dan mulia." Ia tidak mengurangi
keagungannya, melainkan telah meninggikannya. Alkitab berkata, "Ia sendiri tidak akan menjadi
pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi," Yesaya 42:21, 4. Ia
telah datang untuk membebaskan Sabat daripada tuntutan-tuntutan yang berat yang telah menjadikan
Sabat itu suatu kutuk gantinya suatu berkat. 
Oleh karena inilah Ia telah memilih Sabat itu untuk mengadakan penyembuhan di kolam Baitesda. Ia
sebenarnya dapat menyembuhkan orang sakit itu pada hari-hari lain dalam minggu itu; atau Ia hanya
dapat menyembuhkan dia, tanpa menyuruh dia membawa tempat tidurnya. Tetapi hal ini tidak akan
memberikan Dia kesempatan yang dirindukan-Nya. Suatu maksud yang bijaksana terdapat dalam
tiap-tiap tindak tanduk kehidupan Kristus di atas dunia ini. Segala  sesuatu yang diperbuat-Nya
semuanya penting baik dalam bentuknya mau pun pengajarannya. Di antara orang-orang yang
menderita di kolam Baitesda itu, Ia telah memilih suatu keadaan yang paling buruk atasnya Ia dapat
menyatakan kuasa-Nya untuk menyembuhkan, dan maksud-Nya menyuruh orang itu membawa
tempat tidurnya melalui kota ialah untuk memashurkan pekerjaan besar yang telah dilakukan atas
diri orang ini. Karena hal ini akan menimbulkan pertanyaan apakah perbuatan ini layak dilakukan pada hari Sabat dan akan membuka jalan bagi-Nya untuk merombak segala larangan orang Yahudi
mengenai hari Tuhan, dan menyatakan kesia-siaannya segala tradisi mereka itu. 
Yesus berkata kepada mereka itu bahwa pekerjaan melepaskan orang yang menderita itu adalah
sesuai dengan hukum hari Sabat itu. Sesuai pula dengan pekerjaan malaikat-malaikat Allah, yang
senantiasa naik turun antara surga dan bumi ini, melayani manusia yang menderita. Yesus berkata:
"Bapaku bekerja sampai sekarang ini, dan aku pun bekerja juga." Segala hari adalah  kepunyaan
Allah, hari-hari mana untuk melaksanakan rencana-Nya bagi bangsa manusia. Jikalau interpretasi
orang Yahudi mengenai hukum itu benar, maka Yehova itu salah, dalam pekerjaan-Nya
menghidupkan dan menetapkan segala makhluk hidup pada saat Ia meletakkan alasan bumi ini; dan
juga Ia yang telah berkata bahwa pekerjaan-Nya itu baik adanya, dan telah mendirikan Sabat itu
sebagai suatu peringatan seharusnya menghentikan segala pekerjaan-Nya yang berarti pula
menghentikan rutine semesta alam ini.
Haruskah  Allah melarang matahari melakukan pekerjaannya pada hari Sabat, memutuskan
cahayanya untuk memanaskan bumi ini dan menghidupkan tumbuh-tumbuhan. Haruskah sistim
dunia ini berdiam sepanjang hari yang suci ini? Haruskah Ia memerintahkan segala mata air jangan
mengalirkan air kepada ladang-ladang dan hutan-hutan dan melarang ombak-ombak lautan
menghentikan pasang surutnya? Haruskah gandum dan jagung itu berhenti bertumbuh? Haruskah
pohon-pohon dan kembang-kembang jangan mengeluarkan putik atau kembang pada hari Sabat?
Jika hal-hal ini terjadi, maka manusia tidak akan mendapat hasil bumi dan berkat-berkat yang
diingini. Alam harus melanjutkan tugasnya yang tidak berubah-ubah itu. Allah tidak dapat sedikit
pun menghentikan tangan-Nya, kalau tidak manusia itu akan pingsan dan mati. Maka manusia pun
mempunyai suatu pekerjaan yang patut dilakukan pada hari ini. Kebutuhan hidup harus tetap
diteruskan, orang sakit patut dirawat, keperluan orang yang berkekurangan harus disediakan. Ia
dianggap bersalah jika tidak menolong orang-orang yang menderita pada hari Sabat. Hari perhentian
Allah yang suci telah dijadikan bagi manusia, dan perbuatan kebajikan adalah sesuai dengan maksud
hari itu. Allah tidak mengingini makhluk kejadian-Nya menderita kesakitan yang dapat disembuhkan
pada hari Sabat atau pada hari yang lain.
Tuntutan Allah bagi hari Sabat adalah lebih besar daripada hari-hari yang lain. Umat-Nya harus
meninggalkan pekerjaan yang biasa, dan menggunakan waktu itu untuk merenung dan berbakti.
Mereka memohon kebaikan lebih daripada-Nya pada hari Sabat daripada hari-hari yang lain. Mereka
menuntut perhatian-Nya yang istimewa. Mereka merindukan berkat-berkat-Nya yang istimewa.
Allah tidaklah menunggu hingga Sabat itu lalu, barulah Ia mengabulkan permohonan ini. Pekerjaan
surga tidak pernah berhenti, dan manusia tidak patut berhenti dari pekerjaan berbuat baik. Sabat itu
bukanlah dimaksudkan untuk menjadi suatu waktu untuk pekerjaan yang tidak berguna. Taurat
melarang pekerjaan badani pada hari perhentian Tuhan; pekerjaan mencahari nafkah haruslah
berhenti; tidak ada pekerjaan bagi kesenangan, atau keuntungan dunia ini yang diizinkan pada hari
itu, tetapi sebagaimana Allah telah berhenti dari pekerjaan-Nya menjadikan, dan berhenti pada hari
Sabat dan memberkati hari itu, begitu pula manusia harus meninggalkan pekerjaan hidup setiap hari,
dan mengabdikan tiap jam yang suci itu untuk perhentian yang sehat, berbakti, dan melakukan
perbuatan yang suci. Pekerjaan Kristus menyembuhkan orang sakit adalah sesuai dengan taurat.
Karena perbuatan itu adalah menghormati akan hari Sabat.
Yesus mengaku hak-hak yang sama dengan Allah di dalam melakukan suatu pekerjaan yang sama
sucinya, dan tabiat yang sama yang menghubungkan Dia dengan Bapanya yang di dalam surga.
Tetapi orang-orang Parisi masih juga marah. Karena menurut pengertian mereka Ia bukan saja
melanggar taurat, tetapi juga menyebut Allah "adalah Bapa-Nya." Yohanes 5:18, yang menyatakan
bahwa Ia sama dengan Allah. Seluruh bangsa Yahudi menyebut Allah itu Bapa mereka, oleh sebab itu mereka tidak menjadi begitu
marah, jika Kristus telah kemukakan diri-Nya dalam hubungan yang sama dengan Allah. Tetapi
mereka menuduh Dia telah menghujat, menunjukkan bahwa mereka memahami Dia mengadakan
pengakuan ini dalam pengertian yang tertinggi.
Musuh-musuh Kristus ini tidak mempunyai jawaban untuk menghadapi kebenaran yang telah
dikemukakan-Nya, yang telah menyentuh hati mereka. Mereka hanya dapat menyebut adat istiadat
dan tradisi mereka dan hal ini nampaknya lemah dan mati bila dibandingkan dengan alasan-alasan
yang Yesus tarik dari firman Allah dan peredaran alam yang tetap. Jikalau rabbi-rabbi itu telah
mempunyai perasaan untuk menerima terang, maka mereka akan sadar bahwa Yesus telah berkata
tentang kebenaran. Akan tetapi mereka telah menghindari hal-hal yang telah dikemukakan-Nya
mengenai Sabat, dan berusaha untuk menimbulkan amarah untuk menentang Dia karena Ia telah
mengakui diri-Nya sama dengan Allah. Penghulu-penghulu itu menjadi sangat marah. Kalau mereka
tidak takut akan orang banyak, maka imam-imam dan rabbi-rabbi itu telah membunuh Yesus di
tempat dan di saat itu juga. Tetapi perasaan yang mengagung-agungkan perbuatan baik-Nya dari
orang banyak itu sangatlah besar. Banyak yang mengenal Yesus sebagai seorang sahabat yang telah
menyembuhkan penyakit mereka dan memberi penghiburan dalam kesusahan mereka, sebab itu
mereka membenarkan penyembuhan-Nya akan orang yang menderita itu di kolam Baitesda. Oleh
karena itu terpaksalah pemimpin-pemimpin Yahudi menahan kebencian mereka.
Yesus menolak tuduhan  mereka bahwa la menghujat. Kuasa-Ku, kata-Nya, untuk melakukan
pekerjaan yang kamu tuduh itu, adalah menunjukkan bahwa Akulah Anak Allah, satu dengan Dia di
dalam keadaan, kehendak, dan maksud. Dalam pekerjaan-Nya menjadikan dan memelihara saya
bekerjasama dengan Allah. "Anak itu tiada boleh melakukan barang sesuatu menurut kehendaknya
sendiri, melainkan Ia melihat Bapa itu berbuat." Imam-imam dan rabbi-rabbi sedang memperdaya
atau mempersulit Anak Allah kepada pekerjaan yang oleh-Nya Ia telah diutus ke dalam dunia ini.
Oleh dosa-dosa mereka, maka mereka telah menceraikan diri dari Allah dan dalam kesombongan,
mereka sedang berusaha untuk bertindak sendiri tanpa Dia. Mereka merasa bahwa diri mereka sudah
cukup dalam segala sesuatu dan tidak memerlukan lagi suatu hikmat yang lebih tinggi untuk
memimpin perbuatan mereka. Tetapi Anak Allah telah menyerahkan diri-Nya kepada kehendak
Allah dan bergantung atas kuasa-Nya. Kristus sangat mengosongkan diri-Nya sehingga Ia tidak
mengadakan rencana lain bagi diri-Nya. Ia menerima rencana Allah bagi-Nya dan tiap hari Bapa
menyatakan rencana-Nya. Oleh sebab itu, patutlah kita bergantung kepada Allah, agar hidup kita
boleh menjadi tempat pelaksanaan yang sederhana bagi kehendak-Nya.
Ketika Musa hendak membangunkan sebuah baitul mukadis sebagai tempat bagi kediaman Allah, ia
telah diperintah untuk melakukan segala perkara menurut teladan yang telah ditunjukkan kepadanya
di atas gunung. Musa dengan semangat mengerjakan pekerjaan Allah; orang-orang yang paling
bertalenta dan yang sangat cakap telah dipilih untuk menjalankan rencananya. Tetapi ia tidak boleh
membuat sebuah lonceng, atau buah delima, utas tali, rambu-rambu tirai atau bejana apa pun dalam
kaabah itu, selain daripada teladan yang telah ditunjukkan kepadanya. Allah telah memanggil dia ke
atas gunung, dan menunjukkan kepadanya perkara-perkara surga. Tuhan telah menyalut dia dengan
kemuliaan-Nya sendiri, agar ia dapat melihat teladan itu dan menurut teladan itulah segala sesuatu
telah diperbuatnya. Jadi kepada bani Israel yang diingini-Nya untuk dijadikan tempat kediaman-Nya,
Ia telah menyatakan keluhuran tabiatnya yang mulia. Teladan yang ditunjukkan kepada mereka itu di
atas gunung bila sepuluh hukum itu diberikan di gunung Sinai, dan bila Tuhan lalu di hadapan Musa
dan berseru: "Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan
setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni
kesalahan, pelanggaran dan dosa." Keluaran 34:6, 7. Tetapi bani Israel telah  memilih jalan mereka sendiri. Mereka telah membangun tidah menurut
teladan; tetapi Kristus, kaabah yang benar bagi tempat kediaman Allah itu, telah membentuk seluk
beluk hidup-Nya yang terkecil pun di atas dunia ini sesuai dengan cita-cita Allah. Ia berkata, "Aku
suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Mazmur 40:8. Oleh
sebab itu tabiat kita harus dibangunkan "untuk menjadi suatu tempat kediaman Allah oleh Rohnya."
Dan kita patut "turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh" "karena
Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu
mengikuti jejak-Nya." Efesus 2:22; Ibrani 8: 5; I Petrus 2:21.
Perkataan-perkataan Kristus menandaskan bahwa kita patut menganggap diri kita sebagai suatu
ikatan yang tidak dapat dipisahkan daripada Bapa di dalam surga. Apa saja kedudukan kita, kita patut
bergantung kepada Allah, karena segala nasib ada di tangan-Nya. Ia telah menetapkan pekerjaan kita
dan telah menyediakan kita dengan kesanggupan dan alat-alat bagi pekerjaan itu. Selama kita
menyerahkan kehendak kita kepada Allah, dan menaruh harap kepada kekuatan dan hikmat-Nya,
kita akan dipimpin ke jalan yang aman, untuk menggenapi bahagian kita yang telah ditentukan di
dalam rencana-Nya yang  besar itu. Tetapi seorang yang bergantung hanya pada kepintaran dan
kuasanya sendiri akan menceraikan dirinya daripada Allah. Gantinya bekerja sama dengan Kristus, ia
sedang menggenapi rencana musuh Allah dan manusia.
Seterusnya Juruselamat berkata: "Karena barang apa yang diperbuat oleh Bapa, itu juga diperbuat
oleh Anak itu.... Karena sama seperti Bapa membangkitkan segala orang mati, sambil menghidupkan
dia, demikian juga Anak itu menghidupkan pula barang siapa yang dikehendakinya." Orang Saduki
percaya bahwa tidak ada kebangkitan tubuh; tetapi Yesus berkata kepada mereka itu bahwa salah
satu pekerjaan yang terbesar dari Bapa-Nya ialah membangkitkan orang mati, dan bahwa Ia sendiri
mempunyai kuasa untuk melakukan pekerjaan yang sama. "Karena ketikanya akan datang dan
sekarang ini ada juga, bahwa segala orang yang mati akan mendengar suara Anak Allah dan orang
yang mendengar itu akan hidup." Orang Parisi percaya pada kebangkitan orang mati. Kristus
menyatakan bahwa sampai saat ini kuasa yang memberikan hidup kepada orang mati berada di
antara mereka, dan mereka harus melihat kenyataannya. Kuasa kebangkitan sama yang memberikan
kehidupan kepada jiwa yang "mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu." Efesus 2:1.
Roh kehidupan di dalam Kristus Yesus, "Kuasa kebangkitannya, membebaskan manusia dari hukum
dosa dan maut itu." Kerajaan kejahatan diruntuhkan, dan melalui iman jiwa dipelihara dari dosa. Ia
yang membuka hatinya bagi Roh Kristus akan mendapat bahagian dalam kuasa yang hebat itu yang
akan membangkitkan tubuhnya dari dalam kubur.
Seorang Nazaret yang rendah menyatakan keagungannya yang sebenarnya. Ia naik tinggi melebihi
kemanusiaan, membuang segala samarant dosa dan malu, dan tegak berdiri sebagai seorang malaikat
agung, sebagai Anak Allah, seorang yang bersama Khalik semesta alam. Para pendengar-Nya
tercengang. Tidak seorang yang pernah berkata sebagai Dia atau yang membawa dirinya yang
seagung Dia. Ucapan-Nya terang dan jelas, menyatakan pekerjaan-Nya, dan kewajiban dunia ini.
"Karena Bapa itu tiada menghukumkan seorang jua pun, melainkan Ia telah menyerahkan segala
hukum itu kepada Anak itu; supaya sekalian orang menghormati Anak itu sama seperti Ia
menghormati Bapa juga. Siapa yang tidak menghormati Anak itu, samalah juga tiada menghormati
Bapa  yang menyuruhkan Dia.... Karena sama seperti Bapa itu menaruh hidup di dalam diri-Nya,
demikian juga dikaruniakannya kepada Anak itu menaruh hidup di dalam diri-Nya."
Imam-imam dan penghulu-penghulu telah menganggap diri mereka itu sebagai hakim, yang
menghakimkan pekerjaan Kristus, tetapi Ia memberitahukan bahwa Ia sendiri adalah hakim mereka
itu, dan hakim dunia ini. Dunia ini telah diserahkan kepada Kristus dan melalui Dia telah datang
segala berkat daripada Allah pada bangsa manusia yang telah jatuh itu. Ia adalah Penebus sebelum penjelmaan-Nya. Segera setelah ada dosa, maka telah ada seorang Juruselamat. Ia telah memberikan
terang dan hidup pada segala manusia, dan sesuai dengan terang yang diberikan itu, masing-masing
akan diadili. Ia yang telah memberikan terang, Ia yang telah mengikuti jiwa-jiwa dengan cara yang
lemah lembut, berusaha untuk menarik mereka itu dari dosa datang kepada kesucian, adalah
Pembela dan juga Hakim. Dari permulaan pergumulan besar di surga, Setan telah mempertahankan
alasan-alasannya oleh penipuan; dan Kristus sedang bekerja untuk membuka tipu dayanya dan
menghancurkan kekuasaannya. Maka Ia yang telah menghadapi penipuan dan sepanjang zaman
berusaha bergumul untuk menyentak tawanan-tawanan dosa dari genggamannya, Ia juga yang akan
menjatuhkan hukuman pada tiap-tiap jiwa.
Dan Allah "telah menyerahkan kuasa pada-Nya akan melakukan hukuman, sebab Ia itulah Anak
manusia adanya." Oleh karena Ia telah merasai segala kepahitan penderitaan dan pencobaan
manusia, dan mengerti akan kelemahan dan dosa manusia; karena kita, dengan gagah Ia telah
melawan penggodaan Setan, dan dengan adil dan lemah lembut ia akan memperlakukan jiwa-jiwa
yang telah mengakibatkan tertumpahnya darah-Nya untuk menyelamatkan mereka itu oleh karena
ini, Anak manusia ditentukan untuk menjalankan pehukuman.
Tetapi pekerjaan Kristus bukanlah untuk menghukum, melainkan untuk menyelamatkan. "Sebab
Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk
menyelamatkannya oleh Dia." Yohanes 3:17.  Dan di hadapan Sanhedrin Yesus berkata,
"Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku,
ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke
dalam hidup". Yohanes 5:24.
Memohon agar pendengar-pendengar-Nya jangan heran, Kristus telah membuka di hadapan mereka
itu dengan pandangan yang lebih luas akan rahasia masa depan. "Sebab saatnya akan tiba, bahwa
semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik
akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi merekayang telah berbuat jahat akan bangkit
untuk dihukum." Yohanes 5:28, 29.
Jaminan hidup masa depan ini, yang telah lama dinanti-nantikan oleh orang Yahudi, dan telah
diharapkan untuk diterima pada waktu kedatangannya Mesias. Satu-satunya cahaya yang dapat
menerangi kegelapan kubur, sedang bersinar di hadapan mereka itu. Tetapi mereka dibutai oleh
perasaan cinta diri. Yesus telah melanggar akan tradisi rabbi-rabbi, dan tidak menghormati lagi akan
kekuasaan mereka; maka itulah sebabnya mereka tidak percaya.
Waktu, tempat, peristiwa, dan tegangnya perasaan yang menguasai orang banyak itu, semuanya
digabungkan untuk menjadikan perkataan Yesus di hadapan Sanhedrin itu sangat berkesan.
Pimpinan agama tertinggi dalam bangsa itu berusaha untuk membunuh Dia yang menyatakan
diri-Nya sebagai pembangun bangsa Israel. Tuhan Hari Sabat diadili di hadapan pengadilan duniawi
untuk menjawab tuduhan karena telah melanggar hukum Hari Sabat. Apabila dengan berani Ia
menyatakan pekerjaan-Nya, hakim-hakim memandang kepada-Nya dengan keheranan dan
kemarahan; tetapi perkataan-Nya tidak dapat dijawab. Mereka tidak dapat menghukum Dia. Ia
menolak hak imam-imam dan rabbi-rabbi untuk bertanya pada-Nya, atau mencampuri
pekerjaan-Nya. Mereka tidak mendapat kekuasaan seperti itu. Pengakuan mereka itu didasarkan atas
kesombongan dan kecongkakan. Ia menolak akan kesalahan menurut tuduhan mereka, atau diajar
oleh mereka itu. 
Gantinya Ia meminta maaf atas perbuatan-Nya karenanya Ia diperintahkan untuk menjelaskan
alasan-Nya dalam berbuat itu, Yesus telah membalikkan hal itu kepada penghulu-penghulu, rnaka
yang dituduh telah menjadi penuduh. Ia telah menegur mereka karena kekerasan hati mereka, dan
kebodohan mereka mengenai Alkitab. Ia berkata bahwa mereka itu telah menolak Dia yang telah diutus oleh Allah. "Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya
kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang
Aku." Yohanes 5:39.
Dalam tiap-tiap halaman, baik sejarah, atau ajaran, atau nubuatan, Perjanjian Lama disinari oleh
kemuliaan Anak Allah. Sebegitu jauh sebagai suatu lembaga Ilahi seluruh peraturan Yahudi adalah
himpunan nubuatan Injil. Kepada Kristus "segala nabi-nabi pun menyaksikan." Kisah 10:43. Dari
perjanjian yang diberikan kepada Adam, sampai kepada bapa-bapa dan orang percaya terang surga
yang mulia itu adalah menjelaskan jejak-jejak Penebus. Orang Majus melihat Bintang di Betlehem,
Silo akan datang, sementara perkara-perkara masa depan lalu di hadapan mereka itu dalam suatu
cara yang misterius. Dalam tiap pengorbanan, kematian Kristus ditunjukkan. Dalam tiap asap dupa,
kebenaran-Nya naik. Dalam tiap bunyi trompet, nama-Nya yang dibunyikan. Dalam kehebatan
tempat yang suci dari yang maha suci, di sana kemuliaan-Nya berdiam.
Orang Yahudi memiliki Kitab Suci, dan menyangka bahwa dengan pengetahuan mereka secara luar
saja, mereka telah beroleh hidup yang kekal. Tetapi Yesus berkata, "Firman-Nya pun tiada kamu
pegang di dalam hatimu." Dengan menolak perkataan Kristus, mereka menolak diri Yesus sendiri.
"Tetapi tiada kamu mau datang kepadaku supaya kamu beroleh hidup," kata-Nya.
Para pemimpin Yahudi telah mempelajari ajaran nubuatan mengenai kerajaan Mesias; tetapi mereka
telah berbuat hal ini bukan dengan kerinduan yang sungguh-sungguh untuk mengetahui kebenaran,
tetapi dengan maksud untuk mencari bukti untuk mempertahankan harapan mereka.Bila Kristus
telah datang dalam cara yang bertentangan dengan harapan mereka, maka mereka tidak menerima
Dia; dan untuk membenarkan diri mereka itu, mereka coba membuktikan bahwa Ia adalah seorang
penipu. Sekali mereka telah meletakkan kaki mereka di atas jalan ini, maka mudahlah bagi setan
untuk menguatkan perlawanan mereka terhadap Kristus. Perkataan-perkataan yang sepatutnya
diterima sebagai bukti Keilahian-Nya, telah diputarkan untuk melawan Dia. Dengan jalan ini mereka
merobah kebenaran Allah itu kepada dusta, dan makin langsung Juruselamat berkata pada mereka
dalam pekerjaan kasihan-Nya, makin tegas mereka menolak terang itu.
Yesus berkata, "Aku ini menerima kehormatan bukannya daripada pihak manusia." Bukannya
pengaruh Sanhedrin, atau kuasa mereka yang 
dirindukan-Nya. Ia tidak akan menerima kehormatan dari persetujuan mereka. Ia disirami dengan
kehormatan dan kuasa dari surga. Jikalau Ia mengingini kehormatan itu, maka malaikat-malaikat
akan datang untuk menghormati Dia; dan Allah Bapa pun akan menyatakan kembali Keilahian-Nya.
Tetapi untuk kepentingan mereka itu, dan kepentingan bangsanya, di mana mereka adalah sebagai
pemimpin-pemimpinnya, Ia mengingini agar penghulu Yahudi akan melihat tabiat-Nya dan
menerima berkat-berkat yang dibawa-Nya kepada mereka itu.
"Aku ini datang dengan Nama Bapaku, tetapi tiada kamu menerima Aku; jikalau seorang lain datang
dengan namanya sendiri tentu kamu menerima dia." Yesus telah datang dengan kuasa Allah,
membawa peta-Nya, menggenapi firman-Nya, dan mencahari kemuliaan-Nya, tetapi Ia tidak
diterima oleh para pemimpin Israel; tetapi bila orang lain akan datang dengan memakai nama
Kristus, tetapi menurut kemauan mereka sendiri dan mencahari kemuliaan mereka sendiri, mereka
akan diterima. Dan mengapa? Karena ia yang mencahari kemuliaannya sendiri biasanya disambut
baik oleh roh kerinduan meninggikan dirinya lebih dari orang lain. Hal-hal inilah yang disetujui oleh
orang banyak. Mereka menerima guru palsu karena memuja akan  - kesombongan mereka itu dan
meninggikan pendapat dan tradisi mereka yang dibanggakan itu. Tetapi ajaran Kristus tidaklah sesuai
dengan pendapat mereka itu. Ajaran itu bersifat rohani, dan menuntut penyangkalan diri; oleh sebab
itu mereka tidak menerima ajaran itu. Mereka tidak kenal akan Allah, dan bagi mereka itu suara-Nya
melalui Kristus adalah sebagai suara seorang asing. Bukankah hal yang sama pula telah terulang pada zaman kita ini? Bukankah banyak orang sampai
kepada para pemimpin agama sedang mengeraskan hati mereka itu dalam menentang akan Roh Suci
sehingga mereka tidak lagi mengenal akan suara Allah? Bukankah mereka itu sedang menolak akan
firman Allah, agar mereka dapat memelihara akan tradisi mereka itu sendiri?
"Jikalau kamu percaya akan Musa," kata Yesus, "tentu juga kamu percaya akan Daku karena ia
menulis tentang Aku. Tetapi jikalau tiada kamu percaya  akan segala Kitab Musa, bagaimanakah
kelak kamu percaya akan perkataan-Ku?" Kristuslah yang telah berkata kepada orang Israel melalui
Musa. Jika mereka telah mendengar akan suara Ilahi yang berkata melalui pemimpin besar mereka,
mereka akan mengenal suara  itu dalam ajaran Kristus. Jikalau mereka telah percaya akan Musa,
mereka harus tetap percaya akan Dia yang telah disuratkan oleh Musa.
Yesus telah mengetahui bahwa imam-imam dan rabbi-rabbi berniat untuk membunuh Dia; tetapi
dengan jelas Ia telah menerangkan kepada mereka itu tentang persatuan-Nya dengan Bapa, dan
hubungan-Nya dengan dunia ini. Mereka melihat bahwa tuduhan mereka itu terhadap Dia tidak
beralasan sama sekali, tetapi kebencian dalam hati mereka itu belum juga padam. Mereka menjadi
takut, bila mereka menyaksikan kuasa yang besar berada dalam pekerjaan-Nya; tetapi mereka tetap
menolak panggilan-Nya, dan menutup diri mereka dalam kegelapan.
Secara nyata mereka telah gagal untuk meruntuhkan kekuasaan Yesus, atau menarik penghargaan
dan perhatian  orang banyak yang mana terbanyak dari orang-orang itu telah digerakkan oleh
firman-Nya. Penghulu-penghulu itu sendiri telah merasa sangat takut bila Ia menyatakan kesalahan
yang bersarang dalam angan-angan hati mereka; tetapi hal ini hanyalah menjadikan mereka
bertambah ganas melawan Dia. Mereka berniat akan membunuh Dia. Mereka mengirim utusan ke
seluruh negeri untuk menghasut orang untuk menentang Yesus sebagai seorang Penipu. Mata-mata
telah dikirim untuk mengamat-amati Dia dan melaporkan apa yang telah  dikatakan dan
diperbuat-Nya. Juruselamat yang indah kini agak lebih jelas sedang berdiri di bawah bayangan salib. Pasal 22


PEMENJARAAN DAN KEMATIAN YOHANES


YOHANES PEMBAPTIS adalah seorang yang mula-mula mewartakan tentang kerajaan Kristus, dan
ia pula yang mula-mula mengalami penderitaan. Dari alam padang belantara yang terbuka sampai
kepada khalayak ramai yang bergantung pada perkataannya, kini ia tertutup dalam lubang goha
tahanan. Ia telah menjadi seorang tawanan dalam benteng Herodes Antipas. Di daerah timur Yarden
yang termasuk dalam kekuasaan Antipas, tempat di mana ia banyak bekerja. Herodes sendiri telah
mendengar akan khotbah Yohanes Pembaptis. Raja yang jahat ini gementar bila mendengar
panggilan untuk bertobat. "Herodes takut akan Yohanes, sebab diketahuinya ialah seorang yang
benar lagi suci; . . . dan apabila ia mendengar Yohanes, sangatlah serba salah hatinya, dan ia suka
mendengarkan dia." Yohanes dengan jujur menegur akan hubungannya yang jahat dengan Herodias
isteri saudaranya. Seketika lamanya Herodes berusaha memutuskan rantai hawa nafsu yang telah
mengikat dia; tetapi Herodias telah mengikat dia lebih erat dalam pekerjaannya dan memperoleh
jalan untuk membalas dendam kepada
--------------
Pasal ini dialaskan pada Mat. 11:1-11; 14:1-11; Mark. 6:17-28; Luk. 7:19-28 

Yohanes Pembaptis-  dengan bujukan pada Herodes untuk memasukkan Yohanes  Pembaptis ke
dalam penjara.
Kehidupan Yohanes, sebenarnya adalah suatu kehidupan yang sangat aktif, maka dengan meringkuk
dalam penjara itu menjadi suatu beban yang berat aginya. Setelah beberapa minggu berlalu, dan tidak
ada perubahan, maka kekecewaan dan  kebimbangan pun merayap ke dalam hatinya.
Murid-muridnya tidak meninggalkan dia. Mereka diizinkan keluar masuk dalam penjara dan mereka
telah membawa kabar tentang pekerjaan Yesus dan bagaimana orang banyak mengikuti Dia. Tetapi
mereka telah bertanya, jika guru yang baru ini adalah benar Mesias, mengapa Ia tidak berbuat
apa-apa untuk melepaskan Yohanes. Bagaimana dapat mengizinkan perintisnya yang setia ini
dirampas kebebasannya dan mungkin akan menemui maut?
Pertanyaan ini bukanlah tanpa akibatnya. Kebimbangan yang sebenarnya tidak pernah akan timbul
disarankan kepada Yohanes. Setan bersuka mendengar perkataan murid-murid ini, dan melihat
bagaimana mereka menyiksa jiwa pesuruh Tuhan. Oh, betapa seringnya mereka yang memikirkan
dirinya menjadi sahabat dari seorang yang baik dan rindu menunjukkan kejujuran mereka kepadanya,
tetapi terbukti menjadi musuhnya yang sangat berbahaya! Gantinya mereka menguatkan imannya,
perkataan mereka itu menekan dan mengecewakan jiwanya!
Sebagai murid-murid Juruselamat, Yohanes Pembaptis tidak memahami sifat kerajaan Kristus itu. Ia
mengharap bahwa Yesus akan mengambil takhta Daud; dan bila waktu itu lalu dan Juruselamat tidak
menunjukkan kekuasaan sebagai raja, Yohanes menjadi bimbang dan susah hatinya. Ia telah
menyatakan kepada orang banyak bahwa supaya jalan disediakan di hadapan Tuhan, nubuatan
Yesaya harus digenapi; gunung dan bukit harus diratakan, yang lekak-lekuk harus diluruskan dan
tempat yang kasar dilicinkan. Ia telah mengharapkan tempat-tempat kebanggaan dan kekuasaan
manusia yang tinggi yang patut dicampakkan ke bawah. Ia telah menunjukkan pada Mesias sebagai
Seorang yang nyirunya ada di tangan-Nya, maka Ia akan membersihkan segenap tempat pengiriknya,
lalu Ia mengumpulkan gandumnya masuk ke dalam lumbung, tetapi sekamnya akan habis dibakarnya dengan api yang tidak dapat dipadamkan. Sebagai nabi Elia, di dalam roh dan kuasanya
ia telah datang kepada Israel, ia mengharapkan Allah untuk menyatakan diri-Nya sebagai seorang
Allah yang menyahut dengan api.
Dalam pekerjaannya Yohanes Pembaptis telah berdiri sebagai seorang penegur akan kejahatan yang
tidak mengenal takut, baik kepada orang besar mau pun kepada yang rendah. Ia berani menghadap
Raja Herodes dengan teguran mengenai dosanya yang berterus terang. Ia tidak menganggap hidupnya
itu berharga dalam mengerjakan tugas yang telah ditentukan. Dan kini dari dalam goha ini ia
menantikan akan Singa dari suku Yahuda untuk meruntuhkan penindas-penindasnya dan melepaskan
orang-orang menderita dan dirinya sendiri yang berseru. Tetapi Yesus menyenangkan dirinya dengan
murid-murid yang berkumpul mengelilingi Dia dan menyembuhkan dan mengajar orang banyak. Ia
makan bersama pemungut cukai, sedangkan tiap hari beban orang Israel dari tentara Rom makin
bertambah berat, ketika Raja Herodes bersama kekasihnya menuruti kemauan mereka, dan jeritan
orang miskin dan yang menderita naik ke angkasa.
Bagi nabi yang hidup di padang belantara ini, segala perkara ini merupakan suatu rahasia yang
melampaui pengertiannya. Sering ia mendapat bisikan si jahat yang menyiksa jiwanya, dan bayangan
ketakutan yang luar biasa menudungi jiwanya. Apakah mungkin Pelepas yang telah lama
dinanti-nantikan itu belum juga nampak? Maka apakah artinya pekabaran yang telah mendorong dia
untuk diwartakan? Yohanes mengalami kekecewaan yang sangat pahit karena hasil pekerjaannya. Ia
telah mengharap bahwa pekabaran dari Allah akan mempunyai hasil yang sama seperti bila taurat itu
dibacakan pada zaman Yosia dan Esra (2 Tawarikh 34; Neh. 8, 9); dan akan diikuti oleh pertobatan
yang sungguh-sungguh dan kembali kepada Tuhan. Bagi kemajuan pekerjaan ini ia telah korbankan
seluruh hidupnya. Apakah ini sia-sia?
Yohanes merasa sedih melihat bahwa karena mengasihi dia, maka murid-muridnya telah memelihara
sikap tidak percaya akan Yesus. Apakah usahanya bagi mereka itu gagal? Apakah karena ia tidak
setia dalam pekerjaannya, sehingga dikerat dari pekerjaannya? Jika Pelepas yang telah dijanjikan itu
benar telah datang, dan Yohanes didapati benar dalam panggilannya, mengapa Yesus tidak
membinasakan penindas-penindasnya dan membebaskan dia?
Tetapi Yohanes tetap percaya akan Kristus. Ingatan akan suara dari langit dan burung merpati yang  turun, kesucian Yesus yang tidak bercacat, kuasa Roh Suci yang menghinggapi Yohanes bila ia  datang pada hadirat Juruselamat, dan kesaksian ayat-ayat Kitab Suci yang berupa nubuatan— semuanya itu menyaksikan bahwa Yesus dari Nazaret itulah Yang Dijanjikan.  Yohanes tidak mau merundingkan kebimbangannya dan kecemasannya dengan kawan-kawannya. Ia  mengambil keputusan  untuk mengirim suatu kabar berupa pertanyaan kepada Yesus. Hal ini  dipercayakannya kepada kedua muridnya, mengharap bahwa wawancara dengan Juruselamat akan  menguatkan iman mereka dan membawa kekuatan pada saudara-saudara mereka yang lain. Dan ia  merindukan beberapa perkataan dari Kristus yang dikatakan khusus bagi dirinya sendiri.  Murid-murid telah datang kepada Yesus dengan pekabaran mereka. "Engkaukah yang akan datang  itu atau harus kami menantikan seorang lainkah?"  Alangkah pendeknya jangka waktunya sejak Yohanes Pembaptis menunjukkan kepada Yesus dan  menyerukan, "Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia." "Yaitu Dia, yang datang  kemudian dari padaku." Yohanes 1:29, 27. Maka pertanyaan sekarang "Engkaukah yang akan datang  itu?" Suatu hal yang  sangat pahit dan mengecewakan bagi seorang manusia. Jikalau Yohanes,  perintis yang setia itu gagal memahami akan pekerjaan Kristus, maka apakah yang dapat diharapkan  dari diri orang banyak yang hanya mementingkan diri sendiri?  Juruselamat tidaklah segera menjawab pertanyaan murid-murid Yohanes. Sementara mereka berdiri  memperhatikan ketenangan-Nya, orang sakit dan yang menderita datang padanya untuk  disembuhkan. Orang-orang yang buta meraba-raba berusaha menembusi orang banyak; orang sakit  dari berbagai golongan manusia, ada yang berusaha sendiri, ada pula yang dibawa oleh  kawan-kawannya, berusaha untuk menghampiri Yesus. Suara Tabib Besar ini menembusi telinga  yang tuli. Sepatah kata, satu jamahan tangan-Nya, mencelekkan mata orang buta untuk melihat  terang hari siang, pemandangan alam yang indah, wajah sahabat-sahabat dan wajah Pelepas. Yesus  menyembuhkan penyakit dan membuangkan demam. Suara-Nya mencapai orang yang sedang  menuju maut dan merekapun bangkitlah dalam kesehatan dan kekuatan yang baru. Orang yang  dirasuk setan menurut perkataan-Nya, penyakit mereka meninggalkan mereka dan mereka pun  menyembah Dia. Di saat Ia menyembuhkan penyakit-penyakit ini, Ia juga mengajar orang banyak  itu. Para petani dan buruh yang miskin yang telah disingkirkan oleh rabbi sebagai orang yang najis  datang berkumpul mendekati Dia dan Ia memberikan pada mereka itu perkataan hidup kekal.
Maka sepanjang hari itu, murid-murid Yohanes hanya menyaksikan dan mendengar. Akhirnya Yesus
memanggil mereka dan menyuruh mereka pergi dan mengatakan kepada Yohanes apa yang mereka
telah saksikan, dan Ia tambahkan, "Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak
Aku." Lukas 1:23. Bukti keilahian-Nya telah dilihat dalam penyesuaian-Nya dengan kebutuhan
manusia yang menderita. Kemuliaan-Nya telah ditunjukkan dalam merendahkan diri-Nya kepada
tingkatan hidup kita yang rendah ini.
Murid-murid membawa berita itu dan itu telah cukup. Yohanes teringat akan nubuatan mengenai
Mesias, "Roh Tuhan Allah ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku; Ia telah mengutus
aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang
remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan kepada orang-orang
yang terkurung kelepasan dari penjara." Yesaya  61: 1, 2. Pekerjaan Kristus bukanlah hanya
menyatakan bahwa Dia adalah Messias, tetapi menunjukkan bagaimana caranya kerajaan-Nya harus
dibangunkan. Kepada Yohanes telah dibuka kebenaran yang sama sebagaimana telah diberikan pada
Elia di padang belantara,  bila "angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan
memecahkan bukit-bukit batu, mendahului Tuhan. Tetapi tidak ada Tuhan dalam angin itu. Dan
sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada Tuhan dalam gempa itu;" maka kemudian
daripada api itu, Allah berfirman kepada nabi oleh "bunyi angin sepoi-sepoi basa." I Raja-raja 19: 11,
12. Demikian pula bagi Yesus melakukan pekerjaan-Nya, bukannya dengan senjata atau dengan
merebut takhta kerajaan, melainkan dengan berkata kepada hati manusia oleh suatu kehidupan penuh dengan kemurahan dan pengorbanan diri.
Prinsip kehidupan Yohanes Pembaptis yang menyangkal dirinya itu adalah menjadi prinsip kerajaan
Mesias. Yohanes mengetahui benar alangkah anehnya prinsip ini dibandingkan dengan prinsip dan
harapan para pemimpin Israel. Hal yang baginya menjadi suatu bukti Keilahian Kristus, tetapi bagi
mereka itu tidaklah demikian. Mereka sedang mencahari seorang Mesias yang tidak dijanjikan.
Yohanes melihat bahwa hasil pekerjaan Juruselamat bagi mereka itu hanyalah kebencian dan
pehukuman. Ia sebagai perintis hanya minum dari piala yang Kristus sendiri harus mengeringkannya
hingga pada dasarnya.
Perkataan Juruselamat, "Berbahagialah orang tidak menaruh syak kepada-Ku" adalah menjadi
teguran yang manis kepada Yohanes. Ucapan ini bukanlah merugikan dia. Malahan kini ia lebih
mengerti dengan jelas akan keadaan pekerjaan Kristus, ia menyerahkan dirinya kepada Allah, untuk
hidup atau mati, untuk menjalankan dengan sebaik-baiknya pekerjaan yang telah dicintainya.
Setelah  pesuruh ini pergi, Yesus berkata kepada orang banyak mengenai Yohanes. Hati Yesus
merasa simpati kepada saksi yang setia ini yang kini sedang dimasukkan di dalam penjara Herodes.
Ia tidak mau membiarkan orang banyak mengambil kesimpulan bahwa Allah telah meninggalkan
Yohanes, atau percayanya telah lemah pada saat pencobaan. "Apakah yang kamu pergi lihat ke
padang belantara?" kata Yesus, "Sebatang buluhkah yang digoyangkan angin?"
Pohon buluh yang tinggi yang telah bertumbuh di tepi sungai Yarden, yang tunduk bila ditiup angin,
adalah tepat mewakili rabbi-rabbi yang berdiri sebagai pengeritik dan hakim akan pekerjaan Yohanes
Pembaptis. Mereka digoyangkan ke sana-sini oleh angin pikiran populer. Mereka tidak mau
menerima akan pekabaran penyelidikan hati dari Yohanes Pembaptis, tetapi karena takut akan orang
banyak mereka tidak berani menentang pekerjaan itu secara terang-terangan. Tetapi pesuruh Tuhan
tidak mempunyai roh penakut yang semacam itu. Orang banyak yang berkumpul mengelilingi
Kristus telah menjadi saksi pekerjaan Yohanes Pembaptis. Mereka telah mendengar akan
kebenarannya dalam menegur dosa. Baik kepada orang Parisi yang merasa diri suci, imam-imam,
Saduki, Raja Herodes dan anggota majelis, putera dan tentara, pemungut cukai dan petani, Yohanes
berkata dengan cara ketegasan yang sama. Ia bukannya bambu yang bergerak-gerak, yang
digoyangkan oleh angin pujian dan prasangka manusia. Selama ia meringkuk dalam penjara,
kesetiaannya kepada Allah dan kegiatannya untuk mencapai kebenaran adalah sama dengan apabila
ia berkhotbah di padang belantara. Oleh kesetiaannya pada prinsip, maka ia teguh sebagai sebuah
batu.
Yesus berkata selanjutnya, "Apakah yang kamu pergi lihat? Seorang yang memakai pakaian
haluskah? Sesungguhnya orang yang memakai pakaian yang halus itu ada di dalam istana raja-raja."
Yohanes telah dipanggil untuk menegur dosa dan kejahatan pada zamannya, dan pakaiannya yang
sangat sederhana dan hidup yang penuh penyangkalan diri itu adalah sesuai dengan sifat
pekerjaannya. Pakaian yang halus dan kemewahan kehidupan ini bukanlah bahagian hamba-hamba
Allah, melainkan mereka yang hidup di dalam istana raja, penghulu dunia ini, di mana terdapat
kekuasaan dan kekayaan itu. Yesus ingin membawa perhatian mereka kepada perbedaan pakaian
Yohanes Pembaptis dan pakaian yang dipakai oleh imam-imam dan penghulu-penghulu. Orang
terkemuka ini menunjukkan diri mereka dengan jubah yang mewah dan perhiasan yang sangat
berharga. Mereka suka memperlihatkan diri mereka, dan mengharap akan dapat menyilaukan mata
orang banyak. Mereka ingin mendapat pujian manusia, daripada mendapat kesucian hati yang
berkenan kepada Allah. Dengan demikian mereka menunjukkan bahwa kesetiaan mereka bukanlah diberikan kepada Allah, tetapi kepada kerajaan dunia ini.
Tetapi kata Yesus, "Apakah sebabnya kamu pergi itu? Hendak melihat seorang nabikah? Bahkan
Aku berkata kepadamu: Bahwa ada seorang yang terlebih lagi daripada seorang nabi. Karena inilah
dia yang tersurat halnya, "Bahwa ketahuilah olehmu Aku menyuruhkan utusanku lebih dahulu
daripadamu. Maka ialah akan menyediakan jalan di hadapanmu."
"Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, bahwa di antara segala orang yang dilahirkan oleh
perempuan belum bangkit seorang pun yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis." Dalam
pengumuman kepada Zakharia sebelum kelahiran Yohanes, melaikat berkata, "Sebab ia akan besar
di hadapan Tuhan." Lukas 1:15. Pada pemandangan surga, apakah yang menjadikan kebesaran itu?—
Bukankah kebesaran sebagai anggapan dunia ini; bukan kekayaan, atau jabatan, atau keturunan yang
mulia atau pemberian kecerdasan menurut anggapan mereka itu. Jikalau kebesaran intelek, terpisah
daripada pertimbangan lain yang lebih tinggi, akan dianggap sebagai penghormatan yang layak,
maka penghormatan kita itu patut diberikan kepada setan, yang kesanggupan inteleknya tidak ada
seorang manusia yang dapat menyamainya. Tetapi bila disalahgunakan kepada pelayanan akan diri
sendiri, makin besar anugerah itu makin besarlah kutuk yang diperoleh. Adalah nilai ahlak yang
dinilai oleh Allah. Kasih dan kesucian adalah sifatsifat yang sangat dihargakan oleh Tuhan. Yohanes
adalah besar pada pemandangan Tuhan, karena bila ia berada di hadapan pesuruh Sanhedrin, di
hadapan orang banyak, di hadapan murid-muridnya sendiri, ia menjauhkan dirinya daripada
mencahari penghormatan dirinya, melainkan menunjukkan seluruhnya kepada Yesus sebagai
Seorang yang dijanjikan. Kegembiraannya yang tidak mementingkan diri dalam pelayanan akan
Kristus, menunjukkan contoh keagungan yang belum pernah dinyatakan pada seorang manusia.
Kesaksian dari hal dia, setelah wafatnya, yang dibawa oleh mereka yang mendengar kesaksiannya
mengenai Yesus adalah "Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah
dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar." Yohanes 10:41. Pada Yohanes tidaklah diberikan
kuasa untuk menurunkan api dari langit, atau membangkitkan orang mati, sebagaimana Elia atau
memegang tongkat Musa yang berkuasa dalam nama Allah. Ia telah diutus untuk menyediakan jalan
bagi kedatangan Juruselamat dan mengamarkan orang banyak untuk bersedia bagi kedatangan-Nya.
Dengan setia ia telah memenuhi tugasnya, sehingga bila orang banyak mengingat apa yang telah
diajarkannya pada mereka darihal Yesus, mereka sanggup berkata, "Segala sesuatu yang dikatakan
Yohanes darihal orang ini  adalah benar." Kesaksian tentang Kristus yang semacam itulah yang
diminta agar dibawa oleh tiap-tiap murid Tuhan.
Sebagai Jurukabar Mesias, Yohanes adalah "lebih daripada seorang nabi." Karena jika nabi-nabi
telah melihat kedatangan Tuhan yang pertama itu  dari jauh, bagi Yohanes telah diberikan
kesempatan untuk melihat Dia, mendengar kesaksian dari surga tentang Mesias itu dan
mengemukakan Dia kepada bani Israel sebagai Utusan Allah. Namun Yesus berkata, "Ia yang
terkecil di dalam kerajaan surga, itulah yang lebih besar daripadanya."  Nabi Yohanes adalah menjadi suatu rantai penghubung di antara kedua dispensasi. Sebagai wakil  Allah ia berdiri untuk menunjukkan hubungan taurat dan nabi-nabi kepada dispensasi Kristen. Ia  adalah terang yang sangat kecil, yang patut diikuti oleh suatu terang yang lebih besar. Pikiran  Yohanes disinari oleh Roh Suci, agar ia dapat memancarkan terang kepada bangsanya; tetapi tidak  pernah ada terang lain yang pernah bersinar atau akan selamanya bersinar begitu jelas atas manusia  yang  telah jatuh sebagaimana yang terpancar dari ajaran dan teladan Yesus. Kristus dan  pekerjaan-Nya hanya dipahami dengan jelas sebagaimana yang dilambangkan dalam korban-korban  bayangan. Sedangkan Yohanes pun tidak mengerti benar akan hidup kekal di masa depan melalui  Juruselamat.  Di samping kesenangan yang diperoleh Yohanes dalam pekerjaannya, sebenarnya hidupnya adalah  suatu kehidupan yang penuh derita. Suaranya jarang didengar, kecuali di padang belantara. Hidupnya  terpencil, kesepian. Ia tidak diizinkan untuk melihat hasil pekerjaannya sendiri. Bukanlah  kesempatannya untuk bersama dengan Kristus dan menyaksikan kenyataan kuasa Ilahi yang  menyertai terang yang lebih besar itu. Bukanlah bagi dia untuk memandang orang buta dicelekkan,  yang sakit disembuhkan, orang mati dibangkitkan. Ia tidak melihat terang yang bercahaya keluar dari  tiap-tiap perkataan Kristus, yang memberi kemuliaan pada perjanjian nubuatan itu. Seorang murid  yang paling sedikit kesempatannya melihat akan kuasa pekerjaan dan mendengar perkataan-Nya  adalah lebih besar kesempatannya dari Yohanes Pembaptis, dan itulah sebabnya telah dikatakan  bahwa orang itu adalah lebih besar daripadanya.  Melalui orang banyak yang telah mendengar pengajaran Yohanes, kemashurannya tersebar ke  seluruh pelosok. Minat yang ,mendalam terasa oleh akibat ia dipenjarakan. Tetapi hidupnya yang  tidak bersalah itu dan dukungan orang banyak padanya, membawa pada suatu kepercayaan bahwa  tidak ada sesuatu yang berbahaya akan dilakukan kepadanya.  Herodes percaya bahwa Yohanes adalah seorang nabi Allah, dan ia benar-benar bermaksud untuk  membebaskan dia. Tetapi ia menangguhkan maksudnya ini karena takut pada Herodias.  Herodias mengetahui bahwa oleh hukuman yang langsung ia tidak pernah akan mendapat  persetujuan Herodes untuk membunuh Yohanes, maka ia bermaksud untuk mencapai niatnya itu  dengan tipu muslihat. Pada hari ulang tahun raja suatu jamuan akan diadakan bagi para pegawai  negara dan orang bangsawan di istana. Akan ada pesta dan mabuk-mabuk. Dengan jalan ini raja  Herodes akan kehilangan pikiran dan mungkin akan dapat dipengaruhi sesuai dengan niat hatinya.  Apabila hari besar ini tiba dan raja bersama pembantu-pembantunya sedang berpesta-pesta dan  mabuk-mabuk, Herodias mengirim puterinya ke dalam pesta itu untuk menari, menghibur para tamu.  Salome yang masih berwajah seorang dara suci, dan kecantikannya yang menggairahkan itu telah  merangsang perasaan para tamu dalam pesta itu. Sebenarnya bukanlah kebiasaan bagi anak-anak  perawan di istana muncul pada pesta-pesta semacam ini, dan suatu pujian telah diberikan pada  Herodes bila puteri dan permaisuri ini menari untuk menghibur para tamu.  Raja ini telah silau karena minuman anggur. Nafsu bergelora dan pikirannya pun telah hilang. Ia  hanya melihat ruangan pesta ini dengan tamu-tamunya, meja jamuan dan air anggur yang  berkilau-kilauan dan cahaya lampu yang terang dan seorang dara sedang menari di hadapannya.  Dalam saat-saat ini, ia ingin memberikan beberapa pertunjukan yang akan meninggikan dirinya di  hadapan orang-orang besar dalam kerajaannya. Dengan sumpah ia telah berjanji untuk memberikan  kepada puteri Herodias apa saja akan dimintanya, walau pun setengah dari kerajaannya.  Salome dengan cepat berlari kepada ibunya, untuk mengetahui apakah yang harus dimintanya.  Jawabnya telah sedia—kepala Yohanes Pembaptis. Salome tidak mengetahui akan kehausan dendam  yang mengganas dalam jantung ibunya, tetapi ia takut untuk memajukan permohonan ini, tetapi  tujuan Herodias tercapai juga. Anak wanita ini kembali dengan permohonan yang ngeri ini, "Aku  mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!"  Markus 6:25.  Herodes heran dan bingung. Pesta yang gaduh itupun berhentilah, dan ketegangan meliputi segenap  hadirin. Raja merasa takut dan gemetar untuk mengambil hidup Yohanes Tetapi ia telah berjanji dan  ia tidak mau dianggap seorang yang berpendirian goncang atau berubah-ubah. Ia telah bersumpah  untuk menghormati para tamunya dan seandainya salah seorang dari mereka itu telah melemparkan  suatu perkataan untuk  menentang atau membatalkan janjinya, maka dengan gembira ia akan  menyelamatkan nabi itu. Ia telah memberikan kesempatan pada mereka itu untuk bersuara bagi  kepentingan Yohanes. Mereka inilah yang pernah berjalan jauh untuk mendengar khotbah Yohanes,  malahan telah mengenal dia sebagai seorang yang tidak ada kejahatannya, dan seorang hamba Allah.  Tetapi walau pun terkejut dengan tuntutan anak dara ini, karena mereka begitu mabuk sehingga tidak  sanggup untuk membantah. Tidak ada suara yang dikeluarkan untuk menyelamatkan hidup pesuruh  surga ini. Orang-orang ini memegang jabatan tinggi dalam bangsanya, dan di atas pundak mereka  terletak tanggungjawab yang berat; tetapi karena telah diracuni oleh air anggur dan kesenangan  berpesta, sehingga perasaan mereka pun telah beku. Kepala mereka pusing karena bunyi musik dan  dansa, dan angan-angan hati tidak memberikan suara. Oleh berdiam diri mereka mengucapkan vonis  maut bagi nabi Allah untuk memuaskan dendam wanita yang telah ditinggalkan itu.  Sia-sia Herodes menunggu untuk dilepaskan dari sumpahnya itu; maka dengan terpaksa ia  memerintahkan untuk memancung kepala nabi ini. Tidak lama kemudian kepala Yohanes itu telah  dibawa di hadapan raja dan para tamunya. Bibir Yohanes yang dengan setia mengamarkan agar  Herodes bertobat dari dosanya, kini terkatup untuk selama-lamanya. Suaranya tidak pernah lagi akan  didengar mengajak orang lain untuk bertobat. Pesta keji yang hanya semalam itu telah  mengakibatkan hilangnya hidup seorang nabi yang terbesar.  Oh betapa seringnya kehidupan  orang yang tidak bersalah itu menjadi korban tidak bertaraknya  mereka yang menjadi penegak keadilan! Ia yang menaruh piala yang memabukkan pada bibirnya,  bertanggungjawab atas segala ketidakadilan yang mungkin dapat dilakukannya dengan kuasa yang  telah diracuni oleh alkohol. Karena oleh meracuni dirinya dengan minuman keras, maka tidak  mungkin baginya untuk berpikir tenang lagi atau mendapat pengertian yang jelas mengenai yang  benar dan yang salah. Ia membuka jalan bagi setan untuk bekerja melalui dia dalam cara yang  menindas dan membinasakan. "Anggur adalah pencemooh, minuman keras adalah peribut, tidaklah  bijak orang yang terhuyung-huyung karenanya. Amsal 20:1. Oleh sebab itu "hukum telah terdesak ke  belakang,. . . dan siapa yang menjauhi kejahatan, ia menjadi korban rampasan." Yesaya 59: 14, 15.  Mereka yang mempunyai kuasa atas kehidupan sesama manusia harus dianggap bersalah berbuat  suatu kejahatan bila mereka menyerah dalam hal tidak bertarak itu. Mereka yang mengeluarkan  peraturan haruslah menjadi orang yang memelihara peraturan. Mereka haruslah menjadi orang yang  dapat mengendalikan diri. Mereka harus dapat sepenuhnya menguasai kuasa tubuh, pikiran dan batin  agar mereka boleh memiliki kuasa intelek, dan suatu rasa keadilan yang tinggi.  Kepala Yohanes Pembaptis dibawa kepada Herodias yang telah menerimanya dengan hati yang  sangat puas. Ia berhasil dalam pembalasannya, dan membanggakan dirinya karena angan-angan hati  Herodes tidak lagi diganggu. Tetapi tidak ada kebahagiaan yang diperolehnya dari dosanya  ini.  Namanya menjadi buruk dan dibenci, dan jiwa Herodes lebih tersiksa oleh angan-angan hatinya  daripada ia mendapat amaran dari nabi itu. Pengaruhnya ajaran Yohanes tidaklah tinggal diam; harus  meluas sampai ke tiap-tiap generasi hingga akhir zaman.  Dosa Herodes selamanya nampak di hadapan matanya. Ia senantiasa berusaha mencahari kelepasan  daripada tuduhan angan-angan hatinya yang bersalah itu. Kepercayaannya kepada Yohanes tidak  dapat digoncangkan. Pada saat ia mengingat akan kehidupan Yohanes yang penuh penyangkalan diri  itu, wajahnya yang tenang, panggilannya yang bersungguh-sungguh, nasehatnya yang baik dan  kemudian tentang kematiannya, hati Herodes pun menjadi gelisah. Sementara ia melaksanakan tugas  negara, menerima penghormatan dari rakyatnya, ia menyambut dengan wajah yang senyum, pada  saat itu pula hatinya ditindas oleh ketakutan yang telah menjadi suatu kutuk baginya.  Herodes begitu tertarik oleh perkataan Yohanes sehingga tidak ada sesuatu yang dapat  disembunyikan daripada pemandangan Allah. Ia yakin bahwa Allah hadir di tiap-tiap tempat, Ia telah  menyaksikan kenajisan ruangan pesta itu, Ia telah mendengar perintah untuk memancung kepala  Yohanes, dan telah melihat akan kesenangan hati Herodias, dan dengan menghina ia menyerahkan kepala seorang yang menegur dia. Dan banyak perkara lagi yang Herodes telah dengar dari bibir nabi  itu, kini berbisik pada angan-angan hatinya lebih jelas lagi daripada didengarnya dalam khotbahnya  di padang belantara.  Bila Herodes mendengar tentang pekerjaan Kristus, hatinya takut. Ia menyangka bahwa Allah telah  membangkitkan Yohanes dan mengutus dia dengan suatu kuasa yang lebih besar lagi untuk  mengutuk dosa. Ia senantiasa takut karena Yohanes akan membalas dendam padanya dengan  membawa kutuk padanya dan seisi rumahnya.  Herodes sedang menyabit apa yang Allah telah  katakan tentang akibat suatu perbuatan dosa "Tuhan akan memberikan di sana kepadamu hati yang  gelisah, mata yang penuh rindu dan jiwa yang merana. Hidupmu akan terkatung-katung, siang dan  malam engkau akan terkejut dan kuatir akan hidupmu. Pada waktu pagi engkau akan berkata: Ah,  kalau malam sekarang! dan pada waktu malam engkau akan berkata: Ah, kalau pagi sekarang!  karena kejut memenuhi hatimu, dan karena apa yang dilihat matamu." Ulangan 28:65-67. Bagi  seorang yang berdosa, pikirannya sendiri adalah penuduhnya; dan tidak ada suatu siksaan yang lebih  tajam lagi daripada sengatan angan-angan hatinya yang bersalah itu, yang tidak dapat memberikan  padanya perhentian jiwa baik siang atau malam.  Bagi pikiran orang banyak nasib Yohanes Pembaptis itu masih berupa suatu rahasia. Timbul  pertanyaan dalam hati mereka itu, mengapa ia harus dibiarkan menderita dan mati dalam penjara.  Rahasia penjagaan yang gelap ini, tidak dapat ditembus oleh penglihatan manusia; tetapi hal itu tidak  pernah akan menggoncangkan kepercayaan kita kepada Allah, jika kita mengingat bahwa Yohanes  hanya seorang yang mengambil bahagian dalam penderitaan Kristus. Segala orang yang mengikut  Kristus akan memakai mahkota pengorbanan. Mereka akan salah dimengerti oleh orang-orang yang  cinta akan dirinya, dan akan menjadi suatu sasaran serangan setan yang kejam. Untuk membinasakan  prinsip pengorbanan diri inilah maka ia telah mendirikan kerajaannya dan di mana saja muncul  prinsip itu, di sana ia berperang untuk melawannya.  Masa kanak-kanak, masa muda, masa dewasa Yohanes telah dijiwai ketegasan dan kuasa batin.  Apabila suaranya didengar di padang belantara. yang berkata, "Persiapkanlah jalan untuk Tuhan,  luruskanlah jalan bagi-Nya, Matius 3: 3, Setan merasa takut karena mengingat akan keselamatan  kerajaannya. Kecemaran dosa dinyatakan dengan jalan yang sedemikian rupa sehingga orang-orang  pun gemetar. Kuasa Setan yang mengikat mereka yang berada di bawah jajahannya pun putuslah. Ia  telah berusaha dengan tidak mengenal letih untuk menyeret Yohanes dari suatu kehidupan yang  penuh penyerahan kepada Allah; tetapi ia telah gagal. Dan ia juga gagal mengalahkan Yesus. Dalam  pencobaannya di padang belantara, Setan telah dikalahkan. dan besarlah amarahnya. Kini ia bertekad  untuk menyusahkan hati Kristus dengan memukul Yohanes. Seorang yang tidak dapat  dipengaruhinya untuk berdosa, akan dipaksakannya untuk menderita.  Yesus tidak menyelang untuk melepaskan hamba-Nya. Yesus telah mengetahui bahwa Yohanes akan  dapat mengatasi ujian itu. Sebenarnya Juruselamat sangat senang untuk datang menghibur Yohanes  dalam goha itu dengan kemuliaan-Nya. Tetapi Ia tidak mau menempatkan diri-Nya dalam tangan  musuh-musuh-Nya dan membahayakan pekerjaan-Nya sendiri. Yesus sangat senang untuk  melepaskan hamba-Nya yang setia. Tetapi untuk kepentingan beribu-ribu orang pada tahun-tahun  yang akan datang yang harus melalui penjara dan maut, Yohanes harus minum piala itu ialah mati  sahid. Sebagai pengikut Yesus kita harus meringkuk dalam goha yang gelap, atau mati oleh pedang,  kursi listrik, tiang gantungan, atau seakan-akan ditinggalkan Allah dan manusia, dengan kesadaran  bahwa Kristus Sendiri yang telah dengan setia disaksikan oleh Yohanes, juga telah melalui  pengalaman yang sama.  Setan telah diizinkan untuk memendekkan kehidupan pesuruh Allah dalam dunia ini; tetapi hidup  yang "tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah" Kolose 3:3 tidak dapat dicapai oleh  pembinasa itu. Setan bergembira karena ia telah membawa kesusahan pada Kristus, tetapi ia gagal  mengalahkan Yohanes. Kematian itu sebenarnya hanyalah meluputkan dia selamanya daripada kuasa  penggodaan. Dalam peperangan inilah Setan sedang menyatakan tabiatnya sendiri. Di hadapan  semesta alam yang sedang menyaksikan, ia menyatakan permusuhannya dengan Allah dan manusia.  Walau pun tidak ada kelepasan secara ajaib diberikan pada Yohanes, namun ia tidak ditinggalkan. Ia  senantiasa ditemani oleh malaikat-malaikat surga, yang telah membuka kepadanya  nubuatan-nubuatan mengenai Kristus, dan janji janji yang indah dalam Kitab Suci. Inilah yang  menjadi pegangannya dan menjadi pegangan umat Allah sepanjang abad. Kepada Yohanes  Pembaptis, dan juga kepada mereka yang mengikuti dia, telah diberikan jaminan: "Ketahuilah, Aku  menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Matius 28:20.  Allah tidak pernah memimpin umat-Nya selain daripada mereka itu sendiri memilih untuk dipimpin,  jika mereka dapat melihat kesudahan dari permulaan, dan memandang kemuliaan dari maksud yang  sedang mereka genapi sebagai teman sekerja dengan Dia. Bukannya Henokh, yang telah diubahkan  dan naik ke surga, bukannya Elia yang naik ke surga dengan rata api, yang lebih besar atau lebih  dihormati daripada Yohanes Pembaptis, yang telah binasa sendiri dalam goha. "Sebab kepada kamu  dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia."  Filipi 1:29. Dan dari segala pemberian yang dapat diberikan oleh surga kepada manusia, persekutuan  dengan Dia dalam penderitaan-Nya adalah suatu kepercayaan yang paling penting dan kehormatan  yang paling tinggi.           Pasal 23

"KERAJAAN ALLAH SUDAH DEKAT"

"DATANGLAH Yesus ke tanah Galilea memashurkan Injil Allah, serta berkata: Waktunya telah
genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" Markus 1 :14, 15.
Kedatangan Mesias telah diumumkan mulai di tanah Yudea. Dalam kaabah di Yerusalem, kelahiran
seorang pelopor telah diberitahukan lebih dulu kepada Zakharias pada saat ia melayani di hadapan
medzbah. Di atas bukit Betlehem malaikat memberitakan kelahiran Yesus. Orang-orang Majus telah
datang ke Yerusalem untuk mencahari Dia. Dalam kaabah Simon dan Ana telah menyaksikan
Keilahian-Nya. "Yerusalem dan seluruh Yudea" telah mendengar akan ajaran Yohanes Pembaptis;
para utusan Sanhedrin, dan orang banyak telah mendengar kesaksiannya darihal Yesus. Di Yudea
Kristus telah menerima murid-Nya yang pertama. Di tempat inilah terbanyak dari pekerjaan-Nya
yang mula-mula diadakan. Keilahian-Nya yang terpancar pada saat Ia menyucikan kaabah, mukjizat
menyembuhkan penyakit, ajaran kebenaran Ilahi  yang terbit dari bibir-Nya, semuanya itu
menyatakan apa yang telah dinyatakan-Nya di hadapan Sanhedrin setelah penyembuhan di kolam
Baitesda,—bahwa Ia adalah sebagai Anak Allah.
Jika pemimpin-pemimpin Israel telah menerima Kristus, maka Ia akan  menghormati mereka itu,
sebagai pesuruh-pesuruh-Nya untuk membawa kabar Injil ke seluruh dunia. Pada mereka mula-mula
diberikan kesempatan untuk menjadi pewarta kerajaan dan rahmat Allah. Tetapi bani Israel tidak
mengetahui bila kedatangannya. Perasaan cemburu dan  tidak percaya pemimpin-pemimpin bangsa
Yahudi telah menjadi matang dan menjelma menjadi kebencian yang terang-terangan, dan hati orang
banyak itu pun berpaling daripada Yesus.
Sanhedrin telah menolak pekabaran Kristus, dan berusaha untuk membunuh Dia; oleh  sebab itu
Yesus meninggalkan Yerusalem, imam-imam kaabah, pemimpin-pemimpin agama, orang-orang
yang dididik dalam taurat, dan menuju kepada suatu golongan manusia yang lain untuk membawa
pekabaran-Nya, dan untuk mengumpulkan mereka yang harus membawa kabar Injil kepada segala
bangsa.
Sebagaimana terang dan kehidupan manusia ditolak oleh kekuasaan agama pada zaman Kristus,
begitu pula akan berlaku pada generasi yang mengikutnya. Berulang-ulang hikayat penarikan diri
Kristus dari Yudea disebut. Ketika Pembaharu-pembaharu mengajarkan firman Allah, mereka tidak
mempunyai pikiran untuk memisahkan diri mereka daripada sidang yang telah dibangunkan; tetapi
pemimpin-pemimpin agama itu tidak akan memperbolehkan terang itu, dan orang yang membawa
terang itu dipaksa untuk mencahari golongan manusia yang lain, ialah yang rindu akan kebenaran.
Dalam zaman kita ini terdapatlah beberapa orang yang mengaku pengikut Kristus, tetapi digerakkan
oleh roh mereka sendiri. Sedikitlah orang yang mendengar kepada suara Allah, dan sedia menerima
kebenaran dalam cara apa pun kebenaran itu dikemukakan. Sering mereka yang mengikut jejak
kaum Pembaharu ini dipaksa untuk meninggalkan gereja yang mereka kasihi, untuk menyatakan
ajaran firman Allah yang nyata. Banyak kali mereka yang sedang mencahari terang dan oleh ajaran
yang sama terpaksa meninggalkan gereja nenek-moyang mereka agar mereka dapat memberikan
penurutan mereka.
Orang-orang Galilea dihina oleh rabbi-rabbi Yerusalem sebagai orang yang kasar dan tidak
berpendidikan namun demikian  merekalah suatu ladang yang lebih memberi pengharapan bagi
pekerjaan Juruselamat. Mereka adalah lebih sungguh-sungguh, mereka agak kurang dikendalikan
oleh sifat berpura-pura; pikiran mereka lebih terbuka akan menerima kebenaran. Kepergian Yesus ke
Galilea bukanlah memencilkan diri. Tidak ada suatu propinsi pada zaman itu yang begitu penuh sesak dengan penduduknya dan pelbagai bangsa daripada propinsi Yudea.
Pada waktu Yesus berjalan melalui Galilea, mengajar dan menyembuhkan, orang banyak mengikut
Dia dari kota ke kota dan dari kampung ke kampung. Sering Ia terpaksa menyembunyikan diri-Nya
daripada orang banyak. Semangat sangat berapi-api sehingga perlu mengambil perhatian agar jangan
pemerintah Rom didorong untuk mengadakan pemberontakan. 
Belum pernah terjadi dalam dunia suatu masa seperti ini. Surga telah diturunkan kepada manusia.
Jiwa-jiwa yang lapar dan haus yang telah lama menunggu akan penebusan bangsa Israel kini dijamu
dengan anugerah Juruselamat yang penuh kasihan.
Inti dari pengajaran Kristus ialah "waktunya sudah sampai, dan kerajaan Allah sudah dekat;
bertobatlah kamu dan percayalah akan Injil itu." Maka dengan demikian, kabar Injil, sebagaimana
yang diberikan oleh Juruselamat didasarkan atas nubuatan-nubuatan. "Waktu" yang dikatakannya
akan digenapi ialah masa yang dinyatakan oleh malaikat Jibrail kepada Daniel. "Tujuhpuluh kali
tujuh masa telah ditetapkan atas bangsamu dan atas kotamu yang kudus, untuk melenyapkan
kefasikan, untuk mengakhiri dosa, untuk menghapuskan kesalahan, untuk mendatangkan keadilan
yang kekal, untuk menggenapkan penglihatan dan nabi, dan untuk mengurapi Yang Mahakudus."
Daniel 9:24. Satu hari dalam nubuatan adalah sama dengan setahun. Bilangan 14:34; Yehz. 4:6.
Tujuh puluh minggu atau empat ratus sembilan puluh hari adalah mengumpamakan empat ratus
sembilan puluh tahun. Titik permulaan masa ini adalah: "Maka ketahuilah dan pahamilah: dari saat
firman itu keluar, yakni bahwa Yerusalem akan dipulihkan dan dibangun kembali, sampai pada
kedatangan seorang yang diurapi, seorang  raja, ada tujuh kali tujuh masa." Enam puluh sembilan
minggu atau empat ratus delapan puluh tiga tahun. Daniel 9:25. Perintah untuk memperbaiki dan
membangunkan Yerusalem diberikan oleh titah Artaxerxes Langemanus (lihat Ezra 6:14; 7:1, 9)
yang jatuh pada musim rontok tahun 457 Sebelum Masehi. Dari tahun ini jika ditambah dengan 483
tahun maka berakhir pada musim rontok tahun 27 Sesudah Masehi. Menurut nubuatan, masa ini
sampai kepada Mesias, yang diurapi. Pada tahun 27 Sesudah Masehi Yesus dalam baptisan-Nya telah
menerima pengurapan Roh Suci, dan segera sesudah itu la mulai pekerjaan-Nya. Maka pekabaran
diwartakan, 'Waktunya telah digenapi." 
Lalu kata malaikat itu pula, "maka pada Sabat satu itu akan dinyatakan perjanjian itu kepada
beberapa orang dengan  kemuliaannya." Karena tujuh tahun setelah Juruselamat memasuki
pekerjaan-Nya, Injil harus dikabarkan istimewa kepada bangsa Yahudi, selama tiga setengah tahun
oleh Kristus sendiri; dan sesudah itu oleh rasul-rasul. "Pada pertengahan tujuh masa itu ia akan
menghentikan korban sembelihan dan korban santapan." Daniel 9:27. Pada musim semi tahun 31
Sesudah Masehi, Kristus korban yang benar telah dipersembahkan di Golgota. Dan tirai kaabah itu
koyak menjadi dua dari atas ke bawah, menunjukkan bahwa kesucian dan arti upacara korban telah
selesai. Waktunya telah sampai di mana korban dan persembahan makanan dunia ini harus berhenti.
Satu minggu—tujuh tahun itu,—berakhir pada tahun 34 Sesudah Masehi. Kemudian waktu
Estepanus dilempar dengan batu oleh orang Yahudi akhirnya penolakan mereka akan Injil
dimeteraikan murid-murid yang telah tercerai-berai oleh penganiayaan "menjelajah seluruh negeri itu
sambil memberitakan Injil" (Kisah 8:4); dan sesudah itu Saul sipenganiaya itu ditobatkan dan telah
menjadi Paulus, rasul bagi orang kafir.
Waktu kedatangan Kristus, pengurapan-Nya oleh Roh Suci, kematian-Nya, dan pemberitaan kabar
Injil kepada orang kapir dengan tegas ditunjukkan. Adalah menjadi kesempatan orang Yahudi untuk
memahami nubuatan-nubuatan ini dan untuk mengenal akan kegenapannya dalam pekerjaan Yesus.
Kristus mendasak murid-murid-Nya akan pentingnya mempelajari nubuatan. Menunjukkan pada
nubuatan yang diberikan oleh Daniel mengenai zaman mereka itu, la berkata, "para pembaca
hendaklah memperhatikannya." Matius 24:15. Sesudah kebangkitan-Nya Ia telah menerangkan kepada murid kepada "segala nabi," "apa yang tertulis tentang Dia." Lukas 24:27. Juruselamat telah
berbicara melalui segala nabi. "Roh Kristus yang ada di dalam mereka itu, "memberi kesaksian
tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul
sesudah itu." 1 Petrus 1: 11.
Jibrail, malaikat yang derajatnya setingkat lebih rendah daripada Anak Allah yang telah datang
membawa pekabaran Ilahi kepada Daniel. Jibrail,  "malaikat-Nya," yang telah diutus oleh Kristus
untuk membuka tabir masa depan kepada Yohanes yang kekasih; dan suatu berkat diucapkan kepada
mereka yang membaca akan perkataan nubuatnya ini dan yang memasukkan ke dalarn hati segala
sesuatu yang tersurat di dalamnya. Wahyu 1:3.
"Sahaja Tuhan Hua tiada melakukan barang suatu perkara, sebelum dinyatakan-Nya rahasia-Nya
kepada hamba-Nya, yaitu segala nabi-nabi." "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan, Allah kita,
tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah  bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya."
Ulangan 29:29. Allah telah memberikan perkara-perkara ini kepada kita, dan berkat-Nya akan
menyertai orang yang dengan tekun dan setia mempelajari nubuatan-nubuatan Kitab Suci.
Sebagaimana pekabaran kedatangan Kristus yang pertama kali mengumumkan akan kerajaan
anugerah-Nya, demikian pula pekabaran kedatangan-Nya yang kedua kali mengumumkan kerajaan
kemuliaan-Nya. Pekabaran yang kedua, sebagaimana pekabaran yang pertama, dialaskan atas
nubuatan. Perkataan malaikat kepada Daniel mengenai akhir zaman haruslah dipahami pada masa
kesudahan. Pada masa itu, "banyak orang akan menyelidikinya, dan pengetahuan akan bertambah."
"Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji, tetapi orang-orang fasik akan berlaku fasik;
tidak seorangpun dari orang fasik itu akan memahaminya, tetapi orang-orang bijaksana akan
memahaminya." Daniel l2:4,10. Juruselamat Sendiri telah memberikan tanda-tanda kedatangan-Nya,
dan Ia berkata, "Jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah
dekat." "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta
kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas
dirimu seperti suatu jerat." "Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh
kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan
Anak Manusia." Lukas 31: 31, 34, 36.
Kita telah tiba pada masa yang diramalkan dalam Kitab Suci. Masa kesudahan sudah datang, khayal
nabi-nabi dibuka, dan amaran-amaran mereka menunjukkan kita kepada kedatangan Tuhan dalam
kemuliaan itu telah dekat.
Orang-orang Yahudi telah salah menafsirkan dan menyalah-gunakan firman Allah, dan mereka tidak
mengetahui masa kegenapannya. Tahun pekerjaan Kristus dan rasul-rasul-Nya—tahun rahmat
terakhir yang terindah bagi umat pilihan,—mereka telah gunakan dalam berkomplotan untuk
membinasakan pesuruh-pesuruh Tuhan. Cita-cita duniawi telah memenuhi perhatian mereka itu, dan
suguhan kerajaan rohani yang telah diberikan pada mereka itu sia-sia adanya. Begitu pula zaman ini
kerajaan dunia ini telah memenuhi pikiran manusia, sehingga mereka tidak memperhatikan lagi
kegenapan nubuatan itu dengan cepat dan tanda-tanda kerajaan Allah yang segera tiba itu.
"Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba
mendatangi kamu seperti pencuri, karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang.
Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan." Kita tidak mengetahui waktu
kedatangan Tuhan, tetapi kita boleh tahu bilamana sudah dekat. "Sebab itu baiklah jangan kita tidur
seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar." I Tesalonika 5:4-6.


 




 Pasal 24

"BUKANKAH IA INI ANAK TUKANG KAYU ITU?"


Dl SEBERANG hari-hari pekerjaan Kristus yang cemerlang di Galilea, muncullah suatu bayangan
yang gelap. Orang Nazaret menolak Dia. "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" kata mereka itu.
Selama masa kanak-kanak dan masa muda Yesus telah berbakti bersama saudara-saudara-Nya dalam
sinagog di Nazaret. Sejak Ia mulai bekerja. Ia tidak lagi bersama-sama mereka itu, tetapi dalam hal
ini mereka memperhatikan apa yang telah terjadi kepada-Nya. Pada saat Ia muncul lagi di antara
mereka, minat dan harapan mereka sangat tinggi. Di sini Ia bertemu kembali dengan bentuk dan
wajah yang pernah Ia kenal sejak kecilnya. Di sinilah ibu-Nya, saudara-saudara-Nya laki dan
perempuan dan segala mata pun diarahkan kepada-Nya ketika Ia memasuki tempat kebaktian pada
hari Sabat, dan mengambil tempat duduk-Nya bersama orang-orang yang berbakti.
Sebagai acara perbaktian setiap hari, ketua membaca suratan nabi-nabi dan menasehati hadirin agar
tetap berharap pada Seorang yang akan membawa pemerintahan yang mulia, dan akan membasmi
penindasan. Ia
---------------
Pasal ini dialaskan pada Lukas 4:16 -30

berusaha menguatkan hati para pendengarnya dengan mengulangi akan buktinya bahwa
kedatangannya Mesias itu telah dekat. Ia melukiskan kemuliaan kedatangan-Nya, dengan pengertian
bahwa Ia akan nampak sebagai penghulu tentara untuk melepaskan bangsa Israel.
Apabila seorang rabbi hadir dalam kaabah, ia diharapkan untuk memberikan suatu khotbah, dan
siapa pun dari antara orang Israel boleh memberikan bacaan suratan nabi-nabi. Pada hari Sabat ini,
Yesus telah diminta untuk mengambil bahagian dalam acara perbaktian. Ia "berdiri hendak
membacakan dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya." Yesaya 4:16, 17. Bacaan Kitab
Suci yang telah dibacakan-Nya adalah tulisan yang menunjukkan pada Mesias itu.
"Roh Tuhan ada pada-Ku
oleh sebab Ia telah mengurapi Aku,
untuk menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang miskin;
dan Ia telah mengutus Aku
untuk memberitakan pembebasan
kepada orang-orang tawanan,
dan penglihatan bagi orang-orang
buta,
untuk membebaskan orang-orang
yang tertindas,
untuk memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang."

"Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, . . . dan mata semua orang
dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. . . . Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka
heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya." Lukas 4:17-20, 22.
Yesus berdiri di hadapan orang banyak itu sebagai seorang penafsir nubuatan yang hidup mengenai diri-Nya Sendiri. Dengan menjelaskan perkataan-perkataan yang telah dibacakan-Nya, Ia berbicara
mengenai Mesias sebagai seorang yang melepaskan orang yang tertindas, membebaskan orang yang
tertawan, menghiburkan orang. yang susah hatinya, memulihkan orang yang buta, dan menyatakan
kepada dunia terang kebenaran. Cara-Nya yang berkesan dan perkataan-Nya yang ajaib itu telah
menjamah hati yang mendengar oleh suatu kuasa yang mereka belum pernah rasai dulu. Arus
pengaruh Ilahi merombak segala rintangan; sebagaimana Musa, mereka melihat yang Tidak Dapat
Dilihat. Pada saat hati mereka digerakkan oleh Roh Suci, mereka menyahut dengan mengatakan
amin dan puji Tuhan. 
Tetapi bila Yesus mengucapkan, "Pada hari ini isi kitab yang kamu dengar itu sudah sampai," dengan
tiba-tiba mereka diingatkan untuk memikirkan tentang diri mereka sendiri, dan pengakuan akan Dia
yang sedang berbicara kepada mereka itu. Mereka, bangsa Israel, anak-anak Ibrahim, telah
diumpamakan sebagai dalam perhambaan. Mereka dikatakan sebagai orang yang tertawan yang
harus dilepaskan daripada kuasa kejahatan; sebagai orang yang berada dalam kegelapan dan
memerlukan terang kebenaran. Kesombongan mereka diganggu dan ketakutan mereka dibangkitkan.
Perkataan Yesus menyatakan bahwa pekerjaan-Nya bagi mereka itu adalah sangat bertentangan
dengan apa yang mereka telah rindukan. Perbuatan mereka mungkin dapat diselidiki dengan teliti.
Walau pun mereka tepat dan cermat dalam upacara-upacara secara luar, mereka takut akan mata
yang terang yang mengamat-amati mereka itu.
Siapakah Yesus ini? tanya mereka itu. Ia yang telah menyatakan diri-Nya kemuliaan Mesias adalah
anak seorang tukang kayu, dan telah bekerja derigan bapa-Nya Yusuf. Mereka telah melihat Dia
pergi bekerja naik-turun bukit, mereka telah berkenalan dengan saudara-saudaranya laki-laki dan
perempuan, dan mengetahui hidup dan pekerjaan-Nya. Mereka telah melihat Dia bertumbuh dari
kanak-kanak hingga menjadi orang muda, dan dari orang muda hingga dewasa. Walau pun
kehidupan-Nya tidak bercacat, mereka tidak mau percaya bahwa Ia adalah seorang yang telah
dijanjikan itu.
Alangkah besar perbedaannya di antara pengajaran-Nya mengenai kerajaan yang baru itu dengan apa
yang mereka dengar daripada ketua-ketua mereka! Yesus tidak berkata apa-apa mengenai kelepasan
mereka dari  jajahan Rom. Mereka telah mendengar tentang mukjizat-mukjizat-Nya, dan telah
mengharap bahwa kuasa-Nya akan dipakai bagi keuntungan mereka, tetapi mereka melihat bahwa
tidak ada pernyataan bagi maksud yang seperti ini.
Pada saat mereka membuka pintu untuk  kebimbangan, hati mereka menjadi keras hingga tidak
mudah dilembutkan lagi pada saat itu. Setan telah bertekad bahwa mata yang telah buta itu tidak
boleh dibuka hari itu, atau jiwa-jiwa yang terbelenggu dibebaskan. Dengan giat ia bekerja untuk
mengikat mereka dalam keadaan tidak percaya itu. Mereka tidak memikirkan tanda yang telah
diberikan, ketika mereka digoncangkan oleh keyakinan bahwa Ialah Penebus mereka yang sedang
berkata pada mereka itu.
Tetapi Yesus kini memberikan suatu bukti Keilahian-Nya dengan menyatakan pikiran mereka yang
tersembunyi. "Maka berkatalah Ia kepada mereka: 'Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini
kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah dirimu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini,
segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!' Dan kata-Nya lagi: 'Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata
kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika
langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa
seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada
seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di
Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.'" Lukas 4:23-27.
Oleh hubungan peristiwa ini dalam kehidupan nabi-nabi, Yesus menemui pertanyaan para
pendengarnya. Hamba-hamba yang telah dipilih Allah untuk suatu pekerjaan yang istimewa, tidak
diizinkan bekerja bagi orang yang berhati keras dan tidak percaya. Tetapi mereka yang mempunyai
hati untuk merasa dan iman untuk percaya yang menyetujui akan bukti kuasa-Nya melalui nabi-nabi.
Pada zaman Elia, orang Israel telah meninggalkan Allah. Mereka bergantung pada dosa mereka, dan
menolak amaran Roh Suci melalui pesuruh-pesuruh Allah. Dengan demikian mereka mengeratkan
diri mereka dari saluran oleh mana berkat-berkat Allah dapat disalurkan kepada mereka. Tuhan
meliwati rumah orang Israel, di dalam suatu negeri kapir, dengan seorang perempuan yang tidak
tergolong pada umat pilihan. Tetapi wanita ini diperkenankan karena ia telah mengikuti terang yang
telah diterimanya, dan hatinya dibuka bagi suatu terang yang lebih besar yang dikirimkan Tuhan
kepadanya melalui nabi-Nya.
Adalah bagi sebab yang sama sehingga pada zaman Elisa orang kusta pada bani Israel diliwati.
Tetapi Naaman, seorang kapir yang berkedudukan tinggi, setia kepada keyakinannya akan yang
benar, dan telah merasa keperluannya yang besar akan pertolongan. Ia berada dalam suatu keadaan
untuk menerima pemberian rahmat Allah. Ia bukan hanya disucikan daripada penyakit kusta, tetapi
juga diberkati dengan suatu pengetahuan akan Allah yang benar.
Derajat kita di hadapan Allah bergantung bukannya atas banyaknya terang yang telah kita terima,
tetapi atas penggunaan atas barang yang kita miliki. Maka dengan hal ini walau pun orang kafir yang
memilih yang benar seberapa jauh mereka dapat membedakannya, berada dalam suatu keadaan yang
lebih diperkenankan daripada mereka yang telah memiliki terang yang besar, dan mengaku melayani
Allah, tetapi tidak memperdulikan akan terang itu, dan kehidupan mereka setiap hari berlawanan
dengan pengakuan mereka.
Perkataan Yesus kepada para pendengar-Nya di dalam rumah sembahyang menempelak akar dari
sikap membenarkan diri mereka, menekankan kepada mereka kebenaran yang pahit bahwa mereka
telah terpisah jauh daripada Allah, dan menghilangkan pengakuan mereka sebagai umat-Nya.
Tiap-tiap perkataan adalah sebagai sembilu yang menyayat pada saat keadaan mereka yang
sebenarnya yang dibentangkan di hadapan mereka itu. Mereka melecehkan kepercayaan yang pada
mulanya telah diilhamkan oleh Yesus kepada mereka itu. Mereka tidak mengaku bahwa Ia yang
telah lahir dari kemiskinan dan kehinaan itu adalah lain daripada orang yang biasa.
Roh tidak percaya mereka menimbulkan permusuhan. Setan telah mengendalikan diri mereka itu,
dan dengan murka mereka berseru melawan Juruselamat. Mereka telah berpaling daripada-Nya yang
pekerjaan-Nya adalah menyembuhkan dan memperbaiki; kini mereka menyatakan sifat-sifat
sipembinasa.
Waktu Yesus menyinggung mengenai berkat-berkat yang diberikan kepada orang kapir, roh
kesombongan kebangsaan dari para pendengarnya telah dibangkitkan, dan perkataan-Nya telah
ditelan oleh suara gemuruh banyak orang yang tidak merasa puas. Orang-orang ini telah
menyombongkan diri mereka karena memelihara taurat, tetapi kini kesombongan mereka diserang,
sehingga mereka hampir mengadakan pembunuhan. Rombongan bubar, dan mereka pun menangkap
Yesus, mendorong Dia keluar dari dalam tempat sembahyang dan keluar dari dalam kota. Rupanya
semua mengingini kebinasaan-Nya. Mereka menarik Dia hingga ke tepi jurang, dengan maksud
untuk menolak Dia jatuh. Teriakan kutukan memenuhi angkasa. Ada yang melempar batu pada-Nya,
ketika dengan tiba-tiba Ia menghilang dari pada pemandangan mereka itu. Pesuruh-pesuruh surga
yang menyertai Dia di dalam rumah sembahyang juga menghantar Dia di tengah-tengah komplotan
yang sedang marah itu. Mereka menutup dia daripada musuh-musuh-Nya dan membawa ke suatu
tempat yang aman. Demikianlah caranya malaikat melindungi Lot, dan memimpin dia keluar dengan selamat dari dalam
negeri Sodom. Demikian pula caranya mereka melindungi Elisa di suatu bukit kecil di dalam kota.
Bila bukit-bukit yang melingkar itu telah dipenuhi oleh kuda dan rata raja Syam, dan sejumlah besar
tentara yang lengkap, Elisa melihat lereng bukit yang lebih dekat telah ditutupi oleh tentara Allah—
kuda dan rata api mengelilingi hamba Allah.
Demikian pula, pada sepanjang zaman, malaikat Tuhan menyertai pengikut-pengikut Kristus yang
setia. Pasukan kejahatan yang sangat besar dikerahkan melawan segala orang yang akan menang;
tetapi Kristus mengajak kita memandang kepada perkara yang tidak kelihatan, kepada tentara surga
yang berpasukan mengelilingi segala orang yang kasih akan Allah, untuk melepaskan mereka itu.
Dari bahaya apa pun, kelihatan dan tidak kelihatan, kita telah dipelihara oleh perantaraan
malaikat-malaikat, kita tidak pernah akan mengetahui rahasia penjagaan Allah sampai dalam terang
kekekalan kita melihat pemeliharaan Allah. Maka kita akan mengetahui bahwa seluruh keluarga
surga menaruh perhatian pada keluarga Allah di atas dunia ini, bahwa pesuruh-pesuruh dari takhta
Allah menyertai langkah kita tiap-tiap hari.
Apabila Yesus di dalam rumah sembahyang membaca suratan nubuatan, Ia berhenti sejenak untuk
penjelasan terakhir mengenai pekerjaan Mesias. Setelah membaca perkataan ini "akan
berseru-serukan tahun kesenangan Tuhan," Ia lewatkan bagian kalimat, "hari pembalasan Allah kita."
Yesaya 61:2. Hal ini adalah kebenarannya sebagaimana juga yang terutama dalam nubuatan, dan
dengan tenang Yesus tidak menyangkal akan kebenarannya. Ucapan yang terakhir ini dengan senang
hati diterima oleh para pendengarnya dan yang mereka rindukan digenapi. Mereka mengumumkan
hukuman yang menantang orang kafir, dengan tidak menyadari bahwa kesalahan mereka itu sendiri
lebih besar dari kesalahan orang lain. Mereka sendiri sebenarnya sangat memerlukan-rakhmat yang
mereka ingkari pada orang kafir. Pada hari itu di dalam rumah sembahyang, waktu Yesus berdiri di
hadapan mereka itu adalah menjadi kesempatan mereka untuk menerima panggilan surga. Ia yang
"berkenan kepada kasih setia" Mikha 7:18 dengan seorang akan menyelamat kan mereka daripada
kebinasaan yang disebabkan oleh dosa-dosa mereka.
Tidak ada suatu panggilan lagi yang Ia dapat berikan pada mereka untuk bertobat. Menjelang akhir
masa kerja-Nya di Galilea kembali Ia mengunjungi rumah di mana Ia tinggal di masa kanak-kanak.
Sejak Ia ditolak di sana, kemashuran pengajaran dan mukjizat-Nya tersebar di seluruh negeri itu.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa Ia mempunyai kuasa yang melebihi kuasa manusia. Orang Nazaret
mengetahui bahwa Ia berjalan keliling berbuat baik dan menyembuhkan sekalian orang yang ditindas
oleh setan. Di seluruh negeri tidak kedengaran lagi keluhan penyakit karena Ia telah melalui rumah
mereka, menyembuhkan segala penyakit. Rakhmat dinyatakan dalam tiap-tiap tindakan hidup-Nya
yang membuktikan pengurapan Ilahi.
Sekali lagi di saat mereka mendengar perkataan-Nya, orang Nazaret tergerak oleh Roh Suci. Tetapi
kini mereka tidak mau mengakui bahwa orang ini, yang telah dibesarkan di antara mereka adalah
lain atau lebih besar daripada mereka itu sendiri. Masih mendengung di tambur telinga mereka itu
ingatan yang pahit ketika Yesus mengakui bahwa Ia sendiri yang dijanjikan itu, Ia telah menyangkali
mereka tidak setempat dengan bangsa Israel; karena telah ditunjukkan-Nya bahwa mereka itu kurang
layak pada pemandangan Allah daripada seorang kafir. Dari saat inilah walau pun mereka bertanya,
"Dari manakah orang ini beroleh hikmat yang demikian serta mukjizat itu?" Mereka tidak mau
menerima Dia sebagai Kristus yang  datang daripada Allah. Karena kurang percaya mereka,
Juruselamat tidak dapat mengadakan banyak mukjizat di antara mereka. Hanya beberapa hati yang
dibuka untuk menerima berkat-Nya, dan dengan terpaksa Ia meninggalkan tempat itu dan tidak
pernah kembali lagi.
Sekali roh tidak percaya itu digemari, maka roh itu mengendalikan orang-orang Nazaret. Roh itu pun telah mengendalikan anggota Sanhedrin dan seluruh bangsanya. Dengan imam-imam dan orang
banyak, penolakan pertama akan pernyataan kuasa Roh Suci adalah menjadi permulaan kebinasaan
mereka. Untuk membuktikan bahwa penolakan yang pertama benar adanya, mereka meneruskan
untuk mencari kesalahan pada perkataan Kristus. Penolakan mereka akan Roh Suci yang berpuncak
di kayu palang Joljuta, menghasilkan kebinasaan  kotanya, dan tercerai berainya bangsa sebagai
ditiup oleh angin.
Oh, alangkah rindunya Kristus untuk membuka pada orang Israel akan harta kebenaran yang indah
itu! Tetapi karena kebutaan kerohanian mereka yang semacam itu sehingga mustahillah bagi Dia
untuk menyatakan pada mereka itu kebenaran yang berhubungan dengan kerajaan-Nya. Mereka
bergantung kepada kepercayaan dan upacara-upacara mereka yang tidak ada gunanya, di kala
kebenaran surga menanti penerimaan mereka. Mereka menghabiskan uang mereka hanya untuk
sampah dan sekam duniawi, di saat roti hidup dapat mereka peroleh. Mengapakah mereka tidak
pergi kepada firman Allah dan menyelidik dengan rajin untuk mengetahui kalau mereka berada
dalam kesalahan? Perjanjian Lama menyatakan dengan jelas segala seluk beluk pelayanan Kristus,
dan berulang-ulang Ia mengutip dari suratan nabi-nabi dan menyatakan "Hari ini suratan ini digenapi
di dalam telingamu." Jikalau mereka dengan setia telah menyelidik Kitab Suci, membawa segala
teori mereka untuk diuji oleh firman Allah, Yesus tidak perlu meratapi akan penyesalan mereka. Ia
tidak perlu lagi mengatakan, "Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi"
Lukas 13:35. Mungkin mereka telah mengenal akan bukti Ia sebagai Mesias dan bahaya yang sedang
mengancam kota mereka yang sombong itu dapat disingkirkan. Tetapi pikiran orang Yahudi telah
menjadi sempit oleh kesombongan yang tidak masuk di akal. Ajaran Kristus menyatakan kekurangan
tabiat mereka dan menuntut pertobatan, Jika mereka menerima akan pengajaran-Nya, perbuatan
mereka harus dirubah, dan harapan mereka yang disimpan dalam hati itu ditinggalkan. Agar
dihormati oleh surga, mereka patut mengorbankan kehormatan manusia. Jika mereka hendak
menurut perkataan rabbi yang baru ini, mereka harus menjalani arah yang bertentangan dengan
pikiran ahli pikir dan guru besar zaman itu.
Kebenaran itu tidaklah populer pada zaman Kristus. Begitu pula pada zaman kita ini. Tidak populer
sejak Setan pertama-tama memberikan pada manusia tipuan oleh mengemukakan dongengan yang
membawa pada kesombongan diri. Tidakkah kita zaman ini menemui teori-teori dan doktrin-doktrin
yang tidak beralaskan sabda Allah? Manusia bergantung dengan teguhnya pada ajaran dan teori itu,
sebagaimana orang Yahudi bergantung pada tradisi mereka.
Para  pemimpin Yahudi telah dipenuhi dengan kesombongan rohani. Keinginan hati mereka bagi
kemuliaan diri ternyata hingga di dalam upacara kaabah. Mereka mencintai kursi yang tertinggi di
dalam kaabah. Mereka sangat senang dengan hormat yang diberikan oleh orang banyak di
pasar-pasar, dan merasa bangga dengan gelaran mereka yang disebut-sebut oleh orang banyak. Pada
saat kesucian yang benar berkurang, mereka menjadi lebih cemburu terhadap tradisi-tradisi dan
upacara-upacara mereka.
Oleh karena pengertian mereka  telah digelapkan oleh roh cinta diri yang fanatik, mereka tidak hgi
mengimbangi kuasa perkataan Kristus yang meyakinkan itu dengan kerendahan kehidupan-Nya.
Mereka tidak menghargai akan fakta bahwa kebesaran yang benar tidak dapat ditunjukkan oleh
perkara-perkara di luar. Kekurangan manusia itu ternyata seluruhnya tidak sesuai dengan
pengakuanNya sebagai Mesias. Mereka bertanya, Jikalau Ia benar sebagai pengakuan-Nya,
mengapakah Ia begitu sederhana? Jika Ia merasa puas tanpa bala tentara, apakah akan terjadi dengan
kerajaannya? Bagaimana dapat kuasa dan kemuliaan yang begitu lama diharapkan membawa
bangsa-bangsa-Nya sebagai rakyat bagi kota orang Yahudi? Bukankah imam telah mengajarkan
bahwa bangsa Israel yang akan memegang pemerintahan di seluruh dunia? Dan mungkinkah bahwa guru-guru agama itu bersalah?
Tetapi bukanlah karena tidak ada penarikan luar dalam kehidupan Yesus yang membawa bangsa
Yahudi menolak Yesus. Ia adalah lambang kesucian, dan mereka tidak suci. Ia tinggal di antara
manusia sebagai suatu teladan kesucian yang tidak bercacat. Kehidupan-Nya yang tidak bernoda itu
memancarkan terang pada hati mereka itu. Kesungguh-sungguhan hati-Nya menyatakan ketidak
sungguhan mereka. Hal ini hanyalah membuka kedok kesucian yang berpura-pura dan menyatakan
kejahatan mereka sampai ke akar-akarnya. Terang inilah yang tidak diterima.
Jikalau Kristus menaruh perhatian pada orang-orang Parisi, dan meninggikan ajaran dan peribadatan
mereka, tentu mereka telah menyambut Dia dengan kesukaan. Tetapi bila Ia berbicara tentang
kerajaan surga sebagai suatu hadiah anugerah bagi seluruh manusia, Ia sedang mengemukakan suatu
ajaran agama yang tidak disetujui sama sekali oleh mereka itu. Teladan dan ajaran mereka itu sendiri
tidak pernah menjadikan pelajaran terhadap Allah itu  berkenan. Bila melihat Yesus memberikan
perhatian pada seorang yang mereka benci dan tolak, hal itu membangkitkan hawa nafsu
kesombongan hati mereka. Walau pun mereka bangga karena di bawah "Singa dari suku Yahuda"
Wahyu 5:5, Israel harus ditinggikan melebihi seluruh bangsa, tetapi mereka lebih sanggup menerima
akan kekecewaan cita-cita yang telah gagal daripada mereka menerima pukulan dalam teguran
Kristus bagi dosa mereka itu, yang mereka rasai dari hadirat kesucian-Nya. 


 Pasal 25


PANGGILAN Dl TEPI PANTAI

SANG SURYA sedang memancarkan cahayanya di atas laut Galilea. Murid-murid yang telah letih
karena usaha yang tidak berhasil semalam suntuk, sedang duduk di atas perahu nelayannya yang
terapung-apung di atas danau itu. Yesus telah datang untuk berasing di tepi danau itu. Ia telah
mengharap bahwa dengan berasing pada pagi buta ini Ia akan mendapat sedikit waktu untuk
beristirahat dari kesibukan melayani orang banyak yang mengikuti Dia tiap-tiap hari. Tetapi tidak
berapa lama kemudian orang banyak itu mulai mengerumuni Dia. Jumlah orang banyak itu dengan
cepat bertambah banyak sehingga Ia terdesak dari segala penjuru. Dan sementara itu murid-murid
telah mendarat. Untuk menghindari desakan orang banyak, Yesus naik  ke perahu Petrus dan
meminta padanya agar menolak perahu itu agak jauh sedikit dari tepi pantai. Di sini Yesus dapat
dilihat dan didengar oleh orang banyak dan dari dalam perahu itulah Ia mengajar orang banyak yang
berada di pantai.
Alangkah hebatnya pemandangan ini bagi malaikat-malaikat surga;
-----------
Pasal ini dialaskan pada Mat. 4:18-22; Mrk. 1:16-20; Luk. 5:1-11.

Panglima besar mereka, duduk di atas sebuah perahu nelayan, digoyang ke sana ke mari oleh ombak
yang tidak henti-hentinya, sambil mengabarkan kabar keselamatan yang baik kepada orang banyak
yang sedang mendengar serta berdesak desak sampai ke tepi air. Ia yang dihormati oleh surga sedang
mewartakan perkara besar tentang kerajaan-Nya di alam terbuka kepada orang-orang kebanyakan.
Tetapi Ia  tidak dapat lagi memperoleh pandangan lain yang lebih cocok lagi bagi
pekerjaan-pekerjaan-Nya. Danau, gunung-gunung, ladang-ladang yang terhampar luas, sinar surya
yang menyirami permukaan bumi, semuanya adalah bahan-bahan yang telah disediakan untuk
menjelaskan pelajaran-Nya dan memasukkannya ke dalam pikiran mereka itu. Tidak ada suatu
pelajaran Kristus yang sia-sia. Setiap pekabaran yang terbit daripada bibir-Nya yang diterima oleh
suatu jiwa adalah berupa perkataan hidup kekal.
Setiap saat jumlah orang  banyak itu kian bertambah. Orang orang yang telah tua bersandar pada
tongkatnya, petani-petani yang miskin turun dari bukit-bukit, nelayan dari danau itu, pedagang dan
rabbi-rabbi, orang-orang kaya dan orang-orang terpelajar, tua dan muda, membawa orang-orang sakit
dan yang menderita, berdesak-desak untuk mendengar perkataan Guru Ilahi itu. Pemandangan inilah
yang telah dilihat oleh nabi terlebih dulu, karena sebagaimana yang tersurat:
"Tanah Zebulon dan tanah Naftali Yang di sebelah jalan ke tasik Di seberang Yarden yaitu Galilea
Tanah orang kafir Maka kaum yang diam di dalam gelap telah melihat terang besar dan bagi orang
sekalian yang diam di tanah bayang-bayang maut terbitlah terang."
Di samping orang banyak yang berdiri di pantai Galilea, Yesus di dalam khotbah-Nya di tepi laut di
hadapan pikiran-Nya berdiri suatu hadirin yang lain pula. Berabad-abad lamanya, Ia melihat
umat-umat-Nya yang setia yang meringkuk di dalam penjara dan diadili di dalam ruangan
pengadilan, mengalami pencobaan, dibuang dan menderita sengsara. Segala pandangan gembira,
pergumulan dan kebimbangan terhampar di hadapan-Nya. Di dalam perkataan yang diucapkan
kepada mereka yang mengerumuni Dia, Ia sedang berbicara juga kepada jiwa-jiwa yang lain,
perkataan yang sama pula akan sampai ke telinga mereka itu, sebagai suatu pekabaran pengharapan
di dalam masa pencobaan, penghiburan di dalam duka cita dan menjadi terang surga di dalam kegelapan. Oleh Roh Suci, suara yang berbicara dari perahu nelayan di atas laut Galilea itu akan
didengar juga berkata tentang damai kepada hati manusia pada akhir zaman ini.
Pembicaraan-Nya berakhir, Yesus menoleh kepada Petrus dan meminta padanya untuk menebarkan
pukatnya ke dalam laut untuk menangkap ikan. Tetapi Petrus telah putus asa. Sepanjang malam ia
tidak mendapat apa-apa. Sepanjang malam yang sepi itu ia telah memikirkan akan nasib Yohanes
Pembaptis, yang telah menderita di dalam goha tahanannya. Ia telah memikirkan juga akan
kemungkinan masa depan Yesus dan pengikut-pengikut-Nya, pengalaman sedih yang dialami Yesus
di Yudea, dan niat jahat rabbi-rabbi dan imam-imam. Hingga pekerjaan hidupnya sendiri telah
mengecewakan hatinya; dan pada saat ia menjaga pukatnya kosong itu, masa depannya sangatlah
gelap oleh kekecewaan hatinya. "Ya Rabbi," katanya, "semalam-malaman kami berlelah suatu pun
tiada dapat; tetapi sebab perkataan Rabbi, hamba melabuhkan pukat itu."
Malam adalah satu-satunya waktu yang baik untuk mencahari ikan dengan pukat di dalam air danau
yang jernih itu. Setelah bekerja sepanjang malam dengan tidak mendapat suatu apa pun, maka tidak
ada gunanya untuk membuang pukat pada hari siang; tetapi Yesus telah memberikan perintah dan
kasih Tuhan telah menggerakkan hati murid-murid untuk menurut. Simon dan saudaranya bersama
sama menjatuhkan pukat itu. Pada saat mereka berusaha menarik pukat itu ke dalam perahu, oleh
karena banyak ikannya, sehingga pukat itu pun koyak. Mereka terpaksa memanggil Yakub dan
Yohanes untuk membantu mereka. Apabila tangkapan mereka itu naik ke dalam perahu, karena berat
muatannya mereka takut akan tenggelam.
Tetapi kini Petrus tidak lagi menghiraukan akan perahu dan muatannya. Mukjizat ini melebihi segala
sesuatu yang pernah disaksikannya, karena hal ini baginya adalah menjadi suatu kenyataan kuasa
Ilahi. Pada wajah Yesus ia telah lihat Seorang yang mengendalikan semesta alam. Hadirnya
Keilahian-Nya telah menyatakan bahwa ia tidak suci. Cinta bagi Tuhan-Nya, malu akan kurang
percayanya, bersyukur akan kerendahan hati Kristus, terlebih pula perasaan akan kecemarannya di
hadapan kesucian yang kekal telah mengalahkan dia. Di kala teman-temannya mengeluarkan
ikan-ikan dari dalam pukat, Petrus jatuh di kaki Juruselamat sambil berkata, "Undurlah daripadaku,
karena aku seorang yang penuh dengan dosa O Tuhan."
Hadirat kesucian Ilahi yang sama yang telah menyebabkan nabi Daniel rebah sebagai seorang yang
mati di hadapan malaikat Allah. "Hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak
ada lagi kekuatan padaku." Begitu pula bila Yesaya melihat kemuliaan Tuhan, ia berkata "Celakalah
aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa
yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni Tuhan semesta alam." Daniel 10:8;
Yesaya 6:5. Kemanusiaan, dengan kelemahan dan dosanya, telah dibawa berhadapan dengan
kesempurnaan Ilahi, maka ia jatuh oleh kekurangan dan kecemarannya. Demikian pula jadinya
dengan segala orang yang diberikan kesempatan melihat kebesaran dan keagungan Allah.
Petrus berkata, "Undurlah daripadaku karena aku seorang berdosa"; tetapi ia tetap bergantung pada
kaki Yesus karena merasa bahwa ia tidak dapat berpisah daripada-Nya. Juruselamat menjawab,
"Jangan takut, daripada sekarang ini engkau menjadi pemukat orang." Setelah Yesaya melihat akan
kesucian Allah dan ketidak-layakannya sendiri, barulah ia dipercayakan dengan pekabaran Ilahi.
Setelah Petrus menyangkal akan dirinya dan bergantung kepada kuasa Ilahi, barulah ia menerima
panggilan untuk bekerja bagi Kristus.
Hingga saat ini tidak seorang dari murid-murid-Nya yang sepenuhnya bersatu sebagai teman sekerja
bersama Yesus. Mereka telah menyaksikan banyak mukjizat-Nya dan telah mendengar
pengajaran-Nya; tetapi mereka belum meninggalkan seluruhnya pekerjaan hidup mereka yang
semula. Pemenjaraan Yohanes Pembaptis membawa suatu kekecewaan yang pahit pada hati mereka
itu. Jika demikian hasilnya pekerjaan Yohanes, maka sedikitlah harapan mereka itu kepada Tuhannya, untuk menghadapi segala pemimpin agama yang bersatu melawan Dia. Dalam hal ini,
kembali untuk seketika pekerjaan nelayan adalah sebagai suatu jalan kelegaan. Tetapi kini Yesus
memanggil mereka itu untuk meninggalkan pekerjaan hidup semula dan menyatukan perhatian
mereka itu dengan perhatian-Nya. Petrus telah menerima panggilan itu. Setelah tiba di pantai, Yesus
memanggil tiga murid yang lain. "Marilah, ikutlah Aku, maka Aku akan menjadikan kamu kelak
penjala orang." Dengan segera mereka meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Dia.
Sebelum meminta mereka meninggalkan pukat dan perahu mereka, Yesus telah memberikan kepada
mereka jaminan bahwa Allah akan menyediakan keperluan mereka. Pemakaian perahu Petrus bagi
pekerjaan Injil telah dibayar kembali dengan pembayaran yang sangat mahal. Ia yang "kaya bagi
semua orang yang berseru kepada-Nya" telah berkata, "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran
yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpa ke luar akan dicurahkan ke dalam
ribaanmu." Rom 10:12; Lukas 6:38. Dalam sukatan ini Ia memberi upah pelayanan murid-murid.
Dan tiap-tiap pengorbanan diberikan karena "karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan
kebaikan-Nya." Efesus 3:20: 2:7.
Selama malam yang sedih di atas danau, bila mereka terpisah dari Kristus, murid-murid sangat
ditekan oleh perasaan kebimbangan dan letih karena usaha yang tidak berhasil. Oleh hadirat-Nya
yang menyalakan iman mereka, dan membawa kepada mereka kesukaan dan kemajuan. Demikian
pula dengan kita; jika terpisah dari Kristus, maka pekerjaan kita akan sia-sia dan mudahlah untuk
tidak percaya dan bersungut-sungut. Tetapi bila Ia dekat dan kita bekerja di bawah petunjuk-Nya,
kita bersuka-suka di dalam bukti kuasa-Nya. Adalah pekerjaan setan untuk mengecewakan jiwa;
adalah pekerjaan Kristus untuk mengilhami jiwa itu dengan percaya dan pengharapan.
Suatu pelajaran yang dalam yang telah digambarkan oleh mukjizat ini kepada murid-murid menjadi
suatu pelajaran bagi kita juga,—bahwa Ia oleh perkataan-Nya dapat mengumpulkan ikan-ikan dari
lautan, dapat juga menekan hati manusia dan menarik mereka itu oleh tali cinta-Nya, agar
hamba-hamba-Nya pun boleh menjadi "pemancing jiwa."
Mereka adalah orang-orang yang hina dan tidak terpelajar karena hanya nelayan dari Galilea; tetapi
Kristus, terang dunia, dengan limpahnya dapat menyanggupi mereka itu bagi suatu jabatan yang
atasnya Ia telah memilih mereka itu. Juruselamat tidak memandang rendah akan pendidikan; karena
apabila seorang dikendalikan oleh kasih Allah dan diabdikan bagi pekerjaan-Nya, pikiran itu menjadi
suatu berkat. Tetapi Ia melewati orang-orang pintar pada zaman-Nya, karena mereka itu hanya
bersandar pada diri mereka sendiri sehingga mereka tidak dapat merasai akan penderitaan manusia
dan menjadi teman sekerja dengan orang yang dari Nazaret itu. Dalam kesombongan mereka itu
mereka merasa hina jika diajar oleh Kristus. Tuhan Yesus mencahari kerja sama mereka yang akan
menjadi saluran yang tidak akan pecah bagi hubungan anugerah-Nya. Hal utama yang patut dipelajari
oleh orang yang akan menjadi pekerja bersama Allah adalah pelajaran tentang tidak bersandar pada
diri sendiri; lalu mereka bersedia untuk diberi tabiat Kristus. Hal ini tidaklah didapat oleh pendidikan
dalam kebanyakan sekolah ilmu pengetahuan di dunia ini. Buah-buah kebijaksanaanlah yang didapat
dari Guru Ilahi sendiri.
Yesus memilih nelayan yang tidak berpendidikan karena mereka tidak dipersekolahkan dalam tradisi
dan adat istiadat yang salah pada zaman mereka itu. Mereka adalah orang-orang yang sanggup
karena pembawaannya dan mereka rendah hati dan mudah diajar orang-orang yang dapat
dididik-Nya bagi pekerjaan-Nya. Dalam langkah hidup yang biasa banyak orang yang dengan sabat
melakukan pekerjaan hidup sehari-hari, tidak menyadari bahwa ia memiliki kuasa yang, jika
digunakan, akan mengangkat dia pada suatu taraf yang sama dengan orang yang dihormati oleh
dunia. Jamahan tangan yang cakap diperlukan untuk membangkitkan kesanggupan yang masih
terpendam. Orang yang seperti itulah dipanggil Tuhan untuk menjadi teman pengerja-Nya, dan diberikan-Nya kepada mereka itu kesempatan bergaul dengan Dia. Tidak pernah ada seorang besar di
dunia ini  seperti Dia. Apabila murid-murid selesai mendapat pendidikan dari Juruselamat, mereka
tidak lagi bodoh atau tidak berpendidikan. Mereka telah menjadi seperti Dia dalam pikiran dan tabiat
dan orang lain pun menerima pengetahuan yang telah mereka peroleh dari Yesus.
Pekerjaan pendidikan yang tertinggi bukan hanya untuk menghubungkan pengetahuan, tetapi untuk
memberikan tenaga yang penting yang diterima melalui hubungan pikiran dengan pikiran, jiwa
dengan jiwa. Hanya hidup yang dapat menghasilkan hidup. Maka alangkah luar biasanya kesempatan
mereka itu, yang selama tiga tahun tiap-tiap hari berhubungan dengan hidup Ilahi dari mana mengalir
tiap-tiap tenaga pemberi hidup yang telah memberkati dunia ini. Melebihi segala kawan-kawannya,
Yohanes murid yang kekasih menyerahkan dirinya kepada kuasa hidup yang ajaib itu. Ia berkata,
"Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan
memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang
telah dinyatakan kepada kami." "Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih
karunia demi kasih karunia." I Yohanes 1:2; Yohanes 1:16.
Pada zaman rasul-rasul Tuhan, tidak ada sesuatu yang membawa kemuliaan kepada diri mereka itu.
Nyatalah bahwa kemajuan pekerjaan mereka terserah pada Allah. Kehidupan orang-orang ini, tabiat
yang mereka kembangkan, dan pekerjaan besar yang dilakukan Allah melalui mereka itu, adalah
suatu kesaksian kepada apa yang diperbuat-Nya bagi segah orang yang dapat diajar dan menurut.
Ia yang lebih mengasihi Kristus, akan melakukan perbuatan baik yang terbesar. Tidak ada batas pada
kegunaan seorang yang mengesampingkan dirinya sendiri, menyediakan tempat bagi pekerjaan Roh
Suci di dalam hatinya, dan menghidupkan suatu kehidupan yang sepenuhnya berserah kepada Allah.
Jika manusia menderita suatu disiplin yang perlu, tanpa sungutan, Allah akan mengajar mereka itu
tiap jam, dan tiap hari. Ia rindu menyatakan rahmat-Nya. Jika umat-Nya hendak memindahkan
segala rintangan, maka Ia akan menuangkan air keselamatan dengan limpahnya melalui
saluran-saluran manusia. Jikalau manusia dalam kehidupan yang rendah itu dikuatkan untuk
melakukan segala yang baik yang mereka dapat perbuat, jika tangan yang menekan tidak diletakkan
atas mereka itu untuk menekan kembali kegiatan mereka, maka akan terdapat seratus pengerja bagi
Kristus di mana kini hanya seorang.
Allah mengambil seseorang sebagaimana adanya, dan mendidik dia bagi pelayanan-Nya, jika ia
hendak menyerahkan dirinya kepada-Nya. Roh Allah yang diterima di dalam jiwa, akan
mempertajam kesanggupan pikirannya. Di bawah pimpinan Roh Suci, pikiran yang diserahkan tanpa
cadangan kepada Allah berkembang dengan seimbang dan dikuatkan untuk memahami dan
menggenapi tuntutan-tuntutan Allah. Tabiat yang lemah dan  ragu-ragu akan diubahkan pada suatu
tabiat yang kuat dan teguh. Penyerahan yang terus-menerus membangunkan suatu hubungan yang
begitu dekat antara Yesus dengan murid-murid-Nya sehingga orang-orang Kristen menjadi seperti
Dia dalam pikiran dan tabiat. Melalui suatu hubungan dengan Kristus ia akan memiliki pandangan
yang lebih jernih dan lebih luas. Penglihatannya akan lebih tajam, perkembangan tabiatnya akan
lebih seimbang. Ia yang rindu bekerja bagi Kristus pikirannya dipertajam oleh kuasa pemberi hidup
ialah Matahari Kebenaran sehingga ia sanggup menghasilkan banyak buah bagi kemuliaan Allah.
Orang yang berpendidikan tertinggi di dalam bidang kesenian dan ilmu pengetahuan telah
mempelajari pelajaran yang indah dari orang Kristen di dalam kehidupan yang rendah itu yang
dinyatakan oleh dunia sebagai orang yang tidak terpelajar. Tetapi murid-murid yang bodoh ini telah
mendapat pendidikan mereka di dalam sekolah yang tertinggi. Mereka telah duduk di kaki Dia yang
berbicara sebagai yang dikatakan "belum pernah orang berkata seperti orang ini." 

 


 Pasal 26

Di Kapernaum

KAPERNAUM menjadi pusat pekerjaan  Yesus. Dari negeri inilah ia mengadakan perjalanan pergi dan
pulang, dan oleh sebab itu negeri ini telah dikenal sebagai "tanah tumpah darah-Nya." Negeri ini terletak di atas
pantai Danau Galilea dekat perbatasan padang rumput Genasaret yang indah.
Tekanan berat danau itu memberikan pada padang rumput yang membatasi pantainya suatu iklim yang segar
dari selatan. Di sini, pada zaman Kristus berkembanglah pohon palem dan pohon zaitun dan di tempat inilah
pohon buah-buahan dan kebun anggur, ladang hijau dan kembang yang indah semuanya diairi oleh aliran air
yang hidup yang memancar dari dinding jurang yang curam. Pada tepi danau dan bukit-bukit kecil yang
mengelilingi danau itu, terdapatlah kampung-kampung dan desa-desa kecil yang terpencar bagaikan titik-titik
kecil pada bukit-bukit itu. Danau itu dipenuhi perahu-perahu nelayan. Di mana-mana manusia sibuk
menyambung hidup.
Kapernaum sangat tepat untuk menjadi pusat pekerjaan Juruselamat oleh karena letaknya pada jalan raya dari
Damsyik ke Yerusalem dan dari Mesir ke Laut Tengah maka negeri ini adalah menjadi jalan raya lintas yang
besar. Manusia dari berbagai tempat melalui kota ini atau menjadi tempat persinggahan orang-orang yang di
dalam perjalanan. Di tempat inilah Yesus dapat bertemu dengan segala bangsa dan derajat manusia, kaya
miskin, terhormat dan  hina, dan dengan jalan ini pekabaran-Nya dapat dibawa ke negeri-negeri yang lain.
Penyelidikan akan nubuatan lebih terangsang, perhatian akan ditarik kepada Juruselamat, dan pekerjaan-Nya
dibawa kepada dunia.
Dengan tidak menghiraukan sikap Sanhedrin terhadap Yesus, orang banyak dengan penuh perhatian menanti
perkembangan pekerjaan-Nya. Seisi surga menaruh perhatian. Malaikat sedang menyediakan  jalan bagi
pekerjaan-Nya, menggerakkan hati manusia dan menarik mereka kepada Juruselamat.
Anak seorang bangsawan yang telah disembuhkan oleh Kristus di Kapernaum telah menjadi seorang saksi
bagi kuasa-Nya. Pegawai istana dan isi rumahnya dengan hati yang penuh gembira menyaksikan kepercayaan
mereka. Apabila diketahui bahwa Guru Besar berada di antara mereka itu, seluruh penduduk kota itu pun
tergeraklah. Orang banyak membanjir datang kepada-Nya. Pada hari Sabat orang banyak datang ke tempat
perkumpulan sehingga ada yang harus pulang karena tidak dapat masuk.
Semua orang yang mendengarkan Juruselamat "takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya
penuh kuasa." "Sebab la mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka."
Lukas 4:32; Matius 7:29. Pengajaran ahli-ahli Taurat dan tua-tua itu dingin dan menjemukan, hanya sebagai
hafalan saja. Bagi mereka itu, firman Allah tidak ada kuasa. Pendapat dan tradisi mereka itu sendi-rilah yang
dianggap sebagai pengganti ajaran Kitab Suci. Dalam upacara suci mereka mengakui, bahwa mereka
menjelaskan akan hukum Taurat, tetapi tidak ada inspirasi dari Allah yang menggerakkan hati mereka sendiri,
atau hati para pendengarnya.
Yesus tidak menghiraukan segala macam perselisihan yang berlaku di antara bangsa Yahudi. Tugas-Nya ialah
menyampaikan kebenaran. Perkataan-Nya member! cahaya kepada ajaran bapa-bapa dan nabi-nabi dan Kitab
Suci itu datang kepada manusia sebagai suatu kenyataan yang baru. Belum pernah sebelumnya para
pendengar-Nya memahami se-dalam saat ini akan maksud yang tersembunyi di dalam firman Allah.
Yesus menemui orang banyak itu  dengan latar belakang hidup masing-masing, sebagai seorang yang telah
mengenal akan kebimbangan  mereka. la menjadikan kebenaran itu sangat indah, karena la
mengemukakannya dengan jalan yang sangat ringkas dan sederhana. Bahasa-Nya suci, halus, jelas bagai air
yang mengalir. Suara-Nya bagaikan musik kepada mereka yang telah biasa mendengar nada suara rabi-rabi
yang merata. Tetapi walaupun pengajaran-Nya sederhana, la berkata sebagai seorang yang mempunyai kuasa.
Hal inilah menjadikan pengajaran-Nya itu berbeda dari ajaran-ajaran yang lain. Rabi-rabi berkata dengan
perasaan bimbang dan ragu-ragu, seakan-akan Kitab Suci itu dapat ditafsir-kan pada arti yang lain atau sama
sekali bertentangan. Para pendengar tiap hari terlibat dalam keragu-raguan. Tetapi Yesus mengajarkan Kitab
Suci sebagai suatu kuasa yang tidak dapat dipersoalkan lagi. Apa saja judul pelajaran-Nya, semuanya
disampaikan dengan kuasa, seakan-akan perkataan-Nya tidak dapat dibantah lagi.
Tetapi la sungguh-sungguh, bukan hanya bersemangat. la berkata sebagai seorang yang mempunyai maksud yang tentu untuk dicapai. la menghamparkan kenyataan-kenyataan dunia kekal. Di dalam segala te-ma
pembicaraan-Nya, Allah yang dinyatakan. Yesus berusaha untuk menghancurkan perangkap kebodohan yang
mengikat manusia yang mengisap akan perkara-perkara duniawi. la menempatkan perkara-perkara kehidupan
ini di dalam hubungan yang sebenarnya, sebagai lebih rendah  dari perhatian yang kekal; tetapi la tidak
mempersalahkan akan kepentingannya. Diajar-Nya bahwa surga dan dunia ini adalah berhubungan satu sama
lain, maka oleh sebab itu suatu pengetahuan akan kebenaran Ilahi menyediakan manusia itu lebih baik untuk
melaksanakan tugas-tugas hidup setiap hari. la berkata sebagai seorang yang telah mengenal surga, dan sadar
akan hubungan-Nya dengan Allah, tetapi mengenal juga persatuan-Nya dengan tiap-tiap anggota keluarga
manusia.
Pekabaran anugerah-Nya berbeda sesuai dengan pendengar-Nya. la tahu "memberi semangat baru kepada
orang yang letih lesu." Yesaya 50:4. Karena rahmat tertuang dari bibir-Nya, sehingga la dapat menyatakan
kepada manusia dengan jalan yang paling menarik akan harta-harta kebenaran. la memiliki taktik  untuk
menemui pikiran yang mempunyai prasangka dan menakjubkan mereka dengan ilustrasi-ilustrasi yang me-
narik perhatian. Oleh angan-angan-Nya saja la dapat menembusi hati tiap-tiap manusia. Perumpamaan-Nya
diambil dari perkara-perkara hidup setiap hari, dan walaupun hal itu sederhana, tetapi padanya ter-kandung
arti yang dalam dan ajaib. Burung-burung di udara, bunga bakung di padang, benih, gembala dan domba-
domba, dengan hal-hal ini Kristus menjelaskan kebenaran yang baka; dan setelah itu, apabila pen-dengar-
pendengar-Nya mendapat kesempatan melihat perkara-perkara alam ini, mereka mengingat akan perkataan-
Nya. Ilustrasi Kristus senantiasa mengulangi isi pelajaran-Nya.
Kristus tidak pernah memuji-muji seseorang. la tidak pernah mengucapkan sesuatu yang akan meninggikan
perasaan dan angan-angan hati mereka, atau memuji mereka karena kepintaran mereka dalam penemuan
mereka itu; tetapi ahli pikir yang dalam dan yang tidak mempunyai prasangka menerima pengajaran-Nya, dan
diterima oleh akal mereka itu. Mereka kagum karena kebenaran rohani yang dapat dinyatakan dalam bahasa
yang paling sederhana. Orang-orang yang berpendidikan ter-tinggi pun tertarik dengan perkataan-Nya dan
mereka yang tidak berpendidikan pun senantiasa mendapat faedah dari perkataan-Nya. la mempunyai
pekabaran bagi mereka yang buta huruf; dan la pun menjadikan orang kafir mengerti bahwa la mempunyai
pekabaran bagi mereka itu.
Belas kasihan-Nya dinyatakan oleh suatu jamahan kesembuhan bagi hati yang letih dan susah. Sampai di
tengah-tengah suasana yang dibungkus oleh musuh-musuh yang dalam amarah, la diliputi suasana yang aman
dan damai. Keelokan wajah-Nya, kerendahan tabiat-Nya, terlebih pula kasih yang dinyatakan pada wajah dan
nada suara-Nya, telah menarik kepada-Nya segala orang yang hatinya  belum dikeraskan oleh sifat tidak
percaya. Jikalau bukan oleh roh yang manis dan penuh simpati yang bersinar di dalam segala tingkah laku dan
perkataan-Nya, maka la tidak dapat menarik pendengar-pendengar yang banyak. Orang-orang yang menderita
sengsara yang telah datang kepada-Nya, merasa bahwa la bersama mereka sebagai seorang sahabat yang setia
dan lemah-lembut dan mereka rindu mengetahui lebih banyak tentang kebenaran yang diajar-kan-Nya. Surga
dibawa lebih dekat. Mereka rindu tinggal bersama Dia, agar hiburan kasih-Nya senantiasa bersama mereka itu.
Yesus memperhatikan perubahan wajah pendengar-pendengar-Nya. Wajah yang menyatakan perhatian dan
kesukaan, memberikan pada-Nya suatu kepuasan hati yang besar. Bilamana anak panah kebenaran
menembusi jiwa, memecahkan segala rintangan cinta diri, dan mengadakan penyesalan, dan akhirnya
perasaan syukur, Juruselamat digembirakan hati-Nya. Apabila mata-Nya memandang seluruh pendengar-Nya,
dan la mengenal wajah yang pernah dilihat-Nya dulu, wajah-Nya pun bersinar kegirangan. la melihat bahwa di
antara mereka terdapatlah rakyat yang diharapkan bagi kerajaan-Nya. Apabila  kebenaran dengan jelas
diutarakan dan menyentuh beberapa ilah yang dipelihara dalam hati, la memperhatikan perubahan wajah,
rupa dan sikap yang dingin, yang menyatakan bahwa terang itu tidak mendapat sambutan. Apabila la melihat
orang banyak menolak pekabaran damai itu, sakitlah hati-Nya.
Di dalam rumah ibadah Yesus menjelaskan mengenai kerajaan yang hendak dibangun-Nya, dan mengenai
tugasnya untuk membebaskan segala tawanan Setan. la telah diganggu oleh suatu teriakan yang mengeri-kan.
Seorang yang dirasuk Setan telah keluar dari orang banyak itu sambil berseru, katanya: "Hai Engkau, Yesus
orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa
Engkau: Yang Kudus dari Allah."
Hadirin menjadi kacau dan takut. Perhatian orang banyak beralih dari Kristus serta perkataan-Nya tidak diperhatikan lagi. Inilah maksud Setan membawa mangsanya ke dalam rumah ibadah. Tetapi Yesus
menghardik orang yang dirasuk ini, katanya: "Diam, keluarlah dari padanya! Dan Setan itu pun
menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak
mengikutinya."
Pikiran orang yang malang. ini telah digelapkan oleh Setan, tetapi di hadapan Juruselamat suatu pancaran
cahaya telah menembusi kegelapan. la dibangunkan untuk merindukan kebebasan dari genggaman Setan; te-
tapi Setan menolak kuasa Kristus. Apabila orang yang dirasuk ini tergerak hatinya untuk meminta pertolongan
kepada Yesus, roh jahat telah menaruh perkataan di dalam mulutnya dan berteriak dengan perasaan takut.
Orang yang dirasuk ini mengerti sedikit saja bahwa ia berada di hadapan Seorang yang dapat membebaskan
dia; tetapi bila ia berusaha untuk mencapai tangan yang berkuasa itu, ada yang menahan dia, ada perkataan
yang lain keluar melalui bibirnya. Pergumulan di antara kuasa Setan dan kerinduannya sendiri untuk
kebebasan sangatlah hebat.
Ia yang telah mengalahkan Setan di padang belantara sekali lagi berhadapan muka dengan muka dengan
musuh-Nya. Setan mengeluarkan seluruh kuasanya untuk mempertahankan mangsanya. Kalah di tempat ini,
berarti akan memberikan suatu kemenangan kepada Yesus. Nampaknya orang yang tersiksa ini akan
kehilangan nyawanya dalam pergumulan melawan musuhnya yang telah merusak hidupnya di masa dewasa.
Tetapi Juruselamat berkata dengan kuasa dan telah membebaskan orang ini. Orang yang dulu dirasuk Setan
itu, kini berdiri di hadapan orang banyak dengan perasaan gembira karena bebas dari jajahan Iblis. Hingga
Setan pun bersaksi akan kuasa Ilahi Juruselamat.
Orang ini memuji Allah karena kelepasannya. Matanya yang tadinya kejam kini menyinarkan cahaya
kecerdasan yang baru, dan meneteskan air mata syukur. Orang banyak terpaku keheranan. Apabila mereka
dapat berbicara kembali, mereka telah berkata satu sama lain: "Apa ini? Suatu ajaran baru. la berkata-kata
dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya." Markus 1:27 .
Sebab-sebab penderitaan yang menjadikan orang ini sebagai tontonan bagi sahabat-sahabatnya dan beban bagi
dirinya sendiri terletak pada kehidupannya sendiri. la sangat tertarik dengan kesenangan dosa, dan telah
bermaksud untuk menjadikan hidup itu suatu kesenangan yang luar biasa. la tidak pernah impikan bahwa ia
akan menjadi teror bagi dunia dan celaan bagi keluarganya. la merasa bahwa waktunya dapat dipergunakan
untuk perkara yang sia-sia. Tetapi sekali ia mengambil jalan ke bawah, maka langkahnya pun menurun. Sifat
tidak bertarak dan kebodohannya merusak sifat-sifat yang baik  dalam dirinya dan ia jatuh sepenuhnya di
bawah kekuasaan Setan.
Penyesalan datangnya telah terlambat. Di saat ia hendak mengorbankan seluruh kekayaan dan kesenangannya
untuk kedewasaannya yang telah hilang itu, ia putus asa dan merasa tidak berdaya dalam genggaman si jahat
itu. la telah menempatkan dirinya pada daerah musuh, dan Setan memiliki seluruh hidupnya. Penggoda telah
membujuk dia dengan banyak hal yang menarik; tetapi apabila roh jahat ini mengamuk dalam dirinya maka ia
berubah menjadi seorang yang kejam dan berbahaya. Demikian pula dengan orang yang menyerahkan dirinya
kepada kejahatan; kesenangan hidup mereka yang mula-mula itu, lenyap ditelan kegelapan kecemasan atau
keganasan jiwa yang telah rusak.
Roh jahat yang telah menggoda Yesus di padang belantara, dan merasuk orang gila di Kapernaum, roh itu
pula yang mengendalikan orang-orang Yahudi yang tidak percaya. Tetapi bagi mereka itu ia masukkan roh
merasa diri suci, berusaha menipu mereka dalam motif mereka untuk menolak Juruselamat. Keadaan mereka
sebenarnya adalah lebih menyedihkan daripada orang yang dirasuk Setan itu; karena mereka merasa bahwa
mereka tidak memerlukan Kristus dan oleh sebab itulah mereka dipegang teguh di bawah kuasa Setan.
Masa pelayanan  pribadi Kristus di antara manusia adalah menjadi suatu masa yang sangat sibuk bagi bala
tentara kerajaan kegelapan. Bera-bad-abad lamanya Setan beserta malaikat-malaikatnya telah berusaha
mengendalikan tubuh dan jiwa manusia dengan membawa ke atas mereka  itu dosa dan penderitaan; lain
dengan dosa dan penderitaan ini ia menuduh Allah. Yesus sedang menyatakan tabiat Allah kepada manusia.
la sedang merombak kuasa Setan dan membebaskan segala tawanannya. Hidup, kasih dan kuasa yang baru
dari surga sedang bekerja dalam hati orang banyak dan putra kejahatan bangkit hendak menyatakan kuasa
kerajaannya. Setan memanggil seluruh tentaranya, dan dalam setiap langkah menentang akan pekerjaan
Kristus.
 Demikian akan terjadi dalam perjuangan terakhir di antara kebenaran  dan dosa. Di kala hidup baru dan
terang dan kuasa sedang turun dari atas pada murid-murid Kristus, suatu hidup baru muncul dari bawah dan
menguatkan agen-agen Setan. Suatu kuasa besar sedang merebut segala anasir duniawi. Dengan kecerdikan
yang diperoleh pada sepanjang abad-abad pergumulan putra kejahatan bekerja dengan menyamar. la nampak
berpakaian sebagai malaikat terang dan orang banyak "akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan
ajaran Setan-setan." I Tim. 4:1.
Pada zaman Kristus, pemimpin-pemimpin dan guru-guru orang Israel tidak berdaya menolak pekerjaan
Setan. Mereka sedang melalaikan alat satu-satunya yang olehnya mereka dapat mengalahkan roh-roh jahat.
Adalah oleh firman Allah sehingga Kristus telah mengalahkan si jahat. Pemimpin-pemimpin orang Israel
mengaku bahwa mereka adalah orang-orang yang menjelaskan firman Allah, tetapi mereka telah mempelajari-
nya hanya untuk mempertahankan tradisi-tradisi mereka itu dan untuk memperkuat upacara-upacara buatan
manusia. Oleh tafsiran mereka itu, mereka memberikan perasaan-perasaan yang tidak pernah diberikan oleh
Allah. Penjelasan mereka hanyalah mengaburkan apa yang telah di-jelaskan Allah. Mereka berdebat tentang
istilah-istilah yang tidak perlu dan menyangkal kebenaran yang sangat penting. Dengan jalan ini roh tidak
percaya ditabur lebih meluas. Firman Allah itu dirampas kuasanya dan roh jahat menjalankan kehendaknya.
Sejarah terulang. Dengan Alkitab terbuka di hadapan mereka dan mengaku menghormati akan
pengajarannya, banyak pemimpin agama pada zaman kita ini sedang merusak kepercayaan mereka terhadap
buku itu sebagai firman Allah. Mereka sibuk membahas arti setiap kata, dan memberikan pendapat mereka
sendiri mengenai arti sebutan yang telah sangat jelas diberikan oleh Tuhan. Di dalam tangan mereka kuasa
firman Allah yang memberikan hidup yang bam itu hilang. Inilah sebabnya mengapa roh tidak percaya cepat
berkembang dan kejahatan itu menang.
Apabila Setan telah dapat melemahkan kepercayaan seseorang terhadap Kitab Suci, ia memimpin orang itu
kepada sumber terang dan kuasa yang lain. Dengan jalan demikian ia memasukkan dirinya sendiri. Mereka
yang berpaling dari ajaran Kitab Suci yang benar dan dari kuasa Roh Allah yang meyakinkan itu, sedang
mengundang kuasa Setan untuk menguasai dirinya. Kritikan dan  spekulasi mengenai Kitab Suci telah
membuka jalan bagi spiritisme dan teosof, paham yang asalnya dari kekafiran zaman dahulu tetapi telah
dipermodern—yang telah merambat ke dalam gereja-gereja yang percaya akan Yesus Kristus.
Berdampingan dengan ajaran Injil, pembantu Setan sedang bekerja tetapi hanyalah sebagai alat media roh-roh
dusta. Ada orang yang mula-mula hanya ingin mengetahui, tetapi oleh karena melihat hasilnya, maka
selangkah demi selangkah ia tertarik dan akhirnya ia telah dikuasai oleh suatu kemauan yang lebih kuat dari
kemauannya sendiri. la tidak dapat meluputkan dirinya dari kuasa yang ajaib itu.
Pertahanan jiwa telah rubuh. la tidak mempunyai tembok lagi untuk menghalangi dosa. Apabila sekali firman
Allah dan Roh-Nya ditolak, ada seorang manusia yang mengetahui sampai berapa dalamnya ia akan
tenggelam. Dosa-dosa tersembunyi atau hawa nafsu tertentu yang men-jajah dia sebagai seorang tawanan
sebagaimana orang yang dirasuk Setan di Kapernaum. Walaupun demikian keadaannya belum juga putus asa.
Alat yang dapat mengalahkan si jahat  ialah alat yang telah dipergunakan Yesus mengalahkan Setan, kuasa
firman Allah. Allah tidak mengendalikan pikiran kita tanpa persetujuan kita; tetapi jika kita rindu mengetahui
dan melakukan kehendak-Nya, perjanjian-Nya akan menjadi milik kita: "Kamu akan mengetahui kebenaran,
dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." "Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu
ajaran-Ku." Yohanes 8:32; 7:17. Oleh percaya akan perjanjian ini, setiap orang dapat dilepaskan dari jerat
kesalahan dan kuasa dosa.
Tiap-tiap orang bebas memilih kuasa mana yang ia mau agar memerintah dirinya. Walaupun seorang yang
telah jatuh begitu rendah, atau begitu najis, ia mendapat kelepasan di dalam Kristus. Orang yang dirasuk Setan
ini sebagai pengganti doa, ia hanya dapat mengucapkan perkataan dari Setan; akan tetapi isi hatinya yang tidak
dapat dikeluarkan itu telah didengar. Tidak ada tangisan dari suatu jiwa di dalam kebutuhan, walau-pun tidak
dapat dikeluarkan di dalam  perkataan yang tidak  akan diperhatikan. Mereka yang rela masuk dalam
hubungan janji dengan Allah di surga tidak akan dibiarkan dalam kuasa Setan atau di dalam kekurangan diri
mereka. Mereka diundang oleh Juruselamat, "kecuali kalau mereka mencari perlindungan kepada-Ku dan
mencari damai dengan Aku, ya mencari damai dengan Aku!" Yesaya 27:5. Roh kegelapan akan berperang
bagi jiwa untuk takluk di bawah pemerintahannya, tetapi malaikat Allah akan merebut jiwa-jiwa itu dengan
kuasa kemenangan. Tuhan berkata: "Dapatkah direbut kembali jarahan dari pahlawan atau dapatkah lolos tawanan orang gagah? Sungguh, beginilah firman Tuhan: 'Tawan-an pahlawan pun dapat direbut kembali, dan
jarahan orang gagah dapat lolos, sebab Aku sendiri akan melawan orang yang melawan engkau dan Aku
sendiri akan menyelamatkan anak-anakmu.'" Yesaya 49:24,25.
Ketika hadirin di dalam rumah ibadah masih sedang tercengang keheranan, Yesus meninggalkan tempat itu
menuju ke rumah Petrus untuk beristirahat sedikit. Tetapi di rumah ini juga telah ditimpa bayangan gelap.
Mertua Petrus sedang terbaring sakit, "demam keras." Yesus menghardik penyakit itu dan ibu ini pun
bangkitlah dan telah melayani Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya.
Kabar tentang pekerjaan Kristus dengan cepat tersebar di seluruh negeri Kapernaum. Karena  takut kepada
rabi-rabi, maka orang tidak berani datang untuk disembuhkan pada hari Sabat; tetapi tidak lama setelah sang
surya kembali keperaduannya, terdengarlah suara orang banyak. Dari se-tiap rumah, toko, pasar, seluruh
penduduk kota itu berduyun-duyun menuju ke rumah yang sederhana di mana Yesus sedang berteduh.
Orang sakit diusung, ada pula dengan tongkatnya, atau ditolong oleh kawan-kawannya, dengan perlahan-lahan
mereka datang pada Juruselamat.
Jam demi jam mereka datang dan pergi; karena tidak ada seorang yang dapat mengetahui jika besok mereka
masih akan mendapat Tabib Besar berada di antara mereka itu. Belum pernah penduduk Kapernaum meng-
alami hari yang seperti ini. Udara penuh dengan suara kemenangan dan seruan kelepasan. Juruselamat telah
bersuka di dalam kesukaan yang telah dibangunkan-Nya. Sementara la menyaksikan penderitaan mereka yang
telah datang kepada-Nya, hati-Nya tergerak oleh belas kasihan, dan la bersuka di dalam kuasa-Nya
mengembalikan kesehatan dan kebahagiaan mereka.
Sampai pada orang sakit yang terakhir barulah Yesus berhenti sejenak. Telah jauh malam, saat orang banyak
meninggalkan rumah Simon. Ketika hari yang panjang dan menggembirakan ini telah lalu, maka Yesus
mencari perhentian. Tetapi selagi kota itu berselimutkan kesunyian malam, Juruselamat "Pagi-pagi benar,... la
bangun dan pergi ke luar. la pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana."
Demikianlah hari-hari itu dipergunakan dalam kehidupan Yesus selagi la berada di atas dunia ini. la sering
mengizinkan murid-murid-Nya pulang untuk mengunjungi rumah mereka itu dan beristirahat; tetapi dengan
sopan la menolak usaha mereka untuk menarik Dia dari pekerjaanNya. Sepanjang hari la bekerja, mengajar
orang yang bodoh, menyembuhkan orang yang sakit, mencelikkan orang yang buta, memberi makan orang
banyak; dan pada waktu malam atau pada waktu dini hari, la pergi ke bait suci perbukitan untuk berhubungan
dengan Bapa-Nya. Sering la tidak tidur sepanjang malam karena berdoa dan merenung, dan kembali bila fajar
menyingsing kepada pekerjaan-Nya di antara orang banyak.
Pagi-pagi benar, Petrus dan kawan-kawannya datang kepada Yesus dan mengatakan bahwa orang-orang
Kapernaum sementara mencari Dia.
Murid-murid merasa sangat dikecewakan dengan sambutan yang dialami Yesus selama ini. Penguasa-penguasa
di Yerusalem sedang berusaha membunuh Dia; sampai kepada orang-orang sekampungnya sekalipun
berusaha untuk mengambil nyawa-Nya; tetapi di Kapernaum la telah disambut dengan penuh kesukaan, dan
pengharapan murid-murid men-dapat cahaya yang baru. Mungkin di antara rakyat Galilea yang mencintai
kemerdekaan akan didapat kerajaan yang baru itu. Tetapi mereka ter-kejut bila mendengar Yesus berkata:
"Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus."
Di dalam kehebohan yang terjadi  di Kapernaum, terdapat suatu bahaya yaitu tujuan pekerjaan-Nya akan
disalahpahami atau tidak disimak. Yesus tidak merasa puas dengan menarik perhatian orang banyak kepada
diri-Nya hanya sebagai seorang pembuat mukjizat atau seorang penyembuh penyakit-penyakit tubuh. la sedang
berusaha menarik orang banyak kepada-Nya sebagai Juruselamat mereka. Di saat orang banyak rindu
mempercayai bahwa la telah datang sebagai seorang raja, untuk mendirikan suatu pemerintahan duniawi, la
rindu membalikkan pikiran mereka dari perkara duniawi kepada perkara rohani. Sukses secara duniawi itu
hanyalah mengganggu pekerjaan-Nya.
Dan ketakjuban orang banyak itu bertentangan dengan roh-Nya. Di dalam hidup-Nya tidak terselip roh
membanggakan diri. Penghargaan yang diberikan dunia kepada kedudukan, kekayaan, atau talenta, adalah
asing bagi Anak manusia. Tidak ada dari alat yang dipergunakan oleh manusia untuk mencapai penghargaan
yang telah digunakan Yesus. Berabad-abad sebelum kelahiran-Nya telah dinubuatkan dari hal Dia. "la tidak
akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai
tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. la sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia
menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya" Yesaya 42:2-4.
Orang-orang Farisi mencari penghormatan oleh upacara mereka yang saksama, dan kemegahan perbaktian
dan perbuatan baik mereka. Mereka membuktikan semangat mereka dalam hal keagamaan oleh menjadikan-
nya tema dalam segala perbincangan. Pertikaian di antara sekte-sekte yang bertentangan adalah sangat nyaring
dan lama; tidak dirasa aneh lagi mendengar di jalan-jalan raya suara kemarahan ahli-ahli hukum yang sedang
berdebat.
Tetapi kehidupan Yesus jauh berbeda dengan cara yang disebut di atas itu. Di dalam kehidupan-Nya tidak
terdapat keributan pertikaian, kemegahan perbaktian, tidak ada usaha untuk mendapat tepuk tangan. Kristus
disembunyikan di dalam Allah, dan Allah dinyatakan di dalam tabiat Anak-Nya. Kepada kenyataan ini Yesus
rindu agar pikiran orang banyak dipimpin, dan penghargaan mereka diberikan.
Matahari Kebenaran tidak memancar menghiasi bumi ini, untuk menyilaukan perasaan dengan kemuliaan-
Nya. Karena ada tertulis dari hal Kristus, "la pasti muncul seperti fajar." Hosea 6:3. Dengan diam dan lembut,
fajar memancar ke bumi mengusir bayang kegelapan dan memberikan kehidupan kepada bumi. Demikian
pula dengan Matahari Kebenaran terbit, "dengan kesembuhan pada sayapnya." Maleakhi 4:2. Pasal 27

"TUHAN DAPAT MENTAHIRKAN HAMBA "

DARI SEGALA penyakit yang dikenal di dunia Timur ini, penyakit kusta adalah suatu penyakit yang
paling ditakuti. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan dan mudah berjangkit, serta membawa celaka
pada sipenderita. Di kalangan bangsa Yahudi, penyakit ini dianggap sebagai hukuman bagi dosa,
maka itulah sebabnya disebut "pukulan", "jari Allah". Karena akarnya begitu dalam dan tidak dapat
dibasmi serta membawa mati, maka penyakit ini dianggap sebagai lambang dosa. Oleh
undang-undang agama. kusta itu dianggap najis. Mereka dianggap sebagai orang yang telah mati.
disingkirkan dari masyarakat. Apa saja yang dijamahnya adalah najis. Udara dicemari oleh nafas
mereka itu. Seorang yang telah disangka mendapat penyakit ini haruslah menyatakan dirinya kepada
imam-imam yang harus memeriksa dan menentukan keadaannya. Jika didapati benar ia berpenyakit
kusta, maka ia harus disingkirkan dari keluarganya, putus hubungan dari himpunan bani Israel serta
diharuskan bergaul hanya  dengan mereka yang menderita penyakit yang sama. Undang-undang
sangat keras dalam hal ini. Hingga raja-raja 
--------------
Pasal ini dialaskan pada Matius 8:2-4: 9:1-8; 32-34; Markus 1:40-45; 2:1-12; Lukas 5:12-28.

dan penghulu-penghulu pun tidak ada yang terkecuali. Seorang raja yang diserang penyakit yang
hebat ini harus menyerahkan takhtanya dan lari meninggalkan masyarakatnya.
Jauh dari handai taulannya dan kaum kerabatnya, orang kusta ini harus menanggung kutuk
penyakitnya. Ia diharuskan mengumumkan  penyakitnya sendiri, mengoyakkan jubahnya dan
membunyikan suatu tanda amaran mengamarkan agar segala orang menjauhkan diri daripada
tubuhnya yang berbahaya itu! Teriakannya ialah: "Najis! Najis!" yang diserukannya dengan nada
kesedihan dari tempat pembuangan yang terpencil lagi sepi itu, adalah sebagai suatu tanda yang
didengar dengan perasaan takut dan jijik.
Di dalam daerah tempat Yesus bekerja banyaklah terdapat orang-orang yang menderita penyakit ini,
dan kabar tentang pekerjaan-Nya sampai kepada telinga mereka itu, membawa suatu kabar yang
memberi sinar pengharapan. Tetapi sejak zaman nabi Elisa, belum pernah diketahui seorang pun
yang mendapat penyakit ini dapat disembuhkan. Mereka tidak berani mengharap pada Yesus untuk
berbuat bagi mereka itu apa yang Dia belum pernah lakukan bagi siapa pun. Tetapi di antara mereka
itu ada seorang yang di dalam hatinya telah menyingsingkan fajar imannya. Orang ini tidak
mengetahui bagaimana caranya menjumpai Yesus. Setelah diputuskan hubungannya dari sesama
manusia,  bagaimana dapat ia membawa dirinya kepada Tabib Besar itu? Maka ia telah
bertanya-tanya jika Kristus mau menyembuhkan dia. Apakah Dia akan menundukkan diri untuk
memperhatikan seorang yang percaya bahwa penderitaannya adalah sebagai hukuman daripada
Allah? Apakah Dia bukan sebagai orang Parisi, atau para tabib yang mengutuk dia dan mengamarkan
dia agar melarikan diri jauh dari masyarakat? Ia memikirkan segala perkara yang ia dengar dari hal
Yesus. Tidak seorang pun yang mencari pertolongannya telah ditolak.  Orang yang malang ini
mengambil keputusan untuk mencahari Juruselamat. Dalam perasaannya walau pun kota itu tertutup,
mungkin ia boleh mendapat jalan masuk melalui jalan kecil di lereng-lereng gunung atau menemui
Yesus sedang mengajar di luar kota. Kesulitan yang dihadapinya sangatlah besar, tetapi inilah
satu-satunya pengharapannya.
Orang kusta ini dibawa kepada Juruselamat. Yesus sedang mengajar di tepi danau dan orang banyak
sedang mengerumuni Dia. Dengan berdiri dari jauh, orang kusta ini dapat mendengarkan beberapa perkataan yang keluar dari bibir Juruselamat. Ia melihat Dia meletakkan tangan-Nya di atas orang
sakit. Ia melihat orang timpang, orang buta. orang tepok dan mereka yang sedang menderita
berbagai-bagai penyakit mendapat kesembuhan, sambil memuji Allah karena kelepasan mereka.
Imannya dikuatkan! Ia datang lebih mendekati orang banyak itu. Larangan terhadap dirinya,
keselamatan orang banyak, dan ketakutan orang banyak terhadap dirinya dilupakan. Ia hanya
memikirkan akan berkat kesembuhannya.
Ia adalah suatu tontonan yang najis. Penyakitnya sangat ditakuti, dan tubuhnya yang sedang menjadi
busuk itu sangatlah ngeri dipandang mata. Apabila orang banyak melihat dia, semuanya pun
berlarilah karena takutnya. Mereka berasak-asakan satu dengan yang lain karena ingin meluputkan
diri dari menyentuh dia. Ada pula yang berusaha mencegah dia menghampiri Yesus, tetapi semuanya
itu sia-sia adanya. Ia tidak melihat atau mendengar mereka. Ucapan hinaan dan kutukan tidak
dihiraukannya lagi. Ia hanya melihat Anak Allah. Ia hanya mendengar suara yang memberi hidup
baru kepada yang hendak mati. Ia mendesak maju menuju pada Yesus, lalu merebahkan dirinya pada
kaki-Nya sambil berseru: "Ya Tuhan, jikalau kiranya Tuhan kehendaki, niscaya Tuhan dapat
mentahirkan hamba!"
Yesus menjawab: "Aku mau, jadilah engkau tahir!" dan mengulurkan tanganNya atas orang yang
berpenyakit kusta itu. Matius 8:3.
Dengan tiba-tiba suatu perobahan telah terjadi pada diri orang kusta ini. Daging tubuhnya menjadi
sehat, urat syarafnya bekerja kembali dan ototototnya menjadi kuat. Kulitnya yang kasar itu terganti
dengan kulit sebagai seorang bayi yang sehat layaknya.
Yesus menuntut agar orang ini jangan memberitahukan pekerjaan yang telah dilakukan-Nya, tetapi ia
harus membawa korban persembahan di  kaabah. Persembahan itu tidak dapat diterima hingga
imam-imam telah memeriksa dan menyatakan bahwa orang itu telah sembuh dari penyakitnya.
Tetapi jika mereka tidak rela melakukan pekerjaan ini, maka mereka tidak dapat menghindarkan
pemeriksaan dan keputusan mengenai keadaan dirinya.
Kitab Suci menunjukkan dengan jelas bahwa Kristus menegaskan pada orang itu perlunya berdiam
dan pelaksanaan yang cepat. "Maka setelah dipesannya sangat-sangat, disuruhnya dia pergi dengan
segera, sambil berkata kepadanya: Ingatlah baik-baik, jangan engkau katakan apa-apa kepada barang
seorang pun, melainkan pergilah menunjukkan dirimu kepada imam-imam, dan persembahkanlah
persembahan karena ketahiranmu, seperti yang dipersembahkan oleh Musa, yaitu akan menjadi suatu
tanda kepada mereka itu." Seandainya penyembuhan orang kusta ini telah diketahui oleh
imam-imam, maka kebencian mereka terhadap Kristus itu akan membawa mereka untuk
menjatuhkan hukuman yang tidak jujur kepada-Nya. Yesus menghendaki agar orang ini menyatakan
dirinya  di kaabah sebelum kabar mukjizat itu sampai kepada mereka. Dengan jalan ini suatu
keputusan yang adil dan tidak memihak dapat diperoleh dan orang kusta yang telah
disembuhkan-Nya ini dapat bersama-sama lagi dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya .
Ada pula suatu maksud Yesus dalam hal Dia mengingatkan orang ini supaya berdiam. Juruselamat
mengetahui bahwa musuh-musuh-Nya senantiasa berusaha untuk membatasi pekerjaan-Nya, dan
membalikkan orang banyak daripada-Nya. Dia mengetahui jikalau penyembuhan orang kusta itu
digembar-gemborkan, orang kusta yang lain akan datang mengerumuni Dia dan orang banyak akan
terjangkit oleh penyakit ini. Banyak orang kusta tidak akan menggunakan karunia kesehatan itu
sebagai suatu berkat bagi diri mereka sendiri atau bagi lain orang. Dan dengan menarik banyak orang
kusta kepada-Nya, Dia akan dituduh merombak undang-undang agama. Dengan demikian
pekerjaan-Nya dalam mengabar Injil akan terhalang.
Peristiwa itu telah membenarkan amaran Kristus. Serombongan orang banyak yang telah
menyaksikan penyembuhan orang kusta ini ingin mengetahui keputusan para imam. Apabila orang ini kembali kepada sahabat-sahabatnya, terjadilah kehebohan. Dengan tidak menghiraukan akan
amaran Yesus, orang ini tidak tinggal diam malahan ia menyebarkan di segala tempat berita tentang
kesembuhannya. Karena mustahil menyembunyikannya orang kusta itu mengabarkan
kesembuhannya ke mana-mana. Karena ia merasa bahwa hanyalah karena kerendahan hati Kristus
sehingga Dia melarang dia berbuat hal ini, maka ia berjalan keliling memberitakan kuasa Tabib
Besar itu. Ia tidak mengerti bahwa dengan tiap-tiap pernyataan yang seperti itu menjadikan para
imam dan tua-tua lebih bertekad untuk membinasakan Yesus. Orang yang telah sembuh ini merasa
bahwa berkat kesehatan itu sangatlah  berharga. Ia bersuka-suka karena kesehatannya telah pulih
kembali, dan telah kembali kepada keluarga dan masyarakat serta merasa bahwa adalah mustahil
untuk tinggal diam dan tidak memuji kepada Tabib yang telah menyembuhkannya. Tetapi
perbuatannya itu telah mengakibatkan pekerjaan Juruselamat terhalang. Hal itu telah mengakibatkan
banyak orang membanjir kepada-Nya, sehingga terpaksa la menghentikan pekerjaan-Nya sementara
waktu.
Tiap-tiap pelayanan Kristus melampaui jauh akan maksud-Nya. Itu dipahami lebih daripada nyata di
dalam perbuatan itu sendiri. Demikianlah juga di dalam hal orang kusta ini. Di saat Yesus melayani
segala orang yang datang kepada-Nya, Ia rindu memberkati juga mereka yang tidak datang. Di saat Ia
menarik pemungut cukai, orang kapir, dan  orang Samaria, Ia rindu mencapai imam-imam dan
guru-guru yang ditutup oleh syak hati dan tradisi. Ia telah menggunakan segala jalan untuk mencapai
mereka itu. Dengan mengirim orang kusta yang disembuhkan-Nya itu kepada imam-imam, Ia telah
memberikan kepada mereka suatu kesaksian untuk melucuti prasangka dan syak hati mereka.
Orang Parisi telah menerangkan bahwa pengajaran Kristus bertentangan
dengan taurat yang diberikan Allah melalui Musa; tetapi petunjuk-Nya kepada orang kusta yang
disembuhkan itu untuk membawa persembahan sesuai dengan taurat tidak membenarkan tuduhan
itu. Hal itu adalah kesaksian yang telah cukup bagi semua orang yang rela untuk diyakinkan.
Para pemimpin di Yerusalem telah mengirim mata-mata untuk mencahari alasan untuk membunuh
Kristus. Ia menjawab dengan memberikan kepada mereka suatu bukti kasih-Nya bagi manusia,
penghargaan-Nya kepada taurat dan kuasa-Nya untuk melepaskan jiwa dari dosa dan maut. Dengan
demikian Ia memberikan kesaksian dari hal mereka itu: "Mereka membalas kejahatan  kepadaku
ganti kebaikan dan kebencian ganti kasihku." Mazmur 109:5. Ia yang di atas gunung memberikan
penjelasan "Kasihilah musuhmu", Ia sendiri menyatakan teladan prinsip untuk jangan membalas
"kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki,  tetapi sebaliknya, hendaklah kamu
memberkati." Matius 5:44; 1 Petrus 3:9.
Imam yang telah memutuskan orang kusta ini supaya disingkirkan, imam itu pulalah yang
memberikan keterangan tentang kesembuhannya. Keputusan ini yang diumumkan secara terbuka dan
didaftarkan itu, menjadi suatu kesaksian yang besar bagi Kristus. Dan sementara orang yang telah
sembuh ini dihadapkan pada orang-orang Israel, serta menurut penjelasan imam sendiri bahwa tidak
lagi terdapat suatu tanda penyakit padanya, imam itu sendiri telah menjadi swtu saksi yang hidup
bagi Tuhannya. Dengan gembira ia membawa persembahannya dan membesarkan nama Yesus.
Imam-imam diyakinkan oleh kuasa Ilahi Juruselamat. Kesempatan diberikan kepada mereka untuk
mengetahui kebenaran dan mendapat faedah dari terang itu. Jikalau ditolak, maka itu akan berlalu
untuk selama-lamanya, serta tidak pernah akan kembali lagi. Orang banyak telah menolak terang itu;
tetapi terang itu bukan diberikan dengan sia-sia. Banyak hati telah digerakkan sehingga untuk
seketika mereka terdiam. Selama kehidupan luruselamat, pekerjaan-Nya seakan-akan tidak
mendapat sambutan kasih dari imam-imam dan guru-guru; tetapi setelah kenaikan-Nya "sejumlah
besar imam menyerahkan diri dan percaya." Kisah 6:7.
Pekerjaan Kristus dalam menyembuhkan orang kusta dari penyakitnya yang mengerikan itu, menjadi suatu ilustrasi tentang pekerjaan-Nya dalam menyucikan jiwa daripada dosa. Orang yang datang pada
Yesus itu "penuh dengan kusta". Racun penyakit yang mematikan itu merajalela pada seluruh
tubuhnya. Murid-murid berusaha mencegah Gurunya supaya jangan menjamah orang kusta, karena
seorang yang berani menjamah seseorang yang kena penyakit kusta menjadikan dirinya juga najis.
Tetapi dengan meletakkan tangan-Nya atas orang kusta itu, Yesus tidak mendapat apa-apa yang
najis. jamahan-Nya rnemberikan kuasa yang memberi hidup. Penyakit kusta disembuhkan. Demikian
pula dengan kusta dosa,—yang telah berakar dalam, mematikan dan mustahil disucikan oleh kuasa
manusia. "Seluruh kepala sakit dan seluruh hati lemah lesu. Dari telapak kaki sampai kepala tidak
ada yang sehat; bengkak dan bilur dan luka baru, tidak dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh
minyak." Yesaya 1: 5, 6. Tetapi Yesus, yang datang dengan peri kemanusiaan dan tidak terdapat
cacat. Hadirat-Nya mempunyai kuasa menyembuhkan untuk orang berdosa. Siapa saja yang jatuh
pada kaki-Nya, sambil berkata dengan penuh percaya, "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat
mentahirkan aku", akan mendengar jawab-Nya "Aku mau, jadilah engkau tahir." Mat. 8:2, 3.
Di dalam beberapa peristiwa penyembuhan, Yesus tidak dengan segera memberikan berkat yang
dicari. Tetapi di dalam peristiwa orang kusta-ini, pada saat permohonan itu disampaikan pada detik
itu juga permohonannya dikabulkan. Apabila kita berdoa memohon berkat duniawi, jawabnya
mungkin ditangguhkan, atau Allah mungkin akan memberikan sesuatu yang lain daripada apa yang
kita minta, tetapi bukan demikian jika kita meminta kelepasan dari dosa. Adalah kehendak-Nya
untuk menyucikan kita daripada dosa, menjadikan kita anak-anak-Nya dan menyanggupkan kita
menghidupkan suatu kehidupan yang suci. Kristus "yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-
dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan
Bapa kita." Galatia 1:4. Maka "inilah ketetapan hati kita terhadap Tuhan, yaitu jikalau kita
memohonkan barang sesuatu menurut -kehendaknya, Ia meluluskan permintaan kita dan jikalau kita
tahu bahwa Ia meluluskan tentang barang apa yang kita pohonkan, maka tahulah kita bahwa kita
telah memperoleh segala permintaan yang sudah kita pohonkan dari pada-Nya." I Yohanes 5:14, 15.
"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala
dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." I Yohanes 1:9.
Di dalam  penyembuhan seorang yang berpenyakit tepok di Kapernaum sekali lagi Kristus
mengajarkan kebenaran yang sama. Adalah untuk menyatakan kuasa-Nya dalam mengampuni
dosa-dosa sehingga mukjizat itu dilakukan. Dan penyembuhan akan orang yang berpenyakit tepok ini
juga menjelaskan kebenaran indah yang lain. Hal ini penuh dengan pengharapan dan kekuatan, dan
hubungannya dengan penipuan orang-orang Parisi, juga mengandung suatu pelajaran berupa amaran.
Sebagaimana orang kusta, maka orang tepok ini telah hilang segala  pengharapannya, untuk
kesembuhan. Penyakitnya adalah akibat suatu hidup yang berdosa, dan penderitaannya diperhebat
dengan rasa penyesalan. Telah lama ia mohon pada orang Parisi dan dokter dokter, dan menunggu
kelepasan dari penderitaan pikiran dan penyakit tubuhnya. Tetapi hanya secara dingin mereka
menyatakan bahwa ia tidak dapat lagi disembuhkan dan meninggalkan dia dalam murka Allah.
Orang Parisi menganggap bahwa segala kesukaran hidup itu adalah karena Allah tidak senang dan itu
sebabnya mereka menjauhkan diri dari orang yang berpenyakit dan yang berkekurangan. Tetapi
sering orang yang merasa diri mereka itu tinggi dan suci adalah lebih bersalah daripada orang sakit
yang mereka persalahkan itu.
Orang tepok ini telah kecewa dan merasa bahwa ia tidak akan mendapat pertolongan dari siapa pun.
Lalu ia mendengar akan keajaiban pekerjaan Yesus. Ia mendengar orang berkata bahwa ada orang
yang berdosa dan tidak berdaya sebagaimana dia juga telah disembuhkan hingga orang yang
berpenyakit kusta pun telah sehat kembali. Dan sahabat-sahabatnya yang membawa berita ini
menguatkan hatinya, dengan mengatakan bahwa jika ia dibawa kepada Yesus dia juga akan dapat disembuhkan. Tetapi harapannya jatuh bila ia teringat bagaimana penyakitnya telah menimpa
kepadanya. Ia akut kalau-kalau Tabib tidak mau menyabarkan dia dalam hadirat-Nya.
Tetapi kerinduannya yang terbesar itu ialah bukannya kesembuhan tubuh saja tetapi juga kelepasan
dari beban dosa. Jika ia dapat melihat Yesus, dan menerima jaminan keampunan serta mendapat
perdamaian dengan surga, ia telah puas walau pun hidup atau mati, dalam menurut akan kehendak
Allah. Tangisan orang yang akan mati ini adalah agar dia dapat datang dan menghampiri
hadirat-Nya. Ia tidak mau membuang-buang waktu; dagingnya makin menjadi busuk. Ia memohon
pada sahabat-sahabatnya untuk membawa dia di atas tempat tidurnya kepada Yesus, dan
permohonannya itu mereka kabulkan dengan kerelaan hati. Tetapi oleh karena begitu padat orang
banyak telah berkumpul di sekeliling rumah di mana Juruselamat sedang berada, maka agak sulitlah
bagi orang sakit ini bersama teman-temannya untuk mendapatkan Dia, atau mendengar suara-Nya.
Yesus sedang mengajar di rumah Petrus. Menurut kebiasaan mereka, murid-murid-Nya duduk
mengelilingi Dia, "dan di sana juga hadir orang orang Parisi dan ahli-ahli taurat yang datang dari
negeri Galilea dan Yudea serta Yerusalem." Orang-orang ini telah datang sebagai mata-mata untuk
mencahari tuduhan melawan Yesus. Selain dari hadirin yang terhormat ini ada pula orang-orang lain
yang hadir,  yaitu dari berbagai-bagai bangsa, yang rindu melihat Dia, yang beribadat, yang hanya
ingin mengetahui dan termasuk orang orang tidak percaya. Berbagai-bagai bangsa dan segala lapisan
masyarakat diwakili. "Dan kuasa Tuhan pun hadir untuk menyembuhkan." Roh  kehidupan ada di
antara orang banyak, tetapi orang-orang Parisi dan ahli-ahli taurat tidak melihat akan kehadiran-Nya.
Mereka tidak merasa perlu dan kesembuhan itu bukanlah untuk mereka. "Ia melimpahkan segala
yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa."
Lukas 1: 53.
Berkali-kali pengusung orang tepok ini mencoba menembus orang banyak itu, tetapi sia-sia belaka.
Orang sakit ini melihat sekelilingnya dengah suatu perasaan kesengsaraan yang tidak terkatakan. Bila
pertolongan yang sudah lama diharapkan telah dekat, bagaimana mungkin melenyapkan
pengharapannya? Dengan perasaan sedih ia mengusulkan pada orang-orang yang mengusungnya
untuk mengulurkan dia dari atap rumah itu, yang datang tepat pada kaki Yesus. Pembicaraan-Nya itu
pun terhalanglah. Juruselamat memandang pada wajah yang penuh kesedihan serta pada mata yang
memohon kasihan yang diarahkan kepada-Nya. Yesus mengerti maksudnya. Ia telah menarik pada
diri-Nya Roh yang bimbang dan ragu-ragu itu. Ketika orang tepok ini masih di rumah, Juruselamat
telah membawa keyakinan pada angan-angan hatinya. Bila ia bertobat dari segala dosa-dosanya, dan
percaya akan kuasa Yesus untuk menyembuhkan dia, anugerah pemberi hidup Juruselamat
mula-mula memberkati hatinya yang rindu itu. Yesus telah memperhatikan kerlipan percaya yang
pertama bertumbuh kepada iman bahwa Dia adalah satu-satunya penolong bagi orang berdosa, dan
melihat percayanya bertumbuh oleh usahanya untuk datang menjumpai-Nya.
Kini, dengan perkataan yang didengar  sebagai alunan musik pada telinganya, Juruselamat berkata:
"Hai anak-Ku, dosamu telah diampuni."
Beban putus asa terangkat dari jiwa orang yang sakit ini; damai keampunan bertakhta di atas rohnya
dan bersinar pada wajahnya. Penyakitnya hilang, dan seluruh tubuhnya diobahkan. Orang tepok yang
tidak berdaya telah disembuhkan; seorang berdosa yang bersalah telah diampuni!
Di dalam iman yang sederhana itu dia menerima akan perkataan Yesus sebagai suatu luapan berkat
hidup baru. Ia tidak memajukan permohonan lebih lanjut melainkan hanya berdiam tidak dapat
berkata apa-apa karena kegembiraannya. Terang surga menyinari wajahnya dan orang banyak pun
ternganga keheranan melihat peristiwa ini.
Rabbi-rabbi telah menunggu dengan kerinduan untuk melihat apakah tindakan  Kristus terhadap
peristiwa ini. Mereka teringat kembali bagaimana orang ini telah datang memohon pertolongan pada mereka dan telah menolak orang-orang itu yang berharap dan memohon untuk dikasihani. Tidak
puas dengan hal ini, mereka umumkan bahwa orang ini menderita karena mendapat kutuk daripada
Allah atas dosa-dosanya. Perkara ini menjadi segar kembali pada pikiran mereka bila mereka melihat
bahwa orang sakit itu kini berada di hadapan mereka. Mereka memperhatikan semua orang yang
menyaksikan pandangan ini, dan mereka merasa sangat takut akan kehilangan pengaruh mereka pada
orang banyak itu.
Orang-orang besar ini tidak dapat menukar perkataan, tetapi melihat pada wajah mereka
masing-masing nampak sedang bergelora suatu pikiran bahwa mereka patut berbuat sesuatu untuk
membendung arus perhatian orang banyak yang diarahkan kepada Yesus. Kristus mengatakan bahwa
dosa orang sakit tepok ini telah diampuni. Orang orang Parisi menangkap perkataan ini sebagai suatu
hujatan, dan merasa bahwa perkataan ini adalah sebagai suatu dosa yang layak mendapat hukuman
mati. Mereka berkata di dalam hati mereka "Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa
selain daripada Allah sendiri?" Markus 2:7.
Dengan mengarahkan pandangan-Nya kepada mereka itu Yesus berkata: "Apakah  sebabnya hati
kamu berbalah-balah? Yang manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang sakit tepok ini:
Dosamu sudah diampunikah atau mengatakan bangunlah engkau, angkat tempat tidurmu itu lalu
berjalan? Tetapi supaya kamu mengetahui bahwa Anak manusia di dalam dunia ini berkuasa
mengampuni dosa, maka katanya kepada orang berpenyakit tepok ini: Aku ini berkata kepadamu
bangunlah engkau, angkat tempat tidurmu itu, pulanglah ke rumahmu!"
Lalu orang yang hanya dibawa dengan usungan kepada Yesus itu pun bangkitlah dengan kekuatan
seorang muda. Darah pemberi hidup itu pun mengalirlah ke seluruh pembuluh darahnya. Segala alat
tubuhnya dengan tiba-tiba bergerak kembali. Pancaran kesehatan menggantikan bayangan maut."
"Pada ketika itu juga bangunlah ia, diangkatnya tempat tidurnya itu, lalu pergi keluar di hadapan
orang sekalian itu, sehingga sekaliannya itu pun tercengang-cenganglah serta memuliakan Allah,
katanya, Belum pernah kami melihat yang demikian ini.''
Oh, kasih Kristus yang ajaib, tunduk untuk menyembuhkan  jiwa yang bersalah serta menderita!
Keilahian-Nya berduka dan telah melenyapkan penyakit manusia yang menderita! Oh, ajaiblah kuasa
yang dinyatakan kepada manusia! Siapakah yang dapat meragukan akan kabar keselamatan?
Siapakah yang dapat mengecilkan kemurahan Penebus yang berkasihan itu?
Tidak ada lain, kecuali kuasa Ilahi yang dapat mengembalikan, kesehatan kepada tubuh yang sedang
menjadi busuk itu. Suara yang sama yang telah memberikan hidup pada waktu manusia yang
dijadikan dari lebu tanah, suara itu pulalah yang memberikan hidup pada orang yang sakit tepok yang
hampir mati itu. Kuasa yang sama yang telah memberikan hidup pada tubuh telah membaharui
hatinya. Ia yang pada waktu kejadian "berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka
semuanya ada." (Mazmur 33:9), Ia juga yang memberikan hidup kepada jiwa yang mati oleh
pelanggaran dan dosa. Kesembuhan tubuh menjadi suatu bukti kuasa yang telah membaharui hati.
Kristus meminta agar orang sakit tepok itu bangkit dan berdiri "agar kamu boleh mengetahui,"
kata-Nya, "bahwa Anak manusia itu mempunyai kuasa di atas dunia ini untuk mengampuni dosa."
Orang sakit tepok telah mendapat dari Kristus suatu kesembuhan baik dalam jiwa mau pun dalam
tubuhnya. Kesembuhan kerohanian diikuti oleh kesembuhan badani.  Pelajaran ini janganlah
dilupakan. Pada zaman ini terdapat beribu-ribu orang yang menderita penyakit badani sebagaimana
orang sakit tepok itu, yang sedang merindukan akan pekabaran "Dosa-dosamu diampuni." Beban
dosa, dengan keinginannya yang tidak pernah merasa puas, adalah dasar segala penyakit mereka.
Mereka tidak akan mendapat kelepasan hingga mereka datang kepada Tabib Jiwa. Damai yang
berasal hanya daripada-Nya, dapat memberikan kekuatan kepada pikiran dan kesehatan kepada
tubuh. Yesus telah datang untuk "membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu." "Dalam Dia ada hidup",
dan Ia berkata: "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan." la adalah menjadi "roh yang menghidupkan." I Yohanes 3:8; Yohanes 1:4; 10:10; I Kor.
15:45. Dan Ia masih mempunyai kuasa untuk memberi hidup yang sama sebagaimana ketika Ia
berada di atas dunia ini menyembuhkan orang sakit memberi keampunan kepada orang berdosa. Ia
"yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu." Mazmur 103:3.
Akibat penyembuhan sakit tepok ini kepada orang banyak ialah seakan-akan surga telah terbuka, dan
menyatakan kemuliaan suatu dunia yang lebih baik. Pada saat orang yang telah disembuhkan ini
melewati orang banyak, ia memuji Allah pada setiap langkahnya, dan membawa pikulannya yang
kini dirasanya sebagai bulu ayam ringannya, dan orang banyak mundur memberikan jalan kepadanya
dengan mulut mereka ternganga keheranan dan berbisik di antara mereka itu sendiri, katanya: "Kita
telah melihat tanda ajaib hari ini!"
Orang Parisi menjadi bisu karena keheranan pula dan merasa dirinya kalah. Mereka melihat bahwa
pada tempat ini tidak ada kesempatan bagi perasaan cemburu untuk menghasut orang banyak.
Perbuatan ajaib yang telah diadakan kepada orang yang  mereka katakan telah mendapat murka
Allah, telah begitu berkesan kepada orang banyak sehingga rabbi-rabbi pada saat itu telah terlupakan.
Mereka melihat bahwa Kristus mempunyai suatu kuasa yang mereka anggap hanya daripada Allah;
namun tatacara-Nya yang lemah-lembut itu adalah bertentangan dengan ketinggian hati mereka.
Mereka menjadi bingung dan malu, mereka telah mengenal tetapi tidak mengakui akan seorang yang
lebih tinggi. Makin kuat bukti bahwa Yesus mempunyai kuasa di atas dunia ini untuk mengampuni
segala dosa, makin teguh mereka dalam sifat tidak percaya akan Dia. Dari rumah Petrus di mana
mereka telah melihat orang tepok itu disembuhkan oleh perkataan-Nya. mereka pergi untuk
mencahari muslihat yang baru dengan maksud untuk mendiamkan Anak Allah itu.
Penyakit badani itu biarpun berbahaya dapat disembuhkan oleh kuasa Kristus; tetapi penyakit jiwa
itu menahan mereka yang menutup mata dari melihat terang. Kusta dan tepok tidaklah sehebat
seperti sifat kesombongan dan sikap tidak percaya.
Di rumah orang berpenyakit tepok yang telah disembuhkan ini sangatlah besar sukacitanya bila ia
kembali kepada keluarganya dengan membawa tempat tidurnya yang diangkat dengan
perlahan-lahan dari hadapan mereka beberapa waktu lamanya. Mereka datang mengerumuni dia
dengan air mata kesukaan, seakan-akan mereka tidak percaya apa yang mereka telah lihat sekarang.
Ia berdiri di hadapan mereka itu dengan kekuatan yang baru sebagai seorang dewasa yang sehat.
Kedua belah tangannya yang tadinya tidak dapat bergerak, kini dapat digerakkannya menurut
kehendaknya. Daging tubuhnya yang telah kisut dan hancur itu kini menjadi segar kembali. Ia
berjalan dengan tegapnya. Kegembiraan dan pengharapan nyata sekali pada wajahnya, dan suatu
kenyataan kesucian dan damai telah mengambil tempat cacat dosa dan penderitaan. Perasaan syukur
yang gembira menjadi suasana yang meliputi rumahnya, dan Allah telah dipermuliakan melalui
Anak-Nya, yang telah mengembalikan harap kepada orang yang telah putus harap, dan kekuatan
kepada yang tertindas. Orang ini  bersama keluarganya telah sedia menyerahkan seluruh hidup
mereka itu bagi Yesus. Tidak ada kebimbangan yang dapat memadamkan iman mereka; tidak ada
sifat tidak percaya yang dapat menodai kesetiaan mereka itu kepada-Nya yang telah membawa
terang ke dalam rumah tangga mereka yang dijajah oleh kegelapan. 


 Pasal 28

LEWI — MATIUS

SELAIN DARI tentara Rom di Palestina, tidak ada orang yang paling dibenci oleh rakyat daripada
seorang pemungut cukai. Sebabnya ialah pajak yang dituntut oleh kuasa asing adalah merupakan
gangguan yang terus menerus kepada bangsa Yahudi, karena hal ini hanyalah mengingatkan pada
mereka bahwa kemerdekaan mereka telah hilang. Dan pemungut cukai ini bukan saja menjadi alat
penindasan Rom, tetapi mereka juga mencahari keuntungan diri sendiri dengan menggaruk harta
orang banyak. Seorang Yahudi yang menerima pekerjaan ini di bawah pengawasan bangsa Rom
dianggap sebagai seorang pengkhianat bangsanya. Ia dihina sebagai seorang yang telah murtad dan
digolongkan dengan orang yang terjahat dalam masyarakat.
Matius orang Lewi ini termasuk dalam golongan ini, seorang yang telah dipanggil untuk bekerja bagi
Kristus setelah empat murid yang lain dipanggil di Nazaret. Orang Parisi menghakimkan Matius
menurut pekerjaannya, tetapi Yesus melihat di dalam orang ini suatu hati yang terbuka untuk
menerima 
------------
Pasal ini didasarkan atas Matius 9:9-17; Markus 2:14-22; Lukas 5:27-39.

pekabaran. Matius telah mendengar pengajaran Juruselamat. Pada saat Roh Allah yang meyakinkan
itu menyatakan akan hidupnya yang penuh dosa itu, ia rindu mencahari pertolongan dari Kristus;
tetapi ia telah biasa terpencil dari rabbi-rabbi dan tidak berpikir bahwa Guru Besar ini akan
memperhatikan dirinya.
Pada suatu hari sementara ia duduk di kursi pemungut cukai, ia melihat Yesus yang sedang datang
menuju padanya. Ia sangat heran mendengar perkataan yang ditujukan kepada dirinya, "Ikutlah Aku."
Oleh Matius "ditinggalkannya semua, lalu bangun mengikut Yesus." Tidak terdapat keragu-raguan
dalam hatinya, atau pertanyaan dalam pikirannya mengenai pekerjaannya yang akan diganti dengan
kemiskinan dan kesukaran. Telah cukup baginya jika ia telah bersama-sama dengan Yesus, agar ia
boleh mendengar akan firman-Nya, dan bersatu dengan Dia di dalam pekerjaan-Nya.
Demikian pula dengan murid-murid yang mula-mula dipanggil. Apabila Yesus memanggil Petrus
dan kawan-kawannya untuk mengikuti Dia, dengan segera mereka meninggalkan perahu dan jala
mereka itu. Beberapa dari murid-murid ini mempunyai kawan-kawan yang hidupnya bergantung
pada mereka itu; tetapi bila mereka menerima undangan Juruselamat, mereka tidak ragu-ragu dan
bertanya "Bagaimana saya akan hidup dan membiayai keluargaku? Mereka patuh pada
panggilan-Nya. dan setelah itu bila Yesus bertanya kepada mereka, "Tatkala Aku menyuruhkan
kamu keluar dengan tiada membawa pundi-pundi atau tempat bekal atau kasut, adakah kamu
kekurangan barang sesuatu?" Maka jawab mereka itu, "Tidak".
gembiranya mereka itu akan mengikut Dia.
Panggilan pada Matius menjadi seorang murid Kristus, telah menimbulkan suatu kemarahan yang
besar. Bagi seorang guru agama memilih seorang pemungut cukai dengan secara tiba-tiba menjadi
seorang pengikut-Nya adalah suatu hal yang menentang syarat-syarat agama, sosial dan adat istiadat
bangsa. Dengan membangkitkan syak hati orang banyak, orang Parisi berharap dapat merubah aliran
perasaan orang banyak untuk menentang Yesus.
Di antara pemungut cukai telah timbul suatu perhatian yang baru. Hati mereka tertarik kepada Guru
Ilahi. Dalam kesukaannya karena telah menjadi seorang murid yang baru, Matius rindu membawa
kawan-kawannya kepada Yesus. Itulah sebabnya ia telah mengadakan suatu pesta di rumahnya sendiri, dan telah mengundang kaum keluarga dan sahabat-sahabatnya. Bukan saja pemungut cukai
yang termasuk, tetapi banyak yang lain lagi yang nama baiknya diragukan, dan yang dipersalahkan
oleh tetangga-tetangga mereka yang lebih teliti.
Pesta ini telah diadakan untuk menghormati Yesus, dan Ia tidak menolak untuk menerima
kehormatan ini. Ia mengetahui dengan pasti bahwa hal ini akan menyinggung cara-cara pesta orang
Parisi, dan janggal pada pemandangan orang banyak. Tetapi tidak ada soal peraturan yang dapat
mempengaruhi tindakan-Nya itu. Bagi-Nya perbedaan luar itu tidak ada artinya. Apa yang menarik
hati-Nya ialah jiwa yang haus akan air hidup.
Yesus duduk sebagai seorang  tamu terhormat di meja pemungut-cukai, oleh perasaan simpati dan
keramah-tamahan-Nya, menunjukkan bahwa Ia mengenal akan keagungan kemanusiaan itu; dan
manusia rindu mendapat kepercayaan-Nya. Di atas hati mereka yang haus perkataan-Nya jatuh
bersama kuasa yang memberkati serta memberikan hidup. Dorongan yang baru telah dibangunkan,
dan kemungkinan suatu hidup yang baru terbuka bagi suatu masyarakat yang terpencil dan dibenci
ini.
Pada perkumpulan seperti ini, bukan sedikit orang yang telah digerakkan oleh  pengajaran
Juruselamat, yang tidak mengenal Dia sampai sesudah kenaikan-Nya. Apabila Roh Suci dicurahkan,
tiga ribu jiwa yang telah ditaubatkan dalam sehari, dan dari antara jiwa-jiwa ini banyaklah orang
yang pertama kali mendengar akan kebenaran di meja pemungut cukai ini dan beberapa dari mereka
itu telah menjadi pengabar Injil. Bagi Matius sendiri, teladan Yesus di pesta itu menjadi suatu
pelajaran yang meresap di dalam jiwanya. Pemungut cukai yang dihina itu menjadi salah seorang
pengabar Injil yang paling berserah, dan di dalam pekerjaannya sendiri ia mengikut dengan teliti
akan jejak-jejak Tuhannya.
Apabila rabbi-rabbi mengetahui bahwa Yesus menghadiri pesta Matius. mereka mengambil
kesempatan untuk menuduh Dia. Tetapi mereka memilih
Kepada Matius dengan kekayaannya dan kepada Andreas serta Petrus dengan kekurangannya, ujian
yang sama telah diberikan dan penyerahan yang sama pula dibuat oleh mereka itu masing-masing.
Pada saat mereka makmur, ialah bila jala mereka itu penuh dengan ikan dan disaat dorongan
kehidupan yang lama menjadi lebih kuat, Yesus minta kepada murid-murid yang berada di tepi
pantai itu untuk meninggalkan segala sesuatu untuk pengabaran Injil. Oleh sebab itu tiap-tiap jiwa
diuji di dalam hal manakah yang lebih kuat kerinduannya bagi harta duniawi atau persekutuannya
dengan Kristus.
Prinsip selamanya tepat. Tidak ada seorang dapat maju di dalam pekerjaan Allah kecuali seluruh
hatinya berada di dalam pekerjaan itu dan ia menganggap segala sesuatu itu kerugian adanya untuk
kebaikan pengetahuan Kristus. Tidak seorang pun yang masih mempunyai cadangan dalam hidupnya
yang dapat menjadi murid Kristus, ataupun menjadi teman kerja-Nya. Apabila manusia menghargai
akan keselamatan yang besar itu. maka pengorbanan diri yang dilihat di dalam kehidupan Kristus
akan terlihat dalam hidup mereka itu juga. Ke mana saja Ia pergi, dengan
gembiranya mereka itu akan mengikut Dia.
Panggilan pada Matius menjadi seorang murid Kristus, telah menimbulkan suatu kemarahan yang
besar. Bagi seorang guru agama memilih seorang pemungut cukai dengan secara tiba-tiba menjadi
seorang pengikut-Nya adalah suatu hal yang menentang syarat-syarat agama, sosial dan adat istiadat
bangsa. Dengan membangkitkan syak hati orang banyak, orang Parisi berharap dapat merubah aliran
perasaan orang banyak untuk menentang Yesus.
Di antara pemungut cukai telah timbul suatu perhatian yang baru. Hati mereka tertarik kepada Guru
Ilahi. Dalam kesukaannya karena telah menjadi seorang murid yang baru, Matius rindu membawa
kawan-kawannya kepada Yesus.  Itulah sebabnya ia telah mengadakan suatu pesta di rumahnya sendiri, dan telah mengundang kaum keluarga dan sahabat-sahabatnya. Bukan saja pemungut cukai
yang termasuk, tetapi banyak yang lain lagi yang nama baiknya diragukan, dan yang dipersalahkan
oleh tetangga-tetangga mereka yang lebih teliti.
Pesta ini telah diadakan untuk menghormati Yesus, dan Ia tidak menolak untuk menerima
kehormatan ini. Ia mengetahui dengan pasti bahwa hal ini akan menyinggung cara-cara pesta orang
Parisi, dan janggal pada pemandangan orang banyak. Tetapi tidak ada soal peraturan yang dapat
mempengaruhi tindakan-Nya itu. Bagi-Nya perbedaan luar itu tidak ada artinya. Apa yang menarik
hati-Nya ialah jiwa yang haus akan air hidup.
Yesus duduk sebagai seorang tamu terhormat di meja pemungut-cukai, oleh perasaan simpati dan
keramah-tamahan-Nya, menunjukkan bahwa Ia mengenal akan keagungan kemanusiaan itu; dan
manusia rindu mendapat kepercayaan-Nya. Di atas hati mereka yang haus perkataan-Nya jatuh
bersama kuasa yang memberkati serta memberikan hidup. Dorongan yang baru telah dibangunkan,
dan kemungkinan suatu hidup yang baru terbuka bagi suatu masyarakat yang terpencil dan dibenci
ini.
Pada perkumpulan seperti ini, bukan sedikit orang yang telah digerakkan oleh pengajaran
Juruselamat, yang tidak mengenal Dia sampai sesudah kenaikan-Nya. Apabila Roh Suci dicurahkan,
tiga ribu jiwa yang telah ditaubatkan dalam sehari, dan dari antara jiwa-jiwa ini banyaklah orang
yang pertama kali mendengar akan kebenaran di meja pemungut cukai ini dan beberapa dari mereka
itu telah menjadi pengabar Injil. Bagi Matius sendiri, teladan Yesus di pesta itu menjadi suatu
pelajaran yang meresap di dalam jiwanya. Pemungut cukai yang dihina itu menjadi salah seorang
pengabar Injil yang paling berserah, dan di dalam pekerjaannya sendiri ia mengikut dengan teliti
akan jejak-jejak Tuhannya.
Apabila rabbi-rabbi mengetahui bahwa Yesus menghadiri pesta Matius. mereka mengambil
kesempatan untuk menuduh Dia. Tetapi mereka memilih untuk memperalat murid-murid-Nya.
Dengan membangkitkan prasangka mereka, maka mereka mengharap dapat merenggangkan
murid-murid daripada Tuhan mereka. Adalah menurut peraturan mereka untuk menuduh Kristus
kepada murid-murid-Nya dan murid-murid itu kepada Kristus, sambil mengarahkan anak panah
mereka ke sasaran di mana mereka lebih suka dilukai. Inilah caranya setan bekerja sejak terjadi
pemberontakan di surga, dan segala orang yang mencoba untuk menyebabkan perpecahan dan
keretakan dihasut oleh roh setan ini.
"Apakah sebabnya Guru kamu makan bersama dengan orang pemungut cukai dan orang berdosa?"
tanya seorang rabbi yang penuh dengan perasaan dengki.
Yesus tidak menunggu murid-murid-Nya untuk menjawab tuduhan ini, tetapi Ia sendiri yang telah
menjawabnya dengan: "Orang yang sehat itu tiada memerlukan  tabib, hanyalah orang yang sakit.
Tetapi pergilah kamu sambil memikirkan arti perkataan ini, bahwa belas kasihan yang Aku
kehendaki bukanlah persembahan, karena bukannya Aku datang memanggil orang yang benar,
hanyalah orang yang berdosa." Orang Parisi merasa pengakuan kerohanian mereka itu telah sehat,
sebab itu tidak perlu lagi seorang tabib, di saat mereka menganggap pemungut cukai dan orang kapir
sedang dibinasakan oleh penyakit rohani. Bukankah ini pekerjaan-Nya, sebagai seorang tabib, pergi
kepada tiap-tiap golongan manusia yang memerlukan pertolongan-Nya?
Tetapi walau pun orang Parisi menganggap diri mereka begitu tinggi, sebenarnya mereka berada di
dalam suatu keadaan yang lebih buruk daripada orang-orang yang mereka anggap hina itu. Pemungut
cukai itu tidak menyombongkan diri dan merasa diri mereka sanggup, sehingga hati mereka lebih
terbuka bagi kebenaran. Yesus berkata kepada rabbi-rabbi itu: "Pergilah kamu sambil memikirkan
arti perkataan ini bahwa belas kasihan yang Aku kehendaki bukanlah persembahan.'' Dengan
demikian Ia menunjukkan bahwa tatkala mereka mengaku mentafsirkan firman Allah, sebenarnya mereka tidak tahu sama sekali akan rohnya.
Orang Parisi berdiam seketika lamanya, tetapi hanya menjadi lebih keras dalam permusuhan mereka.
Sesudah itu mereka pergi mencari murid-murid Yohanes Pembaptis, dan mencoba menghasut
mereka untuk menentang Juruselamat. Orang orang Parisi ini tidak menerima pekerjaan pekabaran
Yohanes Pembaptis. Mereka menunjuk dengan secara menghina pada kehidupannya yang bertarak,
kebiasaannya yang sederhana, pakaiannya yang kasar. serta menyatakan bahwa ia adalah seorang
yang fanatik. Oleh karena ia menempelak sifat mereka yang pura-pura itu, mereka menolak
pekabarannya dan berusaha menghasut orang banyak untuk melawan Yohanes. Roh Allah telah
bekerja di dalam hati pengolok-pengolok ini, meyakinkan segala dosa mereka itu; tetapi mereka
telah menolak nasihat Allah, dan mengatakan bahwa Yohanes telah dirasuk roh setan.
Kini apabila Yesus datang bercampur gaul dengan orang banyak, makan dan minum bersama-sama
di hadapan meja, mereka menuduh Dia sebagai seorang pelahap dan seorang pemabuk. Orang yang
mengajukan tuduhan ini sebenarnya bersalah. Sebagaimana Allah dilukiskan salah, dan dibungkus
oleh Setan dengan sifatnya sendiri, demikian juga dengan pesuruh-pesuruh Allah telah dipalsukan
oleh orang-orang jahat ini.
Orang-orang Parisi tidak mau memikirkan bahwa Yesus duduk makan bersama pemungut cukai dan
orang berdosa ini untuk membawa terang surga kepada mereka yang sedang berada dalam
kegelapan. Mereka tidak melihat bahwa tiap-tiap perkataan yang terbit dari bibir Guru Besar ini
adalah sebagai suatu benih yang hidup yang akan bertumbuh dan mengeluarkan buah-buah bagi
kemuliaan Allah. Mereka telah bertekad untuk tidak menerima terang  itu; dan walau pun mereka
telah menentang pekerjaan Yohanes Pembaptis, mereka kini sedia untuk mengadakan persahabatan
dengan murid-muridnya sambil mengharap dapat bekerja sama dengan mereka itu untuk menentang
Yesus. Mereka mengatakan bahwa Yesus telah meniadakan tradisi-tradisi dahulu kala; dan mereka
membandingkan kesucian dan kesetiaan Yohanes Pembaptis dengan sikap Yesus di dalam turut
bersama dalam pesta pemungut cukai dan orang berdosa.
Murid-murid Yohanes saat itu sedang berada dalam dukacita yang besar. Saat itu ialah sebelum
kunjungan mereka kepada Yesus dengan menyampaikan berita mengenai Yohanes. Guru mereka
yang sangat dikasihi kini meringkuk di dalam penjara dan mereka sangatlah bersusah hati dengan hal
ini. Dan Yesus pun tidak berusaha untuk melepaskan Yohanes, dan juga seakan-akan merendahkan
pengajarannya. Jikalau Yohanes telah diutus oleh Allah, mengapakah Yesus dan murid-murid-Nya
memberikan pelajaran yang sangat berbeda?
Murid-murid Yohanes tidak mempunyai pengertian yang jelas mengenai pekerjaan Kristus; mereka
merasa bahwa ada alasan untuk tuduhan orang Parisi. Mereka mengikuti banyak peraturan yang
dikeluarkan oleh rabbi-rabbi dan juga mengharap dibenarkan oleh perbuatan taurat. Berpuasa
dijalankan oleh orang Yahudi sebagai suatu perbuatan kebajikan dan orang yang benar-benar
beragama berpuasa dua hari dalam setiap minggu. Orang-orang Parisi serta murid-murid Yohanes
sedang berpuasa bila mereka datang pada Yesus dengan pertanyaan, "Apa sebabnya kami dan orang
Parisi pun puasa, tetapi murid-murid-Mu sendiri tidak?"
Dengan sangat lemah lembut Yesus menjawab pada mereka itu. Ia tidak mencoba mengoreksi
pengertian mereka yang salah tentang berpuasa, tetapi Ia hanya menjelaskan pada mereka itu
mengenai pekerjaan-Nya sendiri.
Dan Ia mengemukakan  hal ini dengan memakai gambaran yang sama yang telah digunakan oleh
Yohanes sendiri dalam kesaksiannya dari hal Yesus. Yohanes telah berkata, "Yang empunya
mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat
dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah
sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh." Yohanes 3:29. Murid-murid Yohanes tidak dapat melupakan perkataan ini dari guru mereka, dan sementara mengemukakan ilustrasi ini, Yesus
berkata: "Bolehkah sahabat-sahabat mempelai itu disuruh puasa olehmu, selagi ada mempelai itu
sertanya?"
Putera surga sedang berada di antara umat-Nya. Anugerah Allah yang terbesar telah diberikan kepada
dunia. Kesukaan kepada orang miskin karena Kristus telah datang untuk menjadikan mereka ahli
waris kerajaan-Nya Kesukaan kepada orang kaya; karena Ia akan mengajar mereka itu bagaimana
mendapat kekayaan yang kekal. Kesukaan kepada bodoh; karena Ia akan menjadikan mereka
bijaksana kepada keselamatan. Kesukaan kepada yang terpelajar; karena Ia akan membuka pada
mereka rahasia yang lebih dalam yang mereka pernah selami; kebenaran yang telah tersembunyi
sejak bumi ini dialaskan akan dibuka kepada manusia oleh pekerjaan Juruselamat.
Yohanes Pembaptis telah bersuka melihat Juruselamat. Alangkah gembiranya bila seorang murid
mendapat kesempatan berjalan-jalan dan berkatakata dengan Raja surga. Ini bukan saatnya bagi
mereka untuk berduka dan berpuasa. Mereka patut membuka hati mereka untuk menerima terang
kemuliaan-Nya, agar mereka dapat memancarkan terang itu kepada mereka yang berada dalam
kegelapan dan dalam bayang maut.
Suatu gambaran yang terang yang diingatkan oleh perkataan Kristus; tetapi di seberangnya terletak
suatu bayangan yang gelap, yang hanya dapat dilihat oleh mata-Nya sendiri. "Harinya akan tiba",
kata-Nya, "apabila mempelai laki-laki akan diangkat dari mereka itu, dan kemudian mereka akan
berpuasa pada hari-hari itu." Apabila mereka melihat Tuhan dikhianati dan dipalangkan,
murid-murid akan berduka dan berpuasa. Dalam perkataan-Nya yang terakhir di ruangan atas, Ia
berkata: "Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan
melihat Aku? Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia
akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita."
Yohanes 16:19, 20.
Pada saat Ia keluar dari dalam kubur, duka-cita mereka akan berubah menjadi suka-cita. Setelah Ia
naik, maka secara pribadi Ia tidak bersama-sama dengan mereka itu lagi; tetapi melalui Penghibur, Ia
akan tetap bersama-sama dengan mereka dan tidak patut lagi mereka berduka-cita. Hal inilah yang
dikehendaki setan. Ia menghendaki mereka itu memberikan kepada dunia suatu kesan bahwa mereka
telah ditipu dan dikecewakan; tetapi oleh percaya, mereka harus memandang pada kaabah yang di
dalam surga, di mana Yesus sedang bekerja bagi mereka itu; mereka harus membuka hati mereka
kepada Roh Suci, wakil-Nya dan bersuka-cita di dalam terang hadirat-Nya. Tetapi walau pun
demikian, hari-hari pencobaan dan ujian akan tiba, apabila mereka akan dibawa untuk berperang
melawan penghulu-penghulu dunia ini dan pemimpin-pemimpin kerajaan kegelapan; serta apabila
Kristus secara pribadi tidak dapat bersama-sama mereka itu, dan mereka gagal melihat Penghibur itu,
maka ada baiknya bagi mereka untuk berpuasa.
Orang Parisi mencoba meninggikan diri mereka dengan perbaktian secara bentuk, tetapi hati mereka
itu dipenuhi dengan perasaan cemburu dan perbantahan. "Pandanglah" kata Kitab Suci,
"sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan
tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di
tempat tinggi. Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari
merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain
karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa,
mengadakan hari yang berkenan pada Tuhan?" Yesaya 58:4, 5.
Puasa yang benar bukanlah hanya mengikuti acara yang biasa. Kitab Suci menerangkan bahwa puasa
yang telah dipilih Allah,—"membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk,
supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk. . . apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang
tertindas." Yesaya 58:6, 10. Di sinilah letaknya roh dan sifat pekerjaan Kristus. Seluruh
kehidupan-Nya dikorbankan untuk menyelamatkan dunia. Baik di saat berpuasa di padang
pencobaan, atau makan sehidangan dengan pemungut-pemungut cukai pada pesta Matius, Ia
memberikan kehidupan-Nya untuk menebus yang hilang. Bukannya dalam duka-cita yang malas atau
di dalam pengorbanan badani dan di hadapan orang banyak, roh penyerahan yang benar itu
dinyatakan, tetapi haruslah ditunjukkan di dalam penyerahan diri, di dalam kerelaan hati untuk
melayani Allah dan sesama manusia.
Menyambung jawab-Nya kepada murid-murid Yohanes, Yesus telah memberikan sebuah
perumpamaan katanya: "Maka seorang pun tiada menampalkan secarik kain yang baharu pada
pakaian yang lama, karena koyaklah pula penampal itu, yaitu kain yang baharu mengoyak yang lama
itu sehingga koyaknya lebih besar lagi." Pekabaran Yohanes Pembaptis tidak patut dicampur baur
dengan tradisi dan ketahyulan. Suatu usaha untuk mencampurkan kepura-puraan orang Parisi dengan
penyerahan Yohanes, hanyalah lebih menyatakan perbedaan di antara mereka itu.
Atau sama pula dengan mencampurkan azas pengajaran Kristus dengan agama orang Parisi yang
secara bentuk saja. Kristus tidak akan menutup keretakan yang telah dibuat oleh ajaran Yohanes. Ia
akan lebih menjelaskan pemisahan di antara yang lama dan yang baru. Lebih lanjut Yesus
menerangkan fakta ini katanya: "Seorang pun tiada membubuh air anggur yang baru ke dalam kerbat
kulit yang lama, karena air anggur yang baharu itu kelak memecahkan kerbat kulit." Kerbat kulit
yang dipergunakan untuk mengisi anggur baru, setelah sedikit waktu akan menjadi kering dan rapuh
dan tidak layak lagi dipakai untuk maksud yang sama. Dalam ilustrasi yang biasa ini Yesus
mengemukakan keadaan para pemimpin Yahudi, para imam dan katib-katib serta
penghulu-penghulu yang telah diikat oleh roda upacara dan tradisi. Hati  mereka telah rapuh,
sebagaimana kerbat kulit air anggur yang telah kering itu. Selama mereka tetap merasa puas dengan
suatu agama yang sah, maka mustahillah bagi mereka itu untuk menjadi tempat simpanan kebenaran
surga yang hidup itu. Mereka merasa bahwa cukuplah dengan kebenaran mereka sendiri, dan tidak
menghendaki lagi suatu bahan yang baru yang harus dimasukkan ke dalam agama mereka. Kehendak
Allah yang baik bagi manusia tidak diterima oleh mereka karena sesuatu yang terpisah dari diri
mereka sendiri. Mereka menghubungkan hal itu dengan kebajikan mereka sendiri karena perbuatan
mereka baik yang baik itu. Iman yang bekerja oleh kasih dan menyucikan jiwa tidak mendapat
tempat di dalam agama orang Parisi yang hanya terdiri dari upacara-upacara dan syarat-syarat buatan
manusia. Usaha untuk mempersatukan ajaran Kristus dengan agama yang dibangunkan akan sia-sia
belaka. Kebenaran Allah yang penting ini, sebagai anggur yang baru, akan memecahkan berkas
tradisi bangsa Parisi yang lama serta yang sedang menjadi busuk itu.
Orang Parisi merasa diri mereka terlalu pandai sehingga mereka tidak memerlukan lagi petunjuk;
merasa diri mereka terlalu benar sehingga tidak memerlukan lagi keselamatan; merasa diri mereka
terlalu tinggi sehingga tidak memerlukan lagi penghormatan yang berasal daripada Kristus.
Iuruselamat berbalik dari mereka dan mencahari orang lain yang akan menerima pekabaran dari
surga. Di dalam nelayan yang tidak terdidik ini, di dalam pemungut cukai yang bekerja di
pasar-pasar, di dalam perempuan Samaria, di dalam orang banyak yang suka mendengar Dia dengan
suka hati inilah Ia mendapat kerbat untuk anggur yang baru itu. Perkakas yang akan dipergunakan di
dalam pekerjaan Injil ini adalah jiwa-jiwa yang dengan gembira menerima terang yang diberikan
Allah kepada mereka itu. Mereka inilah yang menjadi alat-alat-Nya untuk memberikan pengetahuan
dari hal kebenaran kepada seluruh isi dunia. Jika oleh anugerah Kristus umat-Nya akan menjadi
kerbat yang baru, Ia akan mengisi mereka itu dengan anggur yang baru pula.
Ajaran Kristus, walau pun itu diumpamakan dengan air anggur yang baru, bukanlah berarti bahwa itu adalah suatu doktrin yang baru pula tetapi sebaliknya adalah suatu kenyataan tentang apa yang telah
diajarkan sejak permulaan dunia. Tetapi kepada orang Parisi kebenaran Allah itu telah hilang artinya
yang asli serta keindahannya. Bagi mereka itu ajaran Kristus adalah sangat baru hampir dalam segala
segi, dan hal itu tidak dikenal serta tidak diketahui.
Yesus menunjukkan kuasa pengajaran palsu yang membinasakan  penghargaan dan kerinduan
seseorang terhadap kebenaran. "Tiada seorangpun" kata-Nya, "yang minum air anggur yang lama,
ingin akan air anggur yang baharu; karena katanya, yang lama itulah sedap rasanya." Segala
kebenaran yang telah diberikan kepada dunia melalui bapa-bapa dan nabi-nabi bersinar dalam suatu
keindahan yang baharu dalam perkataan Kristus. Tetapi katib-katib dan orang Parisi tidak
merindukan anggur yang baru itu. Sehingga walau pun kosong dari tradisi lama, adat istiadat, serta
kebiasaan, dalam hati mereka tidak terdapat suatu tempat apa pun bagi pengajaran Kristus. Mereka
bergantung pada syarat-syarat agama yang mati, dan berpaling dari kebenaran yang hidup dan dari
kuasa Allah.
Hal inilah yang membawa kebinasaan bangsa Yahudi, dan hal ini pulalah yang akan membawa
kebinasaan banyak jiwa pada zaman kita sekarang ini. Beribu-ribu orang melakukan kesalahan yang
sama seperti orang Parisi yang telah ditegur oleh Kristus pada pesta Matius itu. Daripada membuang
beberapa pendapat yang dipelihara atau menyingkirkan beberapa pikiran terhadap berhala, banyak
yang menolak akan kebenaran yang datang dari Bapa terang. Mereka menaruh percaya pada diri
mereka sendiri, dan bergantung pada kepandaian mereka sendiri serta tidak mau menyadari
kekurangan kerohanian mereka. Mereka bertahan dengan suatu pendapat bahwa merekalah yang
dapat diselamatkan dengan melakukan beberapa pekerjaan yang penting. Apabila mereka melihat
bahwa tidak ada jalan untuk memboncengkan diri dalam suatu pekerjaan, mereka menolak akan
keselamatan yang telah disediakan.
Agama yang menurut undang-undang tidak pernah akan membawa jiwa kepada Kristus, karena tidak
mempunyai cinta dan tidak mempunyai Kristus. Berpuasa atau berdoa yang didorong oleh roh
mementingkan diri sendiri menjadi suatu kebencian pada pemandangan Allah. Perkumpulan
perbaktian yang tekun, ucapan-ucapan agama bersama, kerendahan hati secara lahir, korban yang
mengesankan, itu semua menyatakan bahwa orang yang berbuat perkara-perkara itu menganggap
dirinya sebagai seorang yang suci dan berhak masuk dalam kerajaan surga, tetapi semuanya itu
adalah suatu penipuan belaka. Perbuatan kita sendiri tidak dapat membeli keselamatan berupa apa
pun.
Sebagaimana pada zaman Kristus, begitu pula pada zaman ini; orang-orang Parisi tidak mengetahui
kekurangan kerohanian mereka. Kepada mereka itu datanglah pekabaran ini, "Karena engkau
berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan
karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku
menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api,
agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan
kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya
engkau dapat melihat." Wahyu 3: 17, 18.
Iman dan kasih adalah emas yang telah diuji di dalam api. Tetapi bagi kebanyakan orang, emas itu
telah suram dan harta yang mewah itu telah hilang. Kebenaran Kristus bagi mereka itu sebagai suatu
jubah yang tidak dapat dipakai, suatu sumber air yang tidak dapat dijamah. Bagi mereka itu
dikatakan "Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu
ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula
engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki
dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat." Wahyu 2:4, 5. "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan
Kaupandang hina, ya Allah." Mazmur 51:19. Seorang harus mengosongkan dirinya sebelum ia dapat
menjadi seorang pengikut Kristus yang sebenarnya. Apabila diri itu disingkirkan, maka Tuhan dapat
menjadikan seseorang suatu kejadian yang baharu. Kerbat yang baru dapatlah diisi dengan air anggur
yang baru pula. Kasih Kristus akan memberikan pada orang percaya itu suatu kehidupan yang
baharu. Di dalam orang yang memandang kepada permulaan dan kesudahan dari iman kita, tabiat
Kristus akan nyata. 




 Pasal 29

HARI SABAT

SABAT telah disucikan pada waktu kejadian. Sebagaimana telah dijadikan bagi manusia, akan ada
asal mulanya apabila "pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua
anak Allah bersorak-sorai." Ayub 38: 7. Damai di seluruh dunia; karena bumi adalah bersesuaian
dengan surga. "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik;" dan Dia
berhenti dalam kesukaan setelah sempurna dijadikan-Nya. Kejadian 1:31.
Oleh karena Ia telah berhenti pada hari Sabat, "Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan
menguduskannya,"—diasingkan untuk disucikan. Diberikan-Nya kepada Adam untuk hari
perhentian. Itulah peringatan pekerjaan penciptaan, dan menjadi tanda kuasa Allah dan kasih-Nya.
Alkitab berkata, "Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya peringatan," menyatakan
"Sebab apa yang tidak nampak daripada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya,
dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya." Kejadian 2:3; Mazmur 111:4; Roma 1:20.
Segala sesuatu telah dijadikan oleh Anak Allah. "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-
sama dengan Allah. . . . Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun
dijadikan." Yohanes 1:1-3. Dan karena Sabat itu menjadi peringatan akan penciptaan, tentu itu
adalah tanda dari kasih dan kuasa Kristus.
Sabat menarik pikiran kita pada alam, dan membawa kita kepada perhubungan dengan Khalik.
Dalam nyanyian burung-burung, gemerisik pohon-pohon, dan musik pada telinga kita masih boleh
mendengar suara-Nya yang berbicara dengan Adam di taman Eden pada waktu angin siliran. Dan
sementara kita melihat kuasa-Nya di dalam alam kita beroleh penghiburan, karena Kalam yang
menjadikan segala sesuatu yang memberikan hidup kepada jiwa. Karena Allah yang sudah berfirman
"Dari dalam  gelap akan terbit terang!, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati
kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah
Kristus." 2 Korintus 4:6.
Itulah yang menerbitkan nyanyian ini: 
"Sebab telah Kaubuat aku 
bersukacita, ya Tuhan, dengan
pekerjaan-Mu, 
karena perbuatan tangan-Mu
aku akan bersorak-sorai.
Betapa besarnya pekerjaan-
pekerjaan-Mu, ya Tuhan,
dan sangat dalamnya 
rancangan-rancangan-Mu." 
—Mazmur 92:5, 6.
Dan Roh Suci melalui nabi Yesaya mengatakan: "Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah,
dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia?. . . Tidakkah kamu tahu? Tidakkah kamu
dengar? Tidakkah diberitahukan kepadamu dari mulanya? Tidakkah kamu mengerti dari sejak dasar
bumi diletakkan? Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi, yang penduduknya seperti belalang; Dia
yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman!.... Dengan
siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus.
Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh
segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat. Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub,
dan berkata begini, hai Israel: 'Hidupku tersembunyi dari Tuhan, dan hakku tidak diperhatikan
Allahku?' Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? Tuhan ialah Allah kekal yang menciptakan
bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah. . . . Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan
menambah semangat kepada yang tiada berdaya." "Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau,
janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau;
Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." "Berpalinglah
kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, haiujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan
tidak ada yang lain." Inilah kabar yang dituliskan di dalam alam, di mana Sabat itu telah ditentukan
untuk dipeliharakan dan harus diingat. Apabila Allah memanggil Israel menyucikan Sabat-Nya, Ia
berkata "sehingga itu menjadi peringatan di antara Aku dan kamu, supaya orang mengetahui bahwa
Akulah Tuhan, Allahmu."—Yesaya 40:18-29; 41: 10; 45:22; Yehezkiel 20:20, (R. V.).
Sabat adalah termasuk di dalam hukum yang diberikan di Torsina; tetapi bukannya itu pernyataan
yang pertama tentang hari perhentian. Umat Israel telah mengetahuinya sebelum datang di Torsina.
Di dalam perjalanan ke sana Sabat itu telah dipelihara. Jika ada yang menajiskannya, Allah
memperbaiki mereka dengan mengatakan "Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti segala
perintah-Ku dan hukum-Ku?" Keluaran 16:28.
Hari Sabat bukannya hanya untuk orang Israel saja, tetapi untuk dunia. Hukum itu telah diumumkan
kepada manusia di taman Eden dan mempunyai keharusan yang tidak akan binasa, sebagaimana
halnya dengan sepuluh hukum. Dari hukum itu di mana hukum keempat adalah salah satu
diantaranya, Kristus berkata, "Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau
satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat." Selama langit dan bumi ada, hari Sabat akan
tetap menjadi tanda daripada kuasa Khalik. Dan apabila Eden akan kembali memberikan
kembangnya di atas dunia, maka hari Sabat Tuhan yang suci akan dimuliakan oleh seluruhnya yang
ada pada naungan Matahari. "Sabat berganti Sabat" penghuni dunia yang telah dibaharui itu akan
naik "sujud menyembah di hadapan-Ku, firman Tuhan." Matius 5: 18; Yesaya 66:23.
Tidak ada peraturan lain yang diberikan kepada orang Yahudi yang membedakan mereka daripada
bangsa-bangsa sekelilingnya sebagaimana yang dinyatakan oleh Sabat. Tuhan merencanakan bahwa
pemeliharaannya harus menyatakan mereka sebagai penyembah Allah. Itu adalah tanda perceraian
mereka daripada berhala, dan menjadi hubungan mereka dengan Allah. Akan tetapi untuk
menyucikan hari Sabat, manusia sendiri harus suci. Melalui iman mereka harus mengambil bahagian
dalam kebenaran Kristus. Pada waktu hukum itu  diberikan kepada orang Israel "Ingatlah dan
kuduskanlah hari Sabat", Allah berfirman kepada mereka juga, "Haruslah kamu menjadi orang-orang
kudus bagi-Ku."—Keluaran 20:8; 22:31. Hanya dengan demikian, maka Sabat itu membedakan
Israel sebagai penyembah Allah.
Pada waktu Israel memisahkan diri dari Tuhan, dan telah gagal akan kebenaran Kristus oleh iman
mereka, hari Sabat itu telah kehilangan artinya bagi mereka. Setan berusaha meninggikan dirinya
dan menarik manusia jauh dari Kristus, dan bekerja memalsukan Sabat, sebab itu adalah tanda kuasa
Kristus. Para pemimpin Yahudi melaksanakan kehendak Setan dengan mengelilingi hari perhentian
Tuhan dengan tuntutan pikulan yang berat. Pada zaman Yesus, hari Sabat telah diputarbalikkan
sehingga pemeliharaannya mencerminkan sifat mementingkan diri sendiri dan sekehendak hati
daripada tabiat Bapa yang penuh cinta. Rabbi-rabbi pada hakekatnya mewakili Allah dalam
memberikan hukum yang tidak mungkin diturut oleh manusia. Mereka mengajak bangsa itu
memandang kepada Allah sebagai orang bengis, dan berpikir bahwa pemeliharaan Sabat yang
dituntut oleh Tuhan, telah menjadikan manusia keras hati dan bengis. Adalah pekerjaan Kristus
untuk menjernihkan salah pengertian itu. Sekali pun rabbi-tabbi mengikut Dia dengan permusuhan yang  kejam, Ia tidak pernah memperlihatkan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan
mereka, tetapi menyatakan dengan jelas yakni memelihara Sabat menurut hukum Alhh.
Pada suatu hari Sabat, sementara Yesus dan murid-murid-Nya kembali dari tempat perbaktian,
mereka melalui ladang gandum yang sudah masak. Yesus telah meneruskan pekerjaan-Nya sehingga
terlambat, dan sementara melalui ladang itu, murid-murid-Nya mulai memetik gandum, dan makan
butir gandum setelah memerasnya di tangan mereka. Pada hari lain perbuatan yang sedemikian
tidaklah membangkitkan komentar, karena seorang lalu dari ladang gandum, kebun buah-buahan,
atau kebun anggur adalah bebas mengambilnya seberapa banyak ia dapat makan. Lihat Ulangan
23:24, 25. Tetapi berbuat demikian pada hari Sabat adalah perbuatan yang menajiskan. Bukan saja
pemetikan gandum disebut menyabit, tetapi juga memerasnya di tangan adalah sebagai pekerjaan
menuai. ladi, pada pemandangan rabbi-rabbi itu adalah pelanggaran rangkap dua.
Mata-mata langsung mengkritik kepada Yesus, katanya: "Lihatlah murid-murid-Mu itu berbuat yang
tidak halal diperbuat pada hari Sabat."
Pada waktu dituduh melanggar Sabat di Baitesda, Yesus melindungi diri-Nya dengan menyatakan
bahwa la adalah Anak Allah, dan menunjukkan bahwa Ia bekerja bersama-sama dengan Bapa.
Sekarang karena murid-murid diserang, diminta-Nya para penuduh-Nya mengambil contoh dari
Perjanjian Lama, pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang bekerja dalam Tuhan pada hari Sabat.
Guru-guru orang Yahudi menyombongkan pengetahuan mereka akan Alkitab, dan di dalam jawaban
Juruselamat adalah teguran yang langsung atas kebodohan mereka tentang firman Allah yang suci.
"Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar,
bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya . . .
padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?" "Lalu kata Yesus kepada mereka:
"Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat." "Atau tidakkah kamu
baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam
Bait Allah, namun tidak bersalah? Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah."
"Jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat." Lukas 6:3, 4; Markus 2:27, 28; Matius 12:5,
6.
Kalau Daud diperkenankan untuk mengenyangkan perut yang sudah lapar oleh memakan roti yang
sudah diasingkan itu, maka diperkenankan puh murid-murid memenuhi keperluan mereka oleh
memetik gandum pada hari Sabat. Lagi pula, imam-imam bekerja lebih banyak pada hari Sabat
daripada hari-hari yang lain. Sama seperti pekerjaan dunia adalah dosa; tetapi pekerjaan imam-imam
itu adalah pelayanan kepada Tuhan. Mereka tengah melaksanakan upacara itu yang menunjukkan
keselamatan oleh kuasa Kristus, dan pekerjaan mereka adalah sepadan dengan rencana hari Sabat.
Tetapi sekarang Kristus sendiri telah datang. Murid-murid dalam melakukan pekerjaan Kristus,
sedang melakukan pekerjaan Allah, yang perlu untuk menggenapi pekerjaan itu adalah baik
diperbuat pada hari Sabat.
Kristus sedianya mengajar murid-murid-Nya dan musuh-musuh-Nya bahwa pelayanan kepada
Tuhan itu adalah yang terutama dari semua. Rencana pekerjaan Allah di dunia ini adalah
keselamatan umat manusia; sebab itu apa saja yang perlu dilaksanakan pada hari Sabat dalam
menggenapkan rencana ini adalah setuju dengan hukum Sabat. Yesus memahkotai perdebatan-Nya
dengan menyatakan diri-Nya "Tuhan atas hari Sabat." Satu di atas semua pertanyaan dan di atas
semua hukum. Hakim yang berkuasa ini membebaskan murid-murid-Nya daripada kesalahan,
terhadap tuduhan pelanggaran yang sedang mereka langgar.
Yesus tidak membiarkan hal itu berlalu dengan memberikan teguran kepada musuh-musuh-Nya. Ia
mengatakan bahwa di dalam kebutaan itu mereka telah salah akan  tujuan Sabat. Ia berkata: "Jika
memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah." Matius 12:7. Adat mereka
itu tidak akan mencukupkan yang kurang daripada semua kejujuran dan kasih yang lemah lembut
yang menandai penyembah Allah yang benar.
Kembali Kristus mengulangi kebenaran bahwa korban-korban mereka itu tidak berfaedah. Mereka
adalah sarana dan bukan tujuannya. Tujuan mereka adalah untuk memimpin manusia kepada
Juruselamat, dan dengan demikian menyesuaikan mereka dengan Allah. Adalah pelayanan oleh
kasih yang dinilai oleh Allah. Jika perkara ini tidak ada, maka rentetan acara-acara itu adalah
penghinaan kepada Allah. Demikian pun dengan hari Sabat. Itu telah direncanakan untuk membawa
manusia ke dalam perhubungan dengan Allah; tetapi apabila pikiran dikuasai dengan
upacara-upacara yang membosankan, tujuan Sabat sudah dirintangi. Jika hanya pemeliharaan secara
lahir saja, itu adalah penghinaan.
Pada suatu Sabat yang lain, sementara Yesus masuk ke dalam kaabah, Ia melihat seorang yang mati
tangan sebelah. Orang orang Parisi mengamat-amati Dia, ingin melihat apa yang Ia akan perbuat.
Juruselamat mengetahui benar bahwa dalam menyembuhkan pada hari Sabat Ia  akan dituduh
seorang pelanggar, tetapi Ia tidak ragu-ragu merubuhkan tuntutan adat istiadat yang merintangi
Sabat. Yesus mengundang orang yang sengsara itu berdiri dan kemudian bertanya: "Manakah yang
diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau
membunuh orang?" Adalah peribahasa di antara orang Yahudi bahwa kegagalan berbuat baik, jika
seorang mempunyai kesempatan, adalah berbuat yang jahat; melalaikan untuk menyelamatkan hidup
adalah membunuh. Jadi Yesus membantah rabbi-rabbi atas alasan mereka itu: "Tetapi mereka itu
diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya
kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: 'Ulurkanlah tanganmu!' Dan ia mengulurkannya,
maka sembuhlah tangannya itu." Markus 3:4, 5.
Bila ditanyakan, "Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?" Yesus menjawab: "Jika seorang
dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat,
tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? Bukankah manusia jauh lebih berharga
daripada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat." Matius 12:10-12.
Mata-mata itu tidak berani menjawab Yesus di hadapan orang banyak, sebab takut jangan sampai
mereka terjerumus dalam kesusahan. Mereka tahu bahwa Ia berkata yang benar. Daripada melanggar
adat istiadat, mereka mau membiarkan seorang menanggung sengsara, sedang lebih baik melepaskan
binatang buas sebab yang punya akan kehilangan jika itu dilalaikan. Jadi penjagaan  terhadap
binatang yang bisu terlebih besar daripada manusia, yang telah dijadikan menurut peta Allah. Ini
menjelaskan pekerjaan segala agama palsu. Mereka bersumber dalam keinginan manusia untuk
meninggikan dirinya daripada Allah, tetapi itulah yang mengakibatkan manusia direndahkan seperti
binatang yang kejam yang tidak berpikir. Tiap-tiap agama yang melawan kedaulatan Allah adalah
merampas kesucian manusia pada waktu ia dijadikan, yang harus dipulihkan kembali di dalam
Kristus. Tiap-tiap agama palsu mengajarkan penganutnya melalaikan keperluan manusia,
kesengsaraan, dan keadilan. Injil itu adalah tinggi nilainya kepada umat manusia sebagai bayaran
darah Yesus, dan mengajarkan kelembutan bagi yang memerlukan dan musuh manusia. Tuhan
berkata: Maka "Aku akan membuat orang lebih jarang dari pada emas tua, dan manusia lebih jarang
dari pada emas Ofir." Yesaya 13: 12.
Apabila Kristus berbalik kepada orang Parisi dengan pertanyaan apakah halal berbuat baik pada hari
Sabat atau berbuat jahat, menyelamatkan atau membunuh, Ia menghadapi mereka dengan niat
mereka yang jahat. Mereka telah mencari nyawanya dengan kebencian yang sangat, sedang Ia
menyelamatkan banyak orang dan membawa kebahagiaan atas orang banyak. Apakah terlebih baik
membunuh pada hari Sabat seperti yang sudah direncanakan mereka, ataukah menyembuhkan orang sakit seperti yang dilakukan-Nya? Adakah lebih benar mengadakan pembunuhan dalam hati pada
hari Tuhan yang suci daripada mengasihi sesama manusia, yang dinyatakan dalam perbuatan dan
kemurahan?
Dalam penyembuhan orang yang mati tangan sebelah, Yesus mencela adat istiadat orang Yahudi,
dan membiarkan hukum keempat berdiri sebagaimana dijadikan Allah. "Sebab itu adalah halal
berbuat baik pada hari Sabat," kataNya. Oleh membuangkan pembatasan orang Yahudi yang tidak
masuk di akal itu, Kristus menghormati Sabat, sedangkan mereka yang mempersalahkan Dia tidak
menghormati hari Tuhan yang suci.
Mereka yang berpendapat bahwa Kristus telah meniadakan taurat mengajarkan bahwa Ia melanggar
Sabat dan membenarkan murid-murid-Nya berbuat yang sama. Mereka itu adalah mencari kesalahan
seperti yang diperbuat orang Yahudi. Dalam hal ini mereka memutarbalikkan kesaksian Yesus
Sendiri, yang berbunyi: "Seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya."
Yohanes 15:10. Juruselamat dan pengikut-pengikut-Nya tidak pernah melanggar Sabat. Kristus
adalah saksi hukum yang hidup. Tidak pernah pelanggaran penyuruhan yang suci itu terdapat dalam
kehidupan Yesus. Sambil menoleh kepada bangsa yang menjadi saksi yang mencari perkara untuk
membunuh Dia, Ia dapat berkata dengan tidak dapat dibantah: "Siapakah di antaramu yang
membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?" Yohanes 8:46.
Juruselamat tidak datang untuk mengesampingkan apa yang dikatakan oleh bapa-bapa dan
nabi-nabi; karena Dia sendirilah yang telah berkata-kata melalui orang-orang itu. Segala kebenaran
firman Allah datangnya dari Dia. Tetapi manikam yang indah itu telah diganti dengan ajaran palsu.
Terangnya yang indah itu telah dibuat ajaran kepada yang salah. Tuhan  rindu agar mereka
membuangkan pendapat mereka yang salah dan menggantikan dengan kebenaran. Pekerjaan ini
hanya dapat dilaksanakan oleh tangan Ilahi. Oleh hubungannya dengan kesalahan, kebenaran itu
telah berjasa sebab musuh Allah dan manusia. Kristus telah datang untuk menempatkannya agar
dapat memuliakan Allah, dan mengerjakan keselamatan umat manusia.
"Hari Sabat itu diadakan karena manusia, bukannya manusia diadakan karena hari Sabat", kata
Kristus. Lembaga yang telah ditetapkan Tuhan adalah untuk keuntungan umat manusia. "Sebab
semuanya itu terjadi oleh karena kamu." "Baik Paulus, Apollos, maupun Kefas, baik dunia, hidup,
maupun mati, baik waktu sekarang, maupun waktu yang akan datang. Semuanya kamu punya.
Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah." 2 Korinti 4:15; 1 Korinti 3:22, 23.
Sepuluh hukum itu di mana Sabat adalah salah satunya diberikan Allah kepada umat-Nya menjadi
suatu berkat. "Tuhan, Allah kita, memerintahkah kepada kita", kata Musa, "untuk melakukan segala
ketetapan  itu dan untuk takut akan Tuhan, Allah kita, supaya senantiasa baik keadaan kita dan
supaya Ia membiarkan kita hidup, seperti sekarang ini." Ulangan 6:24. Melalui pemazmur kabar itu
telah diberikan kepada Israel, "Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-
Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya
Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya
dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan
pujilah nama-Nya!" Mazmur 100:2-4. Semua yang memeliharakan "Sabat dan tidak dinajiskannya",
Tuhan berkata: "Mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di
rumah doa-Ku." Yesaya 56:6, 7.
"Sebab itu Anak manusia adalah Tuhan atas hari Sabat juga." Perkataan ini adalah penuh dengan
pengajaran dan hiburan. Sebab Sabat itu diadakan karena manusia, itu adalah hari Tuhan. Itu adalah
milik Kristus. Karena "segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah
jadi." Yohanes 1:3. Karena Ialah yang menjadikan segala sesuatu, Ia telah menjadikan hari Sabat.
Olehnya Sabat itu telah diasingkan untuk peringatan akan kejadian. Itu menunjukkan bahwa Ialah Khalik dan yang menyucikan. Itu menyatakan bahwa Ialah yang menjadikan segala sesuatu yang di
surga dan yang di bumi, dan oleh siapa segah sesuatu bertemu, kepala atas sidang, dan oleh
kuasa-Nya kita diperdamaikan dengan Allah. Untuk Israel, Ia berkata: "Hari-hari Sabat-Ku juga
Kuberikan kepada mereka menjadi peringatan di antara Aku dan mereka, supaya mereka mengetahui
bahwa Akulah Tuhan, yang menguduskan mereka." Yehezkiel 20:12. Jadi Sabat itu adalah tanda
kuasa Kristus untuk menyucikan kita. Dan itu diberikan kepada semua yang disucikan oleh Kristus.
Sebagai tanda kuasa kepada sekalian yang oleh Yesus menjadi sebahagian daripada Israel milik
Tuhan.
Dan lagi Tuhan berkata: "Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan
urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat 'hari kenikmatan', dan
harikudus Tuhan 'hari yang mulia', apabila engkau menghormatinya. . . maka engkau akan
bersenang-senang karena Tuhan." Yesaya 58:13, 14. Bagi mereka yang menerima Sabat itu sebagai
tanda kuasa Kristus untuk menjadikan dan kuasa penebusan-Nya, itu akan menjadi kesukaan.
Melihat Kristus di dalamnya, mereka sendiri akan bersuka di dalam Dia. Sabat itu menunjukkan
mereka kepada pekerjaan menjadikan selaku bukti dari kuasa-Nya di dalam penebusan. Sedang kita
memikirkan damai yang ada di Eden, Sabat itu memberitahu damai yang akan dikembalikannya
melalui Juruselamat. Setiap benda di dalam alam ini mengulangi undangan-Nya: "Marilah kepada-
Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." Matius
11:28.  Pasal 30"DITETAPKANNYA DUA BELAS ORANG"

"MAKA naiklah Yesus ke atas sebuah gunung, lalu dipanggilnya barang siapa yang
dikehendaki-Nya, maka datanglah mereka itu kepadanya. Maka ditetapkannya dua belas orang,
supaya mereka itu bersama dengan Dia, dan supaya mereka itu disuruh-Nya pergi mengajar orang."
Di bawah naungan pohon yang rindang di atas gunung, tetapi agak jauh dari laut Galilea, di sanalah
dua belas orang itu dipanggil untuk mengajar orang, dan khotbah di atas gunung diberikan.
Ladang-ladang dan bukit-bukit adalah tempat yang disukai Yesus, dan banyak dari pengajaran-Nya
diberikan di bawah langit terbuka, daripada di dalam kaabah atau baitulmukadis. Tidak ada kaabah
yang dapat memuat orang banyak yang mengikuti Dia; tetapi bukanlah karena sebab itu Ia memilih
ladang-ladang dan kebun-kebun tempat untuk mengajar. Yesus cinta akan pemandangan alam.
Bagi-Nya kaabah adalah tempat yang indah untuk berteduh.
Adalah di bawah pohon-pohon di taman Eden yang telah dipilih oleh penghuni yang pertama di
dunia ini sebagai kaabah mereka. Di sana Kristus 
--------------
Pasal ini dialaskan pada Markus 3 :13-19; Lukas 6 :12-16.

telah berhubungan dengan bapa dari umat manusia. Setelah dikeluarkan dari Firdaus, orang tua kita
yang pertama itu masih berbakti di ladang-ladang dan kebun-kebun, dan di sana Kristus yang
berbicara dengan mereka oleh Injil kemurahan-Nya. Adalah Kristus yang berbicara dengan Abraham
di bawah pohon jati di Mamre; dengan Ishak yang pergi berdoa di ladang-ladang pada petang hari;
dengan Yakub pada kaki bukit di Baitel; dengan Musa di antara gunung-gunung di padang Midian;
dan dengan anak laki-laki Daud sementara menggembalakan dombanya. Menurut petunjuk Yesus
lima belas abad orang Ibrani telah meninggalkan rumah mereka satu minggu dalam setahun dan akan
tinggal di dalam kemah yang diperbuat dari cabang yang hijau "dari pohon-pohon yang elok,
pelepah-pelepah pohon-pohon korma, ranting-ranting dari pohon-pohon yang rimbun dan dari
pohon-pohon gandarusa." Imamat 23:40.
Di dalam pendidikan murid-murid-Nya, Yesus telah memilih mengundurkan diri dari kota ke tempat
yang tenang di ladang-ladang dan bukit-bukit supaya lebih berpadanan dengan pelajaran
penyangkalan diri sendiri yang Ia ingin ajarkan kepada mereka. Dan selama pekerjaan-Nya Ia senang
mengumpulkan orang banyak bersama-Nya di bawah langit yang biru, di kaki bukit, atau di tepi
danau. Di sini, dikelilingi oleh pekerjaan kejadian-Nya, Ia dapat mengembalikan pikiran
pendengar-pendengar-Nya dari alam buatan kepada yang sebenamya. Di dalam pertumbuhan dan
perkembangan alam dinyatakan prinsip-prinsip dari kerajaan-Nya. Sebagaimana manusia harus
menoleh ke bukit Tuhan, dan rnemandang akan keajaiban perbuatan tangan-Nya, mereka dapat
mengambil pelajaran yang tidak ternilai dari kebenaran Ilahi. Pengajaran Kristus dapat diulangi
kepada mereka di dalam sesuatu daripada alam. Demikian pula dengan semua mereka yang pergi ke
ladang-ladang dengan Yesus di dalam hati mereka. Mereka akan merasa dikelilingi oleh pengaruh
yang suci. Benda-benda di dalam alam mengambil perumpamaan Tuhan kita, dan mengulangi
nasihat-Nya. Oleh berhubungan dengan Allah di dalam alam, pikiran itu terangkat, dan hati pun
teduh.
Langkah pertama yang akan diambil dalam organisasi sidang ialah bahwa sesudah Kristus pergi
sidang  itu adalah mewakili Dia di dunia ini. Bukannya bangunan gereja yang mahal yang disuruh
mereka perbuat, tetapi Penebus memimpin murid-murid-Nya kepada tempat yang disukai-Nya, dan di dalam pikiran mereka pengalaman yang suci pada hari itu disatukan bersama-sama dengan
keindahan gunung, lembah dan laut.
Kristus memanggil rnurid-murid-Nya agar menjadi saksi-saksi bagi-Nya, memberitahukan kepada
dunia apa yang mereka lihat dan dengar daripada-Nya. Jabatan mereka sangat penting yang pernah
diamanatkan kepada manusia, dan adalah yang kedua dari Kristus sendiri. Mereka itu bekerjasama
dengan Allah untuk menyelamatkan dunia ini. Sebagaimana pada zaman Perjanjian Lama sepuluh
bapa-bapa itu berdiri mewakili orang Israel, demikian pula kedua belas rasul berdiri mewakili
pengabaran Injil sidang.
Juruselamat mengetahui sifat-sifat mereka yang telah dipilih-Nya; segala kelemahan dan kesalahan
mereka terbuka di hadapan-Nya; Ia mengetahui mara bahaya yang harus mereka lalui, tanggung
jawab yang mereka pikul; dan hati-Nya hancur memikirkan mereka itu. Semalam-malaman di atas
gunung dekat Laut Galilea Ia berdoa bagi mereka, padahal mereka itu tertidur di kaki gunung. Pada
waktu fajar menyingsing dipanggil-Nya mereka; karena ada sesuatu yang sangat penting untuk
diberitahukan kepada mereka.
Murid-murid ini kadang-kadang bekerja dengan Dia dalam pekerjaan yang giat. Yohanes dan Yakub,
Andreas dan Petrus, dengan Pilipus, Nathanael, dan Matius, adalah lebih dekat kepada-Nya daripada
yang lain-lain dan yang telah banyak menyaksikan mukjizat-mukjizat yang diadakan-Nya. Petrus,
Yakub, dan Yohanes yang terlebih dekat hubungannya kepada-Nya. Mereka hampir selamanya
dengan Dia, menyaksikan mukjizat-mukjizat-Nya, dan mendengar perkataan-Nya. Yohanes adalah
yang sangat dekat dengan Kristus,  jadi ia dikenal sebagai seorang yang lebih dikasihi Yesus.
Juruselamat mengasihi mereka semua, tetapi Yohanes memiliki sifat yang paling suka menerima. Ia
adalah yang lebih muda dari yang lain, dan sebagaimana seorang anak yang berani ia membukakan
hatinya  kepada Yesus. Dengan demikian dia lebih bersimpati dengan Kristus dan melalui dialah
pengajaran rohani yang terdalam dari Juruselamat telah dinyatakan kepada umat-Nya.
Nama Pilipus adalah salah satu dari rombongan di mana murid-murid telah dibagi-bagi. Ialah murid
yang pertama kepada siapa Kristus tujukan perintah yang jelas, "Ikutlah Aku." Pilipus adalah dari
Baitsaida tempat Andreas dan Petrus. Ia telah mendengarkan pengajaran Yohanes Pembaptis, dan
mendengar pemberitahuannya mengenai Kristus Anak Domba Allah. Pilipus adalah seorang yang
sungguh-sungguh mencari kebenaran, akan tetapi lambat sekali untuk mempercayainya. Walau pun
ia telah menggabungkan diri kepada Kristus; namun beritanya kepada Natanael menunjukkan bahwa
ia tidak berkeyakinan penuh akan keilahian Yesus. Sekali pun Kristus telah dimaklumkan oleh suara
dari surga bahwa Ia adalah Anak Allah, untuk Pilipus Ia adalah "Yesus, anak Yusuf dari Nazaret."
Yohanes 1:45. Kemudian, apabila lima ribu orang diberi makan, kurangnya kepercayaan Filipus
dinyatakan. Sekadar menguji dia Yesus bertanya "Di manakah kita akan membeli roti, supaya
mereka ini dapat makan?" Jawab Filipus adalah dari pihak orang yang kurang percaya: "Roti seharga
dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong
kecil saja." Yohanes  6:5, 7. Yesus berduka-cita. Walau pun Filipus telah melihat pekerjaan-Nya, dan
telah merasa kuasa-Nya, namun ia tidak mempunyai iman. Di waktu orang-orang Gerika bertanya
kepada Filipus tentang Yesus, ia tidak menggunakan kesempatan itu untuk memperkenalkan mereka
kepada Juruselamat, tetapi pergi untuk menceritakan kepada Andreas. Kemudian pada jam-jam
terakhir sebelum penyaliban, perkataan Filipus seperti menawarkan iman: Apabila Tomas berkata
kepada Yesus; "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke
situ?" Maka kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup . . . Sekiranya kamu
mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku." Dari Filipus datanglah jawaban yang kurang
percaya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Yohanes 14:5-8.
Berpikir lambat, lemah dalam iman, adalah murid yang tehh bersama dengan Yesus selama tiga tahun.
Berlawanan dengan sifat kurang percaya Filipus adalah sifat kekanak-kanakan dari Natanael. Ia
adalah seorang yang sangat sungguh-sungguh, seorang yang dapat mempercayai walau pun tidak
dapat dilihat dengan fakta. Namun Pilipus adalah murid dalam sekolah Kristus, dan Guru yang besar
itu tabah dengan kekurangan percayanya dan kebodohannya.Apabila Roh Suci dituangkan ke atas
murid-murid, Filipus menjadi seorang guru dalam pekerjaan Ilahi. Ia tahu apa yang dikatakannya,
dan ia mengajar dengan jaminan yang memberikan keyakinan kepada pendengarnya.
Pada waktu Kristus sedang menyediakan murid-murid-Nya untuk pelantikan, seorang yang tidak
dipanggil mendesakkan dirinya di antara mereka. Itulah Yudas Iskariot, seorang yang mengaku
dirinya pengikut Kristus. Ia tampil ke muka, meminta tempat di tengah-tengah murid-murid itu.
Dengan kesungguhan yang sangat dan tampaknya ikhlas itu ia berkata: "Guru, aku akan mengikut
Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Kristus bukan menolak dan bukan pula menerima dia, tetapi
hanya mengeluarkan perkataan yang menyedihkan: "Serigala mempunyai liang dan burung
mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."
Matius 8:19, 20. Yudas percaya bahwa Yesus itulah Mesias; dan oleh bergabung dengan rasul-rasul,
ia berharap akan memperoleh pangkat yang tinggi di dalam kerajaan yang baharu itu. Kristus telah
memutuskan pengharapannya itu oleh kalimatnya tentang kemiskinan-Nya.
Murid-murid-Nya ingin agar Yudas menjadi salah seorang di antara mereka. Ia kelihatan dapat
memerintah, seorang yang cakap dan yang berkesanggupan, dan mereka menganjurkan dia kepada
Yesus sebagai seorang yang dapat menolong di dalam pekerjaan-Nya. Mereka merasa kaget melihat
penerimaan Yesus yang begitu dingin.
Murid-murid itu merasa kecewa karena Kristus tidak menerima kerjasama dari pemimpin-pemimpin
Israel. Mereka merasa bahwa salah adanya apabila tidak dikuatkan oleh menerima sokongan dari
orang-orang yang berpengaruh ini. Jikalau Ia menolak Yudas, mereka akan mencurigai
kebijaksanaan Guru mereka itu. Sejarah Yudas sesudah itu menunjukkan kepada mereka itu
bahayanya pemikiran secara dunia untuk menentukan kelayakan seorang dalam pekerjaan Tuhan.
Bekerja sama dengan orang yang demikian seperti yang diingini oleh murid-murid, akan
memberikan jalan pengkhianatan kepada tangan musuh yang hebat.
Sekali pun demikian bila Yudas menggabungkan diri dengan murid-murid itu, ia tidak dapat melihat
tabiat Yesus yang indah itu. Ia merasa pengaruh kuasa Ilahi yang sedang menarik jiwa-jiwa kepada
Juruselamat. Ia yang datang bukan untuk mematahkan gelagah yang lemah dan memadamkan sumbu
lilin yang bernyala kecil demikian juga jiwa yang hanya memiliki satu keinginan menuju kepada
terang itu tidak akan ditinggalkan. Juruselamat membaca hati Yudas; Ia tahu betapa dalamnya
kejahatan yang jika tidak dilepaskan oleh  kemurahan Allah, Yudas akan tenggelam. Dalam
menghubungkan orang ini kepada diri-Nya sendiri, Ia menempatkannya di mana ia boleh
berhubungan dengan kasih yang tidak mementingkan diri sendiri. Jika ia mau membukakan kepada
Kristus, kemurahan Ilahi akan membuangkan hati yang mementingkan diri sendiri, dan Yudas akan
menjadi warga kerajaan Allah.
Allah mengambil manusia sebagaimana adanya, dengan segala sifat kemanusiaannya, dan mendidik
mereka untuk pekerjaan-Nya, jikalau mereka mau patuh dan belajar daripada-Nya. Mereka tidak
dipilih sebab mereka sempurna, tetapi sekali pun mereka tidak sempurna, melalui pengetahuan dan
berbuat kebenaran, melalui kemurahan Kristus, mereka itu boleh diobahkan kepada peta-Nya.
Yudas mempunyai kesempatan seperti murid-murid yang  lain. Ia mendengarkan pelajaran yang
sama. Akan tetapi berbuat kebenaran yang dituntut oleh Yesus adalah berbeda dengan kehendak dan
tujuan Yudas, dan ia tidak menyerahkan pikirannya agar dapat menerima akal budi dari surga.
Juruselamat menunjukkan kelemah-lembutan-Nya, walau pun ia mengkhianati-Nya. Di dalam pengajaran-Nya, Kristus merenungkan prinsip yang baik yang menegur akar kelobaannya. Ia
memperlihatkan kepada Yudas keburukan tabiat yang loba, dan acapkali murid itu sadar bahwa
tabiatnya telah dilukiskan, dan dosanya ditunjukkan; tetapi ia tidak mau mengaku dan meninggalkan
kejahatannya. Ia seorang yang membesarkan dirinya saja, dan gantinya melawan percobaan, ia
selamanya meneruskan penipuannya. Kristus ada di hadapannya, teladan yang hidup jikalau ia mau
menyabit dari hidup Ilahi itu; tetapi pelajaran demi pelajaran tidak masuk di akal Yudas.
Yesus tidak menyatakan teguran yang tajam atas kelobaannya, tetapi dengan kesabaran Ilahi yang
membongkar orang yang bersalah ini, sekali pun dibuktikan bahwa Ia dapat membaca hatinya seperti
buku yang terbuka kebijaksanaan Guru mereka itu. Sejarah Yudas sesudah itu menunjukkan kepada
mereka itu bahayanya pemikiran secara dunia untuk menentukan kelayakan seorang dalam pekerjaan
Tuhan. Bekerja sama dengan orang yang demikian seperti yang diingini oleh murid-murid, akan
memberikan jalan pengkhianatan kepada tangan musuh yang hebat.
Sekali pun demikian bila Yudas menggabungkan diri dengan murid-murid itu, ia tidak dapat melihat
tabiat Yesus yang indah itu. Ia merasa pengaruh kuasa Ilahi yang sedang menarik jiwa-jiwa kepada
Juruselamat. Ia yang datang bukan untuk mematahkan gelagah yang lemah dan memadamkan sumbu
lilin yang bernyala kecil demikian juga jiwa yang hanya memiliki satu keinginan menuju kepada
terang itu tidak akan ditinggalkan. Juruselamat membaca hati Yudas; Ia tahu betapa dalamnya
kejahatan yang jika tidak dilepaskan oleh kemurahan Allah, Yudas akan tenggelam. Dalam
menghubungkan orang ini kepada diri-Nya sendiri, Ia menempatkannya di mana ia boleh
berhubungan dengan kasih yang tidak mementingkan diri sendiri. Jika ia mau membukakan kepada
Kristus, kemurahan Ilahi akan membuangkan hati yang mementingkan diri sendiri, dan Yudas akan
menjadi warga kerajaan Allah.
Allah mengambil manusia sebagaimana adanya, dengan segala sifat kemanusiaannya, dan mendidik
mereka untuk pekerjaan-Nya, jikalau mereka mau patuh dan belajar daripada-Nya. Mereka tidak
dipilih sebab mereka sempurna, tetapi sekali pun mereka tidak sempurna, melalui pengetahuan dan
berbuat kebenaran, melalui kemurahan Kristus, mereka itu boleh diobahkan kepada peta-Nya.
Yudas mempunyai kesempatan seperti murid-murid yang lain. Ia mendengarkan pelajaran yang
sama. Akan tetapi berbuat kebenaran yang dituntut oleh Yesus adalah berbeda dengan kehendak dan
tujuan Yudas, dan ia tidak menyerahkan pikirannya agar dapat menerima akal budi dari surga.
Juruselamat menunjukkan kelemah-lembutan-Nya, walau pun ia mengkhianati-Nya. Di dalam
pengajaran-Nya, Kristus merenungkan prinsip yang baik yang menegur akar kelobaannya. Ia
memperlihatkan kepada Yudas keburukan tabiat yang loba, dan acapkali murid itu sadar bahwa
tabiatnya telah dilukiskan, dan dosanya ditunjukkan; tetapi ia tidak mau mengaku dan meninggalkan
kejahatannya. Ia seorang yang membesarkan dirinya saja, dan gantinya melawan percobaan, ia
selamanya meneruskan penipuannya. Kristus ada di hadapannya, teladan yang hidup jikalau ia mau
menyabit dari hidup Ilahi itu; tetapi pelajaran demi pelajaran tidak masuk di akal Yudas.
Yesus tidak menyatakan teguran yang tajam atas kelobaannya, tetapi dengan kesabaran Ilahi yang
membongkar orang yang bersalah ini, sekali pun dibuktikan bahwa Ia dapat membaca hatinya seperti
buku yang terbuka. Ia menyatakan di hadapannya kesenangan untuk berbuat baik; dan di dalam
penolakan terang dari surga, Yudas tidak akan diampuni.
Gantinya berjalan dalam terang, Yudas memilih tinggal dalam kesalahannya. Keinginan yang jahat,
nafsu rnembalas, kegelapan dan kepala batu, adalah kegemarannya, sehingga Setan berkuasa
sepenuhnya atas dia. Yudas mewakili musuh Kristus.
Sewaktu ia bersama-sama dengan Yesus, ia memiliki sifat yang baik yang dapat menjadi berkat bagi
sidang. Jikalau ia rela memikul beban Kristus, ia mungkin menjadi pemimpin rasul-rasul; tetapi ia
mengeraskan hatinya pada waktu kejahatannya ditunjukkan, dan dalam kesombongan dan pemberontakan memilih angan-angan hatinya sendiri, dan dengan demikian ia tidak layak dalam
pekerjaan Tuhan.
Semua murid-murid itu mempunyai kesalahan pada waktu Yesus memanggil mereka ke dalam
pekerjaan-Nya. Sekali pun Yohanes, yang kemudian terdekat kepada yang lemah lembut itu, ia tidak
dengan sendirinya memiliki hati yang lemah lembut. Ia dengan saudaranya disebut "anak guruh".
Sedang mereka bersama-sama dengan Yesus, sesuatu penghinaan yang ditunjukkan kepada-Nya
menimbulkan kemarahan dan perkelahian. Sifat yang tidak baik, pembalasan dendam, roh
mengeritik, berada pada murid yang dikasihi itu. Ia bangga, dan bertujuan akan menjadi yang
pertama dalam kerajaan Allah. Tetapi hari demi hari berlawanan dengan  jiwa kekerasannya itu, ia
memandang kelemah lembutan dan kesabaran Yesus, dan mendengar pelajaran tentang kerendahan
hati dan kesabaran. Ia membuka hatinya kepada pengaruh Ilahi, dan menjadi bukan hanya
pendengar, tetapi menunaikan firman Juruselamat. Diri  sendiri telah tertutup dengan Kristus. Ia
belajar memakai gandaran dari Kristus dan memikul beban-Nya.
Kristus menegur murid-murid-Nya, Ia mengamarkan dan memperingatkan mereka; tetapi Yohanes
dan saudara-saudaranya tidak meninggalkan Dia; mereka memilih Yesus, sekali pun ada celaan.
Yesus tidak undur dari mereka sebab mereka berkelemahan dan bersalah. Mereka meneruskan
sampai kesudahan dan mengambil bahagian dalam kesusahan-Nya serta mengikuti pelajaran dari
hidup-Nya. Oleh memandang Kristus, mereka berubah di dalam tabiat.
Rasul-rasul itu berbeda-beda dalam sifat dan pembawaan. Ada pemungut cukai, Lewi-Matius, dan
Simon yang bersemangat galak, seorang yang sangat benci kepada kekuasaan Roma; Petrus yang
cakap dan gegabah, dan Yudas yang berhati hina; Tomas, berhati jujur tetapi pemalu dan penakut;
Filipus, seorang yang berpikir lamban, dan cenderung kepada kekecewaan, dan anak-anak Zabdi
yang bertujuan keras dan berterus-terang, dengan saudara-saudaranya. Inilah yang dikumpulkan
bersama-sama, dengan berbagai kesalahan mereka, semuanya dengan warisan dan kecenderungan
kepada kejahatan; tetapi di dalam dan melalui Kristus mereka tinggal bersama di dalam keluarga
Allah, belajar menjadi satu dalam iman, pengajaran dan roh. Mereka mempunyai ujian, duka-cita,
perbedaan pendapat mereka; tetapi apabila Kristus tinggal di dalam hati, tiada akan ada perselisihan.
Kasih-Nya akan mendorong untuk mengasihi satu dengan yang lain; pelajaran yang dari Kristus
mencocokkan segala perbedaan, membawa murid-murid ke dalam persatuan, sehingga satu dalam
pikiran dan pendapat. Kristus adalah pusatnya, dan mereka akan mendekati satu sama lain sementara
mereka mendekati pusat itu.
Pada waktu Yesus mengakhiri petunjukNya kepada murid-murid, Ia mengumpulkan mereka dekat
kepada-Nya, bertelut di antara mereka itu dan meletakkan tangan-Nya ke atas kepala mereka, serta
berdoa untuk mengasingkan mereka dalam pekerjaan yang suci. Demikianlah murid-murid itu
dilantik untuk pekerjaan Injil.
Sebagai wakil-wakil Kristus di antara manusia, Ia tidak memilih malaikat yang tidak pernah jatuh,
tetapi manusia, manusia yang sama dengan mereka yang akan dicari untuk diselamatkan. Kristus
mengambil kemanusiaan bagi-Nya, agar Ia dapat mencapai umat manusia. Keilahian memerlukan
kemanusiaan, karena menuntut keduanya yaitu keilahian dan kemanusiaan untuk membawa
keselamatan kepada dunia. Keilahian memerlukan kemanusiaan, supaya kemanusiaan boleh menjadi
saluran antara Allah dan manusia. Demikian juga dengan hamba-hamba dan suruhan-suruhan
Kristus. Manusia perlu suatu kuasa dari luar dirinya sendiri, untuk mengembalikan dia kepada peta
Allah, dan menyanggupkan dia untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan; tetapi hal ini bukanlah
meniadakan jasa manusia. Kemanusiaan bergantung atas kuasa ilahi, Kristus tinggal dalam hati oleh
iman; dan melalui kerja sama dengan ilahi, tenaga manusia akan berguna untuk kebaikan.
Ia yang memanggil penangkap ikan dari Galilea masih memanggil manusia untuk melayani pekerjaan-Nya. Dan Ia ingin menyatakan kuasa-Nya kepada kita sebagaimana kepada murid-murid-
Nya yang pertama. Bagaimanapun besarnya dosa kita, Tuhan menawarkan kepada kita untuk bekerja
sama dengan Dia, belajar dari Kristus. Ia mengundang kita datang di bawah petunjuk Ilahi, untuk
dipersatukan dengan Kristus, supaya kita bisa bekerja untuk Tuhan.
"Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang
melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami." 2 Korintus 4:7. Inilah sebabnya
mengapa pengabaran Injil ini diberikan kepada manusia yang berdosa dan bukan kepada malaikat-
malaikat. Nyatalah bahwa kuasa yang bekerja melalui kelemahan kemanusiaan adalah kuasa Allah;
jadi kita didorong untuk mempercayai bahwa kuasa yang dapat menolong orang lain yang lemah
sebagaimana kita lemah akan dapat menolong kita. Dan bagi mereka sendiri yang "diliputi dengan
kelemahan" akan dapat "mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat." Ibrani 5:2.
Sebab sudah berada dalam bahaya, bertemu dengan kesukaran dan kesusahan, mereka dipanggil
untuk menolong orang lain yang di dalam bahaya yang serupa. Banyak jiwa yang dikacaukan dengan
keragu-raguan, penuh dengan kelemahan dan lemah di dalam iman, tidak dapat mengerti akan yang
Tiada Kelihatan; tetapi sahabat yang dapat mereka lihat, datang kepada mereka  gantinya Kristus,
akan lebih mempercepat perhubungan mereka kepada Kristus di dalam iman.
Kita bekerja sama dengan malaikat-malaikat surga untuk menyaksikan Yesus kepada dunia. Hampir
tidak sabar lagi malaikat-malaikat menunggu kerjasama kita; karena manusia harus menjadi saluran
perhubungan dengan manusia. Dan apabila kita menyerahkan diri kita kepada Kristus dalam
penyerahan yang sungguh-sungguh, malaikat-malaikat surga bersukaria karena mereka boleh
berbicara melalui suara kita untuk menyatakan kasih Allah. 

 Pasal 31

KHOTBAH Dl ATAS GUNUNG

KRISTUS jarang mengumpulkan murid-murid-Nya sendiri untuk menerima firman-Nya. Ia tidak
memilih pendengar-Nya hanya mereka yang tahu cara hidup. Sudah merupakan tugas-Nya untuk
menghampiri orang banyak, mereka yang di dalam kebodohan dan kesalahan. Ia memberikan
pelajaran kebenaran-Nya di mana pelajaran itu dapat menerobos pengertian yang paling gelap pun. Ia
sendirilah kebenaran itu, berdiri dengan gagah berani dengan tangan yang selalu siap memberi
berkat, dan di dalam perkataan amaran, permohonan, dan penghiburan, untuk meninggikan mereka
yang datang kepada-Nya.
Khotbah di atas Gunung, sekali pun dikatakan khusus kepada murid-murid itu, telah diucapkan pada
pendengaran orang banyak. Setelah pengurapan rasul-rasul itu, Yesus pergi bersama mereka ke tepi
tasik. Pagi-pagi sekali orang banyak sudah mulai berkumpul. Di samping pendengar yang biasa yang
datang dari kota-kota Galilea, terdapat juga banyak orang dari Yudea, dari Yerusalem sendiri; dari
Perea, dari Dekapolis, dari Idumea, jauh sebelah 
------------
Pasal ini dialaskan pada Mat. 5:6, 7.

selatan Yudea; dan dari Tsur dan Sidon, orang dari kota-kota Phoenisia dari pantai Laut Tengah.
"Sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya," mereka "datang untuk mendengarkan Dia
dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. . . . Karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan
semua orang itu disembuhkan-Nya." Markus 3:8; Lukas 6:17-19.
Pantai yang sempit itu tidak dapat menampung orang yang berdiri sejauh suara-Nya dapat didengar
oleh orang-orang yang rindu mendengarkan Dia, oleh karena itu Yesus menuntun mereka balik ke
lereng gunung. Setelah sampai pada tempat yang rata tempat orang banyak dapat berkumpul dengan
baik, duduklah Ia di atas rumput, dan murid-murid dan orang banyak pun mengikuti teladan-Nya.
Tempat bagi murid-murid itu selamanya dekat kepada Yesus. Orang banyak selamanya berjejal-jejal
kepada-Nya, tetapi murid-murid itu mengerti bahwa mereka tidak disuruh pergi jauh dari
hadapan-Nya. Mereka duduk dekat Yesus agar mereka jangan sampai kehilangan sepatah kata pun
daripada nasihat-Nya. Mereka itu pendengar yang sungguh-sungguh, sangat ingin mengetahui
kebenaran yang mereka akan masyhurkan kepada seluruh negeri dan segala zaman.
Dengan satu perasaan akan sesuatu yang lebih daripada biasa yang dapat diharapkan, mereka makin
dekat kepada Kristus. Mereka yakin bahwa kerajaan itu tidak lama lagi akan didirikan, dan mulai
dari peristiwa pada pagi hari itu mereka merasa bahwa akan ada beberapa pengumuman yang
berhubungan dengan itu yang akan dimaklumkan. Orang banyak itu juga berharap demikian, mereka
sangat mengharapkan bukti kerinduan mereka itu. Ketika orang banyak duduk di rumput di kaki
bukit itu, menunggu perkataan dari Guru Ilahi itu, hati mereka dipenuhi dengan pikiran akan
kemuliaan yang akan datang. Di sana terdapat juga ahli-ahli torat dan orang-orang Parisi yang sangat
mengharapkan saat di masa mendatang bila mereka menguasai bangsa Rom yang dibenci itu, serta
menikmati kekayaan dan keindahan kerajaan duniawi. Petani-petani miskin dan penangkap ikan
berharap mendengar jaminan bahwa pondok mereka yang buruk, makanan yang sedikit, hidup
membanting tulang, dan takut akan kekurangan akan digantikan dengan kemewahan dan hidup yang
senang. Gantinya pakaian yang kasar yang mereka pakai pada siang hari, dan selimut yang mereka
pakai pada waktu malam, mereka mengharapkan bahwa Kristus akan memberikan pakaian yang
indah-indah daripada penakluk-penakluk mereka itu. Semua digerakkan oleh kebanggaan bahwa tidak lama lagi orang Israel akan diagungkan di hadapan bangsa-bangsa sebagai umat pilihan
Tuhan,dan Yerusalem akan dimuliakan sebagai pusat dari segenap kerajaan.
Kristus mengecewakan pengharapan kebesaran duniawi. Di dalam khotbah di atas Gunung Ia
berusaha mengubah haluan pekerjaan yang telah dilakukan pendidikan palsu, dan memberikan
kepada pendengar-Nya pengertian yang benar tentang kerajaan-Nya dan sifat-Nya yang benar.
Namun demikian Ia tidak mengadakan serangan langsung kepada kesalahan orang banyak itu. Ia
melihat kemelaratan dunia oleh sebab dosa, tetapi Ia tidak mengemukakan kepada mereka dengan
terang-terangan tentang kekejian mereka. Diajar-Nya mereka tentang yang jauh lebih baik daripada
apa yang mereka telah ketahui. Tanpa memperdebatkan pendapat mereka tentang kerajaan Allah,
diceriterakan-Nya syarat-syarat masuk ke dalam kerajaan itu dan membiarkan mereka mengambil
kesimpulannya. Kebenaran yang diajarkan-Nya tidak kurang pentingnya bagi kita daripada kepada
orang banyak yang mengikuti Dia. Kita tidak boleh lebih sedikit dari mereka perlu mempelajari dasar
dasar prinsip kerajaan Allah.
Perkataan yang pertama diucapkan Kristus di atas gunung adalah kata bahagia. Berbahagialah
mereka, kata-Nya, yang merasa dirinya miskin rohani dan yang merasa perlu akan keselamatannya.
Injil itu harus dikabarkan kepada orang miskin. Bukannya menyombongkan kerohanian, mereka
yang mengaku dirinya kaya dan yang tidak memerlukan pertolongan, melainkan hanya bagi mereka
yang rendah hati dan yang menyesal. Satu-satunya pancaran air yang dibuka bagi dosa yakni sebuah
pancaran air bagi yang lemah lembut hati.
Hati yang sombong berusaha mendapat keselamatan; tetapi baik hak kita ke surga dan kelayakan kita
untuk itu hanya boleh didapat di dalam kebenaran Kristus. Tuhan tidak dapat berbuat sesuatu untuk
memulihkan manusia sampai manusia itu mengaku kelemahannya, dan mengikis segala
kesombongan diri, dan menyerahkan dirinya ke bawah pengawasan Tuhan. Kemudian barulah ia
dapat menerima pemberian Allah yang sudah siap untuk dicurahkan. Dari  jiwa yang merasa
kekurangannya, tidak ada yang ditahankan. Ia tidak dihalangi datang kepada-Nya yang mempunyai
tempat tinggal penuh. "Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang
bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus namaNya: 'Aku bersemayam di tempat tinggi
dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk
menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang
yang remuk." Yesaya 57:15.
"Berbahagialah segala orang yang berdukacita, karena mereka itu akan dihiburkan." Dengan
perkataan ini Kristus bukannya mengajarkan bahwa berdukacita itu mempunyai kuasa untuk
membuangkan kesalahan dosa. Ia tidak mengeratkan kepura-puraan atau kerendahan sekehendak
hati. Dukacita yang dikatakan-Nya itu bukanlah hati yang diisi kemurungan dan ratap tangis.
Sementara kita menyesal akan dosa, kita akan bersuka atas kesempatan menjadi anak-anak Allah.
Kadang-kadang kita menyesal sebab akibat dari perbuatan yang jahat yang menimpa kita; tetapi ini
bukanlah pertobatan. Penyesalan yang sesungguhnya akan dosa adalah akibat dari pekerjaan Roh
Suci. Roh Suci menunjukkan hati yang tiada berterimakasih yang telah meremehkan dan
mendukakan Juruselamat, dan membawa kita kepada penyesalan ke kaki salib. Oleh tiap-tiap dosa
Yesus dilukai lagi; dan apabila kita memandang kepada-Nya yang telah kita tusuk, kita berdukacita
karena dosa-dosa yang membawa kepedihan kepada-Nya. Dukacita yang demikian itu akan
membawa kepada penolakan dosa.
Dunia mungkin  berpendapat bahwa penyesalan ini satu kelemahan; tetapi itulah kekuatan yang
mengikat orang yang bertobat kepada yang tidak terbatas dengan mata rantai yang tidak dapat
diputuskan. Dinyatakannya bahwa malaikat-malaikat Allah membawa kembali kepada jiwa
kemurahan yang telah hilang oleh kekerasan hati dan pelanggaran. Air mata orang-orang yang menyesal itu hanyalah rintihan hujan yang mendahului cahaya terang kemuliaan. Dukacita ini
memaklumkan satu kesukaan yang akan menjadi satu pancaran hidup di dalam jiwa. "Hanya akuilah
kesalahanmu, bahwa engkau telah mendurhaka terhadap Tuhan, Allahmu" "Muka-Ku tidak akan
muram terhadap kamu, sebab Aku ini murah hati, demikianlah firman Tuhan." Yeremia 3:12, 13.
"Kepada segala orang Sion yang berdukacita." Ia telah berjanji memberikan "perhiasan kepala ganti
abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar." Yesaya
61:3.
Dan bagi mereka yang berduka di dalam ujian dan kedukaan terdapatlah penghiburan. Pahitnya
kesusahan dan penghinaan adalah lebih baik daripada bermanja-manja dalam dosa. Melalui
kesengsaraan Allah menunjukkan kepada kita noda kotor di dalam tabiat kita, dan oleh kemurahan
Allah kita dapat menaklukkan kesalahan kita. Bab yang tidak tampak mengenai diri kita sendiri
dibukakan kepada kita, dan ujian datang, apakah kita akan menerima teguran dan nasihat Allah. Jika
terbawa ke dalam ujian, kita tidak boleh gusar dan bersungut. Kita jangan melawan, atau
menggelisahkan diri kita lepas daripada tangan Kristus. Kita harus merendahkan jiwa di hadapan
Allah. Cara-cara Tuhan itu kurang jelas bagi mereka yang ingin melihat sesuatu di dalam satu terang
yang berkenan bagi dirinya sendiri. Mereka kelihatan suram dan tanpa kegembiraan kepada sifat kita
manusia. Akan tetapi jalan Tuhan  adalah jalan kemurahan dan akhirnya adalah keselamatan. Elia
tidak mengetahui apa yang diperbuatnya apabila di padang belantara ia berkata bahwa ia sudah
cukup lama hidup, dan ia berdoa agar ia mati saja. Allah dalam kemurahan-Nya tidak menuruti dia
pada  waktu itu. Masih ada pekerjaan yang besar yang akan dikerjakan Elia, dan sesudah
pekerjaannya selesai, ia tidak akan binasa dalam kekecewaan dan kesepian di padang belantara.
Bukanlah masuk liang lahat, tetapi akan diangkat di dalam kemuliaan dengan pasukan kereta surga,
menuju takhta yang mahatinggi.
Firman Tuhan terhadap dukacita yang demikian ialah: "Aku telah melihat segala jalannya itu, tetapi
Aku akan menyembuhkan dan akan menuntun dia dan akan memulihkan dia dengan penghiburan;
juga pada bibir orang-orangnya yang berkabung." "Aku mengubah perkabungan mereka menjadi
kegirangan, akan menghibur mereka dan menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka." Yesaya
57:18; Yermia 31:13.
"Berbahagialah segala orang yang lemah hatinya." Kesukaran yang akan kita hadapi boleh berkurang
oleh kelemah-lembutan yang tersembunyi di dalam Kristus. Jika kita memiliki kerendahan hati
Tuhan kita, kita akan lepas dari sifat remeh, penolakan, sakit hati, yang ke dalamnya kita terjerumus
tiap hari, dan itulah yang mencegah kegelapan atas jiwa. Bukti yang tertinggi dari ketinggian budi di
dalam ke-Kristenan ialah pengendalian diri. Orang yang ada di bawah kejahatan dan kebengisan
gagal memiliki sifat tenang dan roh yang penuh kepercayaan merampok Tuhan daripada hak-Nya
untuk menyatakan di dalamnya kesempurnaan tabiat-Nya. Kerendahan hati itu adalah kekuatan yang
memberi kemenangan kepada pengikut-pengikut Kristus; itu adalah tanda hubungan mereka dengan
pengadilan surga.
"Tuhan itu tinggi, namun Ia melihat orang yang hina." Mazmur 138:6. Mereka yang menunjukkan
kelemah-lembutan dan kerendahan hati Kristus itulah yang berkenan pada pandangan Allah. Boleh
jadi dunia menganggap mereka hina, tetapi pada pemandangan-Nya mereka tinggi nilainya. Bukan
hanya yang bijaksana, yang besar, dermawan, akan memperoleh paspor ke halaman surga; bukan
hanya pekerja yang sibuk yang penuh semangat dan tidak kenal berhenti. Bukan; yang rendah
hatinya, yang merindukan kehadiran Kristus, yang lemah-lembut-hati, yang mempunyai cita-cita
tertinggi melakukan kehendak Allah—mereka ini akan memperoleh hak masuk yang berkelimpahan.
Mereka akan berada di antara orang yang membasuh jubah mereka dan membuat mereka putih di
dalam darah Anak domba. "Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-
Nya di atas mereka." Wahyu 7:15.
"Berbahagialah segala orang yang lapar dan dahaga akan kebenaran." Perasaan tidak layak akan
menuntun hati yang lapar dan dahaga akan kebenaran, dan kerinduan yang semacam ini tidak akan
dikecewakan. Mereka yang menyediakan tempat di hati mereka bagi Yesus akan memahami
kasih-Nya. Semua yang rindu memakai tabiat Allah akan dipuaskan. Roh Suci tidak pernah
membiarkan tanpa penolong akan jiwa yang rindu kepada Yesus. Roh Suci membawa
perkara-perkara tentang Kristus dan menunjukkannya kepadanya. Jika mata tetap ditujukan kepada
Kristus, pekerjaan Roh tidak akan berhenti sampai jiwa itu serupa dengan peta-Nya. Unsur. kasih
sejati akan mengembangkan jiwa, memberi kesanggupan yang lebih tinggi, untuk meluaskan
pengetahuan tentang perkara-perkara surga, supaya tidak berhenti sampai penuh. "Berbahagialah
segala orang yang lapar dan dahaga akan kebenaran, karena mereka itu akan dijamu sehingga
kenyang."
Yang menaruh kasihan akan beroleh kasihan, dan yang suci hatinya akan melihat Allah. Setiap
pikiran yang kotor menajiskan jiwa, merusakkan perasaan, ahlak dan membuangkan pengaruh Roh
Suci. Hal itu menudungi pandangan kerohanian, agar manusia tidak dapat memandang Allah. Tuhan
mengampuni orang berdosa yang bertobat; tetapi walau pun telah diampuni jiwa itu telah berbekas.
Semua percakapan dan pikiran yang tidak pantas harus dihindarkan oleh orang yang mau
memperhatikan dengan jelas kebenaran rohani.
Tetapi perkataan Kristus menutupi kebebasan lebih luas daripada kesenangan yang tidak suci, lebih
daripada upacara kecemaran yang dihindarkan orang Yahudi. Cinta akan diri sendiri menghalangi
kita memandang Allah. Roh orang yang memikirkan diri sendiri menganggap Allah adalah sama
seperti dirinya sendiri, mementingkan diri. Sebelum kita membuangkan sifat itu, kita tidak akan
dapat mengerti Dia yang mempunyai kasih. Hanya hati yang tidak mementingkan diri, yang lemah
lembut dan mempunyai roh yang tulus, akan melihat Tuhan sebagai "Tuhan, Tuhan, Allah penyayang
dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya." Keluaran 34:6.
"Berbahagialah segala orang yang mendamaikan orang." Damai Kristus lahir daripada kebenaran.
Damai itu selaras dengan Allah. Dunia ini berseteru dengan hukum Allah; orang berdosa berseteru
dengan Khaliknya; dan sebagai akibatnya mereka saling bermusuhan satu dengan yang lain. Tetapi
penulis mazmur berkata, "Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak
ada batu sandungan bagi mereka." Mazmur 119: 165. Manusia tidak dapat membuat damai. Rencana
manusia untuk penyucian dan pengangkatan perseorangan atau masyarakat akan gagal menghasilkan
damai, sebab mereka tidak mencapai hati nuraninya. Satu-satunya kuasa  yang dapat menciptakan
atau mengekalkan damai ialah anugerah Kristus. Bilamana ini ditanamkan di dalam hati, itu akan
mencampakkan bujukan-bujukan jahat yang menjadi sebab perselisihan dan percekcokan. "Sebagai
ganti semak duri akan tumbuh pohon sanobar, dan sebagai ganti kecubung akan tumbuh pohon
murad" dan "padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan bersorak-sorak
dan berbunga; seperti bunga mawar." Yesaya 55: 13; 35:1.
Orang banyak itu heran akan pengajaran ini, yang amat berlainan dengan ajaran dan teladan
orang-orang Parisi. Orang banyak telah beranggapan bahwa kebahagiaan itu terdiri dari harta benda
duniawi, dan bahwa nama dan kehormatan manusia sangat diidam-idamkan. Sangatlah
menyenangkan jika dipanggil "Rabbi" dan dianggap seperti orang cendekiawan dan beragama, dan
jasa-jasa mereka dipaparkan di hadapan umum. Ini dianggap sebagai mahkota kebahagiaan. Tetapi di
hadapan orang banyak Kristus menjelaskan bahwa harta dan kehormatan duniawi adalah segala
pahala yang akan diterima oleh orang seperti itu. Ia berkata dengan kepastian dan kuasa yang
meyakinkan terdapat dalam perkataan-Nya. Orang banyak itu diam, dan dengan perasaan takut menudungi mereka. Mereka memandang satu dengan yang lain dengan penuh keragu-raguan.
Siapakah dari antara mereka yang akan diselamatkan jika ajaran Orang ini benar? Banyak orang
telah yakin bahwa Guru yang mengherankan ini digerakkan oleh Roh Allah, dan perasaan yang
diutarakan-Nya adalah Ilahi.
Setelah menerangkan apakah kebahagiaan yang sebenarnya  dan bagaimana cara memperolehnya,
Yesus lebih jelas menyatakan tugas murid-murid-Nya, sebagai guru-guru yang dipilih oleh Allah
untuk memimpin orang-orang kepada jalan kebenaran dan hidup kekal. Ia tahu bahwa mereka sering
mengalami kekecewaan dan putus asa, bahwa mereka akan mendapat perlawanan yang hebat, bahwa
mereka akan dihinakan, dan kesaksian mereka ditolak. Ia mengetahui dengan jelas bahwa di dalam
menjalankan pekabaran mereka, orang-orang yang rendah hati yang mendengarkan dengan teliti
akan perkataan-Nya akan menanggung fitnah, aniaya, penjara, dan kematian, dan kemudian
dilanjutkan-Nya:
"Berbahagialah segala orang yang teraniaya karena kebenaran; karena mereka itu yang empunya
kerajaan surga. Berbahagialah kamu apabila orang mencela kamu dan menganiaya kamu serta
mengumpat kamu dengan dusta oleh sebab Aku. Bersuka-citalah kamu sambil bersuka-ria, sebab
besarlah pahalamu di surga: karena sedemikian itu juga segala nabi yang dahulu daripada kamu,
terkena aniaya."
Dunia mengasihi dosa, dan membenci kebenaran, dan inilah yang menyebabkan permusuhan kepada
Yesus. Semua yang menolak kasih-Nya yang tiada taranya itu akan merasa bahwa ke-Kristenan itu
merupakan unsur yang menyulitkan. Terang dari Kristus menjauhkan kegelapan yang menudungi
dosa-dosa mereka,  dan perlunya pembaharuan dinyatakan. Sementara orang-orang yang berserah
kepada pengaruh Roh Suci memulai peperangan di dalam diri mereka sendiri, barang siapa yang
berpaut kepada dosa berperang melawan kebenaran dan utusan-utusannya.
Dengan demikian pertengkaran sudah terjadi dan pengikut-pengikut Kristus dituduh sebagai
pengacau orang banyak. Tetapi perhubungan dengan Allah itulah yang menjadikan mereka musuh
dunia ini. Mereka itu menanggung hinaan karena Kristus. Mereka mengikuti jejak jalan yang telah
dijejaki oleh yang termulia di dunia ini. Bukannya dengan dukacita melainkan dengan sukaria, walau
pun menghadapi aniaya. Setiap api ujian adalah jalan Tuhan untuk menghaluskan mereka.
Masing-masing melayakkan mereka bagi pekerjaan mereka sebagai orang yang bekerjasama dengan
Allah. Setiap kesukaran mempunyai tempatnya dalam kebenaran yang besar itu dan masing-masing
akan menambahkan kesukaan kemenangan mereka yang terakhir. Memandang hal ini, ujian iman
dan kesabaran mereka akan diterima dengan tulus daripada ditakuti dan disingkirkan. Ingin
memenuhi kewajiban mereka kepada dunia ini, menetapkan keinginan mereka pada persetujuan
Allah, hamba-hamba-Nya harus memenuhi setiap kewajiban, dengan tiada menghiraukan ketakutan
atau persetujuan sesama manusia.
"Kamu inilah garam dunia," kata Kristus. Janganlah menarik diri dari dunia ini dengan maksud untuk
meluputkan diri dari aniaya. Kamu harus tinggal di antara manusia, agar kesenangan kasih Ilahi
menjadi seperti garam untuk mencegah dunia ini dari kemerosotan.
Hati yang menyambut pengaruh Roh Suci adalah saluran yang melalui itu berkat Tuhan mengalir.
Jika mereka yang melayani Allah dikeluarkan dari dunia dan Roh-Nya ditarik dari antara manusia,
maka dunia ini akan tinggal sunyi-senyap dan rusak, sebagai hasil dari kekuasaan setan. Walau pun
orang jahat tidak mengetahuinya, mereka berhutang budi atas berkat-berkat dalam kehidupan ini
yang ada sampai saat ini, di dalam dunia ini, karena adanya umat Tuhan yang mereka hinakan dan
tindas. Tetapi jika orang Kristen hanya di dalam nama saja, mereka itu hanyalah bagaikan garam
yang sudah tawar. Mereka tidak mempunyai pengaruh untuk kebaikan dalam dunia ini. Oleh
gambaran buruk yang ditunjukkan tentang Allah, maka mereka itu lebih jahat daripada orang-orang yang tidak percaya.
"Kamu ini terang dunia." Orang Yahudi berpikir untuk membatasi keselamatan itu kepada bangsa
mereka sendiri; tetapi Kristus menunjukkan kepada mereka bahwa keselamatan itu adalah seperti
cahaya matahari. Ia milik dunia. Agama Alkitab itu bukanlah terbatas di antara sebuah sampul buku,
dan bukan pula sampai di dinding sebuah gereja. Bukan pula dikeluarkan sekali-sekali untuk
keperluan kita sendiri, dan kemudian dengan hati-hati dikesampingkan lagi. Itulah yang menyucikan
kehidupan sehari-hari, untuk menyatakan dirinya sendiri di dalam tiap-tiap urusan transaksi dan di
dalam segala urusan sosial kita.
Tabiat yang benar tidak dibentuk dari luar, dan diletakkan; ia bersinar dari dalam. Jika kita ingin-
menuntun orang-orang lain di dalam jalan kebenaran, azas-azas kebenaran haruslah disimpan dalam
hati kita sendiri. Pengakuan iman kita boleh jadi dapat menyatakan teori agama, tetapi perbuatan kita
yang mengkhotbahkan firman kebenaran. Kehidupan yang tetap, percakapan yang suci, kejujuran
yang tidak menyimpang, Roh yang giat dan murah hati, teladan yang baik,—inilah pengantara yang
olehnya terang itu disampaikan kepada dunia.
Kristus tidak memikir hukum secara terperinci, tetapi la tidak membiarkan
pendengar-pendengar-Nya mengambil kesimpulan bahwa Ia datang untuk mengesampingkan segala
tuntutan hukum itu. Ia mengetahui bahwa mata-mata selalu siap sedia untuk menangkap tiap-tiap
perkataan-Nya yang mungkin dapat diputar balikkan untuk melayani tujuan mereka. Ia mengetahui
prasangka yang ada di dalam pikiran kebanyakan para pendengar-Nya, dan Ia tidak mengatakan
apa-apa untuk mengacaukan iman mereka di dalam agama dan lembaga-lembaga yang telah
diberikan kepada mereka melalui Musa. Kristus Sendirilah yang telah memberikan kedua-duanya
baik hukum moral mau pun hukum syariat. Ia bukannya datang hendak merusakkan keyakinan yang
ada di dalam petunjuk-Nya sendiri. Oleh karena penghormatan-Nya yang besar terhadap hukum dan
nabi-nabi sehingga Ia berusaha memecahkan dinding tradisi yang telah mengelilingi orang-orang
Yahudi. Meski pun Ia mengesampingkan tafsiran mereka yang palsu tentang hukum, dengan hati-hati
Ia mengawasi murid-murid-Nya supaya jangan mendiamkan kebenaran yang diamanatkan kepada
orang Ibrani.
Orang Farisi menyombongkan diri mereka sendiri atas penurutan kepada hukum; tetapi mereka
hanya mengetahui sedikit tentang azas-azasnya melalui perbuatan setiap hari sehingga perkataan
Kristus kedengaran bertentangan dengan yang asli. Meski pun Ia mengikis omong kosong yang telah
menutupi kebenaran, mereka pikir Ia membuang kebenaran itu sendiri. Mereka berbisik satu kepada
yang lain bahwa Ia meremehkan hukum itu. Ia membaca pikiran mereka dan menjawab kepada
mereka, sambil berkata:
"Jangan kamu sangkakan Aku datang hendak merombak hukum Taurat atau kitab nabi-nabi;
bukannya Aku datang hendak merombak, melainkan hendak menggenapkan." Di sini Ia membantah
tuduhan orang orang Parisi itu. Tugas-Nya ke dunia ini ialah membenarkan tuntutan yang suci dari
hukum itu yang mereka tuduh Dia sedang merombaknya. Jika sekiranya hukum  Allah boleh
diobahkan atau dihilangkan, maka Kristus tidak perlu menanggung kesengsaraan akibat
pendurhakaan kita. Ia datang untuk menerangkan hubungan antara hukum kepada manusia, dan
untuk menerangkan ajaran-Nya melalui hidup penurutan-Nya.
Allah telah memberikan kepada kita ajaran-ajaran-Nya yang kudus, sebab Ia mengasihi umat
manusia. Untuk melindungi kita dari akibat pelanggaran, Ia menunjukkan prinsip-prinsip kebenaran.
Hukum itu adalah satu pernyataan pikiran Allah; apabila diterima di dalam Kristus, maka itu menjadi
pikiran kita. Ajaran itu mengangkat kita di atas keinginan alami dan kecenderungannya, di atas
pencobaan yang menuntun kepada dosa. Allah rindu agar kita berbahagia, dan Ia memberikan syariat
hukum itu agar dengan menurutnya kita beroleh  kesenangan. Waktu kelahiran-Nya malaikat-malaikat menyanyi:
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia
yang berkenan kepada-Nya," (Lukas 2:14), telah dinyatakannya prinsip-prinsip hukum sehingga Ia
datang untuk mengagungkan dan memuliakannya.
Waktu hukum itu diproklamirkan dari gunung Torsina, Allah memberitahukan kepada manusia
kesucian tabiat-Nya agar oleh membandingkannya mereka dapat melihat dosa mereka sendiri.
Hukum itu telah diberikan untuk meyakinkan mereka dari dosa, dan menyatakan perlunya
Juruselamat bagi mereka. Ini terlaksana apabila azas-azas itu telah ditetapkan ke dalam hati oleh Roh
Suci. Pekerjaan ini masih tetap berlaku. Di dalam kehidupan Kristus prinsip-prinsip hukum itu telah
nyata dengan jelas; dan sedang Roh Suci menjamah hati, sedang terang Kristus menyatakan kepada
manusia perlunya mereka akan darah-Nya yang menyucikan dan pembenaran oleh kebenaran-Nya,
hukum itu masih tetap merupakan alat yang membawa kita kepada Kristus, sehingga kita dapat
dibenarkan oleh iman. "Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa." Mazmur 19:8.
"Hingga langit dan bumi lenyap," kata Yesus, "satu noktah atau satu titik pun sekali-kali tiada akan
lenyap daripada hukum Taurat itu sampai semuanya telah jadi." Matahari bercahaya di langit, dunia
yang teguh yang engkau diami, adalah saksi-saksi Allah bahwa hukum-Nya tidak berubah, dan kekal.
Walau pun mereka itu lenyap, perintah Ilahi itu akan tetap berdiri. "Lebih mudah langit dan bumi
lenyap dari pada satu titik  dari hukum Taurat batal." Lukas 16:17. Upacara-upacara menunjuk
kepada Yesus sebagai Anak Domba Allah dihapuskan ketika. kematian-Nya; tetapi ajaran Sepuluh
Hukum adalah kekal sebagaimana takhta Allah kekal adanya.
Karena "hukum Allah itu sempurna adanya," setiap perubahan daripadanya mestilah yang jahat.
Orang orang yang tidak menurut hukum Allah, dan mengajar orang berbuat yang sama, dihukum
oleh Kristus. Kehidupan penurutan Juruselamat memenuhi tuntutan hukum; hal ini membuktikan
bahwa hukum itu dapat dilakukan di dalam kehidupan manusia dan menunjukkan keluhuran tabiat
sehingga penurutan dipertumbuhkan. Barangsiapa yang menurut sama seperti penurutan-Nya
menyatakan bahwa hukum itu "kudus, benar dan baik." Roma 7:12. Sebaliknya, barangsiapa yang
melanggar hukum Allah berarti membantu pernyataan Setan bahwa hukum itu tidak adil, dan tidak
dapat diturut. Dengan demikian mereka menguatkan penipuan pembohong besar itu dan
melemparkan hinaan atas Allah. Mereka itu adalah anak-anak si jahil, yang pertama-tama melawan
hukum Allah. Memperkenankan mereka masuk surga berarti membawa masuk kembali unsur
perpecahan dan pemberontakan, dan membahayakan kesejahteraan semesta alam. Tidak seorang pun
yang akan masuk kerajaan itu yang sengaja melanggar salah satu azas hukum Allah.
Rabbi-rabbi menganggap kebenaran mereka surat izin masuk ke surga; tetapi Yesus mengatakan
bahwa itu tidak cukup dan tidak ada artinya. Upacara secara lahir dan pengetahuan teoritis akan
kebenaran adalah undang-undang kebenaran orang Parisi. Rabbi-rabbi atas mengaku suci oleh usaha
mereka menurut hukum; tetapi perbuatan mereka telah menceraikan kebenaran dari agama. Sedang
mereka amat cermat di dalam mengadakan upacara-upacara kehidupan mereka tidak senonoh dan
hina. Apa yang disebut kebenaran mereka tidak dapat membawa masuk ke dalam kerajaan surga.
Penipuan yang terbesar daripada pikiran manusia pada zaman Kristus ialah hanya oleh menyetujui
kebenaran yang mereka anggap sebagai kebenaran. Di dalam semua pengalaman umat manusia satu
pengetahuan teoritis saja tidak cukup untuk menyelamatkan jiwa. Itu tidak mengeluarkan buah-buah
kebenaran. Satu perhatian yang disertai perasaan cemburu untuk apa yang disebut kebenaran agama
sering menyertai kebencian atas kebenaran yang sejati seperti yang dinyatakan di dalam kehidupan.
Bab-bab yang tergelap dalam sejarah dibebani dengan catatan perbuatan-perbuatan kejahatan yang
dilakukan oleh orang orang beragama yang sangat fanatik. Orang Parisi mengaku bahwa mereka
adalah anak-anak Ibrahim, dan membanggakan petunjuk-petunjuk Allah yang ada pada mereka; meski pun demikian keuntungan ini tidak melindungi mereka daripada mementingkan diri sendiri,
permusuhan, loba, dan kemunafikan yang hina. Mereka menganggap bahwa merekalah yang paling
beragama di dunia, tetapi apa yang mereka sebut berpegang pada agama membawa mereka
menyalibkan Tuhan kemuliaan itu.
Bahaya yang sama masih tetap ada. Banyak orang yang hanya mengambil nama Kristen saja, hanya
karena mereka setuju kepada rukun agama tertentu saja. Tetapi mereka tidak mempraktekkan
kebenaran itu di dalam kehidupan. Mereka belum percaya dan mencintainya, oleh karena itu mereka
belum menerima kuasa dan kemurahan yang datang melalui penyucian oleh kebenaran. Manusia
dapat saja mengaku percaya akan kebenaran; tetapi jika hal itu tidak menjadikan mereka tulus, manis
budi, sabar, menahan nafsu, memikirkan hal semawi, itu akan menjadi kutuk bagi yang mengaku
memilikinya, dan melalui pengaruh mereka itulah mendatangkan kutuk kepada dunia ini.
Kebenaran yang diajarkan oleh Kristus adalah kecocokan hati dan kehidupan untuk menyatakan
kehendak Allah. Orang berdosa dapat menjadi benar hanya oleh percaya kepada Allah dan
memelihara hubungan yang amat penting dengan Dia. Jadi kesalehan yang sejati akan mengangkat
pikiran dan meninggikan taraf hidup. Jadi bentuk agama secara lahiriah sepadan dengan kesucian
hidup Kekristenan. Dengan demikian upacara-upacara yang dituntut di dalam melayani Allah
bukanlah upacara yang tidak berfaedah, seperti yang dibuat oleh orang-orang Farisi yang munafik.
Yesus mengambil hukum itu secara terpisah, dan menerangkan dalamnya dan lebarnya tuntutannya.
Gantinya menghapuskan satu noktah dari kekuasaannya, Ia menunjukkan betapa luas daya cakup
prinsip-prinsip itu, dan menunjukkan kesalahan orang Yahudi dalam penurutan mereka secara lahir.
Dikatakan-Nya bahwa oleh pikiran jahat atau pandangan hawa nafsu, hukum Allah telah dilanggar.
Barang siapa yang menggabungkan diri kepada perbuatan yang tidak adil yang kecil berarti
melanggar hukum dan merendahkan ahlaknya sendiri. Pembunuhan yang mula-mula terjadi dalam
pikiran. Barang siapa yang memberikan tempat kebencian di dalam hatinya ialah meletakkan
kakinya pada jalan pembunuhan, dan persembahannya ialah kebencian kepada Allah.
Orang-orang Yahudi menanamkan roh dendam. Di  dalam kebencian mereka kepada orang Rom
mereka mengeluarkan ucapan yang mencela, dan berkenan kepada orang jahat dengan jalan
menyatakan yang bertalian dengan sifatnya itu. Jadi mereka telah mendidik diri mereka sendiri
melakukan perbuatan yang mengerikan  yang menuntun mereka ke arah itu. Di dalam hidup
keagamaan orang-orang Parisi tidak ada sesuatu yang memujikan kesalahan kepada orang kafir.
Yesus minta supaya mereka jangan menipu diri sendiri dengan pikiran bahwa mereka dapat
membangkitkan di dalam hati perlawanan terhadap penindas mereka, menghasratkan saat membalas
dendam atas kesalahan mereka itu.
Memang benar bahwa ada kemarahan yang boleh dikatakan benar, sekali pun pada
pengikut-pengikut Kristus. Apabila mereka melihat bahwa Allah dihina, dan pelayanan-Nya
diperbantahkan, apabila mereka melihat orang yang tidak bersalah ditindas, amarah yang patut
timbul dalam jiwa. Amarah yang demikian, terbit dari moral yang halus, bukanlah dosa. Tetapi
mereka yang menimbulkan perasaan yang membangkit-bangkitkan amarah atau dendam ialah
membukakan hati kepada Setan. Kepahitan dan kebencian haruslah dibuangkan dari jiwa jika kita
mau selaras dengan surga.
Lebih jauh Yesus mengatakan hal seperti ini. Kata-Nya: "Sebab itu, jikalau engkau hendak
mempersembahkan persembahanmu di tempat korban, dan di sana engkau teringat, bahwa
saudaramu ada sakit hati maka tinggalkanlah persembahanmu pada tempat kurban itu, baliklah
engkau berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembalilah pula mempersembahkan
persembahanmu." Banyak orang yang sungguh-sungguh di dalam perbaktian agama, sementara di
antara mereka dan saudara-saudara mereka banyak perbedaan yang perlu diperdamaikan. Allah menuntut agar mereka melakukan dengan segenap kuasa untuk memulihkan persesuaian. Kecuali
mereka berbuat perkara ini, Ia tidak dapat menerima pelayanan mereka itu. Tugas-tugas orang
Kristen di dalam hal ini telah ditunjukkan dengan jelas.
Allah mencurahkan berkat-berkat-Nya kepada semua orang. "Ia menjadikan matahari bersinar atas
orang jahat dan atas orang baik, dan menurunkan hujan atas orang yang benar dan atas orang yang
tidak benar." "Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang
jahat." Lukas 6:35 Ia mengundang kita supaya serupa dengan Dia. "Berkatilah orang yang mengutuk
akan dikau" kata Yesus; "berbuatlah baik kepada mereka yang benci akan kamu . . . agar kamu boleh
menjadi anak-anak Bapamu yang di surga." Inilah prinsip-prinsip dari hukum, dan mereka itulah
mata air hidup.
Cita-cita Allah bagi anak-anak-Nya ialah lebih tinggi daripada apa yang dapat dicapai oleh pikiran
manusia. "Hendaklah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu yang di surga sempurna adanya
perintah ini adalah suatu perjanjian. Rencana keselamatan bermaksud untuk melepaskan kita
sepenuhnya dari kuasa setan. Kristus selalu memisahkan jiwa yang bertobat dari dosa. Ia datang
untuk memusnahkan pekerjaan si jahat, dan Ia telah mengadakan ikhtiar agar Roh Suci dicurahkan
kepada tiap-tiap jiwa yang bertobat, untuk memelihara dia daripada dosa.
Agen-agen Setan janganlah dianggap sebagai maaf untuk suatu perbuatan yang salah. Setan sangat
gembira apabila didengarnya orang-orang yang mengaku pengikut Kristus mengadakan maaf untuk
tabiat mereka yang bercela. Maaf inilah yang membawa ke dalam dosa. Tidak ada maaf  untuk
berdosa. Perangai yang suci, hidup seperti Kristus, dapat dicapai oleh tiap-tiap anak Allah yang
bertobat dan percaya.
Bercita-cita menjadi seperti Kristus adalah pantas menjadi sifat orang Kristen. Sebagaimana Anak
manusia sempurna di dalam hidup-Nya, demikian pula pengikut-pengikut-Nya sempurna di dalam
hidup mereka. Yesus di dalam segala sesuatu dijadikan sama dengan saudara-saudara-Nya. Ia
menjadi daging, sama seperti kita. Ia lapar, haus dan letih. Ia dibantu oleh makanan dan tidur yang
segar. Ia turut merasai perasaan manusia; walau pun demikian Ialah Anak Allah yang tiada bercacat
cela. Ia adalah Allah di dalam daging. Tabiat-Nya harus menjadi milik kita. Tuhan berkata kepada
mereka yang percaya kepada-Nya. "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di
tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku." 2
Korintus 6:16.
Kristus adalah anak tangga yang dilihat oleh Yakub, alasnya di bumi ini, dan ujungnya sampai di
pintu surga, di ambang pintu kemuliaan. Jikalau tangga itu telah gagal oleh satu langkah mencapai
bumi ini, sudah pasti kita hilang. Tetapi Kristus telah mendapatkan kita di mana kita berada. Ia telah
mengambil sifat kita dan mengalahkannya, agar kita oleh mengambil sifat-Nya dapat
mengalahkannya; Terbuat "serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa" (Roma 8:3), Ia
hidup tanpa dosa. Sekarang oleh keilahian-Nya Ia berpegang pada takhta surga, sedangkan dengan
kemanusiaan-Nya Ia datang kepada kita. Ia mengundang kita melalui iman di dalam Dia untuk
memperoleh kemuliaan sifat Allah. Dengan demikian kita harus sempurna, sebagairnana "Bapa kita
yang di surga sempurna adanya."
Yesus telah menunjukkan apa kebenaran itu, dan menunjukkan kepada Allah sebagai sumbernya.
Sekarang Ia berpaling kepada pelaksanaan tanggung jawab itu. Di dalam memberi sedekah, di dalam
doa, di dalam puasa, Ia berkata: janganlah dilakukan semata-mata untuk menarik perhatian atau
untuk memuliakan diri sendiri. Berilah dengan tulus hati, untuk memenuhi penderitaan orang yang
miskin. Di dalam doa, biarlah jiwa itu berhubungan dengan Allah. Di dalam berpuasa, jangan pergi
dengan kepala tunduk, dan hati dipenuhi dengan pikiran akan diri sendiri. Hati orang Parisi tandus
dan merupakan tanah yang kering, tempat bibit-bibit Ilahi itu tidak dapat bertumbuh. Orang yang menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah dengan tidak terbatas akan memberikan pelayanan
yang layak kepada-Nya. Karena melalui persahabatan dengan Allah manusia menjadi teman pekerja
dengan Dia di dalam menyatakan sifat-Nya di dalam kemanusiaan.
Pelayanan yang dibaktikan dengan sungguh sungguh hati besar ganjarannya. "Bapamu yang tak dapat
dilihat itu akan memberi berkat dengan limpahnya." Oleh hidup yang kita terima dengan kemurahan
Kristus tabiat dibentuk. Keindahan yang sejati itu mulai dipulihkan ke dalam jiwa. Sifat-sifat tabiat
Kristus diberikan, dan peta Allah mulai bersinar. Wajah pria dan wanita yang berjalan dan
bekerjasama Allah menyatakan damai surga. Mereka dikelilingi oleh suasana surga. Bagi jiwa-jiwa
ini kerajaan Allah telah dimulai. Mereka telah memiliki kegembiraan Kristus, kegembiraan yang
menjadi berkat bagi sesama manusia. Mereka memiliki kehormatan karena menerima Kristus dalam
pekerjaan-Nya; mereka dipercaya melakukan pekerjaan-Nya di dalam nama-Nya.
"Tiada seorang dapat melayani dua tuan." Kita tidak dapat melayani Allah dengan hati yang
terbagi-bagi. Agama Alkitab itu bukanlah satu pengaruh di antara banyak yang lain; pengaruhnya
itulah yang tertinggi, memenuhi dan menguasai sekaliannya. Bukanlah pula seperti percikan cat di
sana-sini di atas kain, tetapi ia memenuhi segenap hidup, seakan-akan kain layar itu dicelupkan ke
dalam cat, sampai tiap-tiap benang telah tercelup baik, menjadi warna yang indah.
"Sebab itu jika matamu jujur, seluruh tubuhmu akan bercahaya terang. Tetapi jika matamu jahat,
seluruh tubuhmu akan penuh dengan kejahatan." Kesucian dan keteguhan hati adalah syarat-syarat
menerima terang dari Allah. Orang yang ingin mengetahui kebenaran harus mau menerima segala
sesuatu yang dinyatakan di dalamnya. Ia tidak dapat berkompromi dengan kesalahan. Jika tidak tetap
dan hanya setengah-setengah hati di dalam kepatuhan kepada kebenaran berarti memilih kegelapan
dosa dan penipuan Setan.
Peraturan dunia dan prinsip kebenaran yang tidak tergoyahkan janganlah dipadukan dengan yang
lain, sebagaimana warna-warna dari pelangi. Di antara keduanya, garis yang lebar dan jelas ditarik
oleh Allah yang kekal. Keserupaan Kristus berbeda daripada Setan, seperti siang yang terang berbeda
dengan gelap gulita. Dan hanyalah mereka yang menghidupkan hidup Kristus yang bekerjasama
dengan Dia. Jikalau satu dosa ditaruh dalam jiwa atau satu kebiasaan yang salah masih ada dalam
kehidupan, maka seluruh tubuh itu ternoda. Manusia menjadi alat kejahatan.
Semua yang memilih melayani Tuhan tinggal di dalam penjagaan-Nya. Kristus menunjuk pada
burung-burung yang terbang di udara, kepada bunga-bunga di ladang, dan meminta
pendengar-pendengar memperhatikan benda-benda kejadian Tuhan. "Bukankah kamu jauh melebihi
dari burung-burung itu?" kata-Nya. Matius 6:26. Ukuran perhatian Ilahi yang dicurahkan kepada
sesuatu benda sebanding derajatnya di dalam neraca. Burung pipit yang kecil dijaga oleh Allah.
Bunga-bunga di ladang, rumput-rumput yang menutupi bumi turut dalam perhatian dan penjagaan
Bapa yang di sorga. Guru Besar itu memperhatikan bunga bakung, menjadikan mereka begitu indah
sehingga mereka melebihi kemuliaan Solaiman. Betapa besar bagi penjagaan-Nya kepada manusia,
yang dijadikan menurut peta dan kemuliaan Allah. Ia  ingin agar anak-anak-Nya menyatakan tabiat
yang serupa dengan Dia di hadapan orang banyak itu. Sebagaimana sinar matahari membuat
bunga-bunga itu berwarna-warni, demikian Allah memberikan kepada jiwa keindahan tabiat-Nya.
Semua yang memilih kerajaan-kasih, kebenaran dan damai Kristus, menjadikan perhatiannya lebih
penting dari yang lain, dihubungkan dengan dunia yang di atas, dan tiap-tiap berkat yang diperlukan
untuk kehidupan ini menjadi milik mereka. Di dalam buku Tuhan, masing-masing kita diberi suatu
halaman. Halaman itu berisi sejarah-hidup kita; sekali pun rambut kepala dihitung. Anak-anak Allah
tidak pernah dilupakan-Nya.
"Janganlah kamu kuatir akan hari besok" Mat. 6:34. Kita mengikut Kristus hari demi hari. Tuhan
tidak menganugerahkan bantuan untuk besok. Ia tidak memberikan kepada anak-anak-Nya semua petunjuk untuk perjalanan hidup mereka sekaligus, supaya jangan mereka itu menjadi bingung. Ia
mengatakan kepada mereka seberapa banyak yang dapat mereka ingat dan perbuat. Kekuatan dan
akal budi yang diberikan adalah untuk keadaan darurat sekarang ini. "Tetapi apabila di antara kamu
ada yang kekurangan hikmat,"—untuk hari ini,—"hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang
memberikan kepada semua orang dnegan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka
hal itu akan diberikan kepadanya." Yakobus 1:5. 
"Janganlah kamu menuduh orang, supaya jangan kamu dituduh." Janganlah kamu berpikir bahwa
kamu lebih baik dari orang lain, dan jangan angkat dirimu sebagai hakim mereka. Sedang kamu tidak
dapat melihat motif, engkau tidak sanggup menghukumkan orang lain. Di dalam mengeritik dia,
kamu mengundang hukuman atasmu; karena nyatalah kamu turut campur dengan Setan, penuduh
saudara-saudaramu itu. Allah berkata: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam
iman. Selidikilah dirimu!" Inilah tugas kita. "Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak
menimpa kita." 2 Kor. 13:5; 1 Kor. 11:31.
Pohon yang baik itu akan menghasilkan buah yang baik. Jikalau buahnya tidak enak dan tidak
berharga, pohon itu tidak baik. Demikian pula buah dibuahkan di dalam kehidupan menjadi saksi
keadaan hati dan kesempurnaan tabiat. Perbuatan yang baik tidak dapat membeli keselamatan, tetapi
perbuatan itu ialah bukti iman yang bekerja oleh kasih dan membersihkan jiwa. Dan walau pun upah
yang kekal itu tidak diberikan sebab jasa kita, tetapi itu akan sepadan dengan pekerjaan yang telah
dikerjakan melalui anugerah Kristus.
Jadi Kristus menyatakan asas-asas kerajaan-Nya, dan menunjukkan kepada mereka menjadi
peraturan hidup yang besar, supaya pelajaran itu lebih berkesan Ia menambahkan sebuah
perumpamaan. Tidaklah cukup, kata-Nya, bagimu hanya mendengar perkataan-Ku. Oleh penurutan
engkau harus menjadikannya dasar tabiatmu. Diri senditi itu adalah seperti pasir yang berpindah.
Jikalau engkau mengalaskannya di atas teori dan penemuan manusia, rumahmu akan rubuh. Oleh
angin percobaan, ujian yang hebat, ia akan dihanyutkan. Tetapi dengan prinsip yang telah Aku
berikan itu akan tetap berdiri, Terimalah Aku, bangunkanlah atas firman-Ku.
"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang
bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir,
lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu." Mat. 7:24,
25