KATA PENGANTAR
DALAM hati seluruh umat manusia, bangsa maupun kedudukan
mana dalam hidup,
terdapatlah keinginan yang tidak dapat dinyatakan untuk
sesuatu yang tidak mereka miliki
sekarang. Keinginan ini telah ditanamkan dalam darah-daging
manusia oleh Allah yang
Mahamurah, agar manusia tidak merasa puas dengan keadaan
atau perolehannya yang
sekarang ini, apakah itu jelek, atau baik, atau pun lebih
baik. Allah ingin supaya manusia
mencari yang terbaik, serta memperolehnya demi kebahagiaan
jiwanya selama-lamanya.
Setan, dengan siasat dan tipu-muslihat yang licik, telah
menyesatkan keinginan hati
manusia. Dibuatnya manusia percaya bahwa keinginan ini dapat
dipenuhi oleh kesenangan,
oleh kekayaan, oleh kemasyhuran, dan oleh kekuasaan; tetapi
orang-orang yang sudah
ditipunya demikian itu (mereka itu berjuta-juta banyaknya)
merasa bahwa semuanya ini
menjemukan perasaan, serta membiarkan jiwa tandus serta
tidak sepuas yang dulu.
Adalah rencana Allah supaya keinginan hati manusia ini
dituntun kepada Oknum yang
satu-satunya sanggup memuaskannya. Keinginan itu datang
daripada-Nya, supaya itu
menuntun pula kepada-Nya, kesempurnaan dan kepenuhan
keinginan itu. Kesempurnaan
itu terdapat dalam Yesus Kristus Putra Allah yang Kekal.
"Karena adalah kehendak Bapa
agar segala kesempurnaan Allah ada di dalam-Nya;"
"karena dalam Dia juga berdiam
segala kesempurnaan Allah." Dan juga adalah benar bahwa
"kamu pun sempurna dalam
Dia" berkenaan dengan setiap keinginan yang ditanamkan
Ilahi dan yang dengan wajar
dituruti.
Hagai menyebut Dia "Kegemaran Segala Bangsa," dan
kita dapat menyebut Dia "Kerinduan
Segala Zaman," justru sebab Ialah "Raja Segala
Zaman."
Maksud buku ini ialah hendak menunjukkan Yesus Kristus
selaku Oknum dalam siapa tiap
keinginan hati dapat dipenuhi. Banyaklah riwayat "Hidup
Kristus" telah ditulis, buku-buku
yang sungguh bermutu, sumber-sumber keterangan,
karangan-karangan yang bagus
tentang silsilah dan sejarah, adat-istiadat dan
peristiwa-peristiwa, dengan banyak
pengajaran serta pemandangan tentang hidup yang banyak
seginya dari Yesus orang
Nazaret itu. Namun sungguh dapat jugalah dikatakan bahwa
"setengahnya pun belum
pernah diceritakan."
Tetapi maksud usaha ini bukanlah untuk menunjukkan
keselarasan segala Injil, atau pun
untuk menghidangkan secara berturut-turut
peristiwa-peristiwa penting serta
pelajaran-pelajaran yang bagus dalam hidup Kristus,
maksudnya ialah untuk menunjukkan
kasih Allah sebagaimana yang dinyatakan dalam Putra-Nya,
keindahan Ilahi dari hidup
Kristus, yang dapat dinikmati oleh semua orang, dan bukan
sekadar untuk memuaskan
keinginan hati golongan-golongan yang ingin tahu belaka atau
pun untuk menjawab segala
pertanyaan ahli kritik. Tetapi sebagaimana dengan daya tarik
kebaikan perangai-Nya,
Yesus menarik murid-murid-Nya kepada-Nya, dan dengan hadirat
pribadi-Nya, dengan
jamahan serta perasaan-Nya yang simpatik terhadap segala
kelemahan dan kebutuhan
mereka, dan dengan pergaulan-Nya yang tetap, mengubah bentuk
perangai mereka itu dari
yang duniawi kepada yang semawi, dari yang mementingkan
diri kepada yang mau
berkorban, dari kebodohan dan prasangka pikiran yang dangkal
kepada pengetahuan
pikiran yang luas dan cinta yang dalam untuk jiwa segala
bangsa, justru demikianlah
maksud buku ini untuk menunjukkan Penebus yang berbahagia
itu untuk menolong
pembaca berhadapan dengan Dia muka dengan muka, hati dengan
hati, dan melihat dalam
diri-Nya, justru sebagaimana murid-murid dulu kala
melihatnya, Yesus Yang Mahakuasa, yang menyelamatkan "dengan
sempurnanya," serta mengubahkan ke dalam peta
keilahian-Nya sendiri semua orang yang datang kepada Allah
melalui Dia. Namun betapa
mustahillah usaha untuk menyatakan hidup-Nya! Hal ini adalah
bagaikan melukiskan
pelangi yang hidup di atas kertas; melahirkan nyanyian yang
paling dalam
halaman-halaman berikut , pengarang, seorang wanita yang
berpengalaman banyak dalam
soal-soal kerohanian, telah mengutarakan berbagai keindahan
baru dari hidup Yesus
Kristus. Ia telah mengeluarkan banyak permata baru dari
dalam kotak yang indah itu. Ia
memperlihatkan harta-benda yang belum pernah diimpi-impikan
di hadapan mata pembaca
dari dalam rumah perbendaharaan ajaib ini. Terang yang serba
baru serta cemerlang
memancar dari berbagai ayat biasa, yang kedalaman artinya
menurut sangkaan pembaca
telah lama dulu diselaminya. Singkatnya, Yesus Kristus
dinyatakan sebagai Kesempurnaan
Allah Juruselamat pengasihan ajaib orang berdosa. Matahari
Kebenaran, Imam Besar
pengasihan, Penyembuh segala penyakit manusia, Sahabat yang
lemah-lembut dan manis
budi, Teman yang tetap, yang Mahahadir dan yang selalu sedia
menolong. Raja Istana
Daud, Perisai umat-Nya, Raja Damai, Raja yang akan datang,
Bapa yang Kekal, puncak
serta ujud segala keinginan dan harapan segala zaman.
Dengan berkat Allah buku ini disampaikan dengan doa supaya
Tuhan dengan Roh-Nya
menjadikan kata-kata buku ini kata-kata kehidupan bagi
banyak jiwa yang keinginan dan
kerinduan hatinya masih belum dipenuhi; supaya mereka
"mengetahui akan Dia dan akan
kuasa kebangkitan-Nya dan akan sama perolehan
sengsara-Nya," dan akhirnya, sepanjang
zaman yang kekal di sebelah kanan-Nya menikmati
"kekenyangan dan kesukaan," dan
"kesedapan sampai selama-lamanya," yang akan
merupakan hasil-hasil yang telah masak
kelak bagi segala orang yang melihat dalam Dia
segala-galanya itu, Orang yang termulia di
antara "orang beribu-laksa," dan Orang yang
"segala sesuatu yang pada-Nya itu keinginan
belaka."
PENERBIT
PENGANTAR
DUA BELAS TAHUN sesudah buku ini diterbitkan masih banyak
permintaan supaya dicetak
kembali. Cetakan yang ketiga terakhir diterbitkan tahun 1967
yang lalu, dan inilah cetakan
yang keempat. Tetapi diiringi permintaan pencetakan kembali
buku ini, sebuah keinginan
timbul supaya buku yang telah diterbitkan dalam bentuk yang
kecil dan berjumlah empat jilid
ini disatukan saja supaya isinya lebih dapat dinikmati
dengan utuh.
Saran seperti ini kami sambut dengan gembira. Dengan
dipadukannya keempat jilid ini
menjadi satu jilid dan diberi nama "Kerinduan Segala
Zaman" Jilid Pertama, semakin
bermanfaat rasanya dalam bentuk yang demikian. Oleh karena
ada perkataan "jilid
pertama" hal itu berarti penerbit buku ini berjanji
akan menerbitkan pula "jilid kedua". Kalau
Tuhan berkenan, diharapkan jilid kedua pun akan segera
menyusul, bergantung kepada
keadaan yang memungkinkannya. Dapat diberitahukan, bahwa
jumlah halaman jilid yang
kedua yang kelak bakal terbit adalah hampir sama. Buku ini
kelak akan terdiri dari dua jilid.
Mungkin ada orang yang bertanya, mengapa tidak disatukan
saja supaya menjadi satu jilid
dan lebih utuh lagi ditangkap buah pikiran dari buku ini?
Kami sebenarnya sangat senang
jika dapat menggabungkannya dalam satu jilid, tetapi
berhubung adanya pertimbangan
mengenai segi ekonominya, dengan pembagian buku ini menjadi
dua jilid, harganya tidak terlalu tinggi. Kami berusaha menyesuaikan harga buku
yang dicetak ini dengan
kemampuan pembeli.
Mudah-mudahan buku yang sudah disatukan ini, yang tadinya
terdiri dari empat jilid,
mendatangkan faedah bagi kerohanian pembaca yang kami
hormati. Perlu juga kami
beritahukan, bahwa bahasa buku ini sudah diperbaiki, dan
tentu saja ejaannya pun sudah
menuruti ejaan yang berlaku kini.
Besar harapan kami bahwa buku ini akan membawa pembaca lebih
dekat dan lebih
mengenal serta akrab dengan Tuhan.
Penerbit
DAFTAR ISI
1. "Allah Beserta Kita" 15
2. Umat Pilihan 23
3. "Sesudah Genap Waktunya" 28
4. Bagimu Seorang Juruselamat 35
5. Penyerahan 40
6. "Kami Melihat Bintang-Nya"48
7. Pada Masa Kanak-Kanak 56
8. Kunjungan ke Pesta Paskah. 63
9. Hari-hari Perjuangan 71
10. Suara di Padang Gurun 80
11. Yesus Dibaptiskan
92
12. Yesus Digoda 97
13. Kemenangan 108
14. "Kami Sudah Melihat Mesias" 115
15. Pada Pesta Pernikahan 127
16. Di Dalam Bait suci-Nya
137
17. Nikodemus 149
18. "Biarlah la Bertambah-tambah" 159
19. Di Sumur Yakub 164
20. "Jika Kamu Tidak Melihat Tanda-tanda dan Mukjizat,
Kamu Tidak Juga Percaya" 176
21.Betesda dan Sanhedrin 181
22. Pemenjaraan dan Kematian Yohanes 196
23. "Kerajaan Allah Sudah Dekat" 209
24. "Bukankah la Ini Anak Tukang Kayu?" 214
25. Panggilan di Tepi Pantai 223
26. Di Kapernaum
27. "Tuhan Dapat Mentahirkan Hamba" 240
28. Lewi—Matius 251
29. Hari Sabat 261
30. "Ditetapkan-Nya Dua Belas Orang" 270
31. Khotbah di Atas Bukit 278
32. Penghulu Laskar 294 33. Siapakah Saudara-saudaraku?300
34. Undangan 307
35. "Diam, Tenanglah" 312
36. Jamahan Iman 321
37. Para Evangelis yang Mula-mula 326
38. Marilah, Berhentilah Sebentar 337
39. "Berilah Mereka Makan" 343
40. Satu Malam di Laut 352
41. Krisis di Galilea
42. Tradisi
43. Penghalang Dirobohkan
44. Tanda yang Benar
45. Membayangkan Salib
46. Ia Dimuliakan
47. Pelayanan
48. Siapakah yang Terbesar?
49. Pada Hari Raya Pondok Daun-daunan
50. Di Antara Jerat-jerat
51. "Terang Hidup Itu"
52. Gembala Ilahi
53. Perjalanan Terakhir dari Galilea
54. Orang Samaria yang Baik
55. Bukan yang Tampak Secara Lahiriah
56. Memberkati Anak-anak
57. "Hanya Satu Kekuranganmu"
58. "Lazarus, Bangkitlah!"
59. Rencana Jahat Para Imam
60. Undang-undang Kerajaan yang Baru
61. Zakheus
62. Pesta di Rumah
Simon
63. "Rajamu Datang"
64. Suatu Bangsa yang Malang
65. Bait suci Dibersihkan Lagi
66. Pertentangan
67. Celaka Atas Orang Farisi
68. Di Halaman Luar
69. Di Bukit Zaitun
70. Seorang dari Saudara-Ku yang Paling Hina Ini
71. Seorang Hamba bagi Banyak Hamba
72. "Menjadi Suatu Peringatan akan Aku"
73. "Janganlah Gelisah Hatimu”
74. Getsemani
75. Di Hadapan Hanas di Istana Kayafas
76. Yudas
77. Dalam Ruang Pengadilan Pilatus
78. Golgota 79. "Sudah Genap"
80. Dalam Kubur Yusuf
81. "Tuhan Sudah Bangkit"
82. Mengapa Engkau Menangis?
83. Perjalanan ke Emaus
84. "Damai Sejahtera Bagimu"
85. Sekali Lagi di Tepi Laut
86. Jadikanlah Segala Bangsa Murid-Ku
87. Kepada Bapa-Ku dan Bapamu
Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu
kesukaan besar untuk
seluruh bangsa. Lukas 2:10 Pasal 1
ALLAH BESERTA KITA
MAKA Ia itu akan dinamai Imanuel, . . Allah beserta
kita."
"Terang pengetahuan kemuliaan Allah" nampak
"pada wajah Yesus Kristus." Sejak
masa kekekalan Tuhan Yesus Kristus satu dengan Bapa Ialah
"peta Allah," peta
kebesaran dan keagungan-Nya, "cahaya
kemuliaan-Nya." Untuk menyatakan kemuliaan
inilah Ia datang ke dunia kita ini. Ke bumi yang sudah
digelapkan oleh dosa ini Ia datang
untuk menyatakan terang kasih Allah, menjadi "Allah
beserta kita." Karena itulah maka
telah dinubuatkan tentang Dia, "Maka Ia itu akan
dinamai Imanuel."
Oleh datang tinggal bersama kita, Yesus harus menyatakan Allah baik kepada umat
manusia maupun kepada segala malaikat. Ialah Kalam Allah,-
buah pikiran Allah yang
dijadikan dapat didengar. Dalam doa-Nya untuk
murid-murid-Nya la berkata, "Aku sudah
memberi tahu Nama-Mu kepada mereka itu,"-"pengasih
dan penyayang, yang panjang
sabar lagi besar kemurahan-Nya dan
kebenaran-Nya,"supaya kasih yang seperti
engkau kasih akan Daku itu tetap di dalam mereka itu dan Aku
pun tetap di dalam
mereka itu juga." Tetapi bukannya untuk anak-anak-Nya
yang di dunia ini saja
pernyataan ini dikeluarkan. Dunia kita yang kecil ini adalah
buku pelajaran semesta
alam. Maksud anugerah Allah yang ajaib, rahasia kasih
penebusan, ialah pokok pikiran
yang "malaikat ingin hendak mengetahui." Dan yang
akan menjadi mata pelajaran
mereka sepanjang masa kekekalan. Baik umat tebusan maupun
makhluk-makhluk yang
tidak jatuh ke dalam dosa akan mendapat ilmu pengetahuan
serta nyanyian mereka itu
di salib Kristus. Akan tampaklah kelak bahwa kemuliaan yang
bersinar pada wajah
Yesus itu ialah kemuliaan kasih yang lahir dari pengorbanan
diri. Dalam terang yang dari
Golgota akan tampaklah kelak, bahwa hukum kasih yang lahir
dari penyangkalan diri
ialah hukum hidup untuk bumi dan surga: bahwa kasih yang
"tidak mencari keuntungan
dirinya saja" bersumber dalam hati Allah; dan bahwa
dalam diri Orang yang maha
lemah-lembut dan rendah hati itu ternyata tabiat Dia yang
bersemayam dalam terang,
yang tidak dapat dihampiri oleh seorang jua pun.
Pada mula pertama, Allah dinyatakan dalam segala
ciptaan-Nya, Kristuslah yang
membentangkan langit, dan yang meletakkan alasan bumi ini.
Tangan-Nyalah yang
menggantungkan segala dunia di angkasa, dan yang membentuk
segala bunga di
padang. Kodrat-Nya "menetapkan segala gunung."
"la yang empunya laut, karena telah
dijadikan-Nya." Mzm. 65:7; 95:5. Ialah yang mengisi
bumi ini dengan keindahan, dan
udara dengan nyanyian. Dan pada segala benda yang ada di
bumi, di udara, dan di
langit, Ia menuliskan kabar kasih Bapa.
Kini dosa sudah menodai benda-benda ciptaan Allah yang
sempurna itu, namun tulisan
tangan itu masih senantiasa ada. Sekarang ini pun semua
benda ciptaan itu masih
menunjukkan kemuliaan kebesaran-Nya. Suatu pun tiada,
kecuali hati manusia yang
mementingkan diri, yang hidup untuk kepentingannya sendiri belaka. Tidak seekor
burung yang terbang di udara, tidak seekor binatang yang
bergerak di atas tanah, yang
tidak mendatangkan kebahagiaan kepada sesuatu makhluk lain.
Tiada sehelai daun
yang di hutan, atau rumput yang biasa sekalipun, yang tidak
mempunyai peran. Tiap pohon, belukar dan daun menghamburkan anasir hayat, yang
tanpa itu baik manusia
maupun binatang tidak dapat hidup; sebaliknya manusia serta
binatang, melayani
kebutuhan hidup pohon, belukar dan daun itu pula. Bunga
bungaan menghamburkan
bau semerbak harum serta memamerkan keindahannya guna berkat
bagi dunia.
Matahari memancarkan cahayanya untuk menggembirakan ribuan
dunia. Lautan, yakni
sumber segala mata air kita itu, menerima semua air sungai
dari segenap negeri, tetapi
menerima untuk kemudian memberi. Kabut yang naik dari
permukaannya jatuh berupa
hujan lebat untuk membasahi bumi, agar dapat mengeluarkan
hasil.
Malaikat-malaikat kemuliaan mendapat kegembiraannya dalam
memberi, memberikan
kasih dan penjagaan yang tidak mengenal jerih lelah kepada
jiwa-jiwa yang telah jatuh
ke dalam dosa dan yang telah najis. Makhluk-makhluk semawi
membujuk hati manusia;
mereka itu membawa terang dari istana surga ke dunia yang
gelap-gulita ini; dengan
pelayanan yang lemah-lembut dan kesabaran, mereka
menggerakkan roh manusia,
untuk membawa yang telah sesat ke dalam persekutuan dengan
Kristus yang malah
lebih rapat lagi daripada yang mereka sendiri dapat tahu.
Tetapi beralih dari semua gambaran yang lebih kecil itu,
kita memandang Allah dalam
diri Yesus. Oleh
memandang kepada Yesus, kita melihat bahwa memberi itu adalah
kemuliaan Allah kita. "Aku tidak berbuat apa-apa dari
diri-Ku sendiri," kata Yesus;
"Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku
hidup oleh Bapa." "Aku ini tidak
menuntut kemuliaan bagi diri-Ku sendiri," melainkan
kemuliaan bagi Dia yang menyuruh
Aku. Yoh. 8:28; 6:57; 8:50, 7:18. Dalam perkataan ini
dikemukakan asas utama yang
menjadi hukum hidup bagi semesta alam. Segala sesuatu
diterima Kristus dari Allah
tetapi Ia menerima untuk kemudian memberi. Demikianlah di
istana surga, dalam
pelayanan-Nya kepada semua makhluk; oleh Putra yang kekasih
itu, hidup Bapa
mengalir kepada sekaliannya; melalui Putra itu, hidup
tersebut kembali pula dalam rupa
puji-pujian dan pelayanan gembira, gelombang kasih yang
meluap-luap, kepada Sumber
besar dari semuanya. Dengan demikian melalui Kristus
lengkaplah peredaran segala
kebajikan yang membayangkan sifat Penganugerah besar itu,
yang mana ialah hukum
hidup.
Justru di surga hukum ini telah dilanggar. Dosa berasal
dalam sifat mementingkan diri.
Bintang Kejora, kerubium yang menaungi itu, ingin menjadi
kepala di surga. Ia berusaha
hendak menguasai seluruh makhluk yang di surga, menjauhkan
mereka itu dari
Khaliknya, dan mendapat penghormatan mereka itu kepada
dirinya sendiri. Sebab itu ia
telah melukiskan tentang Allah, dengan mengatakan bahwa
Allah sungguh gemar
meninggikan diri. Ia berusaha mengenakan ciri-ciri tabiatnya
sendiri yang jahat itu
kepada Khalik yang penuh kasih sayang. Demikianlah ia
memperdaya
malaikat-malaikat. Demikianlah pula ia memperdaya manusia.
Disesatkannya mereka
supaya meragukan sabda Allah dan jangan percaya akan
kebaikan-Nya. Sebab Allah
mahaadil dan mahabesar, Setan mengusahakan agar mereka
memandang kepada-Nya
sebagai Allah yang bengis dan tidak mengenal ampun.
Demikianlah diajaknya manusia
menggabungkan diri dengan dia dalam pemberontakan melawan
Allah, kemudian
malam malapetaka pun meliputi dunia ini.
Bumi gelap oleh salah pengertian akan Allah. Supaya
bayang-bayang yang gelap itu
dapat diterangi, supaya dunia dapat dibawa kembali ke
pangkuan Allah, kuasa penipuan
Setan harus dihancurkan. Ini tidak dapat dilakukan dengan
kekerasan. Penggunaan
kekerasan bertentangan dengan asas-asas pemerintahan Allah;
Ia menghendaki hanya pelayanan kasih; dan kasih tidak dapat dipaksakan; kasih
tidak dapat diperoleh dengan
kekerasan atau kekuasaan. Hanyalah kasih yang dapat
menggugah kasih itu. Mengenal
Allah berarti mengasihi-Nya; tabiat-Nya wajiblah dinyatakan
supaya besar bedanya
dengan tabiat Setan. Pekerjaan ini dapat dilakukan hanya
oleh satu Oknum di semesta
alam ini. Hanya Dia yang mengetahui tinggi serta dalamnya
kasih Allah itu yang dapat
menunjukkannya. Dalam malam gelap-gulita dunia, Matahari
Kebenaran wajib terbit
"dengan kesembuhan di bawah kepak-Nya."
Rencana penebusan kita bukanlah suatu buah pikiran yang
lahir belakangan, suatu
rencana yang dirumuskan sesudah Adam berdosa. Rencana
tersebut adalah kenyataan
"sesuai dengan kenyataan rahasia, yang didiamkannya
berabad-abad lamanya." Rm.
16:25. Itulah uraian asas-asas yang telah merupakan dasar
singgasana Allah sejak
zaman abadi. Sejak mula pertama, Allah dan Kristus sudah
mengetahui kemurtadan
Setan, dan kejatuhan manusia oleh kuasa tipu-daya pendurhaka
itu. Allah tidak
merencanakan supaya dosa ada, tetapi melihatnya lebih dulu
jauh sebelum dosa itu
lahir, lalu mengadakan persiapan guna menghadapi peristiwa
yang mengerikan itu.
Sungguh besar kasih-Nya bagi dunia ini sehingga
dijanjikan-Nya memberikan Anak-Nya
yang tunggal, "supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal." Yoh. 3:16.
Bintang Timur telah berkata, "Aku hendak naik ke
langit, aku hendak mendirikan
takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah; . . . hendak
menyamai Yang Mahatinggi!"
Yes. 14:13, 14. Tetapi Kristus "yang walaupun dalam
rupa Allah, tidak menganggap
kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah
mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang
hamba, dan menjadi
sama dengan manusia." Flp. 2:6, 7.
Inilah suatu pengorbanan suka-rela. Yesus sebenarnya boleh
tetap tinggal di sisi Bapa.
Ia sebenarnya boleh tetap memiliki kemuliaan surga, dan
mendapat penghormatan
segala malaikat. Tetapi la memilih menyerahkan kembali tongkat
kerajaan itu ke tangan
Bapa, dan turun dari takhta kerajaan alam semesta, supaya Ia
dapat membawa terang
kepada mereka yang di dalam kegelapan, serta hidup kepada
mereka yang nyaris
binasa.
Hampir dua ribu tahun yang lampau, terdengarlah suatu suara
mengandung arti rahasia
di surga dari takhta Allah, "Bahwasanya Aku ini
datang." "Korban sembelihan dan
persembahan tidak Engkau kehendaki, melainkan telah Kau
sediakan tubuh itu
bagi-Ku.... Bahwasanya Aku ini datang (dalam gulungan
Alkitab tersuratlah akan
hal-Ku,) akan membuat kehendak-Mu, ya Allah." Dalam
kata-kata ini diumumkan
pelaksanaan maksud yang telah dirahasiakan sejak zaman yang
kekal. Kristus sudah
hampir akan mengunjungi dunia kita ini, dan menjelma menjadi
manusia. Firman-Nya,
"Telah Kau sediakan
tubuh itu bagi-Ku." Sekiranya Ia datang dengan kemuliaan yang
ada pada-Nya bersama dengan Bapa sebelum dunia ada, maka
kita tidak akan tahan
melihat cahaya hadirat-Nya. Supaya kita dapat melihat-Nya
dan tidak menjadi binasa,
kehebatan kemuliaan-Nya diselubungi. Keilahian-Nya
diselubungi dengan kemanusiaan,
kemuliaan yang tidak kelihatan dalam tubuh manusia yang
kelihatan.
Maksud besar ini telah dibayangkan selanjutnya dalam
bayangan dan lambang. Belukar
yang bernyala-nyala, yang dalamnya Kristus menampakkan diri
kepada Musa,
menyatakan Allah. Lambang yang digunakan untuk membayangkan
kepribadian Ilahi itu
adalah sebuah belukar yang sederhana, yang nampaknya tiada
mengandung penarikan. Belukar itu menjadi lambang Ilahi. Allah Yang Mahamurah
itu menyelubungi
kemuliaan-Nya dalam sebuah lambang yang paling sederhana,
supaya Musa dapat
melihatnya dan tetap hidup. Demikianlah dalam tiang awan
pada siang hari dan dalam
tiang api pada malam hari, Allah mengadakan hubungan dengan
Israel, menyatakan
kehendak-Nya kepada manusia, serta mengaruniakan rahmat-Nya
kepada mereka.
Kemuliaan Allah dikurangi, serta kebesaran-Nya diselubungi
supaya mata manusia yang
lemah itu dapat melihatnya. Demikianlah Kristus harus datang
dalam tubuh seperti
"tubuh kita yang hina ini," "dalam rupa
manusia." Di mata dunia Ia tidak mempunyai
kecantikan sehingga mereka harus menyukai Dia; namun Ialah
Allah yang telah
menjelma, terang surga dan bumi. Kemuliaan-Nya diselubungi,
kebesaran serta
kekuasaan-Nya disembunyikan, supaya la dapat merapatkan diri
kepada manusia yang
berduka-cita dan tergoda.
Allah memberikan perintah kepada Musa bagi Israel, "Dan
mereka harus membuat
tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah
mereka," (Kel. 25:8),
dan la bersemayam dalam bait suci itu, di antara umat-Nya.
Selama pengembaraan
mereka yang memenatkan di padang belantara itu, lambang
hadirat-Nya menyertai
mereka. Demikianlah Kristus mendirikan bait suci-Nya di
antara tempat kediaman
manusia. Didirikan-Nya kemah-Nya di samping kemah-kemah
manusia, supaya Ia dapat
diam di antara kita, dan membuat kita tahu benar tabiat
serta hidup-Nya yang Ilahi.
"Maka Kalam itu telah menjadi daging dan duduk di
antara kami (maka telah kami
melihat kemuliaan-Nya, suatu kemuliaan seperti Anak Tunggal
Bapa) penuhlah la
dengan karunia dan kebenaran."
Karena Yesus datang untuk tinggal dengan kita di dunia ini,
kita tahu bahwa Tuhan
telah maklum akan segala kesukaran kita, dan turut merasa
segenap kesusahan kita.
Setiap anak Adam baik pria maupun wanita dapat mengerti
bahwa Khalik kita itu adalah
sahabat orang-orang berdosa. Karena dalam setiap doktrin
anugerah, setiap janji
kegirangan, setiap perbuatan kasih, setiap penarikan Ilahi
yang ditunjukkan dalam hidup
Juruselamat tatkala di bumi ini, nampak oleh kita
"Allah beserta kita."
Setan menunjukkan hukum kasih Allah sebagai hukum yang
berdasarkan sifat
mementingkan diri. Ia menyatakan bahwa sungguh mustahil bagi
kita menurut segala
ajarannya. Kejatuhan nenek moyang kita yang pertama, bersama
segala malapetaka
yang telah timbul, dituduhkannya ke atas Khalik, menyebabkan
manusia memandang
Allah sebagai sumber dosa, penderitaan, dan maut. Yesus
harus menyingkap tabir
penipuan ini. Selaku seorang dari antara kita Ia harus
memberikan sebuah contoh
penurutan. Untuk maksud ini la mengenakan sifat-sifat kita,
dan merasai segala
pengalaman kita. "Haruslah Ia menjadi sama dengan
segala saudara dalam segala
perkara." Kalau kita harus menanggung sesuatu yang
tidak ditanggung oleh Yesus,
maka dalam hal ini Setan akan mengatakan bahwa kuasa Allah
tidak cukup bagi kita.
Karena itu Yesus telah "digoda dalam segala perkara,
sama seperti kita juga."
Ditanggung-Nya segala ujian yang kita juga derita. Tidak
pernah la menggunakan
sesuatu kuasa apa pun untuk kepentingan diri-Nya sendiri,
yang tak dikaruniakan
kepada kita dengan leluasa. Selaku seorang manusia Ia
menghadapi penggodaan, dan
mengalahkannya dengan tenaga yang dikaruniakan Allah
kepada-Nya. Sabda-Nya,
"Aku gemar melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku, dan
hukum-Mu adalah di dalam
dada-Ku." Sementara Ia berjalan keliling berbuat baik,
dan menyembuhkan semua
orang yang dianiaya Setan, Ia menjelaskan kepada umat
manusia keadaan hukum Allah dan sifat pekerjaan-Nya. Hidup-Nya menyaksikan
bahwa mungkinlah bagi kita juga
untuk menurut hukum Allah.
Dengan kemanusiaan-Nya, Kristus menjamah manusia; dengan
Keilahian-Nya Ia
berpegang pada takhta Allah. Selaku Anak manusia, Ia memberi
kepada kita satu
teladan penurutan; selaku Putra Allah, la memberikan kepada
kita kuasa untuk menurut.
Kristuslah yang dari belukar di Bukit Horeb dulu berfirman
kepada Musa begini, "AKU
ADA, YANG AKU ADA. Demikian hendaklah kaukatakan kepada bani
Israel: Bahwa
AKU ADA menyuruh aku kepada kamu." Inilah ikrar aksi
pembebasan bani Israel. Maka
ketika Ia datang
dalam keadaan yang "sama dengan manusia, la menyatakan diri-Nya
sebagai AKU ADA Anak Betlehem, Juruselamat yang lemah-lembut
dan rendah hati itu,
ialah Allah yang "dinyatakan dalam daging." Dan
kepada kita Ia bersabda, "'AKULAH
Gembala yang Baik.' 'AKU inilah Roti Hidup.' 'AKU inilah
Jalan, dan Kebenaran, dan
Hidup.' 'Segala kuasa telah dikaruniakan kepada-Ku, baik di
langit, baik di atas bumi',
'AKULAH jaminan segala janji.' 'AKU ADA; jangan
takut.'" "Allah adalah dengan kita"
ialah jaminan kelepasan kita dan dosa, jaminan tenaga kita
untuk menurut hukum surga.
Dalam merendahkan diri untuk mengenakan tubuh kemanusiaan
pada diri-Nya, Kristus
menyatakan suatu tabiat yang berlawanan dengan tabiat Setan.
Tetapi Ia turun lebih
rendah lagi di jalan kehinaan. "Dan dalam keadaan
sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai
mati di kayu salib." Flp. 2:8.
Sebagaimana imam besar menanggalkan jubah-jubah
keimamatannya yang serba
indah, dan bekerja dengan memakai jubah putih imam yang
biasa, demikian juga Kristus
mengambil rupa seorang pelayan, dan mempersembahkan korban,
Dia sendiri
imamnya, Dia sendiri pula korbannya. "Tetapi Dia
tertikam oleh karena pemberontakan
kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita;
ganjaran yang mendatangkan
keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh
bilur-bilurnya kita menjadi
sembuh." Yes. 53:5.
Kristus diperlakukan sebagaimana kita layak diperlakukan,
supaya kita dapat
diperlakukan sebagaimana la layak diperlakukan. Ia dihinakan
karena segala dosa kita,
yang dalamnya Ia tidak terlibat, supaya kita dapat
dibenarkan oleh kebenaran-Nya yang
dalamnya kita tidak mempunyai hak apa-apa. Ia menderita
kematian yang kita punya,
supaya kita mendapat hidup yang Dia punya. "Oleh segala
bilur-Nya kita pun
disembuhkan."
Oleh kehidupan dan kematian-Nya, Kristus telah memperoleh
jauh melebihi pemulihan
dari kebinasaan yang terjadi oleh dosa. Adalah maksud Setan
untuk mengadakan
perpisahan yang kekal antara Allah dan umat manusia; tetapi
dalam Kristus, kita
dihubungkan lebih rapat lagi dengan Allah daripada sekiranya
kita tidak pernah berdosa.
Dalam mengambil sifat-sifat kita, Juruselamat telah
mengikatkan diri-Nya kepada
manusia dengan ikatan kasih yang tidak pernah akan putus.
Sepanjang zaman yang
kekal Ia dihubungkan dengan kita. "Karena begitu
besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal."
Yoh. 3:16. Ia mengaruniakan
Dia bukan saja untuk memikul dosa-dosa kita belaka, dan mati
sebagai korban kita; la
menyerahkan Dia kepada umat yang telah berdosa. Untuk
memberi kita kepastian
tentang bicara perdamaian-Nya yang tidak terubah itu, Allah
mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal itu untuk menjadi anggota keluarga umat
manusia, untuk selama-lamanya
memiliki sifat kemanusiaan-Nya. Inilah ikrar yang
menunjukkan bahwa Allah pasti akan
menepati janji-Nya. "Seorang kanak-kanak sudah jadi
bagi kita, seorang anak laki-laki sudah dikaruniakan kepada kita; bahwa
pemerintahan ada di atas bahu-Nya." Allah
telah memakai sifat kemanusiaan dalam diri Anak-Nya, dan
telah membawanya ke
langit yang tertinggi. "Anak manusia" itulah yang
juga turut bersemayam di takhta alam
semesta. "Anak manusia" itulah yang nama-Nya akan
disebut, " namanya disebutkan
orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal,
Raja Damai." AKU ADA
itulah Pengantara
antara Allah dan manusia, yang meletakkan tangan-Nya atas
keduanya. Ia yang "saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang
terpisah dari orang-orang
berdosa" itu, tidak merasa malu untuk menyebut kita
saudara. lbr.7:26; 2:11. Dalam
Kristus keluarga yang
di bumi dan yang di surga dipersatukan. Kristus yang
dipermuliakan itu adalah saudara kita. Surga dikandung-puja
dalam dada manusia, dan
manusia dirangkul mesra dalam dada Kasih Yang Tidak Terduga
Mengenai umat-Nya Allah berfirman, "Beberapa tiang batu
yang berkarang akan
didirikan seperti panji-panji pada tanahnya. Hai betapa
besar kemuliaan-Nya! Hai betapa
besar keelokannya!" Kemuliaan umat tebusan akan menjadi
sebuah kesaksian yang
kekal bagi belas kasihan Allah. "Pada segala zaman yang
akan datang kelak," la akan
menunjukkan "kekayaan karunia-Nya yang amat limpah itu
oleh kemurahan-Nya atas
kita dalam Yesus Kristus." "Supaya sekarang oleh
jemaat diberitahukan pelbagai ragam
hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan
penguasa-penguasa di surga, sesuai
dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita."
Efesus 3:7; 3:10, 11.
Oleh pekerjaan tebusan Kristus, pemerintahan Allah
dibenarkan. Yang Mahakuasa itu
dinyatakan sebagai Allah kasih. Segala tuduhan Setan
terbukti salah dan tabiatnya
dinyatakan. Pemberontakan tidak akan dapat timbul lagi. Dosa
bahkan tidak dapat
memasuki lagi alam semesta. Sepanjang zaman yang kekal semua
orang akan
terhindar dari bencana kemurtadan. Oleh pengorbanan diri
sendiri yang lahir dari kasih,
penduduk bumi dan surga terikat kepada Khaliknya dalam
ikatan-ikatan persekutuan
yang tidak dapat terurai lagi.
Pekerjaan tebusan akan sempurna. Di tempat dosa merajalela
dulu rahmat Allah akan
lebih berkelimpahan lagi. Bumi sendiri, justru ladang yang
dikatakan Setan sebagai hak
miliknya itu, bukan hanya akan ditebus tetapi juga
dimuliakan. Dunia kita yang kecil ini,
yang akibat laknat dosa merupakan satu-satunya noda hitam
dalam semesta alam
ciptaan-Nya yang mulia itu, akan dihormati melebihi segala
dunia lain yang ada di
semesta alam Allah. Di sinilah tempat Anak Allah telah
tinggal di antara manusia tempat
Raja Kemuliaan hidup, menderita dan mati, di sinilah apabila
Ia memperbarui segala
sesuatu kelak, bait Allah akan ada di antara manusia "dan
Tuhan pun akan duduk
dengan mereka itu, dan mereka itu akan menjadi umat-Nya dan
Allah sendiri akan serta
dengan mereka itu dan menjadi Allah-Nya." Maka
sepanjang zaman yang kekal
sementara orang-orang tebusan berjalan dalam cahaya Tuhan
kelak, mereka akan
memuji-muji Dia karena Karunia-Nya yang tidak dapat
diungkapkan dengan kata-kata
itu, Imanuel, "Allah beserta kita." Pasal 2
UMAT PILIHAN
LEBIH seribu tahun lamanya bangsa Yahudi telah menantikan
kedatangan Juruselamat.
Atas peristiwa ini mereka telah meletakkan harapan-harapan
mereka yang paling
gemilang. Dalam nyanyian dan nubuatan, dalam upacara bait
suci dan perbaktian di
rumah tangga, mereka telah memuja-muja nama-Nya. Namun pada
kedatangan-Nya,
mereka tidak mengenal Dia. Buah Hati surga itu bagi mereka
adalah "seperti suatu akar
daripada tanah yang kering;" pada-Nya tidak ada
"barang keelokan atau kemuliaan;"
dan mereka itu tidak melihat dalam diri-Nya kecantikan rupa
sehingga mereka harus
merindukan Dia. "Telah la datang kepada milik-Nya,
tetapi orang milik-Nya tidak
menerima Dia."
Namun demikian Allah telah memilih Israel, la telah
memanggil mereka untuk
memelihara di antara manusia pengetahuan tentang hukum-Nya,
dan tentang
lambang-lambang dan nubuatan-nubuatan yang menunjuk kepada
Juruselamat. Ia
menghendaki agar
mereka menjadi mata air keselamatan bagi dunia. Sebagaimana
Abraham di negeri pengembaraannya, sebagaimana Yusuf di
Mesir, dan Daniel di istana
Babel, demikian juga seharusnya orang Ibrani di antara
segala bangsa. Mereka harus
menyatakan Allah kepada umat manusia.
Dalam panggilan kepada Abraham Tuhan telah berfirman,
"Aku akan memberkati
engkau . . . maka hendaklah engkau menjadi suatu berkat, . .
. maka dari dalammu juga
segala bangsa yang di atas bumi akan beroleh berkat."
Ajaran yang sama telah
diulang-ulangi dengan perantaraan nabi-nabi. Sekalipun
sesudah Israel dilemahkan oleh
peperangan dan perhambaan, masih juga janji itu milik
mereka, "Maka sisa-sisa Yakub
akan ada di tengah-tengah
banyak bangsa seperti embun dari pada Tuhan seperti
dirus hujan ke atas tumbuh-tumbuhan yang tidak
menanti-nantikan orang dan tidak
mengharap-harapkan anak manusia." Mikha 5:6. Mengenai
bait suci yang di Yerusalem,
Tuhan menegaskan dengan perantaraan Yesaya, "Rumah-Ku
akan disebut rumah doa
bagi segala bangsa." Yes. 56:7.
Tetapi bangsa Israel menetapkan harapan mereka pada
kebesaran duniawi. Sejak
mereka masuk ke negeri Kanaan, mereka telah menyimpang dari
hukum-hukum Allah,
lalu mengikut jalan-jalan bangsa-bangsa kafir. Sia-sialah
Allah mengirim amaran kepada
mereka dengan perantaraan nabi-nabi-Nya. Sia-sialah mereka
menderita kesengsaraan
dari penindasan bangsa-bangsa kafir. Setiap reformasi
disusul oleh kemurtadan yang
lebih besar.
Sekiranya Israel sudah setia kepada Allah, la niscaya sudah
akan dapat melaksanakan
maksud-Nya oleh kehormatan dan kemuliaan mereka. Sekiranya
mereka sudah berjalan
pada jalan-jalan penurutan, la niscaya sudah akan mengangkat
mereka "di atas segala
bangsa yang telah dijadikan-Nya" dalam pujian, dalam
nama, dan dalam kehormatan.
"Segala bangsa yang di dalam dunia," kata Musa,
"akan melihat bahwa nama Tuhan
telah disebut atasmu, dan mereka akan takut kepadamu."
"Waktu mendengar segala
ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini
adalah umat yang bijaksana
dan berakal budi." Ul. 26:19; 28: 10; 4:6. Tetapi
karena mereka tidak setia, maka
maksud Allah dapat dilaksanakan hanya dengan kesusahan dan
kehinaan yang tiada
habis-habisnya. Mereka terpaksa tunduk ke bawah kekuasaan
Babel, dan tercerai-berai di seluruh
negeri bangsa-bangsa kafir. Dalam kesengsaraan banyak yang
memperbarui kesetiaan
mereka kepada perjanjian-Nya. Sementara menggantungkan
kecapi mereka pada
pokok-pokok gandarusa, serta meratapi bait suci kudus yang
telah rusak binasa, cahaya
kebenaran pun bersinarlah melalui mereka, dan pengetahuan
tentang Allah tersebar di
kalangan bangsa-bangsa. Cara-cara bangsa kafir
mempersembahkan korban
merupakan pemutarbalikan cara yang telah ditentukan Allah;
maka banyak pengikut
upacara-upacara kafir yang bersungguh-sungguh, mempelajari
dari bangsa Ibrani arti
upacara yang telah ditentukan Ilahi itu, lalu ingin percaya
memegang teguh janji tentang
seorang Penebus.
Banyak orang buangan itu menderita aniaya. Tidak sedikit
yang kehilangan nyawanya
sebab mereka tidak mau melanggar Sabat dan mengikuti pesta-pesta kekafiran.
Sementara penyembah-penyembah berhala bangkit untuk
menghancurkan kebenaran,
Tuhan membawa hamba-hamba-Nya berhadapan muka dengan muka
dengan raja-raja
dan penghulu-penghulu supaya mereka itu dan bangsanya dapat
menerima terang.
Berkali-kali raja-raja yang paling besar dipimpin untuk
mengakui kebesaran Allah yang
disembah oleh orang-orang tawanan bangsa Ibrani itu.
Oleh tawanan Babel orang-orang Israel sudah betul-betul
bertobat dari penyembahan
patung-patung ukiran. Sepanjang abad-abad yang berikut,
mereka menderita akibat
penindasan musuh-musuh kafir, hingga mereka menyadari
benar-benar bahwa
kesejahteraan mereka bergantung kepada penurutan mereka pada
hukum Allah. Tetapi
di pihak sebagian besar dari bangsa itu, penurutan itu tidak
didorong oleh kasih.
Pendorong hatinya bersifat mementingkan diri. Mereka beramal
secara lahir kepada
Allah sebagai alat untuk mencapai kebesaran nasional. Mereka
bukannya menjadi
terang dunia, melainkan mengasingkan diri dari dunia supaya
terlepas dari pencobaan
kepada penyembahan berhala. Dalam petunjuk yang diberikan
melalui Musa, Allah telah
mengadakan larangan-larangan dalam pergaulan mereka dengan
para penyembah
berhala; tetapi ajaran ini telah ditafsirkan salah.
Petunjuk-petunjuk itu sebetulnya
dimaksudkan untuk mencegah mereka daripada meniru segala
kebiasaan orang-orang
kafir. Tetapi hal itu telah dipakai untuk membangun sebuah
tembok pemisah antara
Israel dan segala bangsa lain. Bangsa Yahudi memandang
Yerusalem sebagai surga
mereka, dan mereka itu sebenarnya merasa cemburu kalau-kalau
Tuhan menunjukkan
kemurahan kepada bangsa-bangsa kafir.
Setelah pulang dari Babel, besarlah perhatian yang
dicurahkan pada pendidikan agama.
Di seluruh negeri, banyak rumah sembahyang dibangun di mana
Taurat ditafsirkan oleh
imam-imam dan ahli-ahli Taurat. Dan sekolah-sekolah
didirikan, yang di samping
mengajarkan bermacam-macam seni dan ilmu pengetahuan,
mengaku mengajarkan
asas-asas kebenaran. Tetapi semua alat ini menjadi korup.
Selama dalam tawanan,
banyak dari antara bangsa itu sudah menerima
pendapat-pendapat serta adat-adat
kekafiran, dan semuanya ini dimasukkan ke dalam upacara
keagamaan mereka. Dalam
banyak hal mereka meniru kebiasaan-kebiasaan para penyembah
berhala.
Karena menyimpang daripada Allah, orang-orang Yahudi pun
lupalah pada umumnya
akan ajaran upacara korban-korban. Upacara itu telah disusun
oleh Kristus sendiri.
Dalam tiap bagian, upacara itu melambangkan diri-Nya
sendiri; dan hal itu penuh kuasa
hidup dan keindahan rohani. Tetapi orang-orang Yahudi telah
kehilangan hidup rohani
itu dari upacara-upacara mereka itu, dan telah bergantung
pada berhala-berhala yang kaku. Mereka percaya pada segala korban dan upacara
itu sendiri gantinya
menyandarkan diri pada Dia, yang kepada-Nya segala korban
dan upacara tersebut
menunjuk. Untuk memenuhi tempat perkara yang telah mereka
kehilangan itu,
imam-imam serta rabi-rabi memperbanyak tuntutan-tuntutan
ciptaan mereka sendiri; dan
semakin tuntutan-tuntutan itu bertambah keras, semakin
berkuranglah kasih Allah
dinyatakan. Mereka mengukur kesucian mereka oleh
upacara-upacara mereka yang
tidak terkira banyaknya, sedangkan hati mereka penuh
kesombongan dan kemunafikan.
Dengan segenap perintah mereka yang rumit dan berat itu,
sungguh mustahillah untuk
memelihara hukum. Orang-orang yang ingin berbakti kepada
Allah dan yang mencoba
menurut ajaran rabi-rabi, bekerja keras di bawah sebuah
beban yang berat. Mereka
tidak dapat beroleh perhentian dari tuduhan-tuduhan
angan-angan hati yang risau.
Demikianlah Setan bekerja untuk melemahkan semangat bangsa
itu, untuk
merendahkan pendapat mereka mengenai tabiat Allah, dan untuk
membawa iman
orang-orang Israel ke dalam kehinaan. Ia berharap hendak
membuktikan ucapan yang
dikeluarkannya waktu ia memberontak di surga dulu,-bahwa tuntutan-tuntutan Allah
tidak adil, dan tidak dapat diturut. Sekalipun Israel,
katanya, tidak memelihara hukum.
Sementara bangsa Yahudi merindukan kedatangan Mesias, mereka
tidak mempunyai
pengertian yang benar tentang pekerjaan-Nya. Mereka bukannya
mencari penebusan
dari dosa, melainkan kebebasan dari bangsa Romawi. Mereka
mengharap Mesias
datang selaku seorang penguasa perang, untuk menghancurkan
kekuasaan penindas,
dan mengangkat Israel menjadi pemerintah seluruh dunia.
Demikianlah jalan disediakan
bagi mereka itu untuk menolak Juruselamat.
Pada waktu Kristus lahir bangsa itu merasa muak di bawah
pemerintahan
penjajah-penjajah asing, dan menderita sakit dengan
pertikaian-pertikaian antara
mereka sendiri. Orang Yahudi selama ini diizinkan
menjalankan satu bentuk
pemerintahan tersendiri; tetapi tiadalah barang suatu pun
yang dapat menyamarkan
kenyataan bahwa mereka itu berada di bawah kuk bangsa
Romawi, atau
menyenangkan hati mereka kepada batas-batas kuasa mereka
itu. Bangsa Romawi
mengaku berhak mengangkat atau membebaskan imam besar, dan
kedudukan itu
acapkali diperoleh dengan jalan kecurangan, penyogokan, dan
bahkan pembunuhan.
Demikianlah keimamatan itu makin lama makin bertambah korup.
Namun imam-imam
masih senantiasa
memiliki kuasa besar, dan mereka menggunakan kuasa tersebut
untuk mencari keuntungan dan laba diri sendiri. Orang banyak
menderita di bawah
tuntutan-tuntutan mereka yang tidak kenal belas kasihan, dan
juga dipaksa membayar
pajak yang berat oleh bangsa Romawi. Keadaan ini menimbulkan
perasaan tidak puas
di segala tempat. Pemberontakan rakyat jelata sering
terjadi. Kegelojohan serta
kekerasan, curiga dan sikap masa bodoh terhadap kerohanian,
merongrong jantung
bangsa itu. Kebencian terhadap orang Romawi, kesombongan
kebangsaan dan
kerohanian, menyebabkan bangsa Yahudi lebih lagi berpegang
teguh pada
upacara-upacara perbaktian mereka. Para imam berusaha
menjaga nama baik demi
kekudusan oleh perhatian yang amat teliti terhadap
upacara-upacara keagamaan.
Orang banyak, dalam kegelapan dan penindasan yang menimpa
mereka, dan
penghulu-penghulu yang haus akan kekuasaan, merindukan
kedatangan Dia yang akan
menaklukkan musuh-musuh mereka, serta mengembalikan kerajaan
itu kepada Israel.
Mereka telah mempelajari segala nubuatan, tetapi tanpa
pengertian rohani. Demikianlah
mereka melampaui saja segala nubuatan yang menunjuk kepada
kehinaan kedatangan Kristus yang pertama kali, dan salah mengartikan
nubuatan-nubuatan yang berbicara
tentang kemuliaan kedatangan-Nya yang kedua kali.
Kecongkakan mengaburkan
pandangan mata mereka. Mereka menafsirkan nubuatan sesuai
dengan
keinginan-keinginan hati mereka yang mementingkan diri itu.
Pasal 3
"SUDAH GENAP MASANYA"
"SERTA sudah genap masanya disuruh Allah akan Anak-Nya,
. . . supaya ditebus-Nya
segala orang yang di bawah Taurat, dan supaya kita pun
beroleh hak anak-anak
angkat."
Kedatangan Juruselamat telah dinubuatkan di Eden. Ketika
Adam dan Hawa pertama
kali mendengar janji itu, mereka sangat mengharapkan
kegenapannya yang segera.
Mereka menyambut anak sulung mereka dengan segala sukacita,
mengharap bahwa
mungkin dialah Pelepas
itu. Tetapi kegenapan janji itu bertangguh. Orang-orang yang
mula-mula menerimanya, meninggal dunia dengan tidak melihat
kegenapan janji
tersebut. Sejak zaman Henokh janji itu diulang-ulangi dengan
perantaraan nenek
moyang dan nabi-nabi, hal mana selalu menghidupkan harapan
akan kedatangan-Nya,
namun Ia tidak kunjung datang. Nubuatan Daniel menyatakan
waktu kedatangan-Nya,
tetapi tidak semua orang menafsirkan kabar itu dengan benar.
Abad demi abad lalu dan
lenyap; suara nabi-nabi berhenti. Tangan penindas menekan berat atas Israel, dan
banyak orang yang sudah bersedia mengatakan, "Lagi
beberapa hari lamanya maka
segala wahyu akan hilang."
Tetapi seperti bintang-bintang yang beredar di angkasa luas
lepas menuruti
peredarannya masing-masing, demikianlah maksud-maksud Allah
tidak pernah
mengenal gesa atau kelambatan. Dengan lambang-lambang
kegelapan besar dan dapur
api yang penuh asap, Allah telah menyatakan kepada Abraham
perhambaan Israel di
Mesir, dan telah menegaskan bahwa masa penumpangan mereka
harus penuh empat
ratus tahun lamanya. "Kemudian daripada itu," Ia
berfirman, "mereka itu akan keluar
dengan membawa harta amat banyak." Terhadap firman
tersebut, segenap kuasa
kerajaan Firaun yang megah itu berjuang dengan sia-sia. Pada
"hari itu juga"
sebagaimana yang
telah ditentukan oleh janji Ilahi, "keluarlah segala tentara umat
Tuhan dari negeri Mesir." Demikianlah dalam musyawarah
di surga jam kedatangan
Kristus sudah ditentukan. Manakala jarum lonceng masa
menunjuk kepada waktu
tersebut, Yesus pun lahirlah di Betlehem.
"Serta sudah genap masanya disuruh Allah akan
Anak-Nya." Allah telah menuntun
segala gerakan bangsa-bangsa dan arus pendorong hati serta
pengaruh umat manusia,
hingga dunia sedia menyambut kedatangan Pelepas itu.
Bangsa-bangsa bersatu di
bawah satu pemerintahan. Satu bahasa umum digunakan, yang di
mana-mana terkenal
sebagai bahasa kesusastraan. Dari semua negeri orang-orang
Yahudi yang
tercerai-berai pergi berhimpun ke Yerusalem untuk menghadiri
pesta-pesta tahunan.
Ketika mereka ini pulang ke tempat mereka masing-masing,
mereka dapat menyiarkan
ke seluruh dunia berita tentang kedatangan Mesias.
Pada waktu ini sistem agama kekafiran sudah kehilangan
pegangannya di antara orang
banyak. Orang sudah bosan dengan pertunjukan-pertunjukan
ajaib dan
dongeng-dongeng. Mereka merindukan suatu agama yang dapat
memuaskan hati.
Sementara terang kebenaran nampak sudah seolah-olah hilang
lenyap dari antara
manusia, adalah jiwa-jiwa yang mencari terang, dan yang
penuh kebingungan dan
dukacita. Mereka merasa haus
akan pengetahuan tentang Allah yang hidup akan
sesuatu jaminan hidup di seberang kubur. Karena bangsa
Yahudi telah meninggalkan Allah, iman sudah makin pudar, dan
pengharapan telah hampir berhenti menerangi hari kemudian.
Perkataan nabi-nabi tidak
dimengerti. Bagi khalayak ramai, kematian adalah suatu
rahasia yang mengerikan; di
seberang kematian itu tidak ada kepastian, hanya kegelapan
belaka. Bukan saja ratap
tangis ibu-ibu Betlehem, tetapi juga jeritan hati manusia
umumnya, yang telah
dibebankan kepada nabi melalui segala abad, suara yang
terdengar di Rama, "ratap dan
tangis dan raung yang amat besar, yaitu Rahel menangisi
anak-anaknya, maka
engganlah ia dihiburkan, sebab anak-anaknya tiada
lagi." "Di tanah bayang-bayang
kematian," manusia duduk dengan tiada terhiburkan.
Dengan mata yang rindu mereka
menantikan-nanti kedatangan Pelepas itu, bila kegelapan akan
dilenyapkan, dan
rahasia hari kemudian kelak dijelaskan.
Di luar bangsa Yahudi adalah orang-orang yang meramalkan
datangnya seorang guru
Ilahi. Orang-orang ini mencari kebenaran, dan kepada mereka
itu Roh ilham
dikaruniakan. Seorang demi seorang, laksana bintang-bintang
di langit yang
gelap-gulita, guru-guru serupa itu telan muncul. Perkataan
nubuatan mereka telah
menghidupkan harapan dalam hati ribuan orang di dunia kafir.
Beratus-ratus tahun lamanya Alkitab telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Yunani,
kemudian ramai dipercakapkan orang di seluruh kerajaan
Romawi. Orang-orang Yahudi
tercerai-berai di mana-mana, dan harapan mereka akan
kedatangan Mesias itu pun
sedikit banyak diharapkan juga oleh orang-orang kafir. Di
antara orang-orang yang
disebut kafir oleh orang-orang Yahudi, ada orang yang
mempunyai pengertian yang
lebih baik tentang nubuatan-nubuatan Alkitab mengenai Mesias
daripada guru-guru di
Israel. Ada di antara mereka itu yang mengharapkan
kedatangan-Nya sebagai seorang
pelepas dari dosa. Ahli-ahli filsafat berusaha mempelajari
rahasia peraturan-peraturan
keagamaan Ibrani. Tetapi kedegilan orang-orang Yahudi
merintangi tersebarnya terang
itu. Bertekad hendak memeliharakan perpisahan antara mereka
sendiri dengan
bangsa-bangsa lain, mereka tidak suka membagi-bagikan
pengetahuan yang masih ada
pada mereka mengenai upacara-upacara korban bayang-bayang.
Ahli tafsir sejati itu
mesti datang. Dia yang digambarkan oleh bayang-bayang itu,
mesti menjelaskan
artinya.
Dengan perantaraan alam kejadian, dengan perantaraan
bayangan dan simbol, dengan
perantaraan segala nenek-moyang dan nabi-nabi, Allah telah
berbicara kepada dunia.
Pelajaran harus diberikan kepada manusia dalam bahasa
manusia. Utusan perjanjian itu
mesti berbicara. Suara-Nya mesti terdengar dalam bait
suci-Nya sendiri. Kristus mesti
datang untuk mengucapkan kata-kata yang harus dimengerti
dengan jelas dan pasti. Ia,
sumber kebenaran itu,
wajib memisahkan kebenaran dari sampah ucapan manusia,
yang telah membuat kebenaran itu tidak berkhasiat. Asas-asas
pemerintahan Allah dan
rencana penebusan harus diterangkan dengan jelas. Segala
pelajaran Wasiat Lama
harus dibentangkan dengan lengkap di hadapan manusia.
Di kalangan orang Yahudi masih ada jiwa-jiwa yang tetap
kuat, turunan-turunan
keluarga kudus yang olehnya pengetahuan tentang Allah selama
ini terpelihara.
Orang-orang ini masih mengharapkan janji yang telah
diberikan kepada nenek-moyang:
Mereka memperkuat imannya oleh berpegang teguh pada
kepastian yang diberikan
dengan perantaraan Musa, "Tuhan Allahmu akan
menerbitkan bagimu dari antara
segala saudaramu seorang nabi seperti aku ini, maka
hendaklah kamu menurut akan
Dia daripada barang
suatu kata-Nya kepadamu." Lagi, mereka membaca bagaimana Tuhan akan
mengurapi seorang untuk "membawa kabar selamat kepada orang yang
teraniaya," "menyembuhkan orang yang hancur
hatinya, dan berseru-serukan kelepasan
bagi orang yang tertawan," dan untuk menyerukan
"tahun kesenangan Tuhan." Mereka
membaca bagaimana Ia akan menentukan "hukum di atas
bumi," bagaimana
pulau-pulau harus "menantikan pengajaran-Nya,"
bagaimana orang-orang kafir harus
datang ke dalam terang-Nya, dan raja-raja ke dalam cahaya
terang-Nya.
Perkataan Yakub menjelang akhir hidupnya memenuhi mereka
dengan harapan:
"Tongkat kerajaan akan tidak undur daripada Yehuda dan
pemberi hukum pun tidak dari
tengah kakinya, sehingga datanglah Silo." Kuasa Israel
yang telah kian lemah itu
menyaksikan bahwa kedatangan Mesias sudah dekat. Nubuatan
Daniel melukiskan
kemuliaan pemerintahan-Nya atas sebuah kerajaan yang akan
menggantikan semua
kerajaan duniawi; dan, kata nabi "Kerajaan itu sendiri
akan tetap untuk
selama-lamanya." Dan. 2:44. Meskipun sedikit orang yang mengerti sifat
pekerjaan
Kristus, namun ada suatu harapan khalayak ramai mengenai
seorang raja yang
berkuasa, yang akan mendirikan kerajaan-Nya di Israel, dan
yang akan datang selaku
seorang pelepas bagi bangsa-bangsa.
Masanya sudah tiba.
Manusia, setelah menjadi lebih merosot keadaannya sepanjang
zaman-zaman pelanggaran, memerlukan kedatangan Penebus itu.
Setan telah bekerja
untuk membuat jurang perpisahan itu dalam sekali dan tidak
terlalui antara bumi dan
surga. Dengan kepalsuannya ia telah memberanikan hati
manusia dalam dosa. Adalah
maksudnya untuk menghabiskan kesabaran Allah, dan untuk
memadamkan api
kasih-Nya pada manusia, supaya la meninggalkan dunia ini
kepada kekuasaan Setan.
Setan berusaha hendak menyembunyikan dari manusia
pengetahuan tentang Allah,
mengalihkan perhatian mereka itu dari bait suci Allah, dan
mendirikan kerajaannya
sendiri. Perjuangannya untuk memperoleh kejayaan yang
setinggi-tingginya sudah
tampak seakan-akan seluruhnya berhasil. Benarlah bahwa
dalam tiap generasi Allah
sungguh mempunyai alat-alat-Nya. Di antara bangsa-bangsa
kafir sekalipun ada juga
orang-orang yang olehnya Kristus bekerja untuk mengangkat
orang banyak dari dosa
serta dari kemerosotannya. Tetapi orang-orang ini dihinakan
dan dibenci. Banyak dari
antara mereka menderita kematian yang dahsyat. Bayangan
gelap yang telah dijatuhkan
Setan ke atas dunia ini kian lama kian gelap.
Oleh kekafiran, Setan sudah berabad-abad lamanya menyesatkan
manusia dari Allah;
tetapi ia memperoleh kemenangannya yang besar dalam
memutar-balikkan iman orang
Israel. Oleh memikir-mikirkan serta memperilah pendapat
mereka sendiri,
bangsa-bangsa kafir itu telah kehilangan pengetahuan tentang
Allah, dan telah menjadi
kian lama kian korup. Demikian pula halnya dengan Israel.
Asas yang mengatakan
bahwa manusia dapat menyelamatkan dirinya oleh jasa-jasanya
sendiri, menjadi dasar
setiap agama kafir: asas tersebut kini sudah menjadi asas
agama Yahudi. Setanlah
yang telah menanamkan asas ini. Di mana saja asas tersebut
dipegang, manusia tidak
mempunyai penghalang terhadap dosa.
Kabar keselamatan disampaikan kepada manusia dengan
perantaraan alat-alat
manusia. Tetapi orang Yahudi telah berusaha hendak
memonopoli kebenaran itu, yaitu
hidup yang kekal. Mereka telah menimbun manna yang hidup,
dan manna itu sudah
menjadi busuk. Agama yang mereka coba tahan bagi mereka
sendiri itu, sudah menjadi
suatu pelanggaran. Mereka merampas kemuliaan Allah
daripada-Nya, dan menipu dunia
ini dengan pemalsuan Injil. Mereka enggan menyerahkan diri
kepada Allah untuk keselamatan dunia, lalu mereka menjadi alat-alat Setan untuk
kebinasaannya.
Bangsa yang telah dipanggil Allah untuk menjadi tiang dan
landasan kebenaran, sudah
menjadi wakil-wakil Setan. Mereka telah melakukan pekerjaan
yang Setan suka mereka
melakukannya, mengikuti haluan yang memberikan gambaran yang
salah tentang tabiat
Allah, dan menyebabkan seluruh dunia memandang Dia sebagai
seorang lalim.
Imam-imam sendiri yang bekerja di dalam bait suci sudah
tidak tahu lagi arti upacara
yang mereka adakan. Mereka tidak melihat lagi di balik
lambang itu perkara yang
dimaksudkan. Dalam mempersembahkan korban itu mereka adalah
sebagai pemain
dalam suatu sandiwara. Segala upacara yang diperintahkan
oleh Allah sendiri telah
dijadikan alat untuk membutakan mata pikiran serta
mengeraskan hati. Allah tidak akan
dapat lagi berbuat apa-apa bagi umat manusia melalui saluran
ini. Seluruh sistem itu
harus disapu bersih.
Penipuan dosa sudah mencapai puncaknya. Segenap alat untuk
memeras jiwa manusia
telah dikerahkan. Anak Allah, yang memandang dunia ini,
melihat penderitaan dan
kemelaratan. Dengan kasihan Ia melihat bagaimana manusia
telah menjadi korban
kebengisan Setan. Ia memandang dengan belas kasihan atas
orang-orang yang sedang
dijadikan korup, dibunuh, dan hilang. Mereka sudah memilih
seorang pemerintah yang
menambatkan mereka kepada keretanya sebagai tawanan. Dalam
keadaan bingung
serta tertipu, mereka bergerak maju dalam barisan yang
diliputi suasana yang suram
menuju kebinasaan yang kekal,—-menuju maut yang dalamnya
tidak ada harapan akan
kehidupan, menuju malam ke mana tidak ada pagi datang.
Alat-alat Setan dipersatukan
dengan manusia. Tubuh manusia, yang dijadikan guna tempat
kediaman Allah sudah
menjadi tempat kediaman roh-roh jahat. Panca indera, urat
saraf, hawa-nafsu,
anggota-anggota tubuh manusia, dikerahkan oleh alat-alat
gaib dalam pemanjaan nafsu
yang paling hina. Meterai roh-roh jahat sendiri telah
dibubuhkan atas wajah manusia.
Wajah manusia membayangkan roman muka balatentara Iblis yang
sudah merasuki
mereka itu. Demikianlah pemandangan yang dilihat oleh
Penebus dunia ini. Betapa
dahsyatnya pemandangan itu untuk dilihat oleh Yang Mahasuci
itu!
Dosa sudah menjadi suatu ilmu pengetahuan, dan kejahatan
disucikan sebagai
sebagian dari agama. Pemberontakan sudah berakar dalam-dalam
ke dalam hati, dan
permusuhan manusia sudah amat hebat terhadap surga. Sudah
dipertunjukkan di
hadapan semesta alam bahwa, jika terpisah daripada Allah,
manusia tidak akan dapat
diangkat derajatnya. Suatu anasir hidup dan kuasa yang baru
mesti dikaruniakan oleh
Dia yang menciptakan dunia ini.
Dengan perhatian yang besar dunia-dunia yang tidak jatuh ke
dalam dosa telah
memandang hendak melihat Tuhan Allah bangkit, lalu menyapu
bersih segala penduduk
bumi. Maka kalau sekiranya Allah melakukan hal ini, Setan
sudah siap untuk
melaksanakan rencananya guna memperoleh bagi dirinya sendiri
sumpah setia
makhluk-makhluk semawi. Ia telah mengatakan bahwa asas-asas
pemerintahan Allah
membuat keampunan mustahil dapat diperoleh. Sekiranya dunia
ini dibinasakan,
niscaya ia akan mengatakan bahwa segala tuduhannya itu
terbukti benar. Ia sudah siap
hendak melemparkan kesalahan kepada Allah, dan menyebarkan
pemberontakannya
kepada dunia-dunia yang di atas. Tetapi ganti membinasakan
dunia ini, Allah menyuruh
Anak-Nya untuk menyelamatkannya. Meskipun kebejatan dan
perlawanan mungkin
nampak di setiap bagian wilayah asing itu, namun suatu jalan
guna pemulihannya
disediakan juga. Tepat pada masa krisis tatkala Setan
tampaknya hampir memperoleh kemenangan, Anak Allah datang membawa rahmat Ilahi.
Dalam segenap zaman, dalam
setiap jam, kasih Allah selalu diberikan kepada
makhluk-makhluk yang telah jatuh ke
dalam dosa. Tanpa menghiraukan kesesatan manusia,
tanda-tanda kasihan
terus-menerus saja ditunjukkan. Maka apabila masanya sudah
tiba, Tuhan
dipermuliakan oleh. mencurahkan ke atas dunia ini hujan
rahmat penyembuhan yang
amat lebat yang sekali-kali tidak dapat dihentikan atau
ditahan hingga ikhtiar
keselamatan terlaksana.
Setan bergembira karena ia telah berhasil merendahkan peta
Allah dalam manusia.
Kemudian Yesus datang untuk memulihkan dalam manusia peta
Penciptanya. Tiada
seorang pun kecuali Kristus yang dapat membentuk kembali
tabiat yang sudah
dibinasakan oleh dosa itu. Ia datang untuk menghalau roh-roh
jahat yang selama ini
telah menguasai kemauan hati. Ia datang untuk mengangkat
kita dari debu, untuk
membentuk kembali tabiat yang telah bernoda itu sesuai
dengan contoh tabiat-Nya yang
Ilahi, serta untuk menjadikannya indah dengan kemuliaan-Nya
sendiri. Pasal 4
BAGIMU SEORANG JURUSELAMAT
RAJA kemuliaan sangat merendahkan diri untuk menjelma
menjadi manusia. Sungguh
kasar dan buruk keadaan sekitarnya di bumi ini.
Kemuliaan-Nya diselubungi, agar
kebesaran-Nya secara lahir jangan menjadi pokok perhatian.
Ia menghindarkan segala
pertunjukan secara lahir. Kekayaan, kemuliaan duniawi, dan
kebesaran kemanusiaan
sekali-kali tidak akan dapat menyelamatkan satu jiwa pun
dari maut; Yesus bermaksud
supaya tidak ada satu pun penarikan yang bersifat duniawi
menarik orang ke
samping-Nya. Hanya keindahan kebenaran semawilah yang mesti
menarik orang-orang
yang mau mengikut Dia. Tabiat Mesias sudah lama
diberitahukan dalam nubuatan, dan
la menghendaki agar manusia menerima Dia atas kesaksian
firman Allah.
Malaikat-malaikat bertanya-tanya dalam hati mengenai rencana
penebusan yang mulia
itu. Mereka melihat-lihat untuk mengetahui bagaimana umat
Allah akan menyambut
Putra-Nya, yang mengenakan jubah kemanusiaan.
Malaikat-malaikat datang ke negeri
umat pilihan itu. Bangsa-bangsa lain sedang menganut
kepercayaan yang bukan-bukan
dan menyembah berhala. Ke negeri tempat kemuliaan Allah
telah dinyatakan, dan
terang nubuatan telah bersinar, malaikat-malaikat datang.
Mereka itu datang tanpa
dilihat oleh Yerusalem, oleh para penafsir Alkitab yang
telah ditentukan dan para
pekerja dalam rumah Allah. Kepada imam Zakharia, sementara
ia melayani di depan
mezbah, dekat kedatangan Kristus telah diberitahukan.
Penganjur sudah lahir,
pekerjaannya
diperkuat oleh mukjizat dan nubuatan. Berita tentang kelahirannya dan
arti tugasnya yang indah itu telah tersiar ke mana-mana.
Namun Yerusalem tidaklah
bersedia untuk menyambut Penebusnya.
Dengan sangat heran utusan-utusan semawi itu melihat sikap
masa bodoh bangsa yang
telah dipanggil Allah itu untuk menyampaikan terang
kebenaran suci ke dunia ini.
Bangsa Yahudi telah dipelihara sebagai suatu saksi bahwa
Kristus harus lahir dari
turunan Abraham dan Daud; namun mereka tidak tahu bahwa
kedatangan-Nya kini
sudah dekat. Di dalam bait suci, korban-korban pagi dan
petang tiap hari menunjuk
kepada Anak Domba Allah; namun sedangkan di sini pun tiada
persiapan untuk
menyambut Dia. Imam-imam dan guru-guru bangsa itu tidak tahu
bahwa peristiwa
terbesar segala zaman sudah hampir berlaku. Mereka
senantiasa mengulangi doa
mereka yang tidak mengandung arti, serta menyelenggarakan
segala acara perbaktian
untuk tontonan khalayak ramai tetapi dalam perjuangan mereka
memburu kekayaan
dan kemuliaan duniawi, mereka tidak bersedia untuk kenyataan
Mesias. Sikap masa
bodoh serupa itu sudah merajalela di seluruh negeri Israel.
Hati yang mementingkan diri,
dan yang dipenuhi dengan keinginan duniawi, tidak dapat lagi
digetarkan oleh sukacita
yang mengharukan segenap surga. Hanya sedikit orang yang
rindu hendak melihat
Yang Tidak Kelihatan itu. Kepada mereka inilah kedutaan
surga diutus.
Malaikat-malaikat menyertai Yusuf dan Maria dalam perjalanan
mereka dari rumah
mereka di Nazaret ke kota Daud. Titah kerajaan Romawi
untuk pendaftaran rakyat
jajahannya yang mahaluas itu, sudah sampai hingga kepada
penduduk yang menghuni
bukit-bukit Galilea. Sebagaimana pada zaman purbakala,
Koresy dinobatkan menjadi
raja untuk bersemayam di atas takhta kerajaan dunia supaya
ia dapat memerdekakan
umat Allah, demikian juga Kaisar Agustus dijadikan alat
untuk melaksanakan maksud Allah dalam membawa ibu Yesus kembali ke Betlehem. Ia
adalah turunan Daud, dan
turunan Daud harus lahir di kota Daud. Dari Betlehem kata
nabi Mikha, "akan terbit . . .
seorang yang jadi Pemerintah Israel, maka keluar-Nya dari
purbakala, dari awal zaman."
Tetapi di kota di mana mereka menjadi turunan raja, Yusuf
dan Maria tidak dikenal dan
dihormati. Dalam keadaan penat dan tidak mendapat tempat
menginap mereka
menjalani jalan kota yang sempit dari ujung ke ujung, dari
pintu gerbang kota sampai ke
ujung sebelah timur kota, dengan sia-sia belaka mencari
sebuah tempat beristirahat
malam itu. Tidak ada tempat bagi mereka dalam rumah
penginapan yang sudah penuh
sesak. Di dalam
sebuah bangunan yang buruk di mana hewan-hewan ditempatkan,
mereka akhirnya mendapat perlindungan, dan di sanalah
Penebus dunia dilahirkan.
Manusia tidak mengetahuinya, tetapi berita itu memenuhi
surga dengan sukacita.
Dengan perhatian yang lebih dalam dan lebih halus
makhluk-makhluk suci dari dunia
terang tertarik ke bumi. Seluruh dunia lebih terang karena
hadirat-Nya. Di atas
bukit-bukit Betlehem berkumpullah sepasukan malaikat yang
tak terhitung banyaknya.
Mereka itu menantikan tanda untuk memaklumkan kabar gembira
itu kepada dunia.
Sekiranya para pemimpin Israel setia pada tugas yang
diamanatkan kepada mereka
tentu mereka dapat turut menikmati kegirangan menyiarkan
kelahiran Yesus itu. Tetapi
sekarang mereka dilalui saja.
Allah bersabda, "Aku akan mencucurkan air kepada yang
dahaga dan air kepada
tempat yang kering." "Bagi orang saleh terbitlah
terang dari dalam gelap." Bagi mereka
yang mencari terang dan yang menerimanya dengan sukacita,
cahaya terang dari takhta
Allah akan bersinar.
Di padang-padang
rumput tempat Daud menggembalakan kawanan dombanya dulu,
gembala-gembala masih tetap jaga pada malam itu. Sepanjang
saat-saat sunyi itu
mereka bersama-sama mempercakapkan hal Juruselamat yang
dijanjikan itu, serta
mendoakan kedatangan Raja itu ke takhta Daud. "Heran,
maka adalah seorang
malaikat Tuhan berdiri di hadapan mereka itu dan kemuliaan
Tuhan pun bercahaya
kelilingnya; lalu mereka itu sekalian pun sangat takut. Maka
kata malaikat itu
kepadanya, Jangan kamu takut, karena sesungguhnya aku
mengabarkan kepadamu
suatu kesukaan besar, yang akan jadi kepada segala bangsa.
Bahwa pada hari ini
dalam negeri Daud telah jadi bagimu Juruselamat, yaitu
Kristus, Tuhan itu."
Mendengar kata-kata ini, Khayal-khayal mulia memenuhi
pikiran gembala-gembala yang
tengah asyik mendengar dengan penuh perhatian itu. Pelepas
itu sudah datang ke
Israel! Kuasa, kemuliaan, kemenangan, dihubungkan dengan
kedatangan-Nya itu.
Tetapi malaikat itu mesti mempersiapkan mereka untuk
mengenal Juruselamatnya
dalam kepapaan dan kehinaan. "Inilah tandanya,"
katanya; "kamu akan mendapati bayi
itu dibalut dengan kain lampin dan berbaring dalam
palungan."
Utusan semawi itu sudah menenteramkan segala perasaan takut
mereka. Ia telah
memberitahukan kepada mereka bagaimana mencari Yesus. Dengan
pengertian yang
halus akan kelemahan manusia, ia telah memberikan waktu
kepada mereka untuk
menjadi biasa dengan sinar Ilahi itu Kemudian sukacita serta
kemuliaan tidaklah dapat
disembunyikan lagi. Seluruh padang rumput itu pun teranglah
dengan cahaya yang
gemerlapan dari bala tentara Allah. Bumi diam, dan surga
membungkuk untuk
mendengarkan nyanyian,--
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan
damai sejahtera di bumi di antara
manusia yang berkenan kepada-Nya."
Aduh, kalau saja hari ini keluarga manusia dapat mengenal
nyanyian itu! Pengumuman
yang dikeluarkan pada waktu itu, nyanyian yang dialunkan
pada saat itu, akan menderu
hingga akhir zaman, dan menggema sampai ke segala ujung
bumi. Apabila Matahari
Kebenaran itu kelak terbit, dengan kesembuhan di bawah
kepak-Nya, nyanyian itu akan
digemakan pula oleh suara sebuah pasukan tentara yang besar,
bagaikan bunyi banyak
air, menderu, "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang
Mahakuasa, telah menjadi
raja." Wahyu 19:6.
Ketika malaikat-malaikat itu gaib, cahaya itu
berangsur-angsur lenyap, dan
bayang-bayang malam pun meliputi bukit-bukit Betlehem.
Tetapi gambar yang paling
terang yang pernah dilihat oleh mata manusia tetap tinggal
dalam ingatan
gembala-gembala itu. “Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan
mereka dan kembali
ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang
lain: "Marilah kita pergi ke
Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti
yang diberitahukan Tuhan
kepada kita. Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai
Maria dan Yusuf dan
bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan."
Dengan kegirangan besar, berangkatlah mereka hendak
menyiarkan segala perkara
yang telah mereka lihat dan dengar itu. "Maka segala
orang yang mendengar dia
heranlah akan perkara, yang dikatakan oleh gembala itu
kepadanya. Tetapi oleh Maria
ditaruh akan segala perkataan ini dalam hatinya,
dipikirkannya. Maka segala gembala
itu kembalilah sambil memuliakan dan memuji-muji
Allah."
Surga tidak lebih jauh terpisah dari bumi pada hari ini
daripada tatkala gembala-gembala
di Betlehem itu mendengar nyanyian malaikat-malaikat.
Manusia masih saja merupakan
sasaran ingatan surga sama dengan ketika orang kebanyakan
yang mempunyai
pekerjaan biasa saja dulu bertemu dengan malaikat-malaikat
pada siang hari, dan
berbicara dengan utusan semawi di kebun anggur dan di
ladang. Bagi kita dalam
suasana hidup yang serba sederhana ini, surga boleh jadi
dekat sekali.
Malaikat-malaikat dari istana surga akan menyertai setiap
langkah orang-orang yang
datang dan pergi melaksanakan perintah Allah.
Cerita tentang Betlehem merupakan sebuah pokok pembicaraan
yang tidak
habis-habisnya. Di dalamnya tersembunyi "limpah
kekayaan dan hikmat dan
pengetahuan Allah." Rm 11:33. Kita merasa kagum akan
pengorbanan Juruselamat
dalam menukarkan takhta surga dengan palungan, dan
persekutuan
malaikat-malaikat-yang senantiasa berhikmat dengan binatang di kandang.
Kesombongan manusia dan rasa kecukupannya tercela di hadapan
hadirat-Nya. Namun
ini baru permulaan pengabdian-Nya yang ajaib itu. Sungguhlah
merupakan kehinaan
yang tidak terhingga bagi Anak Allah untuk mengambil
sifat-sifat manusia, sekalipun
ketika Adam masih dalam keadaannya yang tidak berdosa di
Eden dulu kala. Tetapi
Yesus sudi menjadi manusia setelah bangsa manusia itu telah
dilemahkan oleh dosa
selama empat ribu tahun. Seperti setiap anak Adam, la
menerima segala akibat buatan
undang-undang keturunan yang besar. Apa gerangan segala
akibat ini, ditunjukkan
dalam sejarah nenek moyang duniawi-Nya yang pertama. Ia
datang dengan sifat
keturunan yang demikian itu untuk turut memikul segala duka
dan segala pencobaan
yang menimpa diri kita, dan untuk memberikan kepada kita
teladan suatu kehidupan
yang bebas dari dosa.
Setan di surga telah membenci Kristus karena kedudukannya di
istana Allah. Ia membenci Dia lebih pula setelah ia diturunkan dari
kedudukannya. Ia membenci Dia
yang telah menjanjikan diri-Nya sendiri untuk menebus suatu
umat yang berdosa.
Namun ke dalam dunia di mana Setan mengaku berkerajaan,
Allah mengizinkan
Anak-Nya datang, seorang bayi yang tidak berdaya, yang tidak
luput dari kelemahan
manusia. Ia mengizinkan L)ia menghadapi ancaman nyawa yang
biasa berlaku atas tiap
jiwa manusia, bertempur dalam peperangan sebagaimana tiap
anak manusia wajib
bertempur, atas risiko kegagalan dan kematian yang kekal.
Hati bapa manusia penuh rasa kasih-sayang dan iba akan
anaknya. Ia memandangi
wajah anaknya yang kecil itu, serta gemetar membayangkan
ancaman nyawa anak itu.
Ia ingin melindungi anak yang sangat dikasihinya itu dari
kuasa Setan, menghindarkan
dia dari pencobaan dan pergumulan. Untuk menghadapi
pergumulan yang lebih seru
lagi serta bahaya yang lebih ngeri, Allah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal,
supaya jalan hidup dapat dipastikan bagi anak-anak kita.
"Dalam ini adalah kasih itu."
Heranlah kamu, hai segenap langit! Dan tercenganglah kamu,
hai bumi!
----------
Pasal ini didasarkan atas Lukas 2:21-38 Pasal 5
PENYERAHAN
KIRA-KIRA empat puluh hari sesudah Kristus lahir, Yusuf dan
Maria membawa Dia ke
Yerusalem, untuk mempersembahkan Dia kepada Tuhan, dan untuk
mempersembahkan korban. Ini adalah sesuai dengan hukum Yahudi,
dan sebagai
pengganti umat manusia, Kristus wajib taat pada hukum dalam
segala hal. Ia sudah
menempuh upacara sunat, selaku ikrar ketaatan-Nya pada
hukum.
Selaku persembahan untuk ibu, hukum meminta seekor anak
domba yang berumur
setahun untuk korban bakaran dan seekor anak merpati atau
tekukur untuk korban
karena dosa. Tetapi hukum mengadakan peraturan, jika ibu
bapa yang bersangkutan
terlampau miskin untuk membawa seekor anak domba, sepasang
tekukur atau dua ekor
anak merpati, seekor untuk korban bakaran, yang seekor lagi
untuk korban karena
dosa, dapat diterima.
Segala persembahan yang dipersembahkan kepada Tuhan haruslah
tidak bercacat.
Persembahan ini membayangkan Kristus dan dari sini jelaslah
bahwa Yesus Sendiri
bebas dari cacat badani. Ialah "anak domba, yang tak
bernoda dan tak bercacat" I Ptr.
1:19 itu. Bentuk tubuh-Nya bebas dari segala macam cacat;
tubuh-Nya kuat dan sehat.
Maka sepanjang umur hidup-Nya Ia hidup menurut segala hukum
alam. Baik dalam hal
badani maupun dalam hal rohani, Dialah satu teladan dari apa
yang direncanakan Allah
bagi semua umat manusia oleh ketaatan pada hukum-hukum-Nya.
Penyerahan anak sulung berasal pada zaman purbakala. Allah
telah berjanji hendak
mengaruniakan Anak Sulung surga untuk menyelamatkan orang
yang berdosa. Karunia
ini harus diakui dalam tiap rumah tangga dengan penyerahan
anak sulung. Ia harus
diasingkan untuk keimamatan, sebagai wakil Kristus di antara
manusia.
Dalam kelepasan bangsa Israel dari Mesir, penyerahan anak
sulung kembali
diperintahkan. Ketika bangsa Israel terikat dalam perhambaan
kepada bangsa Mesir,
Tuhan menyuruh Musa pergi kepada Firaun, raja Mesir, untuk
mengatakan, "Inilah
sabda Tuhan: Bahwa Israel itulah anak-Ku, yaitu anak-Ku yang
sulung. Maka sebab itu
sabda-Ku kepadamu: Biarkanlah anak-Ku pergi, supaya ia
berbuat ibadat kepada-Ku;
jika engganlah engkau melepaskan dia pergi, niscaya Aku akan
membunuh anakmu
laki-laki yang sulung."
Musa menyampaikan kabarnya itu; tetapi jawab raja yang
angkuh itu ialah, "Siapa
gerangan Tuhan, yang patut aku menurut kata-Nya dan
melepaskan orang Israel itu
pergi: Tidak tahu aku akan Tuhan itu dan lagi tidak mau aku
melepaskan orang Israel itu
pergi." Tuhan bekerja bagi umat-Nya dengan berbagai
tanda dan mukjizat, menjatuhkan
hukuman yang mahadahsyat atas Firaun. Akhirnya malaikat maut
disuruh membunuh
anak sulung manusia dan hewan di antara bangsa Mesir. Supaya
orang Israel terhindar,
mereka itu disuruh membubuhkan di ambang pintu rumahnya
masing-masing darah
seekor anak domba yang telah tersembelih. Tiap rumah harus
ditandai, supaya bila
malaikat itu datang untuk melaksanakan tugas mautnya itu,
dapatlah ia melalui
rumah-rumah bangsa Israel.
Setelah menjatuhkan hukuman ini atas Mesir, bersabdalah
Tuhan kepada Musa,
"Kuduskanlah bagi-Ku semua anak sulung . . .baik pada
manusia maupun pada hewan;
Akulah yang empunya mereka” "maka ketika Kupukul segala
anak sulung di negeri Mesir, pada hari itu juga Kusucikan bagi-Ku segala anak
sulung di antara Israel, baik
manusia, baik binatang adalah Aku punya; bahwa Akulah
Tuhan." Setelah upacara bait
suci dibentuk, diangkat Allah suku Lewi untuk mengambil
tempat anak sulung seluruh
bangsa Israel guna bekerja di dalam bait suci itu. Tetapi
anak sulung masih tetap juga
dianggap sebagai milik Tuhan, dan harus dibeli dengan
tebusan.
Demikianlah hukum untuk mempersembahkan anak sulung itu
dibuat mengandung arti
yang istimewa. Meskipun merupakan peringatan untuk bagaimana
ajaib Tuhan telah
melepaskan bangsa Israel, dibayangkannya pula suatu
kelepasan yang lebih besar,
yang akan dilakukan oleh Anak Allah yang Tunggal.
Sebagaimana darah yang
dipercikkan di ambang pintu telah menyelamatkan anak-anak
sulung Israel, demikian
juga darah Kristus berkuasa menyelamatkan dunia.
Jika demikian alangkah besarnya arti yang terkandung dalam
upacara menyerahkan
Kristus itu. Tetapi imam tiada melihat melalui tirai itu, ia
tidak membaca rahasia yang di
seberangnya. Upacara menyerahkan anak-anak bayi adalah suatu
peristiwa yang biasa
saja. Dari hari ke hari imam menerima uang tebusan bila
anak-anak bayi itu diserahkan
kepada Tuhan. Dari hari ke hari ia bekerja menurut acara
kerjanya sehari-hari,
memberikan hanya sedikit perhatian kepada orang tua atau
anak-anak, kecuali ia
melihat tanda-tanda kekayaan atau kedudukan tinggi di pihak
orang tua anak-anak itu.
Yusuf dan Maria miskin; maka ketika mereka datang dengan
anaknya itu, imam melihat
hanya seorang lelaki dan perempuan yang berpakaian seperti
orang Galilea, dan
dengan pakaian yang paling sederhana. Tiada barang sesuatu
pun dalam rupa mereka
yang menarik perhatian dan mereka mempersembahkan hanya persembahan yang
biasa dipersembahkan oleh golongan yang tidak mampu.
Imam melaksanakan upacara pekerjaannya yang resmi. Ia
memangku anak itu lalu
mengangkatnya di depan mezbah. Sesudah mengembalikannya
kepada ibunya,
didaftarkannyalah nama-Nya "Yesus" dalam daftar
anak-anak sulung. Ia sama sekali
tidak menyangka, sementara anak bayi itu terletak pada
tangannya, bahwa ialah
Mahabesar surga, Raja Kemuliaan. Imam itu tidak memikirkan
bahwa anak bayi inilah
Dia, yang telah ditulis Musa, "Tuhan Allah akan
membangkitkan bagimu seorang nabi
dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku:
Dengarkanlah dia dalam segala
sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu." Kisah 3:22.
Tidak dipikirnya bahwa anak
bayi inilah Dia yang kemuliaan-Nya Musa telah memohon untuk
melihatnya. Tetapi satu
oknum yang lebih besar daripada Musa sedang terletak pada
pangkuan imam itu; dan
waktu ia mendaftarkan nama anak itu, ia tengah mendaftarkan
nama Dia yang menjadi
alasan seluruh peraturan keagamaan bangsa Yahudi. Nama
itulah yang akan
merupakan batalnya segala upacara tersebut; karena sistem
korban dan persembahan
sudah kian menjadi usang; lambang sudah hampir sampai kepada
aslinya, bayangan itu
sudah hampir sampai kepada ujudnya.
Shekinah sudah meninggalkan bait, tetapi dalam diri Anak
Betlehem itu terselubunglah
kemuliaan yang di hadapannya segala malaikat sujud Anak bayi
yang belum tahu
apa-apa inilah benih yang telah dijanjikan itu, yang
kepadanya mezbah pertama yang di
pintu gerbang Eden dulu kala itu menunjuk. Inilah Silo,
pemberi damai itu. Ialah yang
menyebut diri-Nya kepada Musa sebagai AKU ADA. Ialah yang
dalam tiang awan dan
tiang api dulu, telah menjadi penuntun bangsa Israel. Inilah
Dia yang telah sejak lama
diramalkan oleh para penilik. Ialah kerinduan segala bangsa,
Akar dan Benih Daud,
Bintang Timur yang gilang-gemilang cahayanya. Nama anak bayi
kecil yang masih belum berdaya itu, yang dituliskan dalam daftar bangsa Israel,
menyatakan bahwa Ia
adalah saudara kita, ialah harapan umat manusia yang telah
jatuh ke dalam dosa. Anak
itu yang untuknya uang tebusan telah dibayar, ialah Dia yang
harus membayar tebusan
untuk dosa-dosa seluruh dunia. Ialah "imam besar atas
isi rumah Allah" yang asli,
kepala "imamat, yang tidak berkeputusan,"
perantara "di sebelah kanan yang
Mahamulia dalam tempat yang tinggi."
Hal-hal rohani dapat dimengerti dari sudut kerohanian. Dalam
bait suci itu Anak Allah
diserahkan untuk pekerjaan yang telah ditentukan bagi-Nya.
Imam memandang Dia
sebagaimana ia memandang seseorang anak bayi lain. Tetapi
sungguh pun ia tidak
melihat atau pun merasai sesuatu yang luar biasa, perlakuan
Allah dalam
mengaruniakan Anak-Nya itu kepada dunia ini diakui.
Peristiwa ini tidak lalu tanpa
sesuatu pengenalan akan Kristus. "Maka sesungguhnya
dalam Yerusalem adalah
seorang yang bernama Simeon; yaitu seorang yang benar lagi
beribadat, maka adalah
ia menantikan penghiburan Israel dan Roh Kudus pun adalah
padanya. Maka
kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa tidak ia
akan melihat maut sebelum
dilihatnya Kristus Tuhan itu dulu."
Waktu Simeon masuk ke dalam bait suci, dilihatnyalah satu
keluarga tengah
menyerahkan anak sulungnya di hadapan imam. Keadaan mereka
menunjukkan adanya
kemiskinan; tetapi Simeon mengerti amaran Roh, maka hatinya
pun tergeraklah dengan
amat sangat bahwa anak bayi yang tengah diserahkan kepada
Tuhan itu ialah
Penghiburan Israel, Orang yang ia rindu hendak melihatnya.
Bagi imam yang
tercengang-cengang itu, Simeon nampak seperti seorang orang
yang tengah terpesona
karena kegirangan hatinya. Anak itu sudah dikembalikan kepada Maria, lalu
diambilnya
pada pangkuannya dan menyerahkan-Nya kepada Allah, sedang
suatu kegembiraan
yang belum pernah dirasainya dulu meresapi jiwanya. Ketika
ia mengangkat
Juruselamat yang masih bayi itu ke arah surga, berkatalah
ia, "Ya Tuhan, sekarang
biarlah hamba-Mu kembali dengan selamat, setuju dengan
sabda-Mu; karena mataku
telah melihat selamat yang daripada-Mu, yang Kau sediakan di
hadapan segala bangsa;
yaitu suatu terang akan menerangi segala orang kafir, dan
suatu kemuliaan bagi
umat-Mu Israel."
Roh nubuat ada pada hamba Allah ini, dan sementara Yusuf dan
Maria berdiri di sana,
keheran-heranan mendengar perkataannya, diberkatinya mereka
itu, serta berkata
kepada Maria, "Bahwasanya kanak-kanak ini ditentukan
akan jatuhnya dan bangkitnya
banyak orang di antara orang Israel dan akan suatu alamat,
yang akan diperbantahkan
(bahkan, sebilah pedang pun akan makan terus ke dalam jiwamu
sendiri), supaya isi
hati banyak orang jadi nyata."
Hana juga, seorang nabiah, datang masuk lalu memperkuat kesaksian Simeon
mengenai Kristus itu. Sedang Simeon berbicara, wajah wanita
itu bersinar dengan
kemuliaan Allah, dan dicurahkannya syukur hatinya karena ia
sudah diizinkan melihat
Kristus Tuhan itu.
Orang-orang beribadat yang rendah hati ini telah mempelajari nubuatan tidak dengan
sia-sia. Tetapi orang-orang yang menduduki pangkat sebagai
penghulu-penghulu dan
imam-imam di Israel, sungguh pun mereka juga sudah mendengar
pernyataan yang
indah dari nubuatan, mereka tidak berjalan pada jalan Tuhan,
dan mata mereka tidak
terbuka untuk melihat Terang hidup itu.
Masih demikian juga keadaan sekarang ini.
Peristiwa-peristiwa yang menjadi pusat perhatian segenap surga tidak dilihat,
dan terjadinya segala peristiwa itu tidak
diperhatikan oleh para pemimpin agama, serta oleh orang yang
berbakti dalam rumah
Allah. Orang mengakui Kristus dalam sejarah, sedangkan
mereka berpaling
meninggalkan Kristus yang hidup. Kristus dalam sabda-Nya
meminta pengorbanan diri,
dalam diri para fakir miskin dan para penderita yang meminta
pertolongan, dalam
pekerjaan kebenaran di mana tersangkut kemiskinan, pekerjaan
banting-tulang dan
fitnahan, tidaklah lebih segera disambut hari ini daripada
la disambut delapan belas
abad yang lalu.
Maria memikir-mikirkan nubuatan Simeon yang mempunyai arti
luas itu. Sedang ia
memandangi anak yang pada pangkuannya itu, dan mengenangkan
perkataan yang
diucapkan oleh gembala-gembala Betlehem dulu, penuhlah
hatinya dengan sukacita
dan harapan yang gemilang. Perkataan Simeon itu mengingatkan
kepadanya ucapan
nubuatan nabi Yesaya: "Karena daripada tunggul Isai
yang terpotong itu akan terbit
suatu pucuk dan suatu taruk daripada akarnya akan berbuah,
maka pada-Nya akan
tinggal Roh Tuhan, yaitu Roh hikmat dan akal-budi Roh bicara
dan kuat, Roh
pengetahuan dan takut akan Tuhan.... Karena keadilan akan
menjadi pengikat
pinggang-Nya, dan kebenaran pun akan menjadi
cindai-Nya." "Adapun orang yang
duduk dalam gelap itu, mereka itu akan melihat suatu terang
besar dan bagi segala
orang yang duduk di tanah bayang-bayang kematian itu akan
terbit suatu terang
atasnya.... Karena seorang kanak-kanak sudah jadi bagi kita,
seorang anak laki-laki
sudah dikaruniakan kepada kita; bahwa pemerintahan adalah di
atas bahu-Nya dan
nama-Nya pun disebut oranglah Ajaib, Bicara, Allah yang
Mahakuasa, Abualkadim, Raja
Damai."
Tetapi Maria tidak mengerti tugas Kristus. Simeon sudah
bernubuat tentang Dia sebagai
suatu terang untuk menerangi orang kafir, serta suatu
kemuliaan bagi Israel.
Demikianlah malaikat-malaikat telah mengumumkan kelahiran
Juruselamat itu sebagai
kabar kesukaan bagi segala bangsa. Allah sedang berusaha
memperbaiki pendapat
orang Yahudi yang sempit tentang pekerjaan Mesias. Ia
menghendaki agar manusia
memandang Dia, bukan saja sebagai pelepas bangsa Israel,
tetapi juga sebagai
Penebus dunia. Tetapi memerlukan bertahun-tahun lamanya bagi
ibu Yesus sendiri
untuk mengerti tugas-Nya.
Maria mengharapkan masa Mesias berkerajaan di atas takhta
Daud, tetapi ia tidak
melihat baptisan penderitaan dengan mana hal itu wajib
dicapai. Oleh Simeon sudah
dinyatakan bahwa Mesias tidak akan menempuh satu jalan yang
bebas dari segala
rintangan di dunia ini. Dalam ucapan yang kepada Maria,
"Sebilah pedang pun akan
makan terus ke dalam jiwamu sendiri," Allah dalam
kasihan-Nya yang lemah-lembut
memberikan kepada ibu Yesus amaran tentang penderitaan yang
oleh karena-Nya
sudah mulai dideritanya."
"Bahwasanya," Simeon telah berkata,
"kanak-kanak ini ditentukan akan jatuhnya dan
bangkitnya banyak orang di antara orang Israel dan akan
suatu alamat, yang akan
diperbantahkan." Mereka yang akan bangkit pula harus
lebih dulu jatuh. Kita mesti jatuh
ke atas Batu itu dan hancur, sebelum kita dapat diangkat
dalam Kristus. Diri harus
diturunkan dari takhtanya, kesombongan harus direndahkan,
kalau kita hendak
mengetahui kemuliaan kerajaan kerohanian. Orang Yahudi tidak
mau menerima
kehormatan yang dicapai dengan jalan kerendahan. Sebab itu
mereka tidak mau
menerima Penebusnya. Ialah alamat yang akan diperbantahkan
orang itu. "Supaya isi hati banyak orang jadi nyata." Dalam terang
kehidupan Juruselamat, hati
sekalian orang, bahkan dari Khalik hingga raja kegelapan,
dinyatakan. Setan telah
melukiskan Allah sebagai mementingkan diri dan suka
menindas, sebagai menurut
semuanya tetapi tidak memberikan barang sesuatu, sebagai
meminta pelayanan dari
segala makhluk-Nya demi kemuliaan-Nya sendiri, tetapi tidak
suka mengadakan
sesuatu pengorbanan demi kebaikan mereka itu. Tetapi perihal
Kristus dikaruniakan
menyatakan hati Bapa.
Disaksikannya bahwa pikiran Allah terhadap kita adalah
"rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan
kecelakaan." Yeremia 29:11. Hal itu
menandaskan bahwa meskipun kebencian hati Allah terhadap
dosa kuat laksana maut,
kasih-Nya kepada orang berdosa lebih kuat daripada maut. Setelah
melaksanakan
penebusan kita, la tidak akan menahan barang sesuatu,
bagaimanapun mahalnya, yang
perlu untuk penyempurnaan pekerjaan-Nya. Tiada kebenaran
yang penting artinya bagi
keselamatan kita yang ditahankan, tiada mukjizat kemurahan
yang dilalaikan, tiada alat
Ilahi yang tidak digunakan. Kerelaan ditimbun atas kerelaan
karunia atas karunia.
Seluruh perbendaharaan surga terbuka bagi orang-orang yang
Ia berusaha hendak
menyelamatkannya. Sesudah mengumpulkan kekayaan alam semesta, dan
membukakan sumber-sumber kekuasaan yang tidak terhingga,
diserahkan-Nya
semuanya ini ke tangan Kristus, seraya bersabda, Semuanya
ini adalah untuk manusia.
Gunakanlah segala karunia ini untuk menginsafkan manusia itu
bahwa tiadalah kasih
yang lebih besar
daripada kasih-Ku di dunia atau di surga. Kebahagiaannya yang
terbesar akan terdapat dalam mengasihi Aku.
Di salib Golgota, kasih dan sifat mementingkan diri tegak
berhadap-hadapan. Di sinilah
puncak kenyataannya. Kristus telah hidup hanya untuk
menghibur dan memberkati, dan
dalam membunuh Dia, Setan menyatakan kedurjanaan kebencian
hatinya kepada Allah.
Ditunjukkannya dengan nyata bahwa maksud pemberontakannya
yang sesungguhnya
ialah hendak menurunkan Allah dari takhta-Nya, dan untuk
membinasakan Dia yang
oleh-Nya kasih Allah ditunjukkan.
Oleh kehidupan dan kematian Kristus, pikiran manusia pun
turut kelihatan. Dari
palungan hingga kayu salib, kehidupan Yesus merupakan
suatu panggilan kepada
penyerahan diri, dan kepada persekutuan dalam penderitaan.
Disingkapkannya tabir
segala maksud manusia. Yesus datang dengan kebenaran surga,
dan semua orang
yang mencamkan suara Roh Kudus tertarik kepada-Nya.
Orang-orang yang berbakti
kepada diri sendiri adalah rakyat kerajaan Setan. Dalam
sikap mereka terhadap Kristus,
semua orang akan menunjukkan di pihak mana mereka itu
berdiri. Maka demikianlah
setiap orang menjatuhkan hukuman atas dirinya sendiri.
Pada hari pehukuman terakhir kelak, setiap jiwa yang hilang
akan mengerti sifat
penolakannya akan kebenaran. Salib akan dihadapkan, dan
artinya yang sesungguhnya
akan dimaklumi oleh setiap pikiran yang telah dibutakan oleh
pelanggaran. Di hadapan
penglihatan akan Golgota dengan Korbannya yang penuh rahasia
itu, orang berdosa
akan berdiri dengan terkutuk. Setiap maaf bohong akan disapu
bersih. Kemurtadan
manusia akan tampak dalam keadaannya yang keji. Manusia akan
melihat apa yang
telah menjadi pilihan mereka. Tiap pertanyaan tentang
kebenaran dan kesalahan dalam
pertikaian yang sudah sejak lama berlangsung itu akan
jelaslah kelak. Dalam
pengadilan semesta alam kelak, Allah akan bersih dari
kesalahan atas adanya atau
lanjutnya kejahatan. Akan ditunjukkan kelak bahwa segala
titah Ilahi bukanlah alat-alat
yang menimbulkan dosa. Tidak ada cacat dalam pemerintahan
Allah, tiada sebab untuk pendurhakaan. Manakala isi segala hati kelak ternyata,
baik yang setiawan maupun
yang pemberontak akan bersatu mengatakan, "Adil dan
benarlah segala jalan-Mu, ya
Raja segala orang suci! Siapa gerangan yang tidak takut akan
Dikau, ya Tuhan, dan
siapakah yang tidak memuliakan Nama-Mu? . . . karena segala
hukum-Mu telah
nyatalah."
(Pasal ini didasarkan atas Lukas 2:21-38) Pasal 6
"KAMI MELIHAT BINTANGNYA"
"Setelah lahirnya Yesus di Betlehem di tanah Yudea,
pada zaman baginda Herodes,
maka datanglah beberapa orang Majus dari benua sebelah timur
ke Yerusalem,
katanya: Di manakah raja orang Yahudi yang baru lahir itu?
karena kami sudah melihat
bintangnya di sebelah timur, maka kami datang hendak
menyembah Dia."
Orang Majus yang datang dari Timur itu adalah ahli-ahli
filsafat. Mereka termasuk dalam
golongan yang besar dan berpengaruh, yang meliputi orang
bangsawan, dan memiliki
banyak harta dan pengetahuan bangsa itu. Di antara
orang-orang ini banyak yang
memperdayakan percaya yang bukan-bukan dari khalayak ramai.
Yang lainnya adalah
orang-orang yang tulus hati, yang suka mempelajari segala
petunjuk Allah dalam alam
kejadian dan yang dihormati atas kejujuran serta akal budi
mereka. Inilah sifat orang
Majus yang datang kepada Yesus.
Terang Allah selamanya bersinar di tengah kegelapan
kekafiran. Sementara orang
Majus ini mempelajari angkasa yang penuh bintang itu, dan
berusaha menduga rahasia
yang tersembunyi pada jalan-jalannya yang gemerlapan itu,
nampaklah oleh mereka
kemuliaan Khalik. Dalam usaha mencari pengetahuan yang lebih
terang, mereka
berpaling kepada Alkitab Ibrani. Di negeri mereka sendiri
adalah tulisan-tulisan nubuat
yang meramalkan kedatangan seorang guru Ilahi. Bileam
termasuk golongan para ahli
nujum, sungguh pun ia pernah menjadi nabi Allah; oleh Roh
Suci ia telah meramalkan
kemakmuran Israel dan kedatangan Mesias; dan
nubuatan-nubuatannya itu telah
disampaikan oleh tradisi dari abad ke abad. Tetapi dalam Wasiat Lama kedatangan
Juruselamat dinyatakan lebih jelas. Orang Majus itu
mempelajari dengan kesukaan
bahwa kedatangan-Nya sudah dekat, dan seluruh dunia harus
dipenuhi dengan
pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan.
Orang Majus itu telah melihat sebuah cahaya ajaib di angkasa
pada malam ketika
kemuliaan Allah meliputi bukit-bukit Betlehem. Ketika cahaya
tersebut berangsur-angsur
pudar timbullah sebuah bintang yang gemerlapan, dan
berpindah perlahan-lahan di
angkasa. Itu bukannya sebuah bintang biasa atau pun sebuah
planet, dan
pemandangan itu membangkitkan perhatian yang amat sangat.
Bintang itu adalah
sepasukan malaikat yang bercahaya-cahaya jauh di angkasa,
tetapi tentang ini tiada
diketahui apa-apa oleh orang Majus itu. Namun mereka
mendapat kesan bahwa bintang
tersebut mengandung arti yang istimewa bagi mereka. Mereka
pergi bertanya kepada
imam-imam dan ahli-ahli filsafat, serta menyelidiki gulungan
catatan purbakala.
Nubuatan Bileam telah menandaskan, "Bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan
timbul dari Israel." Bilangan 24:17. Mungkinkah
gerangan bintang yang aneh ini dikirim
mendahului kedatangan Yang Dijanjikan itu? Orang Majus itu
telah menyambut baik
terang kebenaran yang dikirim dari surga; kini terang itu
dicurahkan atas mereka
dengan cahaya yang lebih gemilang. Dengan perantaraan mimpi
mereka disuruh
mencari Raja yang baru lahir itu.
Sebagaimana dengan percaya Abraham keluar atas panggilan
Allah, "dengan tidak
mengetahui ke mana jatuhnya kelak;" sebagaimana dengan
percaya bangsa Israel
mengikuti tiang awan ke tanah perjanjian, demikianlah
orang-orang kafir ini berangkat
untuk mencari Juruselamat yang telah dijanjikan itu.
Negeri-negeri sebelah Timur sangat kaya dalam benda-benda yang berharga; sebab
itu orang Majus itu bukannya pergi
dengan tangan hampa. Sudah menjadi kebiasaan di sana untuk
mempersembahkan
pemberian sebagai pernyataan hormat kepada raja-raja atau
orang-orang yang
berkedudukan tinggi lainnya, maka pemberian yang paling
mahal yang dapat diberikan
negeri itu pun
dibawalah sebagai persembahan di kepada-Nya di dalam siapa segala
keluarga di bumi ini akan berbahagia. Adalah perlu berjalan
pada malam supaya selalu
dapat melihat bintang itu; tetapi orang Majus itu
menghabiskan waktu dengan
mengulang-ulangi ucapan-ucapan tradisi dan
perkataan-perkataan nubuatan tentang
Dia yang mereka cari itu. Setiap waktu beristirahat mereka
menyelidiki nubuatan; maka
keyakinan mereka pun makin bertambah bahwa mereka sedang
mendapat pimpinan
Ilahi. Sementara mereka melihat bintang itu di hadapan
mereka sebagai tanda secara
lahir, di dalam batin mereka ada juga kenyataan Roh Suci
yang senantiasa
membesarkan perhatian mereka, dan mengilhami mereka dengan
harapan. Perjalanan
itu, sungguhpun jauh, adalah satu perjalanan yang diliputi
sukacita bagi mereka itu.
Mereka sudah tiba di negeri Israel, dan sedang menuruni
Bukit Zaitun, dan Yerusalem
sudah kelihatan, bintang yang telah menuntun mereka dalam
perjalanan yang
melelahkan itu berhenti di atas bait suci, dan sesaat
kemudian lenyaplah dari
penglihatan mereka. Dengan langkah yang penuh pengharapan
mereka maju terus,
mengharap dengan yakin bahwa kelahiran Mesias itu akan
menjadi buah mulut orang
yang penuh kegirangan. Tetapi segala pertanyaan mereka
sia-sia saja. Setelah masuk
ke dalam kota suci itu, mereka pun pergilah ke bait suci.
Dengan penuh keheranan
mereka tidak mendapati seorang pun yang nampaknya tahu
tentang raja yang baru lahir
itu. Pertanyaan mereka tidak membangkitkan tanda sukacita,
malah sebaliknya yakni
tanda-tanda rasa heran dan takut, dan bukan pula tidak
disertai penghinaan.
Imam-imam tengah mengulang-ulangi tradisi-tradisi. Mereka
meninggikan agama dan
peribadatan mereka sendiri, sementara mereka mencela bangsa
Yunani dan Romawi
sebagai orang kafir dan orang berdosa melebihi orang lain.
Orang Majus itu bukannya
penyembah berhala, dan pada pandangan Allah mereka tegak
jauh lebih tinggi daripada
imam-imam itu, yang mengaku sebagai penyembah Dia namun
mereka dianggap oleh
orang Yahudi sebagai orang kafir. Sekalipun di antara
para penunggu yang telah
ditentukan buat Kitab Suci itu, pertanyaan-pertanyaan mereka
yang penuh harapan
gemilang itu tidak juga menjamah hati.
Kedatangan orang Majus itu segera tersiar di seluruh
Yerusalem. Maksud perjalanan
mereka yang aneh itu menimbulkan kegegeran di kalangan
penduduk, yang selanjutnya
merembes ke istana Raja Herodes. Orang Edom si licik itu
tersentak ketika mendengar
kabar tentang kemungkinan akan adanya saingan. Pembunuhan
yang tidak terhitung
banyaknya telah mencemarkan jalannya kepada takhta kerajaan.
Dasar orang asing, ia
dibenci oleh rakyat yang diperintahnya. Satu-satunya
keamanan bagi jiwanya ialah
kebaikan Roma. Tetapi Putra yang baru ini menaruh tuntutan
yang lebih tinggi. Ia
dilahirkan untuk kerajaan itu.
Herodes mencurigai bahwa imam-imam berkomplot dengan
orang-orang asing itu untuk
mengharu-birukan khalayak ramai dan menurunkan dia dari
takhta. Tetapi ia
menyembunyikan kecurigaan hatinya itu, serta memutuskan
dalam hati untuk
memutar-balikkan rencana-rencana mereka itu dengan tipu
muslihat yang lebih unggul.
Setelah memanggil kepala-kepala imam dan ahli-ahli Taurat,
ia menanyai mereka
tentang ajaran buku-buku suci mereka mengenai tempat
kelahiran Mesias. Pertanyaan ini yang ke luar dari mulut perampas takhta itu,
dan yang ditanyakan atas
permintaan orang-orang asing, menyengat kesombongan
guru-guru Yahudi itu. Sikap
masa bodoh dengan mana mereka membuka gulungan nubuatan
menimbulkan amarah
si lalim yang cemburu itu. Ia menyangka mereka mencoba
hendak menyembunyikan
pengetahuan mereka dalam soal itu. Dengan kekuasaan yang
tidak berani mereka
ingkari, ia memerintahkan mereka untuk mengadakan
penyelidikan yang saksama, dan
untuk memberitahukan tempat kelahiran Raja mereka yang
diharapkan itu. "Maka
sembah mereka itu kepada baginda: Di Betlehem, tanah Yudea,
karena demikianlah
dituliskan oleh nabi itu, bunyinya:
"Hai Betlehem, tanah Yudea
Sekali-kali tidak engkau terkecil di antara segala penghulu
Yehuda,
Karena dari dalammu juga akan keluar seorang raja,
Yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."
Sekarang Herodes mengundang orang Majus itu untuk mengadakan
wawancara
perseorangan. Suatu badai kemarahan dan ketakutan berkecamuk
dalam hatinya, tetapi
dalam gerak-geriknya ia tetap berlaku tenang, dan menerima
orang-orang asing itu
dengan sopan. Ia bertanya bila bintang itu kelihatan, serta
pura-pura menyambut
dengan kesukaan kabar tentang kelahiran Kristus itu. Ia
meminta tamu-tamunya itu
supaya memeriksa "hal kanak-kanak itu dengan saksama,
maka apabila kamu
mendapat Dia, berilah tahu kepadaku, supaya aku pun datang
menyembah Dia."
Setelah berkata demikian, dibebaskannyalah mereka untuk
melanjutkan perjalanan
mereka ke Betlehem.
Imam-imam dan tua-tua Yerusalem sebenarnya bukanlah tidak
mengetahui hal
kelahiran Kristus itu sebagaimana yang mereka pura-pura
buat. Laporan tentang
kunjungan malaikat-malaikat kepada gembala-gembala itu sudah
dibawa ke Yerusalem,
tetapi rabi-rabi telah memperlakukannya seperti sesuatu hal
yang tidak layak mendapat
perhatian mereka. Mereka sendiri boleh jadi sudah akan
mendapat Yesus dan mungkin
sudah akan siap untuk memimpin orang Majus itu ke tempat
kelahiran-Nya; tetapi
sebaliknya, orang Majus itulah yang datang untuk menarik
perhatian mereka kepada
kelahiran Mesias. "Di mana Raja orang Yahudi yang baru
jadi?" tanya mereka; "karena
di negeri Timur kami melihat bintang-Nya, maka datanglah
kami ini hendak menyembah
Dia."
Sekarang kesombongan dan iri hati menutup pintu terhadap
terang. Sekiranya segala
laporan yang dibawa oleh gembala-gembala dan orang Majus itu
diakui, maka akan
ditempatkannyalah imam-imam dan rabi-rabi itu dalam suatu
kedudukan yang paling
tidak disukai, membatalkan pengakuan mereka sebagai ahli
tafsir kebenaran Allah.
Guru-guru yang terpelajar ini tidak mau merendahkan hati
untuk diberi petunjuk oleh
orang-orang yang mereka sebut kafir. Mustahil, kata mereka,
Allah sudah melampaui
mereka, untuk berhubungan dengan gembala-gembala yang tidak
tahu apa-apa atau
dengan orang kafir yang tidak disunat. Mereka bertekad untuk
menunjukkan hinaan
terhadap laporan yang tengah mengharukan Raja Herodes dan
seluruh kota Yerusalem.
Mereka malahan tidak mau pergi ke Betlehem untuk melihat
kalau segala perkara ini
demikian halnya. Dan mereka menuntun orang banyak untuk
menganggap perhatian
kepada Yesus sebagai suatu kehebohan yang mengandung anasir
kefanatikan. Di
sinilah mulai terjadi penolakan terhadap Kristus oleh
imam-imam dan rabi-rabi. Dari titik
ini kesombongan serta kedegilan mereka pun tumbuhlah hingga
menjadi kebencian yang tetap terhadap Juruselamat. Sementara Allah membuka
pintu bagi orang kafir,
para pemimpin Yahudi sedang menutup pintu bagi mereka
sendiri.
Orang Majus itu berangkat sendiri dari Yerusalem. Malam
sudah tiba tatkala mereka
meninggalkan pintu gerbangnya, tetapi dengan kesukaan besar
mereka melihat bintang
itu pula, dan mereka ditujukan ke Betlehem. Mereka tiada
menerima pemberitahuan
lebih dulu tentang keadaan Yesus yang hina sebagaimana yang
telah diberikan kepada
gembala-gembala itu. Sesudah berjalan begitu jauh mereka
dikecewakan oleh sikap
masa bodoh di pihak para pemimpin Yahudi, dan telah
meninggalkan Yerusalem
dengan keyakinan yang kurang besar ketimbang keyakinan
mereka ketika masuk ke
dalam kota itu. Di Betlehem mereka tidak menjumpai pengawal
kerajaan yang
ditempatkan guna menjaga Raja yang baru lahir itu. Tidak ada
orang terhormat dunia ini
hadir di situ Yesus terbaring dalam sebuah palungan. Hanya
orang tua-Nya, petani
biasa yang tidak berpendidikan, yang mengawal Dia.
Mungkinkah ini gerangan Dia yang
tentang Dia tersurat, bahwa Ia harus "menegakkan pula
segala suku Yakub," dan
"memperbaiki pula segala pucuk Israel;" bahwa la
harus menjadi "suatu terang bagi
segala orang kafir," dan menjadi "selamat . . .
sampai kepada ujung bumi?"
"Ketika mereka masuk ke dalam rumah, mereka melihat
anak kecil itu bersama dengan
Maria, ibu-Nya, maka sujudlah mereka menyembah Dia."
Dalam penyamaran Yesus
yang hina, mereka merasakan hadirat Ilahi. Mereka
menyerahkan hati kepada-Nya
selaku Juruselamat mereka, lalu mempersembahkan pemberian mereka,—"emas dan
kemenyan dan mur." Betapa ajaibnya iman mereka itu!
Mungkin dapat dikatakan
mengenai orang Majus yang dari Timur itu, sebagaimana yang
kemudian dikatakan
tentang penghulu laskar Romawi, "Di antara orang Israel
juga belum pernah Kudapat
percaya yang seteguh ini." Orang Majus itu belum
menyelami rencana Herodes
terhadap diri Yesus. Setelah maksud perjalanan mereka
tercapai, mereka bersiap-siap
untuk kembali ke Yerusalem, bermaksud hendak memberitahukan
kepadanya hasil
perjalanan mereka itu. Tetapi dalam sebuah mimpi mereka
mendapat sebuah kabar Ilahi
yang menasihatkan supaya jangan lagi mengadakan hubungan
lebih lanjut dengan dia.
Dengan menghindari Yerusalem, berangkatlah mereka kembali ke
negerinya melalui
suatu jalan lain.
Demikianlah juga Yusuf mendapat amaran supaya melarikan diri
ke Mesir bersama
Maria dan anak itu. Maka kata malaikat itu, "Tinggallah
di sana sampai aku memberi
tahu kepadamu, karena Herodes mencari jalan hendak membunuh
Kanak-kanak itu."
Yusuf menurut dengan tiada bertangguh, dan berangkat
berjalan pada malam hari
supaya lebih aman.
Dengan perantaraan orang Majus itu, Allah telah membangunkan
perhatian bangsa
Yahudi terhadap kelahiran Putra-Nya. Penyelidikan mereka di
Yerusalem, perhatian
umum yang dibangkitkan, dan bahkan kecemburuan hati Herodes
itu, yang meminta
secara paksa perhatian imam-imam dan rabi-rabi mengerahkan
pikiran kepada
nubuatan-nubuatan tentang Mesias, dan kepada peristiwa besar
yang baru saja terjadi.
Setan sudah bertekad hendak
menyembunyikan terang Ilahi itu dari dunia, maka
digunakannyalah segala tipu-dayanya yang paling licik untuk
membinasakan
Juruselamat. Tetapi la yang tidak pernah mengantuk atas
tidur itu, selamanya
menunggui Putra-Nya yang tercinta itu. Ia yang dulu kala
telah menurunkan manna dari
surga bagi bangsa Israel, dan yang telah memberi Elia makan
pada waktu bala
kelaparan itu, menyediakan di sebuah negeri kafir suatu
perlindungan bagi Maria dan Yesus anak bayi itu. Maka oleh pemberian orang
Majus yang datang dari suatu negeri
kafir itu, Tuhan mencukupkan kebutuhan untuk perjalanan ke
Mesir dan penumpangan
di sebuah negeri orang asing.
Orang Majus itulah yang termasuk golongan orang yang pertama
menyambut Penebus.
Pemberian mereka itulah yang pertama diletakkan di kaki-Nya.
Maka dengan pemberian
itu, alangkah mulianya pekerjaan yang telah mereka lakukan!
Persembahan yang
diberikan dengan hati yang penuh kasih, Allah suka
menghormatinya, serta
membubuhinya kegunaan yang sebesar-besarnya dalam bekerja
bagi-Nya. Kalau kita
sudah memberikan hati kita kepada Yesus niscaya kita juga
akan membawa segala
persembahan kita kepada-Nya. Emas dan perak kita,
harta-benda duniawi kita yang
termahal, segala karunia pikiran dan rohani yang tertinggi
nilainya yang ada pada kita,
akan kita serahkan dengan limpahnya kepada Dia yang
mengasihi kita dan yang telah
menyerahkan diri-Nya sendiri bagi kita.
Herodes di Yerusalem dengan tidak sabar lagi menunggu
pulangnya orang Majus itu.
Dengan berlalunya waktu dan mereka itu tidak kunjung muncul
juga, bangkitlah
kecurigaannya. Keengganan rabi-rabi untuk menunjukkan tempat
kelahiran Mesias
tampaknya menunjukkan bahwa mereka sudah mencium bau
rencananya, dan bahwa
orang Majus itu telah dengan sengaja menghindari dia.
Pikiran itu menggeramkan
hatinya. Tipu-daya sudah gagal, tetapi kekerasan masih dapat
digunakan. Ia akan
mengadakan sebuah contoh dengan raja yang masih bayi ini.
Orang Yahudi yang
angkuh itu harus melihat apa yang dapat mereka harapkan
dalam segala percobaan
mereka hendak menempatkan seorang raja di atas takhta.
Serdadu-serdadu dengan segera disuruh pergi ke Betlehem,
dengan perintah untuk
membunuh semua anak yang berusia dua tahun ke bawah. Rumah
tangga yang
tenteram di kota Daud itu menyaksikan peristiwa ngeri yang,
enam ratus tahun
sebelumnya, telah diberitahukan kepada nabi Yeremia.
"Kedengaranlah di Rama suatu
bunyi suara ratap dan tangis dan raung yang amat besar,
yaitu Rahel menangisi
anak-anaknya, maka engganlah ia dihiburkan, sebab
anak-anaknya tiada lagi."
Malapetaka ini telah didatangkan oleh orang Yahudi ke atas
diri mereka sendiri.
Seandainya mereka berjalan dengan kesetiaan dan kerendahan
hati di hadirat Allah,
niscaya dengan suatu cara yang luar-biasa la akan membuat
murka raja itu tidak
berbahaya bagi mereka. Tetapi mereka telah memisahkan diri
dari Allah oleh dosa-dosa
mereka dan telah menolak Roh Kudus, yang merupakan perisai
mereka satu-satunya.
Mereka tiada mempelajari Alkitab dengan hasrat hendak
menurut kehendak Allah.
Mereka telah menyelidiki nubuatan-nubuatan yang dapat
ditafsirkan untuk meninggikan
diri mereka sendiri, dan untuk menunjukkan betapa Allah
membenci semua bangsa
yang lain. Mereka itu senantiasa membanggakan bahwa Mesias
akan datang sebagai
raja, menaklukkan segala musuh-Nya, serta menginjak-injak segenap
bangsa kafir
dalam murka-Nya. Demikianlah mereka membangkitkan rasa
dengki pemerintah
mereka. Karena mereka sudah salah melukiskan pekerjaan
Kristus, Setan bermaksud
hendak melaksanakan kebinasaan Juruselamat; tetapi terjadi
hal yang sebaliknya,
bencana itu menimpa kepala mereka sendiri.
Tindakan kekejaman inilah salah satu kekejaman terakhir,
yang menodai pemerintahan
Herodes. Tidak lama sesudah pembunuhan terhadap anak-anak
yang tidak berdosa itu,
ia sendiri terpaksa menyerahkan diri ke dalam malapetaka
yang tidak dapat dielakkan
oleh seorang jua pun. Ia mengalami kematian yang sungguh
mengerikan. Yusuf, yang masih tinggal di Mesir itu, sekarang disuruh oleh
seorang malaikat Allah
untuk kembali ke
negeri Israel. Karena memandang Yesus sebagai ahli waris takhta
Daud, Yusuf ingin tinggal di Betlehem; tetapi ketika
mendengar bahwa Arkhelaus
memerintah di Yudea sebagai pengganti ayahnya, ia takut
kalau-kalau rencana ayahnya
terhadap Kristus
dilaksanakan oleh anaknya itu. Dari semua putra Herodes,
Arkhelauslah yang paling serupa dengan dia dalam tabiat.
Ketika ia mengambil alih
pemerintahan, peristiwa itu telah ditandai dengan suatu
huru-hara di Yerusalem dan
pembantaian beribu-ribu orang Yahudi oleh para pengawal
Romawi.
Sekali lagi Yusuf dituntun ke sebuah tempat yang aman. Ia
pulang ke Nazaret, kampung
halamannya yang dulu dan di sini kurang lebih tigapuluh
tahun lamanya Yesus tinggal,
"supaya genaplah barang yang dikatakan oleh segala
nabi, bahwa Yesus akan bergelar
orang Nazaret." Galilea adalah di bawah kekuasaan
seorang putra Herodes, tetapi
daerah itu mempunyai campuran penduduk asing yang jauh lebih
besar daripada
Yudea. Dengan demikian makin kuranglah perhatian dalam
persoalan yang ada sangkut
paut khusus dengan orang Yahudi, dan pengakuan tentang Yesus
pun akan kurang
kemungkinan membangkitkan kecemburuan orang-orang yang
memegang kekuasaan.
Demikianlah sambutan terhadap Juruselamat tatkala la datang
ke dunia ini. Tampaknya
tiadalah tempat beristirahat atau tempat yang aman bagi
Penebus yang masih bayi itu.
Allah tidak dapat mempercayakan Putra-Nya yang tercinta itu
kepada manusia,
sungguhpun pada waktu sedang melaksanakan pekerjaan-Nya demi
keselamatan
mereka. Disuruh-Nya malaikat-malaikat untuk mengawal Yesus
dan untuk melindungi
Dia hingga Ia menyelesaikan kelak tugas-Nya di dunia ini,
dan mati oleh tangan
orang-orang yang hendak diselamatkan-Nya. Pasal 7
PADA MASA KANAK-KANAK
PADA masa kanak-kanak dan masa muda Yesus tinggal di sebuah
kampung
pegunungan yang kecil. Tiada tempat di dunia ini yang tidak
dapat dipermuliakan oleh
hadirat-Nya. Istana raja-raja sebenarnya akan merasa beroleh
kehormatan untuk
menerima Dia sebagai seorang tamu. Tetapi Ia melewati saja
rumah orang-orang kaya,
istana-istana kerajaan, dan pusat-pusat ilmu pengetahuan
yang termasyhur, untuk
tinggal di Nazaret yang tidak terkenal serta yang dihinakan
orang itu.
Sungguh ajaib arti riwayat singkat tentang hidup-Nya semasa
kanak-kanak: "Maka
Kanak-kanak itu pun makin besar dan bertambah-tambah kuat
roh-Nya dan penuhlah la
dengan budi dan karunia Allah pun adalah atas-Nya."
Dalam sinar wajah Bapa-Nya,
Yesus "makin bertambah-tambah hikmat dan besar-Nya dan
makin disukai Allah dan
manusia." Pikiran-Nya giat dan tajam, dengan kecerdasan
otak dan akal budi yang jauh
melampaui usia-Nya. Namun tabiat-Nya baik sekali dalam
keselarasannya. Tenaga
pikiran dan tubuh berkembang secara berangsur-angsur sesuai
dengan hukum masa
kanak-kanak.
Selaku seorang anak, Yesus menunjukkan suatu keindahan
tabiat yang istimewa.
Tangan-Nya yang cekatan selamanya siap sedia untuk melayani
orang lain. Ia
menunjukkan kesabaran
yang tidak dapat diganggu oleh barang sesuatu pun, dan
keteguhan dalam kebenaran yang tidak sudi mengorbankan
kejujuran. Dalam prinsip
yang kukuh seperti batu karang, hidup-Nya menunjukkan sifat
kesopanan yang tidak
mementingkan diri sendiri.
Dengan kesungguhan yang besar ibu Yesus mengamat-amati mekarnya
segala
kuasa-Nya dan melihat kesempurnaan dalam tabiat-Nya. Dengan
kesukaan ia berusaha
mendorong semangat pikiran yang cerdas dan tajam itu. Dengan
perantaraan Roh Suci
ia menerima akal budi untuk dapat bekerja sama dengan
makhluk-makhluk semawi
dalam usaha memperkembangkan Anak ini, yang dapat mengatakan
hanya Allah
sebagai Bapa-Nya.
Sejak zaman purbakala orang-orang yang setia di kalangan
orang Israel selamanya
memberikan perhatian yang besar kepada pendidikan
orang-orang muda. Tuhan telah
menyuruh supaya semenjak masa bayi kanak-kanak diberi
pelajaran tentang
kebaikan-Nya dan kebesaran-Nya, teristimewa sebagaimana yang
dinyatakan dalam
hukum-Nya, dan yang ditunjukkan dalam sejarah Israel.
Nyanyian, doa dan pelajaran
dari Alkitab harus disesuaikan dengan pikiran yang sedang
berkembang. Ibu ,bapa
harus mengajarkan kepada anak-anak mereka bahwa hukum Allah
adalah kenyataan
tabiat-Nya, dan bahwa sementara mereka menerima asas-asas
hukum itu ke dalam
hati, peta Allah pun terteralah pada pikiran dan jiwa.
Sebagian besar dari pengajaran itu
dilakukan secara lisan; tetapi anak muda belajar juga
membaca tulisan-tulisan Ibrani;
dan gulungan surat Alkitab Wasiat Lama terbuka untuk mereka
pelajari.
Pada zaman Kristus kota atau negeri yang tidak menyediakan
pendidikan agama bagi
anak-anak muda dianggap sebagai kota yang kena kutuk Allah.
Namun pengajaran itu
sudah menjadi sekadar kebiasaan saja. Tradisi sudah
mengambil sebagian besar
tempat Alkitab. Pendidikan yang benar niscaya menuntun kaum
muda untuk "mencari
Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia."
Kisah 17:27. Tetapi guru-guru orang Yahudi memusatkan perhatiannya pada
soal-soal yang bersangkutan
dengan upacara-upacara belaka. Pikiran sudah dipenuhi dengan
bahan-bahan yang
tidak ada nilainya bagi pelajar, dan yang tidak akan diakui
sah di sekolah yang lebih
tinggi di istana surga. Pengalaman yang diperoleh karena
menerima sabda Allah secara
perseorangan, tidak mendapat tempat dalam sistem pendidikan
itu. Karena leka dengan
acara sehari-hari yang bersifat jasmaniah, para pelajar
tidak beroleh saat yang tenang
untuk mengadakan hubungan dengan Allah. Mereka tidak
mendengar suara-Nya
berfirman ke dalam hati. Dalam usaha mereka menambang ilmu,
mereka berpaling dari
Sumber akal budi. Syarat-syarat mutlak besar dalam pekerjaan
Allah dilalaikan.
Asas-asas hukum disamarkan. Apa yang dianggap sebagai
pendidikan yang tertinggi,
sudah merupakan rintangan yang terbesar bagi perkembangan
yang sejati. Di bawah
pendidikan rabi-rabi segala kuasa orang-orang muda tertekan.
Pikiran mereka itu
menjadi terdesak dan sempit.
Yesus tidak memperoleh pendidikan di sekolah rumah
sembahyang. Ibu-Nyalah
guru-Nya manusia yang pertama. Dari bibir ibu-Nya dan surat
gulungan nabi-nabi la
mempelajari hal-hal semawi. Justru Sabda yang
difirmankan-Nya sendiri dulu kepada
Musa untuk bangsa Israel, kini diajarkan kepada-Nya di
pangkuan ibu-Nya. Ketika ia
meningkat dari masa kanak-kanak ke masa muda, la tidak
berusaha belajar di sekolah
rabi-rabi. Ia tidak memerlukan pendidikan yang diperoleh
dari sumber semacam itu;
sebab guru-Nya ialah Allah.
Pertanyaan yang ditanyakan ketika Juruselamat bekerja di dunia
ini dulu,
"Bagaimanakah orang ini mempunyai pengetahuan
demikian tanpa belajar?" bukannya
menyatakan bahwa Yesus tidak dapat membaca, melainkan
semata-mata karena la
belum pernah mendapat pendidikan dari rabi-rabi. Yoh. 7:15.
Oleh karena la mendapat
pengetahuan sebagaimana yang dapat kita perbuat, maka
pengetahuan-Nya yang
dalam tentang soal-soal Alkitab itu menunjukkan betapa
rajinnya la mempelajari sabda
Allah. Dan terbentang di hadapan-Nya ialah perpustakaan
besar dari segala hasil
ciptaan Allah. Ia yang telah menciptakan segala sesuatu itu
mempelajari
pelajaran-pelajaran yang telah ditulis oleh tangan-Nya
sendiri di bumi, laut dan langit.
Terpisah dari jalan-jalan dunia ini yang cemar, la
mengumpulkan himpunan ilmu
pengetahuan dari alam kejadian. Ia mempelajari hidup
tumbuh-tumbuhan, binatang, dan
hidup manusia. Sejak kecil-Nya la digenggam oleh satu
maksud; la hidup untuk
mendatangkan berkat kepada orang-orang lain. Untuk maksud
ini la mendapat sumber
dalam alam kejadian; pendapat-pendapat baru tentang berbagai
cara dan ikhtiar terkilat
dalam pikiran-Nya sementara la mempelajari hidup tumbuh-tumbuhan dan hidup
binatang-binatang. Selalu la berusaha menarik dari
benda-benda yang dapat dilihat
contoh-contoh kiasan yang dengan itu la dapat mengajarkan
firman Allah yang hidup.
Perumpamaan-perumpamaan digunakan-Nya untuk memberikan
pelajaran-pelajaran-Nya tentang kebenaran selama masa
kerja-Nya, menunjukkan
betapa roh-Nya terbuka terhadap pengaruh alam kejadian dan
bagaimana la telah
mengumpulkan pengajaran kerohanian dari segala suasana yang
di sekeliling hidup-Nya
sehari-hari.
Demikianlah bagi Yesus arti sabda dan segala benda ciptaan
Allah terbuka, sedang la
mencoba mengetahui sebab-musabab dari segala sesuatu. Para
pengiringnya ialah
makhluk-makhluk semawi, dan alam pikiran serta percakapan
yang suci ada pada-Nya.
Sejak dapat berpikir ia senantiasa bertumbuh dalam sifat
kerohanian, dan pengetahuan tentang kebenaran.
Setiap anak dapat memperoleh pengetahuan sebagaimana halnya
dengan Yesus.
Sedang kita berusaha mengenal Bapa kita yang di surga dengan
melalui firman-Nya,
malaikat-malaikat yang suci akan datang hampir, pikiran kita
akan dikuatkan, tabiat kita
akan dipertinggi dan diperhalus. Kita akan lebih menyerupai
Juruselamat kita. Maka
sedang kita melihat benda-benda yang elok dan mulia dalam
alam kejadian,
kasih-sayang kita pun akan mengalirlah kepada Allah.
Sementara roh merasa takut
dengan hormat, jiwa dikuatkan oleh mengadakan hubungan
dengan Yang Mahabesar
melalui benda-benda ciptaan-Nya. Percakapan dengan Allah
melalui doa
mengembangkan tenaga pikiran dan batin, dan tenaga rohani
makin kuat sementara
kita memupuk pikiran dengan hal-hal yang bersifat rohani.
Kehidupan Yesus adalah suatu kehidupan yang sesuai dengan
Allah. Ketika Ia masih
seorang kanak-kanak, la berpikir dan berbicara seperti
seorang kanak-kanak; tetapi
tidak ada sekelumit pun tanda-tanda dosa yang menodai peta
Allah dalam diri-Nya.
Meskipun demikian la tidak bebas dari penggodaan. Penduduk
Nazaret sudah menjadi
buah bibir orang karena kejahatannya. Anggapan yang rendah
dari khalayak ramai
tentang mereka dinyatakan oleh pertanyaan Natanael,
"Mungkinkah sesuatu yang baik
datang dari Nazaret?" Yoh. 1:46. Yesus ditempatkan di
mana watak-Nya akan diuji.
Perlulah la senantiasa waspada untuk mempertahankan
kesucian-Nya. Ia tidak luput
dari segala pergumulan yang wajib kita hadapi, supaya la
dapat menjadi contoh bagi kita
dalam masa kanak-kanak, masa muda, dan masa dewasa.
Setan tidak mengenal lelah dalam usahanya untuk mengalahkan
Anak Nazaret itu.
Sejak kecil-Nya Yesus selalu dikawal oleh malaikat-malaikat
surga, namun hidup-Nya
adalah satu pergumulan yang lama sekali melawan kuasa kegelapan.
Bahwa di bumi ini
ada satu hidup yang bebas dari kenajisan kejahatan, adalah
suatu hal yang
mengganggu dan membingungkan pikiran putra kegelapan. Segala
ikhtiar diadakannya
untuk menjebak Yesus. Tiada seorang pun anak manusia yang
akan pernah disuruh
hidup suci di tengah perjuangan yang demikian dahsyatnya
dengan pencobaan, seperti
Juruselamat kita.
Orang tua Yesus miskin, dan mereka bergantung kepada
pekerjaan berat sehari-hari. Ia
sudah biasa dengan, kemiskinan, penyangkalan diri dan
kekurangan. Pengalaman ini
adalah suatu pelindung bagi-Nya. Dalam hidup-Nya yang rajin
itu tidak ada waktu yang
terbuang untuk mengundang pencobaan. Tidak ada saat yang
tidak bertujuan membuka
jalan bagi pergaulan yang mencemarkan. Ia berusaha
sedapat-dapatnya untuk menutup
pintu bagi penggoda itu. Tiada keuntungan atau pun
kesenangan, pernyataan setuju
atau pun kecaman, yang dapat membujuk Dia untuk menyetujui
sesuatu tindakan yang
salah: la sungguh bijaksana mengamati kejahatan, dan kuat
melawannya.
Kristuslah satu-satunya orang yang tidak berdosa yang pernah
tinggal di dunia ini,
namun hampir tigapuluh tahun lamanya Ia hidup di antara
penduduk Nazaret yang jahat.
Kenyataan ini merupakan suatu teguran bagi orang-orang yang
mengira bahwa mereka
bergantung pada tempat, nasib, atau kemakmuran, agar dapat
hidup dengan tiada
bercacat. Pencobaan, kemiskinan, kemelaratan, justru
merupakan disiplin yang
diperlukan untuk mengembangkan kesucian dan keteguhan.
Yesus tinggal dalam rumah tangga petani dan dengan setia
serta riang-gembira turut
memikul segala tanggungan rumah tangga. Dulu lalah
Pemerintah surga, dan
malaikat-malaikat dengan gembira melaksanakan segala
perintah-Nya; kini la menjadi seorang hamba yang sukarela, seorang anak
pengasih dan penurut. Ia belajar
bertukang kayu dan dengan tangan-Nya sendiri Ia bekerja di
bengkel pertukangan
bersama Yusuf. Dengan pakaian yang serba sederhana seperti
yang dipakai oleh
seorang pekerja biasa la menjalani jalan-jalan kota kecil
itu, pergi dan pulang dari
pekerjaan-Nya yang sederhana itu. Ia tidak menggunakan kuasa
Ilahi-Nya untuk
mengurangi beban-Nya atau meringankan pekerjaan-Nya.
Sementara Yesus bekerja pada masa kanak-kanak dan masa muda,
pikiran dan
tubuh-Nya berkembang. Ia tidak menggunakan tenaga tubuh-Nya
dengan
serampangan, melainkan dengan saksama sehingga tetap berada
dalam keadaan
sehat,-supaya la dapat melakukan pekerjaan yang
sebaik-baiknya dalam segala hal Ia
tidak mau sembrono dalam
menggunakan alat pertukangan sekalipun la sempurna
sebagai seorang pekerja, sebagaimana la sempurna dalam
tabiat. Dengan teladan yang
diberikan-Nya itu Ia mengajarkan bahwa adalah kewajiban kita
untuk menjadi rajin,
bahwa pekerjaan kita haruslah dilakukan dengan tepat dan
saksama, dan bahwa
pekerjaan yang demikian itu mulia adanya. Pergerakan badan
yang mengajar tangan
supaya berguna, dan melatih orang muda supaya turut memikul
beban kehidupan
memberikan kekuatan tubuh, serta mengembangkan setiap
tenaga. Semuanya harus
mencari sesuatu untuk dilakukan, yang akan berfaedah bagi
dirinya sendiri dan menjadi
pertolongan bagi orang lain. Allah telah menentukan
pekerjaan sebagai suatu berkat,
dan hanyalah pekerja yang rajin yang mendapat kemuliaan dan
kegembiraan hidup
sejati. Kebaikan Allah diberikan hingga dengan jaminan kasih
atas anak dan orang
muda yang dengan sukaria turut memikul kewajiban rumah
tangga, menolong ibu dan
bapa dalam tanggungannya. Anak-anak yang begitu akan pergi
ke luar dari lingkungan
rumah tangga dan kemudian menjadi anggota masyarakat yang
berguna.
Selama hidup-Nya di dunia, Yesus adalah seorang pekerja yang
tekun dan setia Ia
mengharapkan banyak; sebab itu Ia pun berusaha banyak.
Setelah la mulai bekerja
sebagai Guru, la berfirman, "Kita harus mengerjakan
pekerjaan Dia yang mengutus Aku,
selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada
seorang pun yang dapat
bekerja." Yoh. 9:4. Yesus tidak segan menghadapi kesusahan
dan kewajiban,
sebagaimana yang dibuat oleh banyak orang yang mengaku
sebagai pengikut-Nya.
Adalah sebab mereka berusaha menghindari disiplin ini maka
banyak yang lemah dan
tidak cakap. Mungkin mereka memiliki sifat tabiat yang bagus
dan menarik hati, namun
mereka lemah dan hampir tidak berguna apabila kesukaran
harus dihadapi atau
rintangan harus dilalui. Ketegasan dan tenaga, keteguhan
serta kekuatan watak seperti
yang dinyatakan dalam diri Kristus harus dipertumbuhkan
dalam diri kita, dengan jalan
disiplin yang ditanggung-Nya itu juga. Dan rahmat yang
diterima-Nya itu adalah untuk
kita.
Selama Ia hidup di antara manusia, Juruselamat kita turut
menanggung nasib
fakir-miskin. Oleh pengalaman tahulah la akan keluh-kesah
dan kesukaran mereka itu,
maka dapatlah la menghibur dan memberanikan hati segala
pekerja yang hina.
Orang-orang yang mengerti benar-benar akan pengajaran
hidup-Nya, tidak pernah akan
merasa bahwa sesuatu perbedaan harus diadakan antara
golongan-golongan, bahwa
para hartawan harus dihormati melebihi orang miskin.
Yesus bekerja dengan gembira dan bijaksana. perlulah banyak
kesabaran dan
kerohanian untuk dapat membawa agama Alkitab ke dalam
kehidupan di rumah tangga
dan ke dalam tempat pekerjaan, menanggulangi tekanan
perusahaan duniawi, namun tetap memelihara tujuan semata-mata hendak memuliakan
Allah. Di sinilah Yesus
merupakan seorang penolong. Ia tidak pernah begitu sibuk
dengan urusan duniawi
sehingga tidak ada lagi waktu atau pikiran untuk hal-hal
surga. Kerapkali la menyatakan
kesukaan hati-Nya oleh menyanyikan Mazmur dan nyanyian
surga. Acapkali penduduk
Nazaret mendengar suara-Nya menyanyikan pujian dan ucapan
syukur kepada Allah. Ia
mengadakan hubungan dengan surga dalam nyanyian; dan apabila
kawan-kawan-Nya
mengeluh karena lelah dari pekerjaan, mereka itu diriangkan
oleh nyanyian yang merdu
dari bibir-Nya. Nyanyian pujian-Nya itu nampaknya mengusir
malaikat-malaikat yang
jahat, dan, seperti halnya dengan dupa, memenuhi tempat itu
dengan keharuman.
Pikiran para pendengar-Nya dibawa dari tempat buangan di
dunia ini, ke rumah yang di
surga. Yesus adalah mata air kemurahan yang menyembuhkan
bagi dunia ini; maka
sepanjang tahun-tahun kesunyian yang di Nazaret itu,
hidup-Nya mengalir dalam arus
belas-kasihan dan kelemahlembutan. Orang yang sudah tua,
orang yang berduka, dan
orang yang ditindas oleh dosa, anak-anak yang bermain-main
dengan kesukaan hatinya
yang murni, makhluk-makhluk kecil di hutan belukar, binatang
penarik muatan yang
sabar,-semuanya merasa lebih senang karena hadirat-Nya. Ia
yang firman
kekuasaan-Nya menyokong segala dunia, mau membungkuk untuk menolong seekor
burung yang terkena luka. Tiada sesuatu yang terlalu kecil
bagi perhatian-Nya, tiada
sesuatu terhadap mana Ia merasa jijik untuk memberi
pelayanan.
Demikianlah sedang Ia bertumbuh dalam akal budi dan
perawakan, Yesus pun
bertambah dalam kebaikan Allah dan manusia. Ia menarik
simpati segala hati oleh
menunjukkan diri-Nya sendiri sanggup menaruh simpati dengan
semua orang. Suasana
harapan dan semangat yang mengelilingi Dia menjadikan Dia
suatu berkat dalam setiap
rumah tangga. Maka sering dalam rumah sembahyang pada hari
Sabat la dipanggil
untuk membaca pelajaran dari surat nabi-nabi, dan hati para
pendengar merasa
gembira ketika suatu terang yang baru bersinar dari
perkataan biasa dari ayat yang suci
itu.
Namun Yesus menghindari pertunjukan. Selama tinggal di
Nazaret, la tidak pernah
menunjukkan kuasa ajaib-Nya. Ia tidak pernah mencari
kedudukan yang tinggi dan tidak
memakai sesuatu gelar. Hidup-Nya yang tenang dan sederhana,
bahkan tidak adanya
keterangan Alkitab tentang hidup-Nya ketika kanak-kanak,
memberikan kepada kita
suatu pelajaran yang penting. Makin tenang dan makin
sederhana hidup seorang
anak,--makin bebas dari kesibukan yang dibuat-buat, dan
makin selaras dengan alam
kejadian-makin baiklah itu bagi kekuatan tubuh dan pikiran
dan bagi kekuatan rohani.
Yesus menjadi teladan kita. Banyaklah orang yang memusatkan
perhatiannya pada
masa kerja-Nya bagi khalayak ramai, sedangkan mereka tidak
memperhatikan
pengajaran masa kecil-Nya. Tetapi justru dalam
hidup-Nya di rumah tanggalah la
menjadi teladan bagi anak-anak dan orang muda. Juruselamat
rela menempuh
kepapaan, supaya la dapat mengajarkan betapa dekat kita
dapat berjalan dengan Allah
dalam suatu nasib yang hina. Ia hidup untuk menyenangkan
hati, menghormati serta
memuliakan Bapa-Nya dalam segala perkara kehidupan biasa.
Pekerjaan-Nya mulai
dengan memuliakan pekerjaan tukang yang hina, yang bekerja
untuk mencari
nafkahnya sehari-hari. la melakukan pekerjaan Allah pada
waktu bekerja di bangku
pertukangan kayu sama dengan pada waktu mengadakan
mukjizat-mukjizat bagi
khalayak ramai. Maka setiap orang muda yang mengikuti jejak
Kristus dalam hal
kesetiaan dan penurutan di rumah tangga-Nya yang sederhana
itu, dapat menyatakan berhak atas sabda yang diucapkan tentang diri-Nya oleh
Bapa melalui Roh
Kudus,"Lihatlah hamba-Ku, yang Kupapah; pilihan-Ku,
yang hati-Ku berkenan akan
Dia."
---------------
Pasal ini didasarkan atas Lukas 2:39, 40. Pasal 8
KUNJUNGAN KE PESTA PASKAH
BAGI bangsa Yahudi tahun keduabelas ialah garis pemisah
antara masa kanak-kanak
dan masa muda. Setelah meningkat ke dalam usia ini seorang
anak muda Ibrani disebut
anak hukum, dan juga anak Allah. Ia diberi kesempatan
istimewa untuk pelajaran
agama, dan diharapkan untuk mengikuti berbagai pesta dan
upacara keagamaan.
Sesuai dengan kebiasaan inilah Yesus pada masa mudanya
mengadakan kunjungan
Paskah ke Yerusalem. Sebagaimana semua orang Israel yang
tekun beribadat, Yusuf
dan Maria naik tiap tahun untuk menghadiri Paskah, dan
sesudah Yesus mencapai
umur yang dituntut, mereka membawa Dia beserta mereka.
Ada tiga pesta tahunan, Paskah, Pentakosta, dan Pesta Pondok
Daun-daunan, pada
kesempatan seperti itu semua orang laki-laki Israel
diperintahkan menghadap, Tuhan di
Yerusalem. Di antara semua pesta ini pesta Paskahlah yang
paling ramai dikunjungi
orang. Banyak yang datang dari segala negeri di mana orang
Yahudi tercerai-berai. Dari
segenap bagian Palestina datanglah orang-orang yang hendak
berbakti dalam
rombongan-rombongan yang besar. Perjalanan dari Galilea
memerlukan beberapa hari,
dan para pengunjung itu bersatu dalam rombongan-rombongan
besar buat teman
perlindungan. Kaum wanita dan orang-orang yang sudah lanjut
usianya mengendarai
lembu jantan atau keledai melalui jalan yang curam dan
berbatu-batu. Orang-orang
laki-laki dewasa dan
anak-anak muda yang agak kuat, berjalan kaki. Waktu pesta
Paskah itu, jatuh pada akhir bulan Maret atau pada awal
bulan April, dan seluruh negeri
bersemarak dengan bunga-bunga dan beria-ria dengan kicauan
burung. Sepanjang
jalan tampak tempat-tempat yang menjadi kenang-kenangan dalam sejarah bangsa
Israel maka ibu-ibu serta bapa-bapa mengisahkan kepada
anak-anak mereka
masing-masing tentang mukjizat-mukjizat yang telah diadakan
Allah bagi umat-Nya
pada masa yang telah lampau. Mereka mengisi waktu perjalanan
itu dengan nyanyian
dan musik, dan tatkala akhirnya menara-menara Yerusalem
nampak, berpadulah tiap
suara dalam nyanyian kegembiraan yang gegap-gempita--
"Bahwa kaki kami adalah berdiri Dalam pintu negerimu,
hai Yerusalem . . .
Hendaklah ada selamat dalam kota-bentengmu,
Dan sejahtera dalam segala mahligaimu!"
mahligaimu!"
Pemeliharaan Paskah mulai dengan kelahiran bangsa Ibrani.
Pada malam terakhir dari
masa perhambaan mereka di Mesir, apabila tiada sesuatu tanda
kelepasan tampak,
Allah memerintahkan mereka supaya bersiap-siap untuk
kelepasan yang segera akan
terjadi. Ia telah memberikan amaran kepada Firaun tentang
hukuman yang terakhir atas
orang Mesir, dan Ia telah menyuruh orang Ibrani mengumpulkan
keluarga mereka di
tempat kediaman masing-masing. Setelah segala ambang pintu
dipercik dengan darah
anak domba yang disembelih, mereka harus memakan daging anak
domba itu, yang
sudah dipanggang, bersama apam fatir dan gulai yang pahit.
"Maka dengan demikian
hendaklah kamu makan dia," firman-Nya, "yaitu
dengan berikat pinggangmu dan
berkasut kakimu dan tongkat pada tanganmu, maka hendaklah
kamu makan dia dengan
bersegera-segera, yaitu Paskah Tuhan." Tengah malam
semua anak sulung orang-orang Mesir mati terbunuh. Kemudian raja mengirimkan
kabar kepada bangsa
Israel, "Berangkatlah kamu; keluarlah dari antara
segala rakyatku, . . . pergilah kamu
berbuat bakti kepada Tuhan, setuju dengan katamu."
Orang-orang Ibrani itu pergi keluar
dari Mesir sebagai satu bangsa yang merdeka. Tuhan telah
memerintahkan supaya
pesta Paskah itu diselenggarakan tiap tahun. "Maka akan
jadi kelak," la bersabda,
"apabila anakmu bertanya akan kamu: Apakah kebaktian
yang pada kamu ini?
Hendaklah kamu menyahut: Inilah korban paskah bagi Tuhan,
yang lalu daripada segala
rumah bangsa Israel dalam negeri Mesir tatkala dipalu-Nya
segala orang Mesir, maka
dilindungkan-Nya segala rumah kita." Demikianlah dari
keturunan kepada keturunan
hikayat tentang kelepasan yang ajaib ini harus diulangi.
Paskah itu disusul dengan pesta roti yang tidak beragi yang
lamanya tujuh hari. Pada
hari yang kedua dari pesta tersebut, buah bungaran dari
panen tahun itu, seberkas
syeir, dipersembahkan di hadirat Tuhan. Segenap upacara
pesta itu membayangkan
pekerjaan Kristus. Kelepasan bangsa Israel dari Mesir adalah
satu pelajaran yang
membayangkan penebusan, dan untuk itu Paksah dimaksudkan
untuk
mengingatkannya. Domba yang disembelih, roti yang tidak
beragi, buah bungaran itu,
membayangkan Juruselamat.
Bagi kebanyakan orang pada zaman Kristus, pemeliharaan pesta
ini telah merosot
menjadi sekadar hari raya upacara saja. Tetapi betapa besar
artinya bagi Putra Allah!
Inilah kali yang pertama Yesus melihat bait suci. Ia melihat
imam-imam yang berjubah
putih melakukan tugas mereka dengan penuh khidmat. Ia
melihat korban yang
bergelimangan darah di atas mezbah korban. Bersama dengan
orang-orang yang
berbakti la tunduk berdoa, sementara asap dupa naik di
hadirat Allah. Ia menyaksikan
upacara Paskah yang mengesankan itu. Hari demi hari Ia
melihat arti semuanya dengan
bertambah jelas. Tiap perbuatan tampaknya terikat dengan
hidup-Nya sendiri.
Getaran-getaran baru timbul dalam dada-Nya. Dengan tenang
dan penuh perhatian, la
nampaknya mempelajari sebuah soal yang pelik. Rahasia
tugas-Nya sedang terbuka
bagi Juruselamat.
Karena terlalu asyiknya memikirkan peristiwa ini, la tidak
tinggal tetap di samping orang
tua-Nya. Ia berusaha menyendiri. Sesudah upacara-upacara
Paskah itu berakhir, Ia
masih tinggal di halaman bait suci itu; dan setelah semua
orang yang berbakti
meninggalkan Yerusalem, Ia ketinggalan di sana.
Dalam kunjungan ke Yerusalem ini, orangtua Yesus ingin
memperkenalkan Dia dengan
guru-guru besar di kalangan orang Israel. Meskipun Ia taat
dalam segala hal pada
firman Allah, la tidak menyesuaikan diri dengan segala
upacara dan kebiasaan rabi-rabi
itu. Yusuf dan Maria mengharap supaya la dapat dipimpin
untuk menghormati rabi-rabi
yang terpelajar itu, dan memberikan perhatian yang lebih
besar kepada
tuntutan-tuntutan mereka. Tetapi Yesus dalam bait suci itu
sudah diajar oleh Allah. Apa
yang telah diterima-Nya, dengan segera mulai diberikan-Nya.
Pada zaman itu sebuah ruangan yang dihubungkan dengan bait
suci dijadikan sekolah
suci, menurut cara sekolah nabi-nabi. Di sinilah rabi-rabi
yang terkemuka berhimpun
dengan murid-muridnya dan ke sinilah Yesus datang. Setelah
duduk di kaki orang-orang
yang terpelajar dan disegani ini Ia mendengarkan pengajaran
mereka. Selaku seorang
yang suka menuntut hikmat, ditanyai-Nya guru-guru itu
tentang nubuatan--nubuatan dan
tentang peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi pada waktu
itu, yang menunjuk kepada
kedatangan Mesias. Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai
seorang yang haus akan pengetahuan tentang
Allah. Pertanyaan-pertanyaan-Nya mengandung
kebenaran-kebenaran yang dalam
yang sudah lama tersembunyi, namun yang mutlak bagi
keselamatan jiwa. Sementara
menyatakan betapa sempit dan dangkal adanya pengetahuan
orang-orang pintar itu,
setiap pertanyaan membuka bagi mereka suatu pelajaran Ilahi,
serta menaruh
kebenaran dalam segi pandangan yang baru. Rabi-rabi itu
berbicara tentang kemuliaan
ajaib yang akan dibawa oleh kedatangan Mesias kepada bangsa
Yahudi; tetapi Yesus
menyebutkan nubuatan nabi Yesaya lalu menanyakan kepada
mereka apa arti
tulisan-tulisan yang menunjuk kepada penderitaan serta
kematian Anak Domba Allah.
Doktor-doktor itu berpaling kepada-Nya dengan
pertanyaan-pertanyaan, dan mereka
keheran-heranan mendengar segala jawab-Nya. Dengan
kerendahan hati seorang anak
kecil Ia mengulangi ayat Alkitab, memberikan kepadanya arti
yang begitu dalam, yang
belum pernah diselami oleh orang-orang pandai itu.
Seandainya diturut, maka
garis-garis kebenaran yang ditunjukkan-Nya itu niscaya sudah
melahirkan suatu
reformasi dalam agama zaman itu. Perhatian yang tekun dalam
soal-soal kerohanian
niscaya sudah timbul; dan apabila Yesus memulai
pekerjaan-Nya, banyaklah orang
yang akan bersedia untuk menerima Dia.
Rabi-rabi itu tahu bahwa Yesus belum pernah dididik di
sekolah mereka; namun
pengertian-Nya tentang nubuatan-nubuatan jauh melampaui
pengertian mereka. Dalam
diri anak Galilea yang cerdas ini mereka melihat banyak
kemungkinan yang besar.
Mereka ingin mendapat Dia sebagai murid, supaya Ia menjadi
guru di kalangan orang
Israel. Mereka ingin bertanggung jawab atas
pendidikan-Nya, dengan merasa bahwa
pikiran yang demikian aslinya wajib ditaruh di bawah asuhan
mereka.
Perkataan Yesus telah menggerakkan hati mereka sebagaimana
belum pernah dulu
digerakkan oleh ucapan yang keluar dari bibir manusia. Allah
sedang berusaha hendak
memberikan terang kepada para pemimpin Israel, dan la menggunakan
satu-satunya
ikhtiar yang dengan itu mereka dapat dicapai. Dalam
kesombongannya mereka niscaya
akan merasa tidak suka mengaku bahwa mereka dapat menerima
pelajaran dari
seseorang. Sekiranya Yesus tampak seakan-akan berusaha
hendak mengajar mereka,
sudah tentu mereka tidak akan mau mendengarkan-Nya. Tetapi
mereka
membanggakan diri sendiri bahwa mereka sedang mengajar Dia,
atau
sekurang-kurangnya menguji pengetahuan-Nya akan Alkitab.
Kesederhanaan serta budi
pekerti kemudaan Yesus melenyapkan segenap prasangka mereka.
Dengan tidak sadar pikiran mereka terbuka bagi firman Allah,
dan Roh Suci berbicara
kepada hati mereka.
Tak dapat tidak mereka harus sadar bahwa pengharapan mereka
tentang Mesias tidak
disokong oleh nubuatan; tetapi mereka tidak mau meninggalkan
teori-teori yang telah
membesar-besarkan cita-cita mereka. Mereka tidak mau mengaku
bahwa mereka
sudah salah mengerti akan Alkitab yang mereka ajarkan itu.
Dari seorang kepada
seorang beredarlah pertanyaan, Bagaimanakah anak muda ini
mendapat pengetahuan,
sedangkan ia tidak pernah belajar? Terang sudah bersinar
dalam kegelapan; tetapi
"kegelapan itu tidak menguasainya." Yoh. 1:5 .
Dalam pada itu Yusuf dan Maria sudah sangat bingung dan susah. Ketika berangkat
dari Yerusalem mereka sudah tidak melihat Yesus, dan mereka
tidak tahu bahwa Ia
tinggal di sana. Pada waktu itu negeri itu penuh sesak
dengan manusia, dan
kalifah-kalifah dari Galilea amat besar. Suasana sungguh
kacau sekali ketika mereka meninggalkan kota. Di tengah jalan kesukaan berjalan
dengan sahabat-sahabat dan
handai-taulan memenuhi perhatian mereka, sehingga mereka
tidak memperhatikan
bahwa Ia tidak ada di situ hingga malam tiba. Kemudian
ketika mereka berhenti hendak
beristirahat, mereka kehilangan tangan anak mereka yang
selalu siap sedia membantu.
Karena menyangka bahwa la ada dalam rombongan itu, mereka
tadinya tidak merasa
cemas. Muda seperti Dia itu, mereka telah percaya kepada-Nya
dengan tiada syak,
mengharap bahwa bila diperlukan, la tentu akan bersedia
hendak membantu mereka,
mengharapkan adanya keperluan-keperluan mereka sebagaimana
kebiasaan-Nya.
Tetapi saat ini kekuatiran mereka timbul. Mereka mencari Dia
di seluruh rombongan
mereka itu, tetapi sia-sia belaka. Dengan perasaan gemetar
mereka teringat bagaimana
Herodes sudah mencoba hendak membinasakan Dia waktu la masih
bayi. Kekuatiran
hebat memenuhi hati mereka. Dipersalahkannya diri sendiri
dengan amat sangat.
Setelah kembali ke Yerusalem, mereka terus-menerus mencari.
Keesokan harinya,
sedang mereka bersama-sama dengan orang-orang yang berbakti,
suatu suara yang
mereka kenal menarik perhatian mereka. Tidak mungkin salah
lagi; tiada suara lain
yang serupa dengan suara-Nya, begitu singgah dan tekun namun
begitu manis lagunya.
Di sekolah rabi-rabi itu mereka menemukan Yesus. Meskipun
sangat bersuka, mereka
tidak dapat melupakan kesusahan serta kekuatiran mereka yang
telah lalu. Sesudah Ia
bersama-sama dengan mereka kembali, ibu itu berkata, dalam
perkataan yang
mengandung teguran, "Hai Anakku, mengapa Engkau berbuat
demikian akan kami?
bahwa bapa-Mu dan aku mencari Engkau dengan susah
hati."
Mengapa Aku kamu cari?" sahut Yesus. "Tidakkah
kamu tahu, bahwa tak dapat tidak
adalah Aku dalam rumah Bapa-Ku?" Dan waktu mereka
tampaknya tidak mengerti
perkataan-Nya itu, Ia menunjuk ke atas. Pada wajah-Nya
tampaklah seperti sinar yang
mengherankan mereka. Keilahian sedang memancar dari kemanusiaan.
Ketika
menemukan Dia di dalam bait suci, mereka sempat mendengar
apa yang berlangsung
antara Dia dan rabi-rabi itu, dan mereka tercengang-cengang
mendengar segala
pertanyaan dan jawab-Nya. Perkataan-Nya melahirkan
serentetan buah pikiran yang
tidak pernah akan terlupakan.
Dan pertanyaan-Nya kepada mereka mengandung suatu pelajaran. "Tidakkah kamu
tahu," kata-Nya, "bahwa tak dapat tidak adalah Aku
dalam rumah Bapa-Ku?" Yesus
sedang mengerjakan pekerjaan yang Ia telah datang ke dunia
ini untuk
mengerjakannya; tetapi Yusuf dan Maria sudah melalaikan
pekerjaan mereka sendiri.
Allah telah mengaruniai mereka kehormatan besar dalam
mempercayakan Putra-Nya
kepada mereka. Malaikat-malaikat suci telah memimpin
perjalanan Yusuf untuk menjaga
nyawa Yesus. Tetapi sehari suntuk Mereka telah kehilangan
Dia yang seharusnya tidak
boleh mereka lupakan sekejap mata pun. Maka apabila
kekuatiran hati mereka sudah
lalu, mereka bukannya mempersalahkan diri sendiri, melainkan
melemparkan kesalahan
itu kepada-Nya.
Adalah wajar bagi orangtua Yesus untuk menganggap Dia
sebagai anak mereka sendiri.
Ia ada di antara mereka setiap hari, kehidupan-Nya dalam
banyak hal adalah serupa
dengan kehidupan anak-anak yang lain, sehingga sukarlah bagi
mereka untuk
menginsafi bahwa lalah Putra Allah. Mereka hampir gagal
untuk menghargai berkat
yang dikaruniakan kepada mereka dalam hadirat Penebus dunia.
Kesusahan hati akibat
perpisahan mereka dari Dia, dan teguran halus yang
terkandung dalam perkataan-Nya
itu, dimaksudkan untuk mengingatkan kepada mereka betapa
sucinya tanggung jawab yang diserahkan kepada mereka.
Dalam jawab-Nya kepada ibu-Nya, Yesus menunjukkan untuk
pertama kalinya bahwa la
mengerti hubungan-Nya dengan Allah. Sebelum la lahir
malaikat telah berkata kepada
Maria, "Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak
Allah Yang Mahatinggi. Dan
Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa
leluhur-Nya, dan Ia
akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai
selama-lamanya." Lukas 1:32,
33. Perkataan ini sudah direnungkan Maria dalam hatinya;
namun meskipun ia yakin
bahwa anaknya itu harus menjadi Mesias bagi umat Israel, ia
tidak mengerti akan
tugas-Nya. Kini ia tidak mengerti akan perkataan-Nya; tetapi
ia tahu bahwa Anaknya itu
telah menyangkal tali kekeluargaan dengan Yusuf, dan telah
menyatakan bahwa Ialah
Putra Allah.
Yesus tidak mengabaikan hubungan-Nya dengan orang tua-Nya
yang di dunia ini. Dari
Yerusalem Ia pulang ke rumah bersama mereka, dan Ia membantu
mereka dalam
pekerjaan sehari-hari. Ia menyembunyikan rahasia
tugas-Nya dalam hati-Nya sendiri,
menanti dengan taat saat yang telah ditentukan bagi-Nya
untuk memulai pekerjaan-Nya.
Delapan belas tahun lamanya sesudah Ia mengakui bahwa Ialah
Putra Allah, Ia
mengakui tali yang mengikatkan Dia ke rumah tangga yang di
Nazaret dan melakukan
segala kewajiban seorang anak, seorang saudara, seorang
sahabat, dan seorang warga
negara.
Oleh karena tugas-Nya sudah terbuka bagi Yesus dalam bait
suci, la menghindari
hubungan dengan orang banyak. Ia ingin pulang dari Yerusalem
dengan diam-diam,
bersama dengan mereka yang tahu akan rahasia hidup-Nya. Oleh
upacara Paskah,
Allah sedang berusaha hendak memanggil umat-Nya keluar dari
segala kesusahan
duniawi serta mengingatkan mereka akan segala perbuatan-Nya
yang ajaib dalam
kelepasan mereka dari Mesir. Dalam perbuatan ini Ia ingin
supaya mereka melihat suatu
janji kelepasan dari dosa. Sebagaimana darah anak domba yang
disembelih itu
melindungi rumah tangga bangsa Israel, demikian juga darah
Kristus akan
menyelamatkan jiwa mereka;.tetapi mereka dapat diselamatkan
oleh Kristus hanya
apabila oleh percaya mereka membuat hidup-Nya menjadi hidup
mereka sendiri. Adalah
rahmat dalam upacara-upacara beralamat, hanya apabila
ditujukannya orang-orang
yang berbakti itu kepada Kristus sebagai Juruselamat pribadi
mereka. Allah
menghendaki agar mereka dituntun ke arah penyelidikan serta
renungan yang disertai
doa tentang tugas Kristus. Tetapi sesudah orang banyak itu
meninggalkan Yerusalem,
kegembiraan sepanjang perjalanan dan percakapan dengan
teman-teman terlalu sering
memenuhi perhatian mereka, sehingga upacara yang baru saja mereka saksikan itu
dilupakan. Juruselamat tidaklah tertarik kepada rombongan
mereka itu.
Ketika Yusuf dan Maria pulang dari Yerusalem tersendiri
dengan Yesus, Ia berharap
hendak menujukan pikiran mereka kepada nubuatan-nubuatan
tentang Juruselamat
yang akan menderita. Di atas Bukit Golgota Ia berusaha
meringankan dukacita ibu-Nya.
Kini Ia tengah memikirkan tentang ibu-Nya. Maria harus
menyaksikan penderitaan-Nya
yang terakhir, dan Yesus menghendaki agar ia mengerti
tugas-Nya, supaya ia dapat
menjadi kuat untuk menderita, manakala pedang itu menerusi
jiwanya nanti.
Sebagaimana Yesus telah terpisah daripadanya dan ia telah
mencari Dia dengan diliputi
dukacita tiga hari lamanya, demikian juga bila Ia
dipersembahkan karena dosa-dosa
dunia ini, Ia akan terpisah pula daripadanya tiga hari
lamanya. Maka apabila Ia keluar
dari kubur, dukacitanya akan berubah pula menjadi sukacita.
Tetapi ia akan jauh lebih kuat menanggung kesengsaraan karena kematian-Nya
sekiranya ia mengerti segala
nubuatan ke arah mana Yesus kini mencoba mengalihkan segala
pikirannya.
Sekiranya Yusuf dan Maria telah memusatkan pikiran mereka
pada Allah dengan
renungan dan doa, niscaya mereka sudah menginsafi betapa
sucinya tanggung jawab
yang telah dipercayakan
kepada mereka dan mereka tidak akan kehilangan Yesus.
Karena kelengahan sehari mereka kehilangan Juruselamat;
tetapi mereka harus
mencari dengan perasaan cemas selama tiga hari untuk
menemukan Dia. Demikian
juga halnya dengan kita; dengan perkataan sia-sia, fitnahan,
atau kelalaian berdoa,
mungkin kita pada satu hari kehilangan hadirat Juruselamat,
lalu mungkin memerlukan
berhari-hari lamanya untuk mendapat Dia dengan susah-payah,
serta memperoleh
kembali damai yang telah hilang daripada kita.
Dalam pergaulan kita satu sama lain, kita harus berhati-hati
supaya jangan kita
melupakan Yesus, dan berjalan terus dengan tiada mengingat
bahwa Ia tidak bersama
kita. Apabila hati kita sudah penuh dengan hal-hal duniawi
sehingga kita tidak lagi
menaruh ingatan akan Dia yang dalamnya berkisar harapan kita
akan hidup kekal, kita
memisahkan diri kita dari Yesus dan dari malaikat-malaikat
surga. Makhluk-makhluk
suci tidak dapat tinggal di tempat hadirat Yesus yang tidak
diingini, dan ketiadaan
hadirat-Nya tidak diperhatikan. Inilah sebabnya mengapa
perasaan tawar hati begitu
sering dialami oleh orang-orang yang mengaku pengikut
Kristus.
Banyak orang menghadiri acara kebaktian, dan mereka
disegarkan serta dihiburkan
oleh firman Allah; tetapi oleh kelalaian dalam mengadakan
renungan, dalam hal berjaga
dan doa, mereka kehilangan berkat, dan merasa diri mereka
lebih hampa daripada
sebelum mereka mendapatnya. Acapkali mereka merasa bahwa
Allah telah berlaku
keras terhadap mereka. Mereka tidak melihat bahwa kesalahan
itu adalah pada pihak
mereka sendiri. Dengan menjauhkan diri dari Yesus, mereka
telah menutup pintu bagi
cahaya hadirat-Nya.
Alangkah baiknya kalau kita menggunakan waktu sejam lamanya
setiap hari untuk
merenungkan kehidupan Kristus. Kita harus merenungkannya
satu per satu, serta
membiarkan angan-angan kita membayangkan setiap peristiwa,
terutama
peristiwa-peristiwa terakhir. Kalau kita memikir-mikirkan
pengorbanan-Nya yang besar
itu untuk kita, keyakinan kita pada-Nya akan makin menjadi
tetap, kasih kita dihidupkan,
dan kita akan makin penuh dengan Roh-Nya. Kalau kita mau
diselamatkan kelak, kita
harus mempelajari pelajaran pertobatan dan kerendahan hati
di kaki salib.
Sementara kita bergaul bersama, kita dapat menjadi berkat bagi
satu sama lain. Kalau
kita milik Kristus, pikiran-pikiran kita yang paling manis
ialah tentang Dia. Kita akan suka
berbicara tentang Dia; maka sementara kita berbicara kepada
satu sama lain tentang
kasih-Nya, hati kita pun akan dihaluskan oleh pengaruh
Ilahi. Oleh memandang
keindahan tabiat-Nya, kita akan "diubahkan oleh Roh
Tuhan, daripada kemuliaan
sampai kepada kemuliaan."
--------------
Pasal ini didasarkan atas Lukas 2:41-51 Pasal 9
HARI-HARI PERJUANGAN
SEMENJAK kecil sekali anak orang Yahudi sudah dikelilingi
dengan segala tuntutan
rabi-rabi. Berbagai peraturan yang keras sudah ditentukan
untuk setiap kegiatan, hingga
soal-soal kehidupan yang terkecil sekali pun. Di bawah
asuhan guru-guru di rumah
sembahyang orang-orang muda diajar tentang
peraturan-peraturan yang tidak terkira
banyaknya, yang diharap mereka taati sebagai orang Israel
yang beribadat. Tetapi
Yesus tidak memusingkan diri-Nya dalam soal-soal ini. Sejak
kecil Ia berlaku bebas dari
segala hukum rabi-rabi. Segala tulisan dalam Wasiat Lama
selamanya dipelajari-Nya
dan perkataan, "Demikianlah sabda Tuhan,"
selamanya ada di bibir-Nya.
Ketika keadaan bangsa itu mulai terbuka bagi pikiran-Nya,
dilihat-Nya bahwa tuntutan
masyarakat dan tuntutan Allah selamanya berbenturan satu
sama lain. Manusia sudah
menjauhkan diri dari sabda Allah, serta meninggikan segala
teori rekaan mereka sendiri.
Mereka memelihara upacara-upacara tradisi yang tidak mengandung manfaat. Acara
perbaktian mereka hanyalah berupa upacara agama yang
diulang-ulang belaka; segala
kebenaran kudus yang hendaknya diajarkannya, tersembunyi
dari orang-orang yang
datang berbakti. Ia melihat bahwa dalam upacara-upacara
mereka yang tidak disertai
iman itu mereka tidak mendapat damai. Mereka tidak mengenal
kebebasan roh yang
akan datang kepada mereka oleh berbakti kepada Allah dalam
kebenaran. Yesus telah
datang guna mengajarkan arti perbaktian kepada Allah, dan Ia
tidak dapat
membenarkan pencampuran segala tuntutan manusia dengan
ajaran Ilahi. Ia tidak
menyerang ajaran atau kebiasaan guru-guru yang alim itu;
tetapi bila ditegur karena
segala kebiasaan-Nya sendiri yang sederhana itu, Ia
mengucapkan sabda Allah untuk
membenarkan tingkah laku-Nya itu.
Dengan cara yang halus dan lembut, Yesus berusaha
menyenangkan hati orang-orang
yang berbicara dengan Dia. Sebab Ia bersikap lemah-lembut
dan tidak suka
menonjolkan diri maka katib-katib dan tua-tua menyangka
bahwa Ia akan mudah
terpengaruh oleh pengajaran mereka. Mereka membujuk Dia
supaya menerima baik
segala adat-istiadat serta tradisi yang telah diwariskan
turun temurun dari rabi-rabi
purbakala, tetapi Ia meminta wewenang mereka dalam Alkitab.
Ia mau mendengar tiap
sabda yang keluar
dari mulut Allah; tetapi Ia tidak dapat menurut segala rekaan
manusia. Yesus tampaknya mengetahui Alkitab dari awal sampai
akhir, dan Ia
menguraikannya dalam arti yang sesungguhnya. Rabi-rabi
merasa malu diajar oleh
seorang anak kecil. Mereka menuntut bahwa kewajiban
merekalah untuk menjelaskan
Alkitab, dan bahwa pihak-Nyalah yang harus menerima tafsiran
mereka. Mereka marah
karena Ia berani melawan perkataan mereka itu.
Mereka tahu bahwa tidak ada wewenang yang dapat diperoleh
dalam Alkitab untuk
tradisi-tradisi mereka itu. Mereka menyadari bahwa dalam
pengertian rohani Yesus jauh
lebih maju daripada mereka. Namun mereka marah karena Ia
tidak menurut segala
perintah mereka. Karena tidak berhasil meyakinkan Dia,
mereka mencari Yusuf dan
Maria, lalu membentangkan di hadapan mereka pembawaan-Nya
yang tidak taat itu.
Demikianlah Ia menderita teguran dan kecaman.
Dalam usia yang masih sangat muda, Yesus sudah mulai
bertindak menurut cara-Nya
sendiri dalam pembentukan tabiat-Nya, bahkan hormat serta
cinta pada orang tua-Nya sekali pun tidak dapat mencegah Dia daripada penurutan
kepada firman Allah. "Adalah
tersebut" ialah alasan-Nya bagi tiap perbuatan yang
berbeda dari kebiasaan
kekeluargaan. Tetapi pengaruh rabi-rabi menyebabkan pengalaman
hidup-Nya amat
pahit. Pada masa muda-Nya sekalipun Ia mesti memahami
pelajaran-pelajaran berat
dalam bertahan dengan diam dan sabar.
Saudara-saudara-Nya, ialah anak-anak Yusuf, memihak kepada
rabi-rabi. Mereka
bersikeras mengatakan bahwa tradisi-tradisi mesti ditaati
seakan-akan hal itu adalah
tuntutan Allah. Mereka bahkan menganggap segala ajaran
manusia itu lebih tinggi
daripada firman Allah, dan mereka merasa sangat tersinggung
oleh ketajaman otak
Yesus dalam membedakan antara yang salah dan yang benar.
Ketaatan-Nya yang
saksama pada hukum Allah mereka salahkan sebagai kedegilan.
Mereka merasa heran
akan pengetahuan serta akal budi yang ditunjukkan-Nya dalam
menjawab rabi-rabi.
Mereka tahu bahwa Ia tidak pernah mendapat pelajaran dari
orang-orang terpelajar itu,
namun mereka terpaksa melihat bahwa Ia merupakan seorang
guru bagi mereka.
Mereka mengakui bahwa pendidikan-Nya mengandung jenis yang
lebih tinggi daripada
pendidikan mereka. Tetapi mereka tidak melihat bahwa Ia
dapat menghampiri pohon
alhayat, yaitu sebuah
sumber ilmu pengetahuan yang tentang itu mereka tidak
mengetahui sedikit pun.
Kristus tidak mengasingkan diri, dan Ia telah dengan
istimewa menyinggung perasaan
kaum Farisi oleh menyimpang dalam hal ini dari
peraturan-peraturan mereka yang keras
itu. Ia melihat lapangan agama dipagari dengan tembok
pemisah yang tinggi-tinggi,
sebagai sesuatu yang terlalu keramat untuk kehidupan
sehari-hari Tembok pemisah ini
dihancurkan-Nya. Dalam pergaulan-Nya dengan manusia Ia tidak
bertanya. Apa
agamamu? Gereja mana kau ikuti? Ia menggunakan kuasa-Nya
untuk kepentingan
sekalian orang yang memerlukan pertolongan. Gantinya
mengasingkan diri dalam
rumah pertapaan, agar dapat menunjukkan tabiat semawi-Nya,
Ia bekerja dengan tekun
untuk umat manusia. Ia menanamkan asas bahwa agama Kitab
Suci tidak bergantung
kepada penyiksaan tubuh. Ia mengajarkan bahwa agama yang
suci dan tidak bercacat
bukannya dimaksudkan semata-mata untuk waktu-waktu tertentu
dan untuk saat-saat
istimewa. Pada segala waktu dan di segala tempat Ia menyatakan minat yang penuh
kasih-sayang terhadap manusia, serta memancarkan di
sekeliling-Nya cahaya
kesalehan yang gembira. Semuanya ini merupakan suatu
tempelakan bagi orang Farisi.
Ditunjukkannya bahwa agama bukannya bergantung kepada sifat
mementingkan diri
dan bahwa pengabdian mereka yang tidak sehat itu kepada
kepentingan diri sendiri
adalah jauh daripada peribadatan yang sejati. Hal ini telah
membangkitkan permusuhan
mereka melawan Yesus, sehingga mereka mencoba memaksakan
penurutan-Nya
kepada segala peraturan-peraturan mereka.
Yesus bekerja untuk meringankan setiap penderitaan yang
dilihat-Nya. Ia mempunyai
sedikit uang untuk diamalkan, tetapi Ia acapkali menyangkal
diri untuk memberikan
makanan agar dapat membantu orang-orang yang lebih berkekurangan daripada-Nya.
Saudara-saudara-Nya merasa bahwa pengaruh-Nya berjasa banyak
untuk merintangi
pengaruh mereka. Ia mempunyai akal budi yang tidak dimiliki
oleh seorang pun dari
mereka atau yang ingin mereka miliki. Kalau mereka berbicara
kasar kepada orang
yang miskin dan hina, Yesus mencari justru orang-orang yang
malang ini, serta
memberanikan hati mereka. Kepada orang-orang yang
berkekurangan Ia suka
memberikan secangkir air sejuk, seraya dengan diam-diam
menaruh makanan-Nya Sendiri ke tangan mereka. Sementara Ia meringankan
penderitaan mereka, segala
kebenaran yang diajarkan-Nya dihubungkan dengan perbuatan
kasihan-Nya itu, dan
dengan demikian mencantumkannya dalam ingatan.
Semuanya ini mengecilkan hati saudara-Nya. Karena lebih tua
dari Yesus mereka
merasa bahwa Ia harus di bawah perintah mereka. Mereka
mempersalahkan Dia
dengan mengatakan bahwa Ia menganggap diri-Nya lebih tinggi
daripada mereka, serta
menegur Dia karena menempatkan diri-Nya sendiri di atas
guru-guru mereka, di atas
imam-imam mereka dan penghulu-penghulu bangsa Yahudi. Sering
mereka
mengancam dan mencoba menakut-nakuti Dia; tetapi Ia berjalan
terus menggunakan
Alkitab sebagai penuntun-Nya.
Yesus mengasihi saudara-saudara-Nya, dan memperlakukan
mereka itu dengan
kebaikan hati yang
tiada putus-putusnya; tetapi mereka itu cemburu pada-Nya, dan
menyatakan sikap kurang percaya dan sikap memandang remeh
yang nyata. Mereka
tidak dapat mengerti tingkah laku-Nya. Banyaklah
pertentangan besar nampak dalam
diri Yesus. Ialah Anak Allah yang Ilahi namun Ia adalah
seorang anak kecil yang tidak
berdaya. Khalik segala dunia, dan bumi ini adalah milik-Nya,
namun kemiskinan meliputi
pengalaman hidup-Nya pada setiap langkah. Ia memiliki suatu
kebesaran dan
kepribadian yang semata-mata berbeda dengan kesombongan dan
ketekeburan
duniawi; Ia tidak berjuang untuk mengejar kebesaran duniawi,
malah dalam kedudukan
yang terhina sekali pun Ia merasa puas. Hal ini
membangkitkan kemarahan
saudara-saudara-Nya. Mereka tidak dapat mengerti
ketenangan-Nya yang tetap dalam
menghadapi ujian dan kemelaratan. Mereka tidak tahu bahwa
untuk kepentingan kita Ia
telah menjadi papa, supaya kita "menjadi kaya oleh
kepapaan-Nya itu." Mereka tidak
dapat mengerti rahasia tugas-Nya lebih daripada
sahabat-sahabat Ayub dapat mengerti
kehinaan serta penderitaannya.
Yesus dipahami salah oleh saudara-saudara-Nya sebab Ia tidak
seperti mereka. Asas
yang dipegang-Nya bukanlah asas yang mereka pegang. Dalam
memandang kepada
manusia mereka telah menjauhkan diri dari Allah, dan mereka
tidak mempunyai
kuasa-Nya dalam hidup mereka. Segala peraturan agama yang
mereka anut itu, tidak
dapat mengubahkan tabiat. Mereka membayar "dalam
sepuluh asa daripada selasih dan
adas manis dan jintan," tetapi "lalaikan perkara
yang terberat dalam Taurat, yaitu
kebenaran dan rahmat dan amanat." Teladan yang
diberikan Yesus merupakan suatu
gangguan yang terus-menerus bagi mereka. Hanya satu perkara
yang dibenci-Nya di
dunia ini, yaitu dosa. Ia tidak dapat menyaksikan satu
perbuatan yang salah tanpa
kepedihan yang tidak mungkin dapat disembunyikan. Di
kalangan orang-orang yang
beragama sekadar peraturan saja, yang kesuciannya secara
lahir menyembunyikan
kecintaan pada dosa, dengan suatu tabiat yang dalamnya
semangat untuk kemuliaan
Allah selamanya paling utama, perbedaan amat nyata. Sebab
kehidupan Yesus
mempersalahkan kejahatan, Ia dilawan baik di rumah maupun di
luar rumah. Sifat tidak
mementingkan diri dan ketulusan-Nya dibicarakan dengan sikap
mengejek. Kesabaran
dan kebaikan hati-Nya disebut sifat pengecut.
Dari segala kepahitan yang menjadi nasib manusia, tidak ada
bagian yang tidak dirasai
oleh Kristus. Ada orang yang mencoba melemparkan hinaan
kepada-Nya karena
kelahiran-Nya, bahkan pada waktu masih kanak-kanak pun Ia
mesti menghadapi
pandangan mereka yang menghina dan bisikan mereka yang
jahat. Sekiranya Ia
menjawab dengan sepatah kata dan pandangan yang tidak sabar,
sekiranya la menyerah kalah kepada saudara-saudara-Nya itu oleh hanya suatu
perlakuan yang
salah sekali pun, niscaya Ia sudah akan gagal menjadi suatu
teladan yang sempurna.
Dengan demikian Ia sudah pasti akan gagal melaksanakan
Ikhtiar penebusan kita.
Sekiranya Ia hanya mengaku bahwa ada maaf untuk dosa, Setan
tentu akan menang,
dan dunia ini sudah pasti akan hilang. Inilah sebabnya mengapa
penggoda itu bekerja
untuk menjadikan hidup-Nya paling sukar, supaya Ia dapat
terbawa kepada dosa.
Tetapi bagi setiap penggodaan Ia mempunyai satu jawab,
"Adalah tertulis." Ia jarang
mengecam sesuatu perlakuan salah dari saudara-saudara-Nya,
tetapi pada-Nya ada
kabar dari Allah untuk disampaikan kepada mereka. Kerapkali
la dituduh sebagai
pengecut karena tidak mau mempersatukan diri dengan mereka
dalam sesuatu
perbuatan terlarang; tetapi jawab-Nya ialah, adalah
tertulis, "Takut akan Tuhan itulah
hikmat adanya dan menjauhkan diri daripada jahat itulah akal
budi."
Ada juga orang yang suka bergaul dengan Dia, merasa damai
kalau Ia ada; tetapi
banyak juga orang yang menghindari Dia, sebab mereka
tertempelak oleh hidup-Nya
yang tidak bercela itu. Teman-teman-Nya orang muda membujuk
Dia supaya melakukan
apa yang mereka lakukan. Ia pintar dan selalu gembira;
mereka merasa senang kalau la
ada, serta menyambut gembira anjuran-anjuran-Nya yang
selamanya siap sedia; tetapi
mereka tidak sabar akan sikap-Nya yang amat berhati-hati dan
menyebut Dia seorang
yang berpandangan sempit dan picik. Yesus menjawab, Adalah
tersebut, "Dengan apa
gerangan boleh orang muda memeliharakan jalannya suci
daripada salah? Kalau
dijaganya dengan sabda-Mu." "Maka segala pesan-Mu
telah kutaruh dalam hatiku,
supaya jangan aku berdosa kepada-Mu."
Acapkali Ia ditanya, Mengapa engkau selalu suka menyendiri
dalam segala
tingkah-lakumu, berbeda dari kami semuanya? Adalah tertulis,
kata-Nya,
"Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela,
yang hidup menurut Taurat
Tuhan. Berbahagialah orang-orang yang memegang
peringatan-peringatan-Nya, yang
mencari Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan
kejahatan, tetapi yang
hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya." Mazmur
119:1 -3.
Apabila ditanya mengapa Ia tidak mengikuti senda-gurau
anak-anak muda Nazaret, la
berkata, Adalah tersebut, "Atas petunjuk
peringatan-peringatan-Mu aku bergembira,
seperti atas segala harta. Aku hendak merenungkan
titah-titah-Mu dan mengamat-amati
jalan-jalan-Mu. Aku akan bergemar dalam
ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak
akan kulupakan." Mazmur 119:14-16
Yesus tidak mau berbantah untuk mempertahankan hak-Nya.
Sering pekerjaan-Nya
dijadikan sangat berat dengan tidak seperlunya sebab Ia suka
menurut dan tidak
bersungut. Namun Ia tidak gagal atau pun putus asa. Ia hidup
di atas segala kesulitan
ini, seolah-olah dalam cahaya wajah Allah. Ia tidak membalas
dengan dendam apabila
diperlakukan dengan kasar, melainkan menanggung perlakuan
yang tidak senonoh
dengan sabar.
Berulang-ulang Ia ditanyai, Mengapa Engkau menyerah saja
pada perlakuan yang tidak
senonoh itu, meski dari saudara-saudara-Mu? Adalah tersurat,
kata-Nya, "Hai anak-Ku,
jangan kiranya engkau lupa akan hukum-Ku, melainkan hendaklah hatimu
memeliharakan segala pesan-Ku. Karena ia itu akan menambahi
segala hari dan tahun
umur hidupmu dan memperbanyak selamat bagimu. Jangan kiranya
peri kemurahan
dan setia itu meninggalkan dikau, melainkan kalungkanlah dia
pada lehermu dan
suratkanlah dia pada loh hatimu. Karena demikian engkau akan
beroleh karunia dan kebajikan, baik daripada pihak Allah, baik daripada pihak
manusia."
Sejak orangtua Yesus menjumpai Dia di bait suci, segala
tingkah laku-Nya merupakan
suatu rahasia bagi mereka. Ia tidak mau berbantah, namun
teladan yang diberikan-Nya
selamanya menjadi suatu pelajaran. Ia tampak sebagai seorang
yang sudah diasingkan.
Saat-saat kebahagiaan-Nya ialah bila Ia seorang diri dengan
alam kejadian dan dengan
Allah. Bila saja ada kesempatan terluang bagi-Nya, Ia
meninggalkan pekerjaan-Nya, lalu
pergi ke ladang, untuk merenung di lembah-lembah yang
menghijau, untuk mengadakan
hubungan dengan Allah di lereng gunung atau di bawah
pepohonan yang rindang
daunnya. Sering pagi-pagi buta Ia berada di suatu tempat
yang sunyi, untuk merenung,
menyelidik Alkitab, atau berdoa. Dari saat-saat yang tenang
ini Ia pulang ke rumah-Nya
untuk melakukan kewajiban-Nya pula, dan guna memberikan suatu
teladan dalam
melakukan pekerjaan dengan sabar.
Kehidupan Kristus ditandai dengan kehormatan dan kasih pada
ibu-Nya. Maria percaya
dalam hatinya bahwa anak kudus yang lahir daripadanya itulah
Mesias yang sudah lama
dijanjikan itu, namun ia tidak berani menyatakan
keyakinannya itu. Selama Ia hidup di
bumi ini Maria turut mengambil bagian dalam
kesengsaraan-Nya. Ia menyaksikan
dengan duka segala penderitaan yang didatangkan kepada-Nya
pada waktu Ia masih
kanak-kanak dan anak muda. Oleh membenarkan apa yang
diketahuinya benar dalam
kelakuan Yesus, ia sendiri terbawa ke dalam kedudukan yang
sulit. Ia memandang pada
pergaulan di rumah tangga dan pemeliharaan ibu yang
lemah-lembut akan
anak-anaknya sebagai sesuatu yang sangat penting dalam
pembentukan tabiat.
Anak-anak Yusuf lelaki dan perempuan mengetahui hal ini, dan
dengan menarik
perhatian kepada kecemasan hati ibu itu, mereka mencoba
memperbaiki
kebiasaan-kebiasaan Yesus sesuai dengan ukuran mereka.
Maria acapkali menegur Yesus, serta mendesak agar Ia
mengikuti kebiasaan rabi-rabi.
Tetapi tiadalah Ia dapat dibujuk untuk mengubahkan kebiasaan-Nya dalam
merenungkan perbuatan tangan Allah serta berusaha
meringankan penderitaan
manusia, bahkan penderitaan binatang-binatang yang bisu
sekali pun. Apabila
imam-imam dan guru-guru menuntut bantuan Maria dalam
mengendalikan Yesus, ia
merasa amat susah; tetapi damai datang ke dalam hatinya
setelah diucapkan-Nya
sebutan-sebutan Alkitab yang menyokong segala kebiasaan-Nya
itu.
Ada kalanya ia merasa ragu-ragu antara Yesus dan
saudara-saudara-Nya, yang tidak
percaya bahwa Ialah Utusan dari Allah; tetapi bukti banyak
sekali yang menyatakan
bahwa tabiat-Nya itu Ilahi adanya. Ia melihat Dia
mengorbankan diri-Nya sendiri demi
kebaikan orang-orang lain. Hadirat-Nya membawa suatu suasana
yang lebih murni ke
dalam rumah tangga, dan kehidupan-Nya adalah bagaikan ragi
yang bekerja di tengah
anasir-anasir kemasyarakatan. Dalam keadaan tidak berdosa
dan tidak bercela, Ia
berjalan di antara orang-orang yang kurang pikir, yang kasar
dan yang tidak sopan; di
antara para pemungut cukai yang curang, anak-anak sesat yang
nekat, orang-orang
Samaria yang najis, serdadu-serdadu kafir, petani-petani
yang kasar, dan orang banyak
yang serba aneka keadaannya. Ia mengucapkan sepatah kata
belas kasihan di sini dan
sepatah kata di sana, bila Ia melihat orang yang penat,
namun terpaksa memikul
beban-beban yang berat. Ia turut memikul beban mereka seraya
memberikan kepada
mereka itu pelajaran-pelajaran yang telah dipelajari-Nya
dari alam kejadian, tentang
kasih-sayang, kebaikan hati dan kebajikan Allah.-
Ia mengajar semua orang untuk memandang bahwa diri mereka
sendiri telah dianugerahi pelbagai macam bakat, yang jika digunakan dengan
semestinya akan
menghasilkan kekayaan yang kekal bagi mereka. Ia mencabut
segala kesia-siaan dari
kehidupan, dan oleh teladan yang diberikan-Nya mengajarkan
bahwa setiap saat adalah
penuh berisi akibat-akibat yang kekal; bahwa waktu itu harus
dijaga seperti sebuah
harta, dan harus digunakan untuk maksud-maksud yang suci. Ia
tidak pernah melalui
seseorang jua pun sebagai tidak berharga, melainkan berusaha
membubuhkan penawar
yang menyelamatkan kepada tiap-tiap jiwa. Dalam rombongan
manusia yang mana pun
Ia berada, Ia menyampaikan sesuatu pelajaran yang selaras
dengan waktu dan
keadaan. Ia berusaha mengilhamkan harapan ke dalam hati
orang-orang yang paling
kasar dan tidak memberi banyak harapan, membukakan kepada
mereka jaminan bahwa
mereka dapat menjadi bebas dari cela dan bencana, mencapai
suatu tabiat yang akan
menjadikan mereka nyata sebagai anak-anak Allah. Kerapkali
Ia bertemu dengan
orang-orang yang telah hanyut di bawah kendali Setan, dan
yang tidak berkuasa
melepaskan diri dari jeratnya. Kepada seseorang yang
demikian, yang putus asa, sakit,
tergoda, dan terjerumus, Yesus mengucapkan perkataan belas
kasihan yang paling
lemah-lembut, perkataan yang diperlukan dan yang dapat
dipahami. Sering pula Ia
bertemu dengan orang-orang lain, yang sedang bertempur
melawan musuh jiwa. Ia
meneguhkan semangat orang-orang ini supaya tetap tabah,
seraya memberi jaminan
bahwa mereka pasti menang; karena malaikat-malaikat Allah
berdiri di pihak mereka,
dan akan memberi kepada mereka kemenangan. Orang-orang yang
ditolong-Nya
dengan demikian diyakinkan bahwa inilah Dia yang padanya
mereka dapat berharap
dengan keyakinan yang sempurna. Ia tidak akan mengkhianati
segala, rahasia yang
mereka sampaikan ke telinga-Nya yang menaruh simpati.
Yesuslah yang menyembuhkan tubuh dan jiwa. Ia menaruh
perhatian dalam segala jenis
penderitaan yang terlihat oleh mata-Nya, dan kepada setiap
penderita Ia membawa
pertolongan, segala perkataan-Nya yang manis mengandung
penawar yang
menyembuhkan. Tidak seorang pun yang dapat mengatakan bahwa
Ia telah
mengadakan mukjizat; tetapi kebajikan kuasa kasih yang
menyembuhkan keluar
daripada-Nya kepada orang-orang yang sakit dan yang susah.
Demikianlah dengan
cara yang tiada mencolok mata la bekerja bagi orang banyak
sejak masa kecil-Nya
sekali pun. Maka inilah sebabnya, setelah Ia mulai bekerja
untuk umum, begitu banyak
orang mendengar Dia dengan senang hati.
Namun sepanjang masa kanak-kanak, masa muda, dan masa
dewasa, Yesus berjalan
seorang diri. Dalam kesucian dan kesetiaan-Nya, Ia mengirik
apitan anggur seorang diri,
dan tiada seorang jua pun yang menyertai Dia. Ia memikul
beban kewajiban yang luar
biasa beratnya, untuk keselamatan umat manusia. Ia maklum
bahwa kalau tidak ada
sesuatu perubahan yang nyata dalam asas-asas serta
maksud-maksud bangsa
manusia, semuanya pasti akan binasa. Inilah tanggungan
jiwa-Nya, dan seorang jua pun
tiada yang dapat menyadari beban yang terletak di atas
pundak-Nya itu. Penuh dengan
maksud yang kuat, dilaksanakan-Nyalah rencana hidup-Nya
bahwa Ia sendiri harus
menjadi terang bagi manusia. Pasal 10
SUARA DI PADANG BELANTARA
DARI antara orang-orang yang setia di kalangan orang Israel,
yang telah lama menantikan
kedatangan Mesias, bangkitlah bentara Kristus. Imam Zakharia
yang sudah tua dan istrinya Elisabet
adalah "keduanya . . . orang benar kepada Allah;"
dan dalam hidup mereka yang tenang dan suci
cahaya iman bersinar seperti sebuah bintang dalam kegelapan
hari-hari yang penuh kejahatan itu.
Kepada suami istri yang beribadat ini telah dijanjikan
seorang anak laki-laki, yang akan "berjalan
dulu di hadapan Tuhan, akan menyediakan jalan-Nya."
Zakharia tinggal "dalam segala pegunungan Yudea,"
tetapi ia telah pergi ke Yerusalem untuk
bekerja seminggu lamanya dalam bait suci, suatu kewajiban
yang dituntut dua kali setahun dari
imam-imam menurut gilirannya. "Maka pada sekali
peristiwa, sementara ia mengerjakan
pekerjaan imamat di hadapan Allah dalam gilir peraturan
harinya, sesuai adat jabatan imam, maka
dengan dibuang undi kenalah ia pekerjaan masuk ke dalam
rumah Tuhan akan membakar
persembahan dupa."
Ia sedang berdiri di muka mezbah keemasan di dalam bilik
yang suci di bait suci. Asap dupa
bersama doa bangsa Israel sedang naik di hadirat Allah.
Tiba-tiba sadarlah ia akan hadirat Ilahi.
Seorang malaikat Tuhan "berdiri di sebelah kanan meja
persembahan dupa itu." Tempat malaikat
berdiri itu mengalamatkan bahwa ia membawa kabar baik,
tetapi Zakharia tiada menghiraukan hal
ini. Bertahun-tahun lamanya ia telah mendoakan kedatangan
Penebus; kini surga mengutus
pesuruhnya untuk memberitahukan bahwa doa itu sudah hampir
dijawab; tetapi kemurahan Allah
tampaknya terlalu besar baginya untuk dipercayai. Ia
dipenuhi dengan ketakutan dan penyesalan
diri.
Tetapi ia disapa dengan jaminan yang menggembirakan hati:
"Jangan takut, hai Zakharia, karena
permintaan doamu telah diluluskan; bahwa istrimu Elisabet
akan beranak bagimu laki-laki seorang,
maka hendaklah engkau menamai dia Yohanes. Maka engkau akan
mendapat kesukaan dan
suka-cita dan banyak orang bergemar hatinya kelak akan
jadinya. Karena ia pun akan besar di
hadapan Tuhan, dan tidak ia akan minum air anggur atau
minuman pedas, dan ia pun akan
dipenuhi dengan Roh Kudus.... Dan banyaklah bangsa Israel
akan dibalikkannya kepada Tuhan
Allahnya. Maka ia pun akan berjalan di hadapan-Nya dengan
roh dan kuasa Elia, akan
membalikkan hati segala bapa kepada anak-anaknya dan yang
durhaka dibalikkannya kepada
kebijaksanaan orang yang benar, akan melengkapkan bagi Tuhan
suatu bangsa yang siap benar.
Maka kata Zakharia kepada malaikat itu: Bagaimana aku akan
mengetahui ketentuannya, karena
sudah tua aku dan istriku pun telah lalu sangat
umurnya."
Zakharia tahu betul bagaimana kepada Abraham di masa tuanya
telah dikaruniakan seorang anak
sebab ia percaya bahwa Ia yang telah berjanji itu setiawan
adanya. Tetapi seketika lamanya imam
yang sudah tua itu mengalihkan pikirannya ke arah kelemahan
kemanusiaan. Ia lupa bahwa apa
yang telah dijanjikan Allah, Ia sanggup melaksanakannya.
Alangkah besarnya perbedaan antara
sifat kurang percaya ini dengan percaya Maria yang segar dan
jujur, gadis Nazaret itu, yang
jawabnya terhadap pemberitahuan ajaib dari malaikat itu
ialah, "Sesungguhnya aku ini adalah
hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."
Lukas 1:38.
Lahirnya seorang anak bagi Zakharia, seperti lahirnya anak
Abraham, dan anak Maria, haruslah mengajarkan suatu kebenaran rohani yang
besar, suatu kebenaran yang tidak gampang kita
pelajari dan lekas melupakannya. Dalam diri kita sendiri,
kita tidak sanggup berbuat sesuatu
perkara yang baik; tetapi apa yang tidak dapat kita perbuat,
akan diadakan oleh kuasa Allah dalam
tiap-tiap jiwa yang menyerah dan percaya. Oleh percayalah
anak perjanjian dikaruniakan. Oleh
percayalah pula hidup kerohanian dilahirkan dan kita
disanggupkan untuk melakukan pekerjaan
kebenaran.
Untuk menjawab pertanyaan Zakharia, malaikat itu berkata,
"Bahwa aku ini Gabriel, yang berdiri di
hadapan hadirat Allah, maka aku pun disuruhkan berkata-kata
dengan dikau, dan menyampaikan
segala perkataan ini kepadamu." Lima ratus tahun
sebelumnya, Gabriel sudah memberi tahu
kepada nabi Daniel masa nubuatan yang berlangsung hingga
kedatangan Kristus. Pengetahuan
bahwa akhir masa ini sudah dekat, telah menggerakkan
Zakharia untuk mendoakan kedatangan
Mesias itu. Kini justru utusan yang telah menyampaikan
nubuatan itu, sudah datang untuk
mengumumkan kegenapannya.
Perkataan malaikat itu, "Bahwa aku ini Gabriel, yang
berdiri di hadapan hadirat Allah,"
menunjukkan bahwa ia menduduki suatu pangkat yang amat
terhormat di istana surga. Ketika ia
datang dulu membawa kabar kepada Daniel, ia berkata,
"Tidak ada satu pun yang berdiri di
pihakku dengan tetap hati melawan mereka, kecuali Mikhael
(Kristus), pemimpinmu itu." Daniel
10:21. Tentang Gabriel, Juruselamat berfirman dalam Wahyu,
bahwa "disuruhkan-Nya
malaikat-Nya menyatakan dia kepada Yohanes, hamba-Nya."
Wahyu 1:11. Dan kepada Yohanes
malaikat itu menandaskan, "Aku adalah hamba, sama
seperti engkau dan saudara-saudaramu,
para nabi." Why. 22:9. Pikiran yang sungguh mengagumkan
bahwa malaikat yang kedua dari Anak
Allah dalam
kemuliaan, ialah yang dipilih untuk memaparkan maksud-maksud Allah kepada
manusia yang berdosa.
Zakharia telah menyatakan kebimbangan akan perkataan
malaikat itu. Ia terpaksa tidak boleh
berbicara lagi hingga perkataan itu digenapi.
"Bahwasanya," kata malaikat itu, "engkau akan
menjadi kelu, . . . sampai kepada hari segala perkara ini
telah jadi, maka yaitu sebab tidak engkau
percaya akan perkataanku, yang akan disampaikan pada
masanya." Adalah kewajiban imam dalam
upacara ini untuk melayangkan doa keampunan dosa orang
banyak dan bangsa itu serta
kedatangan Mesias; tetapi ketika Zakharia mencoba hendak
melakukan ini, sepatah kata pun tidak
dapat diucapkannya.
Setelah keluar hendak mendoakan orang banyak,
"dilambai-lambainya mereka itu dan tinggal kelu
juga." Mereka sudah menunggu lama, dan sudah mulai
merasa agak khawatir, jangan-jangan ia
sudah dibinasakan oleh hukuman Allah. Tetapi ketika ia
keluar dari bilik yang suci, wajahnya
bersinar-sinar dengan kemuliaan Allah, "maka pada
perasaan mereka itu telah dilihatnya suatu
khayal dalam rumah Allah." Zakharia memberitahukan
kepada mereka dengan isyarat apa yang
telah dilihat dan didengarnya; dan "setelah sudah genap
hari pekerjaannya, pulanglah ia ke
rumahnya."
Tidak lama setelah anak yang dijanjikan itu lahir terurailah
lidah bapa itu, "lalu berkata-kata ia
sambil memuji Allah. Maka datanglah ketakutan atas segala
orang yang diam keliling mereka itu,
dan banyaklah perkataan orang akan segala perkara ini dalam
segala pegunungan Yudea. Maka
segala orang yang mendengar perkara-perkara itu
diperhatikannya, katanya: Apa gerangan jemaah
akan menjadi kanak-kanak ini?" Semuanya ini mengandung
maksud untuk menaruh perhatian
kepada kedatangan Mesias, yang untuk itu Yohanes harus
menyediakan jalan.
Roh Suci hinggap atas Zakharia, dan dalam ucapan yang indah
ini ia bernubuat tentang tugas anaknya: "Maka adapun engkau, hai anakku,
bahwa engkau akan dipanggil seorang nabi Allah
Yang Mahatinggi,
Karena engkau pun akan berjalan dulu di hadapan Tuhan, akan
menyediakan jalan-Nya,
Akan memberi kepada umat-Nya pengetahuan akan hal selamat
dalam keampunan dosanya,
Oleh sebab gerakan hati rahmat Allah kita;
Maka sebab itu pun fajar dari ketinggian telah mendapatkan
kita,.
Akan menjadi nyata kepada mereka itu, yang duduk dalam gelap
dan dalam bayang-bayang maut,
Dan akan membetulkan kaki kita pada jalan selamat."
"Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya.
Dan ia tinggal di padang gurun sampai
kepada hari ia harus menampakkan dirinya kepada Israel."
Sebelum Yohanes lahir, malaikat telah
berkata, "Ia pun akan besar di hadapan Tuhan, dan tidak
ia akan minum air anggur atau minuman
keras, dan ia pun akan dipenuhi dengan Roh Kudus."
Allah telah memanggil anak Zakharia itu
untuk melakukan pekerjaan yang besar, yang terbesar pernah
diamanatkan kepada manusia.
Untuk dapat melaksanakan pekerjaan ini, ia mesti bekerja
bersama-sama dengan Tuhan. Maka
Roh Allah akan menyertai dia kalau ia memperhatikan petunjuk
malaikat itu.
Yohanes harus keluar sebagai utusan Yehova, untuk membawa
terang Allah kepada manusia. Ia
wajib memberikan suatu tujuan yang baru bagi pikiran mereka.
Ia wajib menekankan ke dalam
pikiran mereka kesucian tuntutan-tuntutan Allah, dan
keperluan mereka akan kebenaran-Nya yang
sempurna itu. Seorang utusan semacam itu wajiblah suci.
Wajiblah ia merupakan suatu bait suci
untuk tempat kediaman Roh Allah. Untuk dapat menjalankan
tugasnya itu, wajiblah ia memiliki
badan yang sehat dan tenaga pikiran serta rohani yang kuat.
Itulah sebabnya itu perlulah baginya
mengendalikan selera dan nafsunya. Ia mesti sanggup
mengendalikan segala kuasanya demikian
rupa hingga ia dapat berdiri di antara manusia dengan tidak
tergoncang oleh keadaan di
sekelilingnya seperti bukit-bukit batu dan gunung-gunung di
padang belantara.
Pada zaman Yohanes Pembaptis, keserakahan akan kekayaan, dan
cinta akan kemewahan dan
pertunjukan sudah merajalela. Kepelesiran cabul, pesta-pesta
dan minum-minum, sedang
menimbulkan penyakit-penyakit badani serta kemerosotan,
menumpulkan pengertian rohani, dan
mengurangi daya rasa akan dosa. Yohanes harus berdiri
sebagai seorang pembaru. Oleh hidupnya
yang bertarak dan pakaiannya yang sederhana ia harus
mengecam segala keterlaluan yang terjadi
pada zamannya. Itulah sebabnya petunjuk-petunjuk diberikan
kepada orang tua Yohanes, sebuah
pelajaran pertarakan oleh seorang malaikat dari singgasana
surga.
Pada masa kanak-kanak dan masa mudalah tabiat paling mudah
mendapat kesan. Kuasa
mengendalikan diri sendiri seharusnya dimiliki pada waktu
itu. Di sekitar perapian dan di meja
makan keluarga, pengaruh-pengaruh diberikan, yang hasilnya
akan tahan selama-lamanya
bagaikan zaman yang kekal. Lebih daripada bakat yang mereka
miliki, segala kebiasaan pada masa
kanak-kanak menentukan apakah seseorang akan menang atau
kalah dalam peperangan
kehidupan. Masa mudalah masa menabur. Masa ini menentukan
jenis panen bagi kehidupan ini
dan bagi kehidupan yang akan datang.
Sebagai seorang nabi, Yohanes harus "membalikkan hati
segala bapa kepada anak-anaknya dan
yang durhaka dibalikkannya kepada kebijaksanaan orang yang
benar, akan melengkapkan bagi
Tuhan suatu bangsa yang siap benar." Dalam
mempersiapkan jalan bagi kedatangan Kristus yang
pertama kalinya ia mengibaratkan orang-orang yang akan
mempersiapkan suatu umat bagi
kedatangan Tuhan kita yang kedua kalinya. Dunia sudah
terjerumus ke dalam jurang pemanjaan diri. Kesalahan dan cerita dongeng
berlimpah-limpah. Jerat-jerat Setan guna memusnahkan
jiwa-jiwa dilipatgandakan. Semua orang yang mau
menyempurnakan kesucian dalam takut akan
Allah, wajib memahami pelajaran pertarakan dan pengendalian
diri. Selera dan segala nafsu wajib
ditundukkan ke bawah kuasa pikiran yang lebih tinggi. Pengendalian
diri ini sangat penting bagi
tenaga pikiran dan pengertian rohani, yang akan
menyanggupkan kita untuk mengerti dan untuk
mempraktikkan kebenaran-kebenaran firman Allah yang suci.
Oleh sebab ini pertarakan mendapat
tempatnya dalam pekerjaan persiapan untuk kedatangan Kristus
yang kedua kalinya.
Menurut keadaan yang sewajarnya, anak Zakharia itu harus
dididik guna keimamatan. Akan tetapi
pendidikan di sekolah rabi-rabi pasti akan menjadikan dia
tidak cocok untuk pekerjaannya. Allah
tidak menyuruh dia pergi kepada guru-guru agama untuk
belajar bagaimana menafsirkan Alkitab.
Dipanggil-Nya dia ke padang belantara, supaya ia dapat
belajar dari alam kejadian dan Allah alam
kejadian itu.
Di suatu daerah yang sunyilah ia tinggal, di antara bukit-bukit
yang tandus, jurang-jurang yang
dalam, dan gua-gua batu. Tetapi kemauannya sendirilah
meninggalkan segala ' kesenangan dan
kemewahan hidup demi disiplin yang keras di padang
belantara. Di sana keadaan di sekelilingnya
cocok bagi kebiasaan-kebiasaan kesederhanaan dan
penyangkalan diri. Dalam keadaan tidak
terganggu oleh keramaian dunia, dapatlah ia mempelajari
pelajaran-pelajaran dari alam kejadian,
dan wahyu dan dari Allah. Perkataan malaikat yang kepada
Zakharia itu telah acapkali diulangi
kepada Yohanes oleh ayah bundanya yang beribadat itu. Sejak
kecil tugasnya itu telah dinyatakan
kepadanya, dan ia telah menerima kewajiban yang kudus itu.
Baginya kesunyian padang belantara
itu merupakan suatu tempat menjauhkan diri dan masyarakat di
mana kecurigaan, sikap kurang
percaya, dan percabulan sudah hampir merata. Ia tidak
percaya pada kuasanya sendiri untuk
melawan pencobaan, dan menjauhkan diri dari hubungan yang
tetap dengan dosa, agar jangan ia
kehilangan rasa akan kedahsyatan dosa itu.
Karena telah diserahkan kepada Allah sebagai seorang Nazir
Allah sejak lahir, ia sendiri
menunaikan nazar itu dalam penyerahan seumur hidup.
Pakaiannya adalah seperti pakaian
nabi-nabi purba kala, pakaian yang diperbuat daripada bulu
unta, diikat dengan sebuah ikat
pinggang kulit. Ia makan "belalang dan air madu
hutan" yang terdapat di padang belantara itu, dan
minum air jernih yang datang dari bukit-bukit.
Tetapi kehidupan Yohanes tidaklah dihabiskannya untuk
bermalas-malas, untuk semata-mata
bertekun dengan muka muram, atau mengasingkan diri untuk
kepentingan diri sendiri.
Kadang-kadang ia pergi bercampur gaul dengan orang banyak;
dan ia selamanya merupakan
seorang peninjau yang menujukan perhatian besar terhadap apa
yang terjadi di dunia. Dari tempat
kediamannya yang sunyi itu ia mengamat-amati perkembangan
peristiwa. Dengan penglihatan
yang diterangi oleh Roh Ilahi dipelajarinya tabiat-tabiat
manusia, supaya ia tahu bagaimana cara
mencapai hati mereka dengan pekabaran dari surga. Beban
tugasnya dipikulnya. Dalam kesunyian
oleh renungan dan doa, ia berusaha memperkuat jiwanya guna
pekerjaan hidup yang ada di
hadapannya.
Sungguh pun di padang belantara, tidaklah ia bebas dari
penggodaan. Sedapat-dapatnya ia
menutup setiap jalan yang dapat dimasuki oleh Setan namun ia
masih juga diserang oleh
penggoda itu. Tetapi pandangan rohaninya terang; ia telah
mengembangkan tenaga dan
keputusan tabiat, maka dengan pertolongan Roh Kudus ia
sanggup mengenal bujukan Setan, dan
melawan kuasanya.
Yohanes mendapat sekolah dan tempat pemukiman di padang
belantara. Sebagaimana halnya dengan Musa dulu kala di antara pegunungan
Midian, Ia dikelilingi oleh hadirat Allah, serta
dikelilingi dengan tanda-tanda kuasa-Nya. Bukanlah nasibnya
untuk tinggal, sebagaimana halnya
dengan pemimpin besar Israel itu dulu kala, di tengah-tengah
kesunyian pegunungan yang hebat
dan mulia; tetapi di hadapannya adalah gunung-gunung Moab,
di seberang Yordan, yang berbicara
tentang Dia yang telah mendirikan gunung-gunung itu, serta
melengkapinya dengan kekuatan.
Pemandangan alam yang suram dan ngeri di tempat kediamannya
di padang belantara itu dengan
jelas melukiskan
keadaan Israel. Kebun anggur Tuhan yang subur itu sudah menjadi padang
belantara yang sunyi. Tetapi di atas padang belantara itu
langit melengkung terang dan indah.
Awan-awan yang berkumpul, gelap dengan badai, dilengkungi
dengan pelangi perjanjian.
Demikianlah di atas kehinaan Israel bersinarlah kemuliaan
kerajaan Mesias yang telah dijanjikan
itu. Awan murka dilingkungi pelangi perjanjian
kemurahan-Nya.
Seorang diri pada waktu malam yang sunyi ia membaca janji
Allah kepada Abraham tentang benih
yang tidak terhitung
seperti bintang-bintang banyaknya. Cahaya fajar, yang menyepuh
pegunungan Moab, bercerita tentang Dia yang akan menjadi
seperti "fajar di waktu pagi, pagi yang
tidak berawan." 2 Samuel 23:4. Dan dalam kegemilangan
siang hari dilihatnya kemegahan
kenyataan-Nya, manakala "kemuliaan Tuhan akan
dinyatakan, dan seluruh umat manusia akan
melihatnya bersama-sama." Yesaya 40:5.
dengan roh yang segan namun penuh sukacita ia memeriksa
dalam gulungan-gulungan surat
nubuatan segala kenyataan tentang kedatangan Mesias, benih
perjanjian yang akan meremukkan
kepala ular itu; Silo, "pemberi damai itu," yang
akan menampakkan diri sebelum seorang raja
berhenti berkerajaan di atas takhta Daud. Kini waktunya
sudah tiba. Seorang pemerintah bangsa
Romawi bersemayam dalam istana di atas Bukit Sion. Oleh
firman Tuhan yang tentu, Kristus itu
pun sudah lahir.
Gambaran Yesaya yang indah tentang kemuliaan Mesias menjadi
pelajarannya siang dan malam,
Pucuk dari akar Isai; seorang Raja yang akan memerintah
dalam kebenaran, "menghakimi
orang-orang lemah dengan keadilan;" "perteduhan
terhadap angin dan tempat perlindungan
terhadap angin ribut . . . naungan batu yang besar, di tanah
yang tandus;" Israel tiada lagi akan
disebut "yang ditinggalkan suami," atau pun
tanahnya "yang sunyi," melainkan akan disebut oleh
Tuhan, "yang berkenan kepada-Ku," dan tanahnya
"bersuami." Yesaya 11:4; 32:2; 62:4. Hati orang
buangan yang kesunyian itu dipenuhi dengan penglihatan orang
buangan yang mulia.
Ia memandang kepada Raja itu dalam kemuliaan-Nya, lalu diri
pun dilupakan. Ia melihat kemuliaan
kesucian, lalu merasa dirinya tidak cakap dan tidak layak.
Ia sudah sedia untuk pergi sebagai
utusan surga, tiada gentar oleh kemanusiaan, sebab ia telah
memandang kepada Ilahi. Ia dapat
berdiri tegak dan berani di hadapan raja-raja duniawi, sebab
ia sudah sujud di hadapan Raja segala
raja.
Yohanes belum mengerti betul sifat kerajaan Mesias itu. Ia
mengharap bahwa Israel akan
dilepaskan dari musuh-musuh bangsanya; tetapi kedatangan
seorang Raja dalam kebenaran, dan
penetapan Israel sebagai suatu bangsa yang suci, merupakan
tujuan harapannya yang besar itu.
Demikianlah ia percaya akan digenapkannya nubuatan yang
diberikan pada waktu ia lahir,
"Diingat-Nya akan perjanjian-Nya yang suci itu; . . .
Setelah sudah terlepas daripada segala musuh kita
Bolehlah kita beribadat kepada-Nya dengan tiada takut
dengan kesucian dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup
kita."
Ia melihat bangsanya
tertipu, merasa puas akan diri sendiri, dan tidur dalam dosa-dosanya. Ia ingin
hendak membangunkan mereka kepada cara hidup yang lebih
suci. Kabar yang telah diberikan
Allah kepadanya supaya disiarkan, dimaksudkan untuk
mengejutkan mereka dari kelalaiannya dan
membuat mereka gemar karena kejahatannya yang besar itu.
Sebelum benih Injil dapat
ditanamkan, tanah hati itu mesti dihancurkan. Sebelum mereka
mencari kesembuhan dari Yesus
mereka wajib disadarkan lebih dulu akan bahaya mereka dari
luka-luka dosa.
Allah tidak mengutus pesuruh untuk memuji-muji orang
berdosa. Ia tidak memberikan kabar
damai, untuk membuai orang-orang yang belum disucikan ke
dalam keamanan maut, Ia
meletakkan beban berat di atas angan-angan hati orang yang
bersalah, serta menusuk jiwa dengan
anak panah keyakinan. Malaikat-malaikat yang melayani
menghadapkan kepadanya hukuman
Allah yang mengerikan untuk memperdalam rasa keperluan,
serta mendorong orang itu berseru
"Apakah yang patut saya perbuat, supaya saya mendapat
selamat?" Kemudian tangan yang telah
merendahkan ke dalam debu itu mengangkat orang yang bertobat
itu. Suara yang telah
menempelak dosa, dan mendatangkan malu kepada kecongkakan
dan sifat suka mencari nama,
bertanya dengan belas kasihan yang selembut-lembutnya,
"Apakah kau kehendaki Kuperbuat
padamu?"
Ketika pekerjaan Yohanes mulai, bangsa itu tengah berada
dalam keadaan gelisah dan rasa tidak
puas, di pinggir api revolusi. Setelah Arkhelaus dipecat,
Yudea telah ditaruh langsung di bawah
kekuasaan Roma. Kelaliman dan pemerasan yang dilakukan oleh
gubernur-gubernur Romawi, dan
usaha mereka yang kuat dan tetap hendak memasukkan segala
lambang dan kebiasaan kafir,
mengobarkan api pemberontakan, yang telah dipadamkan dalam
darah beribu-ribu pahlawan
Israel. Semuanya ini mempertebal kebencian nasional terhadap
Roma, serta menambahkan
kerinduan hendak dibebaskan dari kuasanya.
Di tengah pertikaian dan pergolakan itu, suatu suara
terdengar dari padang belantara, suatu suara
yang mengagetkan dan keras, namun penuh harapan:
"Bertobatlah, karena kerajaan surga sudah
hampir." Dengan suatu kuasa yang baru dan asing
digerakkannya hati bangsa itu. Nabi-nabi telah
menubuatkan kedatangan Kristus sebagai suatu peristiwa yang
masih jauh di masa depan; tetapi di
sinilah suatu pengumuman yang mengatakan bahwa kedatangan
itu sudah dekat. Munculnya
Yohanes secara istimewa itu membawa pikiran para
pendengarnya kembali kepada penilik-penilik
purbakala. Dalam cara-cara serta pakaiannya ia menyerupai
nabi Elia. Dengan roh dan kuasa Elia
ditegurnya kebejatan bangsa itu dan ditempelaknya dosa-dosa
yang telah merajalela.
Perkataannya tegas, tajam, dan meyakinkan. Banyak orang
percaya bahwa ialah seorang daripada
nabi-nabi yang bangkit dari antara orang mati. Seluruh
bangsa itu tergerak hati. Berduyun-duyun
orang pergi ke padang belantara.
Yohanes memaklumkan kedatangan Mesias, serta mengajak bangsa
Itu kepada pertobatan.
Sebagai lambang penyucian dari dosa, dibaptiskannya mereka
itu di sungai Yordan. Demikianlah
dengan suatu pelajaran penting yang mengandung arti dinyatakannya
bahwa orang-orang yang
mengaku dirinya umat pilihan Allah itu sudah dinajiskan oleh
dosa, dan bahwa dengan tiada
penyucian hati dan hidup, mereka itu tidak dapat beroleh
bagian dalam kerajaan Mesias itu.
Penghulu-penghulu dan rabi-rabi, serdadu-serdadu, para
pemungut cukai, dan para petani datang
untuk mendengar nabi itu. Seketika lamanya amaran yang tekun
yang datang dari Allah itu
mengejutkan hati mereka. Banyak yang bertobat dan menerima
baptisan. Orang dari segala
lapisan masyarakat menyerahkan diri kepada tuntutan
Pembaptis itu, supaya boleh mendapat
bagian dalam kerajaan yang diumumkannya itu. Banyak dari
antara katib-katib dan orang Farisi datang mengakui dosa mereka dan meminta
baptisan. Mereka telah meninggikan diri sendiri sebagai
orang yang lebih baik daripada orang lain,
dan telah menuntun orang banyak untuk memandang tinggi
kesalahan mereka; sekarang segala
rahasia hidup mereka yang bersalah itu tersingkap. Tetapi
Yohanes diberi tahu oleh Roh Suci
bahwa banyak dari orang-orang ini tidak menaruh keyakinan
yang sungguh akan dosa. Mereka
adalah pengikut aliran masa. Sebagai sahabat nabi itu mereka
berharap akan mendapat kebaikan
dari Raja yang akan datang itu. Maka oleh menerima baptisan
dari tangan guru muda yang
termasyhur ini, mereka bermaksud hendak memperkuat pengaruh
mereka dalam masyarakat.
Yohanes menghadapi mereka dengan pertanyaan yang tajam ini,
"Hai kamu keturunan ular
beludak! Siapakah yang mengatakan kepada kamu melarikan diri
dari murka yang akan datang?
Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan.
Dan janganlah berpikir dalam hatimu:
Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah
dapat menjadikan anak-anak
bagi Abraham dari batu-batu ini!” Orang Yahudi telah salah
menafsirkan janji Allah tentang
kebaikan yang kekal bagi Israel: "Beginilah firman
Tuhan, yang memberi matahari untuk menerangi
siang, yang menetapkan bulan dan bintang-bintang untuk
menerangi malam, yang mengharu-biru
laut, sehingga gelombang-gelombangnya ribut,--Tuhan semesta
alam nama-Nya: 'Sesungguhnya,
seperti ketetapan-ketetapan ini tidak akan beralih dari
hadapan-Ku, demikianlah firman Tuhan,
demikianlah keturunan Israel juga tidak akan berhenti
menjadi bangsa di hadapan-Ku untuk
sepanjang waktu. Beginilah firman Tuhan: Sesungguhnya,
seperti langit di atas tidak terukur dan
dasar-dasar bumi di bawah tidak terselidiki, demikianlah
juga Aku tidak akan menolak segala
keturunan Israel, karena segala apa yang dilakukan mereka,
demikianlah firman Tuhan." Yeremia
31:35-37. Orang Yahudi mengira bahwa karena mereka keturunan
Abraham mereka berhak atas
janji ini. Tetapi mereka mengabaikan syarat-syarat yang
telah ditentukan Allah. Sebelum
memberikan janji itu, Ia telah berfirman, "Aku akan
menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan
menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah
mereka dan mereka akan
menjadi umat-Ku . . . sebab Aku akan mengampuni kesalahan
mereka dan tidak lagi mengingat
dosa mereka." Yeremia 31:33,34.
Kepada suatu bangsa yang dalam hatinya hukum-Nya tertulis,
kebaikan Allah dipastikan. Mereka
satu dengan Dia. Tetapi orang Yahudi telah memisahkan diri
dari Allah. Karena dosa mereka
menderita di bawah hukum-Nya. Inilah yang menyebabkan
perhambaan mereka kepada bangsa
kafir. Pikiran mereka sudah digelapkan oleh pelanggaran, dan
sebab pada waktu yang lalu Tuhan
memberikan kepada mereka kebaikan yang begitu besar, mereka
berdalih akan segala dosa
mereka. Mereka memuji-muji diri dengan mengatakan bahwa
mereka lebih baik daripada orang
lain, dan berhak mendapat berkat-berkat-Nya.
Hal ini "dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita
yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir
telah tiba." 1 Kor. 10:11. Betapa sering kita salah
menafsirkan berkat-berkat Allah, serta memuji
diri kita sendiri bahwa kita beroleh kasih karena sesuatu
kebaikan yang ada dalam diri kita. Allah
tidak dapat melakukan bagi kita apa yang ingin dilakukan.
Segala karunia-Nya digunakan untuk
memperbesar kepuasan diri kita sendiri serta untuk
mengeraskan hati kita dalam keadaan kurang
percaya dan dosa.
Yohanes menandaskan kepada guru-guru Israel itu bahwa
kecongkakan hati, sifat mementingkan
diri, serta kebengisan mereka itu menunjukkan bahwa mereka
adalah keturunan ular beludak,
suatu kutuk yang sungguh amat berbahaya bagi orang banyak,
dan bukan anak-anak Abraham
yang adil dan penurut itu. Mengingat terang yang telah
mereka terima dari Allah, mereka bahkan lebih jahat lagi daripada orang kafir,
terhadap siapa mereka merasa diri sendiri jauh lebih tinggi.
Mereka sudah melupakan batu yang dari padanya mereka telah
dipahat, dan lubang yang dari
dalamnya mereka telah digali. Allah tidak bergantung pada
mereka untuk melaksanakan
maksud-Nya. Sebagaimana Ia telah memanggil Abraham keluar
dari suatu bangsa kafir, demikian
pula la dapat memanggil orang lain ke dalam pekerjaan-Nya.
Hati mereka mungkin tampak tidak
bernyawa sekarang ini sama seperti batu-batu di padang
belantara, tetapi Roh-Nya dapat
menghidupkan mereka untuk melakukan kehendak-Nya, serta
menerima kegenapan janji-Nya.
"Dan lagi," kata nabi itu, "kapak pun
tersedia pada pangkal pohon; sebab itu tiap-tiap pohon yang
tak baik buahnya, yaitu akan ditebang dan dibuang ke dalam
api." Bukannya oleh namanya,
melainkan oleh buahnya nilai sesuatu pohon ditentukan. Kalau
buahnya tidak berguna, maka
namanya tidak dapat menyelamatkan pohon itu dari kebinasaan.
Yohanes menegaskan kepada
orang Yahudi bahwa kedudukan mereka di hadapan Allah harus
ditentukan oleh tabiat serta
kehidupan mereka. Pengakuan tidak berguna. Kalau kehidupan
dan tabiat mereka tidak sesuai
dengan hukum Allah, mereka itu bukanlah umat-Nya.
Akibat perkataannya yang menusuk hati itu, para pendengarnya
diyakinkan. Mereka datang
kepadanya dengan pertanyaan, "Kalau begitu, apakah yang
patut kami perbuat?" Jawabnya,
"Adapun orang yang padanya ada baju dua helai,
hendaklah dibagikannya kepada orang yang tidak
punya, dan orang yang berbekal pun hendaklah berbuat
demikian." Dan diberinya amaran kepada
para pemungut cukai supaya jangan berlaku curang, dan kepada
serdadu-serdadu supaya jangan
melakukan kekerasan.
Semua orang yang menjadi rakyat kerajaan Kristus katanya,
akan membuktikan adanya iman dan
pertobatan. Kebaikan hati, kejujuran dan kesetiaan akan
nampak dalam kehidupan mereka.
Mereka akan menolong fakir-miskin, dan membawa persembahan
mereka kepada Allah. Mereka
akan melindungi orang yang tidak menaruh perlindungan, serta
memberikan teladan kebajikan
dan belas-kasihan. Demikianlah para pengikut Kristus akan
memberikan bukti akan kuasa Roh Suci
yang mengubahkan itu. Dalam kehidupan sehari-hari, keadilan,
kemurahan, dan kasih Allah, akan
kelihatan. Jika tidak demikian maka adalah mereka seperti
sekam, yang dicampakkan ke dalam api.
"Aku membaptiskan kamu dengan air," kata Yohanes;
"tetapi Ia yang datang kemudian dari
padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak
melepaskan kasut-Nya. Ia akan
membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api."
Matius 3:11. Nabi Yesaya telah
menandaskan bahwa Tuhan akan membersihkan umat-Nya dari
segala kejahatan mereka "dengan
roh yang mengadili dan yang membakar." Firman Tuhan
kepada Israel ialah, "Aku akan bertindak
terhadap engkau: Aku akan memurnikan perakmu dengan garam
soda, dan akan menyingkirkan
segala timah dari padanya." Yes. 4:4; 1:25. Bagi Dosa,
di mana saja pun terdapat, "Allah kita adalah
api yang menghanguskan." Ibrani 12:29. Dalam diri segala
orang yang menyerah kepada
kuasa-Nya, Roh Allah akan menghanguskan dosa. Tetapi kalau
orang berpegang teguh kepada
dosa, mereka itu menjadi satu dengan dosa. Maka kemuliaan
Allah, yang membinasakan dosa itu,
mesti membinasakan mereka. Yakub, sesudah malam
pergumulannya dengan seorang malaikat
berkata, "Aku telah melihat Allah berhadapan muka,
tetapi nyawaku tertolong!" Kejadian 32:30.
Yakub telah melakukan suatu dosa yang besar dalam
perlakuannya terhadap Esau; tetapi ia sudah
bertobat. Pelanggarannya sudah diampuni, dan dosanya
dibasuh; oleh sebab itu ia pun sanggup
melihat kenyataan hadirat Allah. Tetapi di mana saja manusia
datang menghadap Allah sementara
dengan sengaja menyimpan kejahatan, mereka itu dibinasakan.
Pada kedatangan Kristus yang
kedua kalinya kelak orang-orang jahat akan dihanguskan
"dengan napas mulut-Nya," serta "memusnahkannya, kalau Ia datang
kembali." 2 Tes. 2:8. Cahaya saleh akan membunuh orang
jahat.
Pada zaman Yohanes Pembaptis, Kristus sudah hampir kelihatan
sebagai seorang yang
menyatakan tabiat Allah. Hadirat-Nya sendiri akan menyatakan
kepada manusia dosa mereka.
Hanya bila mereka itu mau dibasuh dari dosa, dapatlah mereka
masuk ke dalam persekutuan
dengan Dia. Hanya orang yang suci hatinya dapat tinggal di
hadirat-Nya.
Demikianlah Pembaptis itu menyatakan pekabaran Allah kepada
Israel. Banyak yang
memperhatikan segala pengajarannya. Banyak yang mengorbankan
segala sesuatu, agar dapat
menurut. Banyak sekali orang yang mengikuti guru baru ini
dari satu tempat ke tempat yang lain,
dan tidak sedikit pula yang mengharap bahwa mungkin dialah
Mesias itu. Tetapi ketika Yohanes
melihat orang banyak itu berpaling kepadanya, dicarinyalah
setiap kesempatan untuk
mengarahkan iman mereka kepada Dia yang akan datang itu.
_____________
(Pasal ini didasarkan atas Lukas 1:5-23, 57-80; 3:1-18;
Matius 3:1-12; Markus 1:1-8.) Pasal 11
YESUS DIBAPTISKAN
KABAR tentang nabi padang belantara dan pengumumannya yang
ajaib itu pun
tersiarlah ke seluruh tanah Galilea. Kabar itu sampai kepada
para petani yang diam di
bukit yang terjauh sekali pun, dan kepada nelayan di pantai,
dan di dalam kota yang
tulus ikhlas inilah
kabar itu mendapat sambutan yang sesungguhnya. Di Nazaret kabar
itu tersiar juga di bengkel pertukangan kayu milik Yusuf,
dan panggilan itu didengar oleh
Yesus. Waktu-Nya sudah tiba. Setelah meninggalkan
pekerjaan-Nya sehari-hari,
diucapkan-Nyalah selamat tinggal kepada ibu-Nya, dan mengikuti
orang senegeri-Nya
yang sedang berduyun-duyun menuju ke Yordan.
Yesus dan Yohanes Pembaptis bersaudara sepupu, serta
bertalian rapat oleh keadaan
kelahiran mereka; namun selama ini mereka tidak pernah
berkenalan langsung satu
sama lain. Yesus selama ini tinggal di Nazaret tanah
Galilea; sedangkan Yohanes
tinggal di padang belantara Yudea. Di tengah suasana tempat
yang sangat berbeda,
mereka itu telah hidup dalam kesunyian, dan tidak mempunyai
perhubungan satu sama
lain. Tuhan telah mengatur hal ini.
Tidak mungkin ada peluang bagi tuduhan bahwa mereka telah
berkomplot untuk saling
menyokong pengakuan masing-masing.
Yohanes mengetahui segala peristiwa yang telah menandai
kelahiran Yesus. Ia telah
mendengar kabar tentang kunjungan ke Yerusalem pada waktu Ia
masih kanak-kanak,
dan tentang apa yang telah terjadi di sekolah rabbi-rabbi.
Diketahuinya tentang
kehidupan-Nya yang tidak berdosa itu, serta percaya bahwa
Ialah Mesias; tetapi tentang
ini ia tidak mempunyai jaminan yang pasti. Kenyataan bahwa
Yesus telah sekian tahun
lamanya tinggal dalam kesunyian dan tidak memberikan tanda
yang istimewa tentang
pekerjaan-Nya, menimbulkan rasa bimbang tentang apakah
mungkin lalah Yang
Dijanjikan itu. Namun Pembaptis itu menanti dengan percaya,
yakin bahwa pada waktu
yang ditentukan Allah sendiri segala sesuatu akan
dijelaskan. Sudah dinyatakan
kepadanya bahwa Mesias itu akan meminta baptisan
daripadanya, dan bahwa tanda
keilahian-Nya pun akan diberikan pada waktu itu. Maka dengan
demikian akan dapatlah
ia memperkenalkan Dia kepada khalayak ramai.
Tatkala Yesus datang untuk dibaptiskan; Yohanes melihat
dalam Dia suatu kemurnian
tabiat yang sejak dahulu belum pernah dilihatnya dalam
seorang manusia pun. Bahkan
suasana hadirat-Nya pun kudus serta mengilhamkan rasa segan.
Di antara orang
banyak yang telah berkumpul di sekelilingnya di Yarden,
Yohanes telah mendengar
banyak ceritera yang menyedihkan tentang kejahatan, dan
telah bertemu dengan
jiwa-jiwa yang ditindas oleh beban dosa yang tidak terkira
banyaknya; akan tetapi belum
pernah ia bertemu dengan seseorang yang dari padanya keluar
suatu pengaruh yang begitu Ilahi. Semuanya ini adalah sesuai dengan apa yang
telah dinyatakan lebih dahulu
kepada Yohanes mengenai Mesias itu. Namun ia segan
meluluskan permohonan Yesus
itu. Bagaimanakah ia, seorang berdosa, dapat membaptiskan
Oknum Yang Tidak
Berdosa itu? Dan mengapa Ia, yang tidak memerlukan
pertobatan, harus mentaati suatu
upacara agama yang merupakan pengakuan dosa yang harus
dibasuhkan?
Ketika Yesus memohonkan baptisan itu, Yohanes menganjur
surut sambil berseru,
"Bahwa patut hamba ini Tuhan baptiskan, maka sekarang
Tuhan datang mendapatkan
hamba?" Dengan wewenang yang tegas namun lemah lembut,
Yesus menjawab,
"Sekarang biarkanlah, karena demikian patut pada kita
menggenapi segala kebenaran."
Lalu Yohanes menyerah dan menuntun Juruselamat itu ke dalam
sungai Yarden, dan
menyelamkan Dia di dalam air. "Sebentar itu juga
naiklah la dari dalam air; maka
sesungguhnya terbukalah
langit bagi-Nya, dilihat-Nya Roh Allah turun seperti burung
merpati datang atas-Nya."
Yesus menerima baptisan bukannya sebagai pengakuan kesalahan
atas perbuatan-Nya
sendiri. Ia menyamakan diri-Nya dengan orang berdosa,
mengambil langkah yang harus
kita ambil, serta melakukan pekerjaan yang wajib kita
lakukan. Kehidupan-Nya yang
penuh penderitaan dan penuh kesabaran sesudah Ia dibaptis
adalah juga suatu teladan
bagi kita.
Setelah keluar dari dalam air, Yesus tunduk melayangkan doa
di pinggir sungai itu.
Suatu masa baru dan penting sedang terbuka di hadapan-Nya.
Sekarang Ia sedang
memasuki perjuangan hidup-Nya dalam lingkungan yang lebih
luas. Sungguh pun Ia
Raja Assalam, kedatangan-Nya wajiblah seperti penghunusan
sebilah pedang. Kerajaan
yang hendak didirikan-Nya itu bertentangan dengan kerajaan
yang dirindukan oleh
bangsa Yahudi. Ia yang merupakan alasan segenap upacara
serta peraturan
keagamaan bangsa Israel itu, akan dipandang sebagai musuh
dan pembinasanya. Ia
yang telah mengumumkan hukum di Sinai dipersalahkan sebagai
seorang pelanggar. Ia
yang telah datang untuk menghancurkan kuasa setan, akan
dituduh sebagai Baalzebul.
Tiada seorang pun di dunia ini yang telah mengerti akan Dia,
dan sepanjang masa
kerja-Nya itu Ia masih harus berjalan seorang diri. Selama
hidup-Nya ibu dan
saudara-saudara-Nya tidak mengerti akan tugas-Nya. Bahkan
murid-murid-Nya sekali
pun tidak mengerti akan Dia. Ia telah tinggal di dalam
cahaya yang kekal, sebagai
seorang yang satu dengan Allah, namun hidup-Nya di dunia ini
harus
dilangsungkan-Nya dalam kesunyian. Sebagai seorang yang satu
dengan kita, Ia harus menanggung beban kesalahan dan
malapetaka kita. Ia yang tidak berdosa itu harus merasai
malu dosa. Pencinta damai itu
harus tinggal dengan pergumulan, kebenaran harus tinggal
dengan kepalsuan, kesucian
dengan kenajisan. Setiap dosa, setiap perselisihan, setiap
nafsu yang menajiskan yang
telah dibawa oleh pelanggaran, merupakan siksaan bagi
jiwa-Nya.
Ia harus menempuh jalan itu sendirian; Ia harus memikul
beban itu sendirian. Di atas
Dia yang telah meletakkan kemuliaan-Nya, serta menerima
kelemahan kemanusiaan,
harus diserahkan penebusan dunia ini. Ia melihat serta
merasa itu semuanya, tetapi
maksud-Nya tetap teguh. Pada lengan-Nya tergantung
keselamatan bangsa yang telah
terjerumus ke dalam jurang dosa, dan Ia menghulurkan
tangan-Nya untuk memegang
teguh tangan Kasih yang Maha Kuasa.
Pandangan Juruselamat tampaknya menerusi surga sedang Ia
mencurahkan jiwa-Nya
dalam doa. Ia tahu benar betapa dosa telah mengeraskan hati
manusia, dan betapa
sukarnya kelak bagi mereka untuk mengerti akan
pekerjaan-Nya, serta menerima
karunia keselamatan. Ia memohonkan dari Bapa kuasa untuk
mengalahkan kurang
percaya mereka, untuk menghancurkan belenggu yang digunakan
setan untuk
menawan mereka, dan untuk mengalahkan pembinasa itu demi
kepentingan mereka. Ia
memohonkan kesaksian bahwa Allah menerima manusia dalam diri
Anak-Nya itu.
Belum pernah sebelumnya malaikat-malaikat mendengarkan doa
semacam itu. Mereka
ingin membawa kepada Panglima mereka suatu kabar jaminan dan
penghiburan. Tetapi
tidak, Bapa itu Sendirilah yang akan menjawab permohonan Anak-Nya.
Langsung dari
takhta surga memancarlah cahaya kemuliaan-Nya. Langit
terbuka, dan ke atas kepala
Juruselamat turunlah cahaya yang paling suci, dalam rupa
seekor burung
darah,—lambang yang tepat untuk Dia, yang lemah-lembut dan
rendah hati itu.
Dari antara orang banyak yang di Yarden itu, hanya sedikit
kecuali Yohanes yang
melihat penglihatan dari surga itu. Namun khidmatnya hadirat
Ilahi ada dalam
perhimpunan itu. Orang banyak berdiri dengan diam memandang
kepada Kristus.
Segenap tubuh-Nya bermandikan cahaya yang selamanya
mengelilingi takhta Allah.
Wajah-Nya yang menengadah ke atas itu dipermuliakan seperti
yang belum pernah
mereka lihat pada
wajah manusia. Dari langit yang terbuka itu kedengaranlah suatu
suara berkata, "Inilah Anak-Ku yang kekasih, maka akan
Dia juga Aku berkenan."
Ucapan pengesahan ini diberikan untuk mengilhamkan
kepercayaan pada mereka yang
menyaksikan peristiwa itu, serta untuk menguatkan
Juruselamat bagi tugas-Nya. Meski
pun dosa segenap dunia yang bersalah diletakkan di atas
Kristus, dan meski pun
kehinaan dalam mengambil bagi diri-Nya sendiri sifat-sifat
kita yang telah berdosa,
namun suara yang dari surga itu menyatakan bahwa Dialah
Putera Kekekalan. Yohanes merasa terharu sekali ketika ia melihat Yesus
tersungkur sebagai seorang
pemohon, memohonkan keridlaan Bapa dengan berlinang-linang
air mata-Nya.
Sementara kemuliaan Allah mengelilingi Dia, dan suara yang
dari surga itu terdengar,
Yohanes mengenal tanda yang telah dijanjikan Allah. Tahulah
ia bahwa Penebus
dunialah yang telah dibaptiskannya itu. Roh Suci hinggap
kepadanya, dan dengan
tangan yang terkedang menunjuk kepada Yesus, ia berseru,
"Lihatlah anak-domba
Allah, yang menghapuskan dosa dunia itu."
Tidak seorang pun dari antara para pendengar itu, bahkan
pembicara itu sendiri pun
tidak mengerti arti ucapan ini, "Anak-domba
Allah." Di atas Gunung Moriah, Ibrahim
telah mendengar pertanyaan puteranya, "Bapa . . . di
manakah anak domba untuk
korban bakaran itu?" Ayah itu menjawab, "Allah
yang akan menyediakan anak domba
untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Kejadian 22:7,
8. Maka di dalam domba
jantan yang disediakan Tuhan itu untuk mengganti Ishak,
Ibrahim melihat lambang Dia
yang harus mati untuk dosa-dosa umat manusia. Roh Suci oleh
nabi Yesaya, dengan
mengambil lukisan itu, bernubuat tentang Juruselamat,
"Seperti anak domba yang
dibawa ke pembantaian," "tetapi Tuhan telah
menimpakan kepadanya kejahatan kita
sekalian;" (Yesaya 53:6, 7), akan tetapi bangsa Israel
tidak mengerti pelajaran itu.
Banyak di antara mereka yang menganggap persembahan korban
itu justru seperti
orang-orang kapir memandang kepada korban mereka-sebagai
hadiah yang olehnya
mereka sendiri kiranya dapat berdamai dengan Tuhan. Allah
ingin mengajar mereka
bahwa dari kasih-Nya sendiri sajalah datang karunia yang
dapat merukunkan mereka
kepada-Nya.
Dan perkataan yang diucapkan kepada Yesus di Yarden itu,
"Inilah Anak-Ku yang
kekasih, maka akan
Dia juga Aku berkenan," meliputi seluruh umat manusia. Allah
berbicara kepada Yesus selaku wakil kita. Dengan segenap
dosa dan kelemahan kita,
tidak dibuangkan-Nya kita sebagai tidak berharga.
"Dalam kasih Ia telah menentukan
kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi
anak-anak-Nya. . . supaya terpujilah
kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada
kita di dalam Dia, yang
dikasihi-Nya." Efesus 1: 5-6. Kemuliaan yang hinggap
atas Kristus itu ialah janji tentang
kasih Allah bagi kita. Diberitahukannya kepada kita hal
kuasa doa, bagaimana suara
manusia dapat mencapai telinga Allah, dan permohonan kita
diperkenankan dalam
istana surga. Oleh dosa, dunia ini telah terpisah dari
surga, serta terasing dari
persekutuannya; akan tetapi Yesus sudah menghubungkannya kembali dengan
lingkungan kemuliaan. Kasih-Nya telah melingkari manusia,
serta mencapai langit yang
tertinggi. Cahaya yang turun dari pintu gerbang yang terbuka
ke atas kepala
Juruselamat kita, akan turun pula ke atas kita apabila kita
berdoa memohonkan bantuan
untuk melawan pencobaan. Suara yang berbicara kepada Yesus
itu berkata kepada
setiap jiwa yang percaya, "Inilah anak-Ku yang kekasih,
maka akan dia juga Aku
berkenan."
"Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah
anak-anak Allah, tetapi belum
nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa
apabila Kristus menyatakan
diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita
akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya." 1 Yohanes 3:2.
Penebus kita telah membuka jalan,
supaya orang-orang yang paling berdosa, paling melarat,
paling tertindas dan terhina,
boleh menghampiri Bapa. Sekaliannya boleh mendapat tempat
kediaman dalam tempat
tinggal yang disediakan oleh Yesus. "Inilah firman dari
Yang Kudus, Yang Benar, yang
memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang
dapat menutup; apabila Ia
menutup, tidak ada yang dapat membuka. . . lihatlah, Aku
telah membuka pintu bagimu,
yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun" Wahyu 3:7,
8.
-------------
(Pasal ini didasarkan atas Matius 3:13-17;Markus
l:9-ll;Lukas 3:21, 22.) Pasal 12
YESUS DIGODA
"BERMULA, maka Yesus pun penuhlah dengan Rohu'lkudus
kembali dari Yarden, lalu dihantar
oleh Roh ke gurun." Ucapan Markus masih lebih tegas
lagi. Katanya, "Sebentar itu juga dibawa oleh
Roh akan Dia ke gurun. Maka adalah Ia di gurun itu
empatpuluh hari lamanya, digoda oleh Setan
dan adalah Ia dengan segala binatang yang buas."
"Pada masa itu suatu pun tidak dimakan-Nya."
Ketika Yesus dibawa ke padang belantara untuk digoda, Ia
dibawa oleh Roh Allah. Ia tidak
mengundang
penggodaan. Ia pergi ke padang belantara untuk mengasingkan diri, untuk
merenungkan tugas serta pekerjaan-Nya. Oleh puasa dan doa Ia
harus mempersiapkan diri-Nya
urrtuk jalan berlumuran darah yang mesti ditempuh-Nya.
Tetapi setan mengetahui bahwa
Juruselamat telah pergi ke padang belantara, dan pikirnya
inilah saat yang terbaik untuk
menghampiri Dia.
Nasib besar dunia ini dipertaruhkan dalam perjuangan antara
Raja Terang dan pemimpin kerajaan
kegelapan. Setelah menggoda manusia kepada dosa, setan
mengaku dunia ini sebagai miliknya, serta
------------
Pasal ini dialaskan atas Matius 4: 1-11; Markus I :12, 13;
Lukas 4: 1-13.
menyebut dirinya raja dunia ini. Setelah menyesuaikan dengan
sifat-sifatnya sendiri bapa dan ibu
kita manusia, ia bermaksud hendak mendirikan kerajaannya di
dunia ini. Ia mengatakan bahwa
manusia telah memilih dia sebagai rajanya. Oleh pengendaliannya
atas manusia, ia memegang
kekuasaan atas dunia ini. Kristus telah datang hendak
membuktikan bahwa pengakuan setan itu tidak
benar adanya. Sebagai Anak manusia, Kristus akan bersikap
setia kepada Allah. Demikianlah akan
ditunjukkan bahwa Setan belum memperoleh kekuasaan yang
sepenuhnya atas bangsa manusia, dan
bahwa pengakuan haknya atas dunia ini palsu adanya. Semua
orang yang mengingini kelepasan dari
kuasanya akan dibebaskan. Kerajaan yang telah dihilangkan
oleh Adam karena dosa akan
dipulihkan.
Sejak pengumuman kepada ular di taman Eden dahulu kala,
"Aku akan mengadakan permusuhan
antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan
keturunannya," Kej. 3:15. Setan telah
mengetahui bahwa ia tidak berkuasa penuh atas dunia ini. Ada
kelihatan di dalam manusia
bekerjanya kuasa yang menentang kekuasaannya. Dengan
perhatian yang besar diperhatikannya
korban-korban yang dipersembahkan oleh Adam dan
anak-anaknya. Di dalam upacara-upacara ini ia
melihat suatu lambang perhubungan antara bumi dan surga. Ia
bertindak untuk memutuskan
perhubungan ini. Ia salah melukiskan tentang Allah serta
salah mentafsirkan upacara-upacara yang
menunjuk kepada Juruselamat itu. Manusia dituntun untuk
takut akan Allah selaku oknum yang suka
melihat kebinasaan mereka. Korban yang sebenarnya harus
menyatakan kasih-Nya itu,
dipersembahkan hanya untuk memadamkan murka-Nya. Setan
membangkitkan nafsu manusia
supaya dapat memperkokoh kekuasaannya atas mereka itu.
Ketika sabda Allah yang tertulis
diberikan, setan mempelajari nubuatan-nubuatan tentang
kedatangan luruselamat. Dari keturunan
kepada keturunan ia bekerja untuk membutakan orang terhadap
segala nubuatan ini, supaya mereka
menolak Kristus pada kedatangan-Nya.
Pada kelahiran Yesus, Setan tahu bahwa Seorang telah datang
dengan tugas Ilahi untuk menggugat
kekuasaannya. Ia gemetar ketika mendengar kabar malaikat
yang menyaksikan kekuasaan Raja yang
baru lahir itu. Setan tahu betul kedudukan Kristus di surga
sebagai Kekasih Bapa. Perihal Anak Allah harus datang ke dunia ini selaku
seorang manusia, memenuhi dia dengan keheranan dan ketakutan.
Ia tidak sanggup menduga rahasia korban yang besar ini.
Jiwanya yang mementingkan diri itu tidak
dapat mengerti kasih serupa itu bagi bangsa yang teperdaya
itu. Kemuliaan dan damai surga, serta
kegirangan persekutuan dengan Allah, dipahami oleh manusia
dengan samar-samar saja; akan tetapi
semuanya itu diketahui benar oleh Lucifer, kerubiun yang
menaungi itu. Semenjak ia kehilangan
surga, ia telah bertekad untuk membalas dendam oleh
menyebabkan orang-orang lain turut dalam
kejatuhannya itu. Hal ini akan diusahakannya oleh membuat
mereka menaruh nilai rendah atas
perkara-perkara semawi, serta menaruh hati kepada perkara-perkara
duniawi.
Bukanlah tanpa rintangan Panglima sorga itu akan menarik
jiwa-jiwa manusia ke dalam
kerajaan-Nya. Sejak la masih bayi di Bethlehem, Ia
terus-menerus diserang oleh si jahat itu. Peta
Allah nyata di dalam Kristus, maka dalam segala majelis Setan
diambil ketetapan bahwa Ia harus
dikalahkan. Tiada seorang pun yang pernah lahir di dunia
ini, terlepas dari kuasa penipu itu. Tentara
perserikatan kejahatan disuruh mengikuti jejak-Nya untuk
mengadakan peperangan melawan Dia,
dan kalau mungkin untuk mengalahkan Dia.
Ketika Juruselamat dibaptiskan, Setan turut menyaksikannya.
Ia melihat kemuliaan Bapa menaungi
Anak-Nya itu. Ia mendengar suara Yehovah menyaksikan ke
Ilahian Yesus. Sejak dosa Adam,
bangsa manusia telah terputus dari persekutuan langsung
dengan Allah; perhubungan di antara surga
dan dunia telah terjadi oleh Kristus; akan tetapi kini
karena Yesus sudah datang "dalam daging, yang
serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa," (Rm.
8:3), Bapa Sendiri bersabda. Dahulu Ia
telah berhubungan dengan manusia dengan perantaraan Kristus;
kini Ia berhubungan dengan
manusia di dalam Kristus. Setan telah mengharap bahwa
kebencian Allah terhadap kejahatan akan
membawa perpisahan yang kekal antara surga dan bumi. Tetapi
sekarang jelaslah bahwa
perhubungan antara Allah dan manusia telah dipulihkan
kembali.
Setan melihat bahwa ia mesti mengalahkan atau dikalahkan.
Persoalan yang menyangkut perjuangan
itu meliputi terlalu banyak perkara untuk dipercayakan
kepada malaikat-malaikat serikatnya. Ia
mesti secara pribadi melangsungkan peperangan itu. Segenap
tenaga kemurtadan dikerahkan untuk
menggempur Anak Allah itu. Kristus dijadikan sasaran setiap
senjata neraka.
Banyak orang yang memandang perjuangan antara Kristus dan
Setan ini sebagai tidak mengandung
hubungan istimewa dengan kehidupan mereka; dan bagi mereka
hal itu kurang penting. Tetapi di
dalam hati setiap manusia peperangan ini diulangi. Tidak
pernah seseorang meninggalkan barisan
kejahatan dan masuk ke dalam pekerjaan Allah tanpa menemui
serangan setan. Segala godaan yang
dilawan Kristus itulah juga yang kita rasa begitu sukar
untuk melawannya. Godaan itu didesakkan
kepada-Nya dengan derajat yang sama kuatnya sebagaimana
keadaan tabiat-Nya jauh lebih tinggi
daripada kepribadian kita. Dengan beratnya dosa yang dahsyat
yang menekan Dia, Kristus melalui
ujian terhadap selera, terhadap kecintaan kepada dunia ini,
dan terhadap kecintaan kepada
pertunjukan yang menuntun kepada sifat tekebur. Inilah
penggodaan yang mengalahkan Adam dan
Hawa, dan yang mudah sekali mengalahkan kita.
Setan telah menunjuk kepada dosa Adam sebagai bukti bahwa
taurat Allah tidak adil, dan tidak
dapat diturut. Di dalam kemanusiaan kita, Kristus harus menebus
kegagalan Adam. Tetapi ketika
Adam diserang oleh
penggoda itu dahulu, belum ada pengaruh dosa padanya. Ia hidup dalam
kekuatan kemanusiaan yang sempurna, memiliki kekuatan
pikiran dan tubuh yang penuh. Ia
dikelilingi dengan segala kemuliaan Eden, dan dalam
persekutuan sehari-hari dengan
makhluk-makhluk surga. Bukannya demikian halnya waktu Yesus
masuk ke padang belantara untuk
berhadapan dengan setan. Empat ribu tahun lamanya bangsa
manusia telah merosot dalam kekuatan
tubuh, dalam kuasa pikiran, dan dalam nilai akhlak; dan
Kristus mengenakan kepada-Nya segala
kelemahan umat manusia yang telah merosot itu. Hanya dengan
demikian Ia dapat menolong manusia dari jurang kemerosotannya yang
sedalam-dalamnya.
Banyak orang mengatakan bahwa mustahillah Kristus dikalahkan
oleh penggodaan. Kalau begitu Ia
tidak dapat ditempatkan pada kedudukan Adam; mustahil Ia
dapat memperoleh kemenangan yang
tidak dapat diperoleh Adam. Sekiranya dalam sesuatu hal
pergumulan kita lebih berat daripada yang
ditanggung oleh Kristus, maka Ia tidak akan sanggup menolong
kita. Tetapi Juruselamat kita itu
mengenakan kemanusiaan, dengan segala kemungkinannya. Ia
mengenakan sifat-sifat manusia
dengan kemungkinan menyerah kepada penggodaan. Tidak
suatupun yang kita tanggung yang tidak
pernah ditanggung-Nya.
Bagi Kristus, seperti juga bagi dua sejoli suci yang di taman Eden dahulu,
selera adalah dasar
penggodaan besar yang pertama. Justru di mana kebinasaan itu
telah mulai, di situlah pekerjaan
penebusan kita mesti mulai. Sebagaimana Adam jatuh oleh
pemanjaan selera, demikian juga oleh
penyangkalan selera Kristus mesti menang. "Hatta
setelah Yesus berpuasa empat puluh hari empat
puluh malam lamanya, kesudahan laparlah Ia. Maka sipenggoda
datang kepada-Nya seraya katanya:
Jikalau Engkau Anak Allah, suruhlah batu-batu ini menjadi
roti. Tetapi sahut Yesus, kata-Nya:
Adalah tersurat: bahwa manusia tidak akan hidup dengan roti
saja, melainkan oleh segala sabda,
yang terbit daripada mulut Allah."
Sejak zaman Adam hingga zaman Kristus, pemanjaan diri
sendiri telah memperbesar kuasa selera
dan hawa nafsu, hingga mempunyai kuasa yang hampir tidak
terbatas. Demikianlah manusia
merosot dan diserang penyakit, dan dengan tenaga mereka sendiri
mustahil bagi mereka
mengatasinya. Demi kepentingan manusia, Kristus menang oleh
menanggung ujian yang paling
berat. Untuk kepentingan kita Ia menjalankan pengendalian
diri sendiri yang lebih kuat daripada
kelaparan atau maut. Maka dalam kemenangan pertama ini
terlibat segala persoalan lain yang
berhubungan dengan segenap pergumulan kita dengan kuasa
kegelapan.
Ketika Yesus masuk ke
padang belantara, Ia diliputi dengan kemuliaan Bapa. Karena
persekutuan-Nya dengan Allah, Ia diangkat di atas kelemahan
manusia. Akan tetapi kemuliaan itu
lenyap, lalu Ia ditinggalkan bertempur dengan penggodaan.
Penggodaan itu mendesak Dia setiap
saat. Sifat-sifat kemanusiaan-Nya itu gentar akan peperangan
yang menantikan Dia. Empatpuluh hari
lamanya Ia berpuasa dan berdoa. Karena sudah lemah dan kurus
akibat lapar, letih-lesu dan sengsara
dengan penderitaan pikiran, sehingga "begitu buruk
rupanya, bukan seperti manusia lagi" (Yesaya
52:14). Sekaranglah kesempatan setan. Sekarang sangkanya
dapat ia mengalahkan Kristus.
Kepada Juruselamat, datanglah satu oknum yang menyaru
seperti seorang malaikat dari surga.
Seolah-olah hendak menjawab doanya. Ia mengaku mendapat
tugas dari Allah untuk mengatakan
bahwa puasa Kristus itu sudah berakhir. Sebagaimana Allah
telah mengutus seorang malaikat untuk
mencegah tangan Ibrahim dari mempersembahkan Ishak, demikian
juga karena merasa puas dengan
kerelaan Kristus untuk menempuh jalan yang berlumuran darah,
Bapa telah mengutus seorang
malaikat untuk melepaskan Dia; inilah kabar yang dibawa
kepada Yesus. Juruselamat sudah sangat
lemah karena lapar-Nya, Ia ingin sekali mendapat makanan,
ketika setan itu datang kepada-Nya
dengan tiba-tiba. Sambil menunjuk kepada batu-batu yang
bertebaran di padang belantara itu, dan
yang tampaknya seperti roti, penggoda itu berkata,
"Jikalau Engkau Anak Allah, suruhlah batu-batu
ini menjadi roti."
"Walaupun ia nampak seperti seorang malaikat
terang," ucapan yang pertama ini menghianati
pribadinya. "Jikalau Engkau Anak Allah." Di
sinilah sindiran yang mengandung rasa tidak percaya.
Sekiranya Yesus melakukan apa yang dianjurkan Setan, sudah
pasti hal itu berarti penerimaan akan
kebimbangan itu. Penggoda itu merencanakan untuk mengalahkan
Kristus dengan menggunakan
cara yang berhasil seperti ketika ia menggoda bangsa manusia
pada mula pertama. Betapa liciknya
Setan telah mendekati Hawa di taman Eden! "Tentulah
Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya,
bukan?" Kejadian 3:1. Sampai di situ ucapan penggoda itu
benarlah adanya; tetapi dalam caranya berbicara itu kepada
mereka, terselip sesuatu penghinaan
yang disamarkan terhadap sabda Allah. Dalamnya
terkandung sesuatu peniadaan yang licik,
satu
kebimbangan tentang kebenaran Ilahi. Setan berusaha hendak
menanamkan ke dalam pikiran Hawa
pendapat bahwa Allah tidak akan bertindak seperti yang telah
dikatakan-Nya; bahwa penahanan
buah seindah itu adalah bertentangan dengan kecintaan dan kasih-sayang-Nya bagi
manusia. Jadi
sekarang pun penggoda itu berusaha mengilhami Kristus dengan
perasaannya sendiri. "Jikalau
Engkau Anak Allah," ucapan ini membakar dengan
kepahitan di dalam pikirannya. Dalam nada
suaranya ada sesuatu pernyataan tidak percaya yang amat
sangat. Sampai hatikah Allah
memperlakukan putera-Nya sendiri sedemikian? Sampai hatikah
Ia meninggalkan Dia di padang
belantara dengan binatang-binatang buas, tanpa makanan,
tanpa kawan, tanpa kesenangan? Ia
menyindir bahwa Allah
tidak pernah bermaksud supaya Anak-Nya mengalami keadaan semacarn
ini. "Jikalau Engkau Anak Allah," tunjukkanlah
kuasa-Mu oleh menolong diri-Mu sendiri dari
kelaparan yang amat sangat ini. Perintahkanlah supaya batu
ini menjadi roti.
Ucapan yang dari surga, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi,
kepada-Nyalah Aku berkenan (Matius
3:17)," masih saja berdengung di telinga setan. Akan
tetapi ia sudah bertekad hendak membuat
Kristus tidak percaya akan kesaksian ini. Sabda Allah
menjadi jaminan bagi Kristus tentang
tugas
Ilahi-Nya itu. Ia telah datang untuk hidup sebagai seorang
manusia di antara manusia, dan sabda
itulah yang menyatakan hubungan-Nya dengan surga. Maksud
Setan ialah untuk membuat Dia
bimbang akan sabda itu. Sekiranya keyakinan Kristus pada
Allah dapat digoncangkan, tahulah Setan
bahwa kemenangan dalam seluruh peperangan itu akan jatuh ke
tangannya. Ia dapat mengalahkan
Yesus. Ia mengharap supaya di bawah tekanan rasa putus asa
dan lapar yang tidak terperikan, Kristus
akan kehilangan percaya kepada Bapa-Nya, lalu mengadakan
suatu mukjizat untuk kepentingan-Nya
sendiri. Sekiranya Ia melakukan hal ini, maka rencana
keselamatanpun sudah akan patah.
Ketika Setan dan Anak Allah pertama kali bertemu dalam
peperangan, Kristus menjadi panglima
segenap bala tentara surga; dan setan, pemimpin
pemberontakan di surga, diusir keluar. Kini
keadaan mereka nampaknya terbalik, dan Setan berusaha keras
untuk menggunakan kelebihan itu
dengan sebaik-baiknya. Salah seorang malaikat yang paling
berkuasa di surga, katanya, telah diusir
dari surga. Rupa Yesus menunjukkan bahwa Ialah malaikat yang
telah jatuh itu, dibuangkan oleh
Allah dan ditinggalkan oleh manusia. Sebagai oknum Ilahi
tentu dapat mempertahankan
pengakuannya oleh mengadakan suatu mukjizat; "jikalau
Engkau Anak Allah,suruhlah batu-batu ini
menjadi roti." Tindakan kuasa menciptakan seperti itu,
desak penggoda itu, akan merupakan bukti
keilahian yang tak tergugat lagi. Tindakan itu tentu akan
mengakhiri pertentangan itu.
Bukanlah tanpa pergumulan Yesus mendengar dengan tenang
kepada penipu agung itu. Tetapi Anak
Allah itu tidak perlu membuktikan keilahian-Nya kepada
setan, atau menjelaskan mengapa Ia
merendahkan diri-Nya. Oleh memenuhi tuntutan pemberontak
itu, suatu pun tiada bagi kebaikan
manusia atau kemuliaan Allah yang akan diperoleh. Sekiranya
Kristus menurut anjuran musuh itu,
Setan tentu masih akan mengatakan, Tunjukkanlah kepadaku
sesuatu tanda supaya saya dapat
percaya bahwa engkaulah Anak Allah. Bukti sudah tentu tidak
akan berguna untuk menghancurkan
kuasa pemberontakan di dalam hatinya. Dan Kristus tidak
perlu menggunakan kuasa Ilahi untuk
kepentingan-Nya sendiri. Ia telah datang untuk menanggung
ujian seperti yang harus kita tanggung,
meninggalkan bagi kita suatu teladan iman dan penyerahan
diri. Baik di sini mau pun pada
waktu-waktu selanjutnya dalam hidup-Nya di dunia ini, tidak
pernah Ia mengadakan sesuatu
mukjizat demi kepentingan-Nya sendiri. Segala perbuatan-Nya
yang ajaib adalah untuk kebaikan
orang lain. Walau pun Yesus mengenal Setan sejak mulanya, Ia
tidak terhasut untuk memasuki suatu
pertentangan dengan dia. Karena dikuatkan dengan ingatan
akan suara yang dari surga itu, Ia bersandar pada kasih Bapa-Nya. Ia tidak mau
berperang mulut dengan penggodaan.
Yesus menghadapi Setan dengan ucapan Kitab Suci. "Adalah tersurat,"
kata-Nya. Dalam setiap
pencobaan senjata perang-Nya ialah sabda Allah. Setan
menuntut dari Kristus sesuatu mukjizat
sebagai tanda keilahian-Nya. Akan tetapi yang lebih besar
daripada semua mukjizat, yaitu
persandaran yang kokoh pada "demikianlah sabda
Tuhan," adalah satu tanda yang tidak dapat
dibantah. Selama Kristus berpegang teguh kepada pendirian
ini, penggoda itu tidak dapat menarik
keuntungan.
Pada saat kelemahan yang paling hebat itulah Kristus
diserang oleh pencobaan yang paling dahsyat.
Dengan demikianlah Setan menyangka bahwa ia dapat menang.
Dengan cara ini ia telah mendapat
kemenangan atas manusia. Apabila tenaga sudah habis, dan
kuasa kemauan sudah lemah, serta iman
tidak lagi bersandar pada Allah, maka orang-orang yang telah lama berdiri dengan gagah berani
untuk kebenaran, dikalahkan. Musa sudah penat dengan
pengembaraan bani Israel empat puluh
tahun lamanya, apabila sesaat lamanya imannya melepaskan pegangannya
dari kuasa yang kekal. Ia
gagal justru di perbatasan
tanah perjanjian. Demikian juga halnya Elia, yang telah berdiri dengan
tidak gentar di hadapan Raja Ahab yang telah menghadapi
seluruh bangsa Israel, yang dikepalai oleh
empat ratus limapuluh orang nabi Baal. Sesudah hari yang
mengerikan di atas bukit Karmel itu,
sesudah nabi-nabi palsu dibunuh habis, dan khalayak ramai
telah berjanji akan menurut Allah, Elia
melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya karena ancaman
Isebel penyembah berhala itu.
Demikianlah Setan telah menarik keuntungan dari kelemahan
manusia. Maka ia akan terus bekerja
dengan cara yang sama. Apabih seseorang dikelilingi dengan
segala macam kesusahan,
dibingungkan oleh suasana, atau ditindis oleh kemiskinan
atau dukacita, setan selalu ada dekat untuk
menggoda dan menyusahkan. Ia menyerang segi-segi tabiat kita yang lemah. Ia berusaha
hendak
menggoncangkan keyakinan kita pada Allah, yang membiarkan
keadaan semacam itu terjadi. Kita
tergoda untuk tidak percaya pada Allah dan meragukan
kasih-Nya. Sering penggoda itu datang
kepada kita sebagaimana ia datang dahulu kepada Kristus,
menunjukkan di hadapan kita segala
kelemahan dan cacat kita. Ia mengharap hendak menawarkan
hati kita, serta menghancurkan
pegangan kita pada Allah. Lalu merasa pastilah ia akan
mangsanya. Jika kita mau menghadapi dia
sebagaimana Yesus menghadapi dia dahulu, akan luputlah kita
dari banyak kekalahan. Oleh bersoal
jawab dengan musuh itu, kita memberikan kepadanya
keuntungan.
Ketika Kristus berkata kepada penggoda itu, "Bahwa
manusia tidak akan hidup dengan roti saja,
melainkan oleh segala sabda, yang terbit daripada mulut
Allah," Ia mengucapkan kembali ucapan
yang lebih empatbelas abad sebelumnya telah diucapkan-Nya
kepada Israel: "Ingatlah kepada
seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak Tuhan,
Allahmu, di padang gurun selama empat
puluh tahun ini . . . . Jadi Ia merendahkan hatimu,
membiarkan engkau lapar dan memberi engkau
makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal
oleh nenek moyangmu, untuk
membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari
segala yang diucapkan Tuhan." Ulangan 8:2, 3. Di padang
belantara ketika segenap bahan makanan
sudah habis, Allah memberikan manna dari surga kepada
umat-Nya; dan persediaan yang cukup dan
terus-menerus diberikan. Penyediaan ini harus mengajar
mereka bahwa sementara mereka percaya
pada Allah, serta berjalan pada segala jalan-Nya, Ia tidak
akan meninggalkan mereka. Juruselamat
kini mempraktekkan pelajaran yang telah diajarkan-Nya kepada
bani Israel dahulu. Oleh sabda
Allah, pertolongan telah diberikan kepada segenap tentara
Ibrani, dan oleh sabda itu juga
pertolongan akan diberikan kepada Yesus. Dinantikan-Nya saat
Allah untuk membawa pertolongan.
Ia berada di padang belantara karena menurut Allah, dan Ia
tidak mau memperoleh makanan oleh
menuruti anjuran Setan. Di hadapan semesta alam yang
mempersaksikan, Ia menyaksikan bahwa
lebih kecil malapetaka untuk menderita apa pun yang terjadi,
daripada untuk menyimpang dengan cara apa pun dari kehendak Allah.
"Bahwa manusia tidak
akan hidup dengan roti saja, melainkan oleh segala sabda, yang terbit
daripada mulut Allah." Kerapkali pengikut Kristus
dibawa ke tempat ia tidak dapat berbakti kepada
Allah sambil menjalankan terus perusahaan duniawinya.
Mungkin nampaknya bahwa penurutan
kepada sesuatu tuntutan Allah yang tegas akan meniadakan
sumber keperluan hidupnya. Setan akan
membuat dia percaya bahwa ia mesti mengorbankan keyakinan
batinnya itu. Akan tetapi
satu-satunya hal di dunia kita ini tempat kita dapat
bersandar, ialah sabda Allah. "Tetapi caharilah
dahulu kerajaan Allah serta kebenaran-Nya, maka segala
perkara ini pun akan ditambahkan
kepadamu." Matius 6:33: bahkan di dalam hidup ini pun
tidaklah baik bagi kita untuk menyimpang
dari kehendak Bapa kita yang di surga. Bila kita memahami kuasa sabda-Nya, kita tidak akan
mengikuti anjuran setan untuk mendapat makanan atau untuk
memelihara hidup kita. Pertanyaan
kita satu-satunya ialah, Apakah perintah Allah? dan apakah
janji-Nya? Bila kita mengetahui ini, kita
akan menurut yang satu, dan mempercayai yang lainnya.
Dalam peperangan besar yang terakhir dengan Setan kelak,
orang-orang yang setia kepada Allah
akan melihat segenap persandaran duniawi hilang lenyap.
Sebab mereka itu tidak mau melanggar
taurat-Nya untuk menurut kuasa duniawi, mereka itu akan
dilarang untuk berjual beli. Akan
diperintahkanlah kelak bahwa mereka itu akan dibunuh (Lihat
Wahyu 13:11-17). Akan tetapi kepada
orang-orang yang menurut itu diberikan janji, "dialah
seperti orang yang tinggal aman di tempat-
tempat tinggi, bentengnya ialah kubu di atas bukit batu;
rotinya disediakan, air minumnya terjamin
(Yesaya 33:16)." Oleh janji ini anak-anak Allah akan
hidup. Apabila bumi ini dibinasakan oleh bala
kelaparan kelak, mereka akan diberi makan. "Mereka
tidak akan mendapat malu pada waktu
kecelakaan, dan mereka akan menjadi kenyang pada hari-hari
kelaparan." Mzm. 37:19. Kepada masa
kesukaran itu nabi Habakuk memandang dan perkataannya
mengungkapkan iman sidang: "Sekalipun
pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil
pohon zaitun mengecewakan, sekalipun
ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing
domba terhalau dari kurungan, dan
tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan
bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di
dalam Allah yang menyelamatkan aku" Habakuk 3:17, 18.
Dari semua pelajaran yang harus diambil dari penggodaan
besar yang pertama terhadap Tuhan kita,
tidak ada yang lebih penting daripada yang menyangkut
pengendalian selera dan hawa nafsu. Pada
segala zaman, penggodaan-penggodaan yang menarik kepada sifat jasmaniah itulah
yang paling
berhasil membejatkan dan merosotkan umat manusia. Oleh sifat
tidak bertarak, Setan bekerja untuk
membinasakan kuasa pikiran dan akhlak yang diberikan Allah
kepada manusia sebagai karunia yang
tiada ternilai harganya. Demikianlah menjadi mustahil bagi
manusia untuk menghargai
perkara-perkara yang mengandung nilai yang kekal. Oleh
pemanjaan hawa nafsu, Setan berusaha
menghapuskan dari jiwa segala bekas keserupaan dengan Allah.
Pemanjaan yang tidak dikendalikan dan penyakit yang
diakibatkannya serta kemerosotan yang ada
pada kedatangan Kristus yang pertama kalinya, akan timbul
lagi, dengan keburukan yang hebat,
sebelum kedatangan-Nya yang kedua kali. Kristus mengatakan
bahwa keadaan dunia ini akan sama
seperti pada zaman sebelum air bah, dan seperti di Sodom dan
Gomorah. Setiap angan-angan hati
akan senantiasa jahat adanya. Justru di pinggir zaman yang
menakutkan itulah kita hidup sekarang,
maka kepada kita haruslah tertanam dengan sedalam-dalamnya
pelajaran tentang puasa Juruselamat
itu. Hanya oleh penderitaan yang tak terperikan yang
ditanggung oleh Kristus itulah kita dapat
menilai buruknya pemanjaan yang tak dikekang. Teladan yang
diberikan-Nya menyatakan bahwa
satu-satunya harapan kita untuk mendapat hidup kekal ialah
oleh menundukkan segala selera dan
nafsu kepada kehendak Allah.
Dengan tenaga kita sendiri mustahillah bagi kita untuk
menyangkal kegelojohan-kegelojohan pribadi kita yang telah berdosa. Oleh
saluran ini Setan akan mendatangkan penggodaan ke atas kita. Kristus
tahu bahwa musuh itu akan datang kepada setiap manusia,
untuk mengambil keuntungan dari
kelemahan warisan, dan oleh sindiran-sindirannya yang palsu
hendak menjerat semua orang yang
percayanya tidak pada Allah. Maka oleh melalui jalan yang
mesti dijalani manusia, Tuhan kita telah
menyediakan jalan bagi kita untuk mengalahkan. Tuhan tidak
menghendaki kita harus ditaruh dalam
keadaan yang merugikan dalam peperangan melawan Setan. Ia
tidak mau kita ditakut-takuti dan
ditawarkan hati oleh serangan ular itu. "Kuatkanlah
hatimu," katanya; "Aku telah mengalahkan
dunia." Yohanes 16:33.
Biarlah ia yang bergumul melawan kuasa nafsu makan,
memandang kepada Juruselamat di padang
belantara pencobaan. Pandanglah Dia dalam penderitaan di
kayu salib, ketika Ia berseru, "Aku haus"
Ia telah menanggung segala sesuatu yang mungkin kita
tanggung. Kemenangan-Nya adalah
kemenangan kita.
Yesus bersandar pada akal-budi dan kekuatan Bapa-Nya yang di
surga. Ia berkata, "Tetapi Tuhan
Allah menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda, . . . aku tahu, bahwa
aku tidak akan
mendapat malu.... Sesungguhnya, Tuhan Allah menolong
aku." Sambil menunjuk kepada
teladan-Nya sendiri, Ia berkata kepada kita, "Siapa di
antaramu yang takut akan Tuhan dan
mendengarkan suara hamba-Nya? Jika ia hidup dalam kegelapan
dan tidak ada cahaya bersinar
baginya, baiklah ia percaya kepada nama Tuhan dan bersandar
kepada Allahnya!" Yesaya 50:7-10.
"Penguasa dunia ini datang," kata Yesus "dan
ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku." Yohanes
14:30. Di dalam Dia tidak ada sesuatu yang menyambut
penyesatan setan. Ia tidak menyetujui dosa.
Sedikit pun Ia tidak memikirkan hendak menyerah kepada
penggodaan. Demikian juga halnya
dengan kita. Kemanusiaan Kristus dipersatukan dengan
keilahian; Ia dilayakkan untuk pergumulan
itu oleh tinggalnya Rohu'lkudus di dalam hati-Nya. Dan Ia
datang untuk membuat kita seperolehan
dalam sifat-sifat Ilahi itu. Selama kita dipersatukan dengan
Dia oleh iman, dosa tidak lagi menguasai
kita. Allah mengulurkan tangan-Nya hendak mencapai tangan
iman kita agar olehnya kita berpegang
teguh pada keilahian Kristus, supaya kita dapat mencapai kesempurnaan tabiat.
Dan bagaimana ini dilaksanakan. Kristus telah menunjukkannya
kepada kita. Dengan alat apakah Ia
menang dalam peperangan melawan Setan? -Dengan sabda Allah. Hanya dengan sabda
itulah Ia
dapat melawan pencobaan. "Adalah tersurat," kata-Nya.
Dan kepada kita dikaruniakan "janji-janji
yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu
boleh mengambil bagian dalam kodrat
ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan
dunia." 2 Petrus 1:4. Setiap janji dalam
sabda Allah adalah milik kita. "Oleh segala sabda, yang
terbit daripada mulut Allah" kita harus
hidup. Apabila diserang oleh pencobaan, janganlah memandang
pada keadaan atau pada kelemahan
diri sendiri, melainkan pada kuasa sabda itu. Segenap
kekuatannya adalah milikmu. "Segala
pesan-Mu," kata pengarang mazmur, "Dalam hatiku
aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan
berdosa terhadap Engkau." "Sesuai dengan firman
yang Engkau ucapkan, aku telah menjaga diriku
terhadap jalan orang-orang yang melakukan kekerasan."
Mazmur 119:11; 17:4.
Pasal 13
KEMENANGAN
"LALU diambil iblis akan Dia, dibawanya sertanya ke
Baitu'lmukadis, didirikannya di atas
bumbungan rumah Allah. Seraya katanya kepada-Nya: Jikalau
Engkau Anak Allah, terjunkanlah
diri-Mu ke bawah, karena adalah tersurat:
"Bahwa Allah akan bersabda kepada segala malaikat-Nya
akan halmu,
Maka mereka itu kelak menatang Engkau di atas tangannya,
Supaya jangan barangkali terantuk kaki-Mu kepada batu."
Sekarang Setan menyangka bahwa ia telah menghadapi Yesus
pada pendirian-Nya sendiri. Musuh
yang licik itu sendiri kini mengemukakan ucapan-ucapan yang
keluar dari mulut Allah. Ia masih saja
kelihatan seperti seorang malaikat terang, dan ia
membuktikan bahwa ia mahir dalam soal-soal
Alkitab, serta mengerti arti apa yang tersurat. Sebagaimana
Yesus menggunakan sabda Allah untuk
mempertahankan iman-Nya, penggoda itu kini menggunakan sabda
Allah pula untuk membenarkan
penipuannya. Ia mengatakan bahwa ia hanya menguji kesetiaan
Yesus, dan sekarang ia memuji
keteguhan-Nya. Karena Juruselamat telah menunjukkan percaya
pada Allah, setan mendesak Dia
pula supaya memberikan lagi bukti-bukti lain untuk iman-Nya
itu.
Akan tetapi penggodaan itu didahului lagi dengan sindiran
yang mengandung rasa tak percaya,
"Jikalau Engkau Anak Allah." Kristus tergoda untuk
menjawab "jikalau" itu; tetapi Ia sedikit pun
tidak mau menerima kebimbangan itu. Ia tidak mau
membahayakan nyawa-Nya hanya untuk
memberikan bukti kepada Setan.
Penggoda itu berpikir hendak mengambil keuntungan dari
kemanusiaan Kristus, serta membujuk
Dia untuk bertindak tekebur. Akan tetapi meski pun Setan
dapat membujuk, tidak dapat ia memaksa
berbuat berdosa. Kata-Nya kepada Yesus, "Terjunkanlah
diri-Mu, ke bawah," karena mengetahui
bahwa ia tidak dapat menjatuhkan Dia ke bawah; karena
Allah akan campur tangan untuk
melepaskan Dia. Tidaklah pula setan dapat memaksa Yesus
menerjunkan diri-Nya ke bawah.
Kecuali Kristus menyerah kepada penggodaan itu, Ia tidak
dapat dikalahkan. Segenap kuasa dunia
ini atau neraka sekali pun tidak dapat memaksa Dia sekelumit
pun untuk menye leweng dari
kehendak Bapa-Nya.
Penggoda itu tidak akan pernah dapat memaksa kita untuk
melakukan kejahatan. Ia tidak dapat
mengendalikan pikiran kecuali pikiran itu diserahkan ke
bawah kekuasaannya. Kehendak mesti
setuju, iman mesti
melepaskan pegangannya dari Kristus, barulah Setan dapat menggunakan
kuasanya atas kita. Tetapi setiap keinginan jahat yang kita
sayangi memberikan kepadanya tempat
bertumpu. Setiap perkara yang dalamnya kita gagal untuk
mencapai taraf Ilahi, merupakan sebuah
pintu terbuka yang dari padanya ia dapat masuk untuk
menggoda serta membinasakan kita. Dan
setiap kegagalan atau kekalahan di pihak kita memberikan
kesempatan bagi dia untuk
mempersalahkan Kristus.
Ketika Setan memetik janji, "Allah akan bersabda kepada segala malaikat-Nya akan hal-Mu,"
ia
tidak menyebutkan ucapan, "supaya dipeliharakan-Nya
Engkau pada segala jalan-Mu" yaitu, pada
segala jalan pilihan Allah. Yesus tidak mau keluar dari
jalan penurutan. Sementara menunjukkan
percaya yang sempurna pada Bapa-Nya, Ia tidak mau
menempatkan diri-Nya sendiri, dengan tidak
disuruh, pada suatu kedudukan yang akan memerlukan campur
tangan Bapa-Nya untuk
menyelamatkan Dia dari maut. Ia tidak mau memaksa Allah
datang meluputkan Dia, dan dengan
demikian gagal untuk memberikan kepada manusia satu teladan
iman dan penurutan.
Yesus berkata kepada Setan, "Bahwa adalah tersurat
pula: Jangan kamu mencobai Tuhan Allahmu." Perkataan ini diucapkan oleh
Musa kepada bani Israel ketika mereka kehausan di padang belantara,
lalu menuntut supaya Musa memberikan air kepada mereka,
dengan berseru, "Adakah Tuhan di
tengah-tengah kita atau tidak?" Keluaran 17:7. Allah
telah mengerjakan hal-hal yang ajaib bagi
mereka; namun dalam kesusahan mereka meragukan Dia, serta
menuntut bukti bahwa Ia tengah
menyertai mereka. Dalam keadaan kurang percaya itu, mereka
berusaha hendak menguji Dia. Maka
setan pun mendesak Kristus untuk berbuat sedemikian juga.
Allah telah membuktikan bahwa Yesus
adalah Anak-Nya; dan kini untuk meminta bukti bahwa lalah
Anak Allah, berarti menguji sabda
Allah, mencobai Dia. Maka demikian jugalah halnya benar
meminta apa yang tidak dijanjikan Allah.
Hal itu akan menunjukkan adanya kurang percaya, serta
benar-benar menguji atau mencobai Dia.
Jangan hendaknya kita menyampaikan permohonan kita kepada
Allah untuk membuktikan apakah Ia
akan menepati janji-Nya, melainkan karena Ia akan menepatinya;
bukannya untuk membuktikan
bahwa Ia mengasihi kita, melainkan karena Ia mengasihi kita.
"Tetapi tanpa iman tidak mungkin
orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling
kepada Allah, ia harus percaya bahwa
Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang
sungguh-sungguh mencari Dia."
Ibrani 11:6.
Akan tetapi iman itu sekali-kali tidak ada hubungannya
dengan tindakan yang bersifat tekebur.
Hanya orang yang mempunyai iman yang sejati sajalah yang
selamat dari sifat tekebur. Sebab sifat
tekebur itulah pemalsuan Setan akan iman. Iman menuntut
janji-janji Allah, serta mengeluarkan
buah-buah dalam penurutan. Sifat tekebur juga menuntut
janji-janji itu, tetapi menggunakannya
sebagaimana Setan menggunakannya, yaitu untuk mendalihkan pelanggaran.
Iman seharusnya
menuntun nenek-moyang kita yang pertama untuk mempercayai
kasih Allah, dan menurut segala
perintah-Nya. Sifat tekebur menuntun mereka itu kepada
pelanggaran hukum-Nya, karena
beranggapan bahwa kasih-Nya yang besar itu akan menyelamatkan
mereka dari akibat dosa mereka
itu. Bukannya iman yang menuntut keridlaan surga tanpa
memenuhi syarat-syarat yang olehnya
kemurahan harus dikaruniakan. Iman sejati beralaskan
janji-janji serta syarat-syarat yang terdapat di
dalam Alkitab.
Acapkali apabila Setan telah gagal untuk menimbulkan
perasaan kurang percaya, ia berhasil dalam
menuntun kita ke arah sifat tekebur. Jika ia dapat
menyebabkan kita menempatkan diri kita sendiri
tidak seperlunya pada jalan penggodaan, maka tahulah ia bahwa
kemenangan sudah ada padanya.
Allah akan memelihara semua orang yang berjalan pada jalan
penurutan; akan tetapi menyirnpang
dari jalan itu berarti berani memasuki daerah setan. Di sana
kita pasti akan jatuh. Juruselamat telah
menyuruh kita, "Jagalah dan pintalah doa, supaya jangan
engkau masuk ke dalam penggoda."
Markus 14:38. Renungan dan doa akan mencegah kita daripada
lari dengan tak diminta ke jalan
bahaya, dan dengan demikian kita diselamatkan dari banyak
kekalahan
Namun kita tidak boleh putus asa apabila diserang oleh
pencobaan. Acapkali apabila ditempatkan
dalam sesuatu keadaan yang sulit kita bimbang apakah kita
telah dipimpin oleh Roh Allah. Tetapi
Roh itulah yang membawa Yesus dahulu ke padang belantara
untuk dicobai oleh Setan. Bila Allah
membawa kita ke dalam ujian, Ia mempunyai suatu maksud yang
hendak dilaksanakan-Nya untuk
kebaikan kita. Yesus tidak tekebur dalam segala janji Allah
oleh pergi tanpa disuruh ke padang
belantara, tidaklah pula Ia putus asa ketika penggodaan
datang kepada-Nya. Demikian juga halnya
dengan kita. "Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak
akan membiarkan kamu dicobai melampaui
kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan
kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu
dapat menanggungnya." Kata-Nya, "Persembahkanlah
syukur sebagai korban kepada Allah dan
bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi! Berserulah
kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan
meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." 1
Korintus 10: 13; Mazmur 50: 14,15.
Yesus mendapat kemenangan atas penggodaan kedua, dan kini
Setan menunjukkan dirinya dalam tabiatnya yang sebenarnya. Akan tetapi ia tidak
kelihatan seperti sesuatu momok raksasa yang
mengerikan, dengan kaki-kaki yang terbelah dan sayap
kelelawar. Ia seorang malaikat yang
berkuasa, meskipun sudah jatuh. Ia mengaku dirinya pemimpin
pemberontakan dan dewa dunia ini.
Setelah membawa Yesus ke atas sebuah gunung yang tinggi,
setan membuat kerajaan-kerajaan dunia
ini, dalam segenap kemuliaannya, lalu seperti panorama di
hadapan-Nya. Cahaya matahari bersinar
ke atas kota-kota yang berisi candi-candi, istana-istana
batu pualam, ladang-ladang yang subur, dan
kebun-kebun anggur yang penuh dengan buah. Bekas-bekas
kejahatan disembunyikan. Mata Yesus
yang tadinya disambut oleh kegelapan dan kesunyian, kini
memandang kepada suatu pemandangan
yang tidak terperikan eloknya dan kemakmurannya. Kemudian
terdengarlah suara penggoda itu:
"Bahwa segala kuasa ini akan kuberikan kepada-Mu serta
dengan segala kemuliaannya, karena yaitu
telah diserahkan kepadaku, maka aku memberikan dia kepada
barang siapa yang kukehendaki, sebab
itu jikalau Engkau mau menyembah aku, sekalian ini jadi
milik-Mu."
Tugas Kristus dapat ditunaikan hanya dengan penderitaan. Di
hadapan-Nya adalah suatu kehidupan
yang penuh dukacita, kesukaran, dan perjuangan serta
kematian yang hina. Ia mesti menanggung
segala dosa seluruh dunia. Ia mesti menanggung perpisahan
dari kasih Bapa-Nya. Kini Setan
menawarkan untuk menyerahkan kuasa yang telah direbutnya
itu. Kristus mungkin dapat
melepaskan diri-Nya dari masa depan yang mengerikan itu oleh
mengakui kedaulatan Setan. Tetapi
berbuat demikian berarti menyerahkan kemenangan dalam
pergumulan besar itu. Dalam berusaha
hendak meninggikan dirinya sendiri di atas Anak Allah, Setan
telah berdosa di surga. Sekiranya ia
menang sekarang, maka itu akan berarti kemenangan di pihak
pemberontakan.
Ketika Setan mengatakan kepada Kristus, kerajaan dan
kemuliaan dunia ini sudah diserahkan
kepadaku, dan aku memberikan dia kepada barang siapa yang
kukehendaki, ia mengatakan apa yang
benar hanya sebagian saja, dan hal itu dikatakannya untuk
melaksanakan maksud penipuannya.
Kerajaan Setan ialah yang dirampas dari Adam, tetapi Adam
mewakili Khalik. Adam bukannya
memerintah dengan merdeka. Bumi adalah milik Allah, dan la
telah menyerahkan segala sesuatu
kepada Anak-Nya. Adam harus memerintah di bawah kekuasaan
Kristus. Ketika Adam
menyerahkan kedaulatannya ke tangan setan, Kristus masih
juga Raja yang berdaulat. Demikianlah
Tuhan telah bersabda kepada raja Nebukadnezar, "Yang
Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia
dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya."
Daniel 4:17. Setan dapat menjalankan
kekuasaan yang direbutnya itu hanya kalau Allah mengizinkannya.
Ketika penggoda itu menawarkan kepada Kristus kerajaan dan
kemuliaan dunia ini, ia sedang
menganjurkan supaya Kristus menyerahkan hak raja yang
sesungguhnya atau dunia ini, serta
berkerajaan di bawah Setan. Justeru inilah kerajaan yang di
atasnya segenap harapan bangsa Yahudi
bertumpu. Mereka mengingini kerajaan dunia ini. Sekiranya
Kristus berkenan menawarkan kepada
mereka sesuatu kerajaan yang demikian, maka mereka tentu
akan menerima Dia dengan kesukaan.
Akan tetapi kutuk dosa, dengan segala malapetakanya,
terletak di atas kerajaan itu. Kristus
mengatakan kepada penggoda itu, "Nyahlah engkau, hai
setan, karena adalah tersurat: Hendaklah
kamu menyembah Tuhan Allahmu dan beribadat hanya kepada
Tuhan saja."
Oleh dia yang telah memberontak di surga, kerajaan-kerajaan
dunia ini ditawarkan kepada Kristus,
untuk membeli penghormatan-Nya kepada azas-azas kejahatan;
tetapi Ia tidak mau dibeli; Ia telah
datang untuk mendirikan suatu kerajaan kebenaran, dan Ia
tidak mau membatalkan maksud-Nya itu.
Dengan pencobaan itu juga Setan menghampiri manusia, dan
dalam hal inilah ia mendapat sukses
yang lebih baik daripada dengan Kristus. Kepada manusia
ditawarkannya kerajaan dunia ini dengan
syarat bahwa mereka mau mengakui kedaulatannya. Ia menuntut
supaya mereka mengorbankan
kejujuran, mengabaikan angan-angan hati, memanjakan sifat
mementingkan diri. Kristus menyuruh
mereka mencari lebih dulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya;
tetapi Setan berjalan di samping mereka dan berkata, "Apa pun yang mungkin
benar tentang hidup yang kekal, supaya mendapat
sukses di dunia ini engkau mesti berbakti kepadaku. Aku
memegang kesejahteraanmu pada
tanganku. Aku dapat memberikan kepada mu kekayaan,
kesenangan, kehormatan, dan kebahagiaan.
Dengarkanlah nasehatku. Janganlah biarkan dirimu dihanyutkan
oleh paham yang ganjil tentang
kejujuran dan pengorbanan diri. Aku akan mempersiapkan jalan
di hadapanmu." Demikianlah
banyak sekali orang yang teperdaya. Mereka mau hidup untuk
melayani diri sendiri, dan Setan
merasa puas. Sementara ia memikat mereka dengan harapan
kerajaan duniawi, ia memperoleh
kekuasaan atas jiwa. Tetapi ditawarkannya apa yang bukan
haknya untuk memberikan dan yang
segera akan dirampas dari dia. Sebagai balasnya ia menipu
mereka dari hak mereka atas warisan
segala anak Allah.
Setan telah mempersoalkan apakah Yesus Anak Allah adanya.
Ketika ia diusir cepat-cepat dari
surga, ia telah beroleh bukti yang tidak dapat dibantahnya.
Keilahian memencar melalui
kemanusiaan yang menderita. Setan tidak mempunyai kuasa
untuk melawan perintah itu. Dengan
perasaan pedih dan marah karena direndahkan, terpaksa ia
mengundurkan diri dari hadirat Penebus
dunia itu. Kemenangan Kristus sempurna adanya sama seperti
kegagalan Adam dahulukala pun
sempurna.
Demikianlah kita dapat melawan pencobaan, dan memaksa Setan
mengundurkan diri dari kita.
Yesus mendapat kemenangan oleh penyerahan dan iman pada
Allah, dan oleh rasul Ia berkata
kepada kita, "Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah
Iblis, maka ia akan lari dari padamu!
Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat
kepadamu." Yakub 4:7, 8. Kita tidak dapat
menyelamatkan diri kita sendiri dari kuasa penggoda itu; ia
telah mengalahkan manusia, dan apabila
kita berusaha hendak berdiri dengan kekuatan kita sendiri,
kita pun akan menjadi mangsa bagi segala
siasatnya; tetapi, "Nama Tuhan adalah menara yang kuat,
ke sanalah orang benar berlari dan ia
menjadi selamat." Amsal 18:10. Setan gemetar dan
melarikan diri dari jiwa yang terlemah sekali
pun, yang mencari perlindungan dalam nama yang berkuasa itu.
Setelah musuh itu mengundurkan diri, Yesus rebah dalam
keadaan tidak berdaya ke tanah, dengan
kepucatan maut pada wajah-Nya. Malaikat-malaikat surga telah
memperhatikan pertempuran itu,
melihat Panglima mereka yang tercinta itu ketika Ia
menderita kesengsaraan yang tak terperikan
untuk mengadakan suatu jalan kelepasan bagi kita. Ia telah
menanggung ujian itu, yang lebih besar
daripada ujian yang pernah kita tanggung. Malaikat-malaikat
itu melayani Anak Allah, sementara Ia
terbaring seperti seorang yang hendak mati. Ia dikuatkan
dengan makanan, dihiburkan dengan kabar
kasih Bapa-Nya, dan kepastian bahwa segenap surga
bersorak-sorak atas kemenangan-Nya itu.
Sesudah merasa segar kembali, Ia menunjukkan belas kasihan
kepada manusia, lalu Ia maju terus
untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah dimulai-Nya itu; Ia
tidak akan berhenti hingga musuh itu
kalah, dan umat manusia yang telah jatuh ke dalam dosa itu
ditebus.
Harga penebusan kita itu tidak akan disadari sampai
orang-orang tebusan itu kelak berdiri dengan
Penebus di hadapan takhta Allah. Pada hari itu kelak ketika
segala kemuliaan rumah yang kekal itu
memancar ke dalam panca indera kita yang terpesona itu, kita
pun akan mengingat bahwa Yesus
telah meninggalkan semuanya ini untuk kepentingan kita,
bahwa la bukan saja meninggalkan istana
surga, melainkan mengambil risiko kegagalan dan kematian
yang kekal untuk menebus kita. Pada
masa itu kelak kita pun akan meletakkan semua mahkota kita
di kaki-Nya, serta menyanyikan
nyanyian, "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk
menerima kuasa, dan kekayaan, dan
hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan
puji-pujian!" Wahyu 5:12.
Pasal 14
"KAMI SUDAH JUMPA MESIAS"
YOHANES Pembaptis kini mengajar dan membaptiskan di Baitani,
di seberang Yarden. Tidak jauh
dari tempat ini di mana Allah dahulu telah menahan aliran
sungai itu hingga bani Israel
menyeberang. Tidak berapa jauh dari sini benteng kota
Yerikho telah dirubuhkan oleh bala tentara
surga. Kenangan tentang segala peristiwa ini teringat
kembali pada saat ini, serta menimbulkan
perhatian yang besar terhadap pekabaran Yohanes Pembaptis.
Apakah Ia yang telah berbuat begitu
ajaib pada zaman lampau itu, akan menunjukkan kuasa-Nya pula
untuk melepaskan bangsa Israel?
Demikianlah pikiran yang menggerakkan hati orang banyak yang
setiap hari datang berduyun-duyun
ke tepi sungai Yarden.
Pengajaran Yohanes sangat mempengaruhi bangsa itu sehingga
meminta perhatian para penguasa
agama. Bahaya pemberontakan menyebabkan setiap kumpulan umum
dipandang dengan rasa curiga
oleh orang Romawi, dan apa pun yang menunjuk kepada sesuatu
pemberontakan dari bangsa itu
menimbulkan rasa takut pada pihak para penghulu Yahudi.
Yohanes belum mengakui kekuasaan
Sanhedrin oleh berusaha memperoleh ------------
Pasal ini dialaskan atas Yohanes 1:19-51.
pengesahan mereka atas pekerjaannya; dan ia telah mengecam
penghulu-penghulu dan orang
banyak, baik orang Parisi mau pun orang Saduki. Namun orang
banyak mengikut dia dengan
gembira. Perhatian pada pekerjaannya tampaknya bertambah
terus-menerus. Meski pun ia tidak
tunduk kepada mereka, Sanhedrin merasa bahwa, selaku seorang
guru umum, ia adalah di bawah
pengawasan mereka.
Badan ini terdiri dari anggota-anggota yang dipilih dari
antara imam-imam, dan dari
penghulu-penghulu utama dan guru-guru bangsa itu. Imam
besarlah biasanya yang menjadi ketua.
Semua anggotanya haruslah orang-orang yang sudah agak lanjut
usianya, sungguh pun belum tua
sekali; orang-orang berilmu, bukan saja mahir dalam agama
Yahudi dan sejarah, tetapi juga dalam
pengetahuan umum. Mereka tidak boleh bercacat tubuh, dan
harus sudah berumah tangga, karena
sebagai bapa, besar kemungkinan mereka akan lebih berpengasihan dan memikirkan
kepentingan
orang lain. Tempat mereka berkumpul ialah suatu ruangan yang
dihubungkan dengan kaabah di
Yerusalem. Pada zaman kemerdekaan bangsa Yahudi Sanhedrin
ialah mahkamah agung bangsa
Yahudi, yang mempunyai kuasa atas soal-soal kenegaraan serta
keagamaan. Sungguh pun sekarang
sudah direndahkan pangkatnya oleh pemerintah Romawi, namun
badan itu masih menjalankan suatu
pengaruh yang kuat dalam soal-soal sipil dan keagamaan.
Sanhedrin tidak mau menangguhkan pemeriksaan terhadap
pekerjaan Yohanes. Ada orang yang
masih mengingat wahyu yang diberikan kepada Zakaria di
kaabah dahulu, dan nubuatan bapa itu,
yang telah menunjuk kepada anaknya itu sebagai bentara
Mesias. Dalam huru-hara dan perubahan
selama tigapuluh tahun,
segala perkara ini sudah sebagian besar dilupakan. Tetapi sekarang
diingatkan kembali oleh kegiatan pekerjaan Yohanes.
Sudahlah agak lama sejak bangsa Israel pernah mempunyai
seorang nabi, lama sejak sesuatu
reformasi seperti yang berlangsung sekarang ini pernah
dilihat orang. Tuntutan untuk mengaku dosa
tampaknya baru dan mengejutkan. Banyak di antara para
pemimpin tidak mau pergi mendengarkan
seruan dan kecaman Yohanes, karena kuatir kalau-kalau mereka
terpaksa membuka segala rahasia
kehidupan mereka sendiri. Namun pengajaran Yohanes itu
adalah pengumuman yang langsung tentang Mesias. Sudah umum diketahui orang
bahwa tujuhpuluh minggu dari nubuatan Daniel, yang
meliputi kedatangan Mesias itu, sudah hampir berakhir; dan
semua orang ingin beroleh bahagian
dalam masa baru kemuliaan nasional yang diharapkan pada
waktu itu. Demikian besarnya semangat
khalayak ramai sehingga Sanhedrin akan segera terpaksa
membenarkan atau menolak pekerjaan
Yohanes. Kekuasaan mereka atas orang banyak sudah mulai
berkurang. Sudah semakin merupakan
suatu persoalan yang pelik bagaimana caranya mempertahankan
kedudukan mereka. Dalam harapan
untuk mendapat sesuatu kesimpulan, mereka mengutus suatu
perwakilan yang terdiri dari
imam-imam dan orang-orang Lewi ke sungai Yarden untuk
berunding dengan guru baru itu.
Banyak orang datang berhimpun, mendengarkan perkataannya,
ketika para utusan itu tiba. Dengan
lagak kewibawaan yang dimaksudkan untuk memberikan kesan
dalam pikiran orang banyak itu,
serta untuk menuntut penghormatan nabi itu,rabbi-rabbi yang
congkak itu datang. Dengan suatu
gerakan penghormatan, hampir oleh rasa takut, orang banyak
itu memberikan jalan kepada mereka.
Orang-orang besar itu, dengan jubahnya yang mahal-mahal,
dengan kecongkakan pangkat dan kuasa,
berdiri di hadapan nabi padang belantara itu.
"Siapa engkau?" tanya mereka.
Mengetahui apa yang ada di dalam pikiran mereka itu, Yohanes
menjawab "Aku ini bukannya
Kristus."
"Siapakah gerangan engkau? Eliakah?"
"Bukan."
"Engkaukah nabi itu?"
"Bukan."
"Siapakah engkau? supaya kami memberi jawab kepada mereka, yang
menyuruhkan kami ini.
Apakah katamu akan hal dirimu?"
"Aku inilah suara orang yang berseru-seru di padang belantara:
Ratakanlah jalan Tuhan, seperti yang
dikatakan oleh nabi Yesaya."
Ayat Alkitab yang disebutkan oleh Yohanes itu ialah nubuatan yang indah dari
Yesaya:
"Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman
Allahmu, tenangkanlah hati Yerusalem dan
serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir,
bahwa kesalahannya telah diampuni, .
. . Ada suara yang berseru-seru: 'Persiapkanlah di padang
gurun jalan untuk Tuhan, luruskanlah di
padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus
ditutup, dan setiap gunung dan
bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi
tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-
lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan Tuhan akan dinyatakan
dan seluruh umat manusia akan
melihatnya bersama-sama; sungguh, Tuhan sendiri telah
mengatakannya.'" Yesaya 40:1-5.
Dahulu kala, bila seorang raja mengadakan perjalanan melalui
bagian-bagian kerajaannya yang
jarang dikunjungi, serombongan orang disuruh pergi
mendahului kereta kerajaan untuk meratakan
segala tempat yang curam serta mengisi lubang, supaya raja
itu dapat mengadakan perjalanan dengan
selamat dengan tiada halangan. Kebiasaan ini digunakan oleh
nabi itu untuk melukiskan pekerjaan
Injil. "Segala lembah akan ditambak dan bukit akan
diratakan." Bilamana Roh Allah, dengan
kuasanya yang membangunkan itu, menjamah jiwa,
direndahkannyalah kecongkakan manusia.
Kesenangan duniawi
dan kedudukan serta kuasa kelihatan menjadi tidak berharga. "Kami
mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu
yang dibangun oleh keangkuhan
manusia untuk menentang pengenalan akan Allah," 2
Korintus 10:5, dicampakkan; setiap pikiran
ditalukkan dalam tawanan "akan menurut Almasih."
Kemudian kerendahan hati dan kasih yang
mengorbankan diri pun, yang kurang dihargai di antara
manusia, ditinggikan sebagai satu-satunya
yang berharga. Inilah pekerjaan Injil, dan pekabaran Yohanes
itu hanya merupakan sebagian
daripadanya. Rabbi-rabbi itu melanjutkan penyelidikan
mereka. "Jikalau engkau bukan Kristus dan bukan Elia
dan bukan nabi itu, mengapa engkau membaptiskan orang?"
Kata-kata "nabi itu" mengartikan Musa.
Orang Yahudi telah sejak lama condong kepada keyakinan bahwa
Musa akan dibangkitkan dari
antara orang mati, dan diangkat ke surga. Mereka tidak
mengetahui bahwa ia telah dibangkitkan.
Ketika Yohanes Pembaptis itu memulai pekerjaannya, banyak
orang meny,angka bahwa besar
kemungkinan dialah nabi Musa yang dibangkitkan dari antara
orang mati itu, sebab nampaknya ia
mempunyai pengetahuan yang seksama tentang segala nubuatan
dan sejarah bangsa Israel.
Ada pula kepercayaan bahwa sebelum kedatangan Mesias, Elia
akan datang secara pribadi. Harapan
ini dijawab Yohanes dalam sangkalannya; akan tetapi
ucapannya itu mengandung suatu arti yang
lebih dalam lagi. Yesus kemudian harinya berkata mengenai
Yohanes, "Jika kamu mau
menerimanya--ialah Elia yang akan datang itu." Matius
11:14. Yohanes datang dalam roh dan kuasa
Elia, untuk melakukan suatu pekerjaan seperti yang dilakukan oleh Elia. Sekiranya orang
Yahudi
telah menerima dia, maka sebenarnya pekerjaan itu sudah akan
terlaksana bagi mereka. Akan tetapi
mereka tidak menyambut baik pekabarannya itu. Bagi
mereka ia bukannya Elia. Ia tidak dapat
menunaikan bagi mereka tugas yang hendak dilaksanakannya.
Banyak di antara orang-orang yang berhimpun di Yarden itu
telah hadir pada waktu Yesus
dibaptiskan; tetapi tanda yang diberikan pada waktu itu
nyata hanya bagi beberapa orang daripada
mereka. Pada bulan-bulan sebelumnya dalam pekerjaan Yohanes
Pembaptis itu, banyak orang tidak
mau memperdulikan seruan untuk bertobat. Demikianlah mereka
telah mengeraskan hati serta
menggelapkan pengertian mereka. Ketika Surga memberikan
kesaksian tentang Yesus pada waktu Ia
dibaptiskan, mereka pun tidak menyadarinya. Mata yang belum
pernah dialihkan dalam percaya
kepada Dia yang tidak tampak itu, tidak melihat penyataan
kemuliaan Allah; telinga yang tidak
pernah mendengar suara-Nya, tidak mendengar perkataan
kesaksian. Demikian juga halnya
sekarang. Acapkali hadirat Kristus dan malaikat-malaikat
yang melayani nyata dalam perhimpunan
orang banyak, namun banyak orang tidak mengetahui hal itu.
Mereka tidak melihat sesuatu yang luar
biasa. Tetapi bagi
beberapa orang hadirat Juruselamat itu dinyatakan. Damai dan kegirangan
menghidupkan hati mereka. Mereka itu dihiburkan, diberanikan
hati serta diberkati.
Para utusan yang dari Yerusalem itu telah bertanya kepada
Yohanes, Mengapa engkau
membaptiskan orang?" dan mereka itu menantikan
jawabnya. Tiba-tiba, sementara pandangannya
meliputi orang banyak itu matanya bersinar-sinar, wajahnya
berseri-seri, seluruh keadaannya terharu
amat sangat. Dengan tangan yang terkedang ia berseru,
"Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-
tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia,
yang datang kemudian dari padaku.
Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak."
Yohanes 1:25-27.
Pekabaran itu jelas sekali untuk dibawa kembali kepada
Sanhedrin. Perkataan Yohanes itu tidak
dapat dikenakan kepada seorang yang lain daripada Dia yang
sudah sejak lama dijanjikan itu. Mesias
ada di antara mereka! Dengan keheranan besar imam-imam dan
penghulu-penghulu itu memandang
di sekeliling mereka dengan pengharapan akan melihat Dia
yang dibicarakan Yohanes itu. Tetapi Ia
tidak dapat dikenal di antara orang banyak itu.
Ketika Yesus dibaptiskan, Yohanes menunjuk kepada-Nya
sebagai Anak Domba Allah, sebuah
terang yang baru dipancarkan atas pekerjaan Mesias. Pikiran
nabi itu tertuju kepada perkataan nabi
Yesaya, "Seperti anak domba yang dibawa
kepembantaian." Yesaya 53:7. Pada minggu-minggu
berikutnya, Yohanes dengan perhatian yang baru menyelidik
nubuatan-nubuatan serta pengajaran
tentang upacara-upacara pengorbanan. Ia tidak dapat
membedakan dengan jelas kedua segi
pekerjaan Kristus itu, sebagai suatu korban yang merasai
sengsara dan seorang raja yang menang,
akan tetapi ia melihat bahwa kedatangan-Nya itu mengandung
arti yang lebih dalam daripada yang
dilihat oleh imam-imam atau khalayak ramai. Ketika ia
melihat Yesus di antara orang banyak itu sekembali-Nya dari padang belantara,
dengan yakin ia menantikan Dia untuk memberi kepada orang
banyak itu sesuatu tanda tentang kepribadian-Nya yang
sesungguhnya. Hampir dengan tidak sabar
lagi ia menunggu untuk mendengar Juruselamat itu mengumumkan
tugas-Nya; tetapi tidak ada
sepatah kata pun yang diucapkan, tidak ada tanda diberikan.
Yesus tidak memberikan sambutan
kepada pengumuman Yohanes Pembaptis itu tentang Dia,
melainkan menggabungkan diri dengan
murid-murid Yohanes dengan tidak memberikan tanda secara
lahir apa pun mengenai tugas-Nya
yang istimewa itu, dan tidak mengambil tindakan apa pun
untuk menarik perhatian kepada-Nya.
Keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang. Dengan sinar
kemuliaan Allah hinggap atas dia,
nabi itu mengedangkan tangannya seraya berkata,
"Lihatlah Anak Domba Allah, yang
menghapuskan dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika
kukatakan: Kemudian daripadaku akan
datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah
ada sebelum aku. Dan aku sendiripun
mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang
dan membaptis dengan air, supaya Ia
dinyatakan kepada Israel.... Aku telah melihat Roh turun
dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di
atasNya. Danb akupun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang
mengutus aku untuk membaptis dengan
air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh
itu turun ke atas seseorang dan tinggal di
atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus.
Dan aku telah melihat-Nya dan
memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah." Yohanes
1:29-34.
Inikah Kristus? Dengan perasaan kagum dan heran orang banyak
itu memandang kepada Dia yang
baru dikatakan sebagai Anak Allah itu. Mereka sangat terharu
mendengar perkataan Yohanes. Ia
telah berbicara kepada mereka demi nama Allah. Mereka telah
mendengar kepadanya hari demi hari
sementara ia mengecam segala dosa mereka, dan setiap hari
keyakinan bahwa ia adalah utusan surga
sudah bertambah kuat. Tetapi siapakah Dia yang lebih
besar daripada Yohanes Pembaptis ini?
Dalam pakaian dan pembawaan-Nya tidak ada yang menandakan
adanya derajat yang tinggi.
Nampaknya Ia hanyalah seorang sederhana, berpakaian seperti
mereka dengan pakaian hina yang
dipakai oleh orang miskin.
Di antara orang banyak itu ada beberapa orang yang pada
waktu Kristus dibaptiskan telah
mempersaksikan kemuliaan Ilahi, serta telah mendengar suara
Allah. Akan tetapi sejak waktu itu
rupa Juruselamat sudah banyak berubah. Pada waktu Ia
dibaptiskan mereka telah melihat wajah-Nya
dipermuliakan dalam cahaya surga; kini dalam keadaan pucat,
lesu, dan sangat kurus, Ia telah
dikenal hanya oleh nabi Yohanes.
Tetapi sementara orang banyak itu memandang kepada-Nya,
mereka melihat wajah di mana
belas-kasihan Ilahi bercampur dengan kuasa yang sadar.
Setiap pandangan mata, setiap raut
muka-Nya, ditandai dengan kerendahan hati, dan menyatakan
kasih yang tak terperikan. Ia
nampaknya dikelilingi dengan suatu suasana pengaruh rohani.
Karena tingkahlaku-Nya adalah
lemah-lembut dan rendah hati, Ia memberikan kesan kepada
manusia akan perasaan kuasa yang
tersembunyi, namun tidak dapat semata-mata disembunyikan.
Inikah Dia yang telah sekian lamanya
dinantikan oleh bangsa Israel?
Yesus datang dalam kemiskinan dan kerendahan, supaya Ia
dapat menjadi teladan dan Penebus kita.
Sekiranya Ia datang dengan kebesaran seorang raja,
bagaimanakah Ia dapat mengajarkan kerendahan
hati? Bagaimanakah Ia dapat mengajarkan kebenaran yang tajam
seperti yang terdapat dalam
khotbah di atas gunung itu? Di manakah harapan orang-orang
yang hina dina, sekiranya Yesus
datang untuk tinggal sebagai seorang raja di antara manusia?
Tetapi bagi orang banyak itu, mustahillah nampaknya Dia yang
ditunjuk oleh Yohanes itu
dihubungkan dengan segala harapan mereka yang tinggi.
Dengan demikian banyaklah yang
terkecewa, serta sangat kebingungan.
Perkataan yang sangat dirindukan oleh imam-imam dan rabbi-rabbi
bahwa Yesus kini akan memulihkan kerajaan itu kepada bangsa Israel, belum juga
diucapkan. Raja yang demikianlah yang
sudah lama mereka tunggu dan harapkan; mereka bersedia
menerima raja yang demikian. Tetapi
mereka tidak mau menerima seorang yang berusaha hendak
mendirikan kerajaan kebenaran dan
damai dalam hati mereka.
Keesokan harinya ketika dua orang murid berdiri dekat,
Yohanes melihat Yesus pula di antara orang
banyak. Sekali lagi wajah nabi itu diterangi dengan
kemuliaan dari Yang Tak Kelihatan, ketika ia
berseru, "Lihatlah Anak Domba Allah!" Ucapan itu
menggetarkan hati murid-murid itu. Mereka
tidak mengerti kata-kata itu dengan sepenuh-penuhnya. Apakah
arti nama yang telah diberikan
Yohanes kepada-Nya itu, "Anak Domba Allah?"
Yohanes sendiri tidak menjelaskannya.
Setelah meninggalkan Yohanes, pergilah mereka mencahari
Yesus. Seorang daripada kedua murid
itu ialah Andreas, saudara Simon; yang seorang lagi ialah
Yohanes penginjil. Inilah murid-murid
Kristus yang mula-mula. Karena tergerak oleh dorongan hati
yang tak tertahan, mereka mengikut
Yesus, ingin hendak berbicara dengan Dia, namun merasa kagum
dan diam, memikirkan
dalam-dalam arti luar biasa dari pikiran, "Inikah
Kristus itu?"
Yesus tahu bahwa murid-murid itu sedang mengikut Dia.
Merekalah buah-buah yang pertama dari
pekerjaan-Nya, dan timbullah kegirangan dalam hati Guru
Ilahi itu ketika jiwa-jiwa ini menyambut
rahmat-Nya. Namun
sambil berpaling kepada mereka Ia hanya bertanya, "Apakah yang kamu
cahari?" Ia memberikan kebebasan kepada mereka untuk
berpaling kembali, atau mengatakan
keinginan hati mereka.
Hanya tentang satu maksud saja mereka sadari. Satu hadirat
memenuhi pikiran mereka. Mereka
berseru, "Ya Rabbi, di manakah tempat Tuan diam?"
Dalam percakapan singkat di pinggir jalan,
mereka tidak dapat menerima apa yang mereka rindukan itu.
Mereka ingin terasing dengan Yesus,
duduk di kaki-Nya, dan mendengarkan perkataan-Nya.
"Maka sahut-Nya: Marilah, lihat. Lalu pergilah keduanya
melihat tempat Yesus diam itu, maka
keduanya pun tinggallah dengan Dia pada hari itu."
Sekiranya Yohanes dan Andreas mempunyai roh imam-imam dan
penghulu-penghulu yang tidak
mau percaya itu, maka sudah tentu mereka tidak menjadi
pelajar di kaki Yesus. Mereka itu pasti
akan datang kepada-Nya selaku ahli kritik, untuk
menghakimkan perkataan-Nya. Dengan demikian
banyak orang menutup pintu terhadap kesempatan yang paling
indah. Tetapi bukannya demikian
halnya dengan kedua murid yang mula-mula ini. Mereka telah
menyambut panggilan Roh Suci
dalam pengajaran Yohanes Pembaptis. Kini mereka pun mengenal
suara Guru semawi itu. Bagi
mereka segala ucapan Yesus itu penuh dengan kesegaran,
kebenaran dan keindahan. Penerangan
Ilahi dipancarkan ke atas pengajaran Wasiat Lama.
Pokok-pokok kebenaran yang banyak seginya
nampak jelas dalam terang yang baru.
Penyesalan, iman dan kasihlah yang menyanggupkan jiwa untuk
menerima akal budi dari surga.
Iman yang bekerja oleh kasihlah yang menjadi kunci
pengetahuan, dan setiap orang yang mengasihi
"mengenal Allah." I Yohanes 4:7.
Yohanes adalah seorang murid yang kasihnya sungguh-sungguh
dan dalam, bersemangat, namun
bersifat suka menimbang. Ia sudah mulai melihat kemuliaan
Kristus,—bukannya kebesaran dan
kuasa duniawi untuk mana ia selama ini telah diajar supaya
mengharapnya, melainkan "kemuliaan
yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh
kasih karunia dan kebenaran."
Yohanes 1 :14. Ia asyik merenungkan pokok pikiran yang ajaib
itu.
Andreas berusaha membagikan kegirangan yang memenuhi hatinya
itu. Setelah pergi mencahari
saudaranya Simon, ia berseru, "Kami mendapat
Kristus." Simon tidak menunggu panggilan kedua. Ia
juga sudah mendengar pengajaran Yohanes Pembaptis, lalu
dengan segera pergi kepada Juruselamat.
Mata Kristus memandangi dia, membaca tabiatnya dan riwayat
hidupnya. Sifatnya yang lekas naik darah, hatinya yang berbelas kasihan dan
menaruh simpati, cita-cita dan keyakinannya pada dirinya
sendiri, hikayat kejatuhannya, pertobatannya, segala
pekerjaan dan kematian syahidnya,-semuanya
dibaca oleh Juruselamat, lalu kata-Nya "Bahwa engkau
ini Simon bin Yonas, maka engkau akan
dinamai Kepas, yang tersalin artinya Petrus."
"Pada keesokan harinya Yesus pun hendak pergi ke negeri
Galilea, maka didapatinya akan Pilipus,
lalu kata-Nya kepadanya: Ikutlah Aku." Pilipus menurut
perintah itu, lalu dengan segera ia juga
menjadi seorang pengerja bagi Kristus.
Pilipus memanggil Natanael. Yang belakangan ini sudah berada
di antara orang banyak ketika
Yohanes Pembaptis menunjuk kepada Yesus sebagai Anak Domba
Allah. Ketika Natanael
memandang Yesus, ia. terkecewa. Dapatkah orang ini, yang
mempunyai ciri-ciri kerja keras dan
kemiskinan dikatakan Mesias? Namun Natanael tidak dapat
mengambil keputusan untuk menolak
Yesus, sebab pekabaran Yohanes telah membawa keyakinan ke
dalam hatinya.
Pada waktu Pilipus memanggil dia, Natanael telah pergi
mengasingkan diri ke suatu tempat yang
sunyi di bawah pohon-pohon yang rindang daunnya untuk
merenungkan pengumuman Yohanes itu
serta nubuatan-nubuatan tentang Mesias. Ia berdoa supaya
kalau orang yang diumumkan Yohanes
ialah pelepas itu, kiranya dimaklumkan kepadanya; maka datanglah
Roh Suci kepadanya dengan
jaminan bahwa Allah telah mengunjungi umat-Nya serta membangkitkan sebuah tanduk
keselamatan bagi mereka. Pilipus tahu bahwa sahabatnya itu
sedang menyelidiki nubuatan, dan
sementara Natanael berdoa di bawah sebuah pohon ara, Pilipus
mendapati tempat perasingannya itu.
Mereka telah kerap kali
berdoa bersama-sama di tempat yang sunyi di bawah pohon-pohon yang
rindang daunnya itu.
Kabar, "Kami mendapat Dia, akan hal-Nya disuratkan oleh
Musa dalam taurat dan oleh segala nabi
pun," nampaknya bagi Natanael merupakan jawab yang
langsung bagi doanya itu. Tetapi Pilipus
masih mempunyai iman yang ragu-ragu. Ditambahkannya pula
dengan ragu-ragu, "yaitu Yesus bin
Yusuf dari Nazaret." Kembali prasangka timbul dalam
hati Natanael. Ia berseru, "Bolehkah dari
Nazaret datang barang sesuatu yang baik?"
Pilipus tidak mengadakan perdebatan. Ia berkata,
"Marilah, lihat. Demi dilihat Ia akan Natanael
datang kepada-Nya, dikatakan-Nya akan dia: Lihatlah;
bahwasanya inilah seorang orang Israel, yang
tiada tipu daya padanya!" Dengan terkejut Natanael
bertanya, "Bagaimana Tuan kenal akan hamba?
Maka sahut Yesus: Sebelum dipanggil Pilipus akan dikau,
tatkala engkau lagi di bawah pokok ara
itu, Kulihat engkau."
Itu sudah cukup. Roh Ilahi yang telah bersaksi kepada
Natanael ketika ia berdoa sendirian di bawah
pokok ara itu, kini berbicara kepadanya dalam ucapan-ucapan
Yesus. Sungguh pun dalam
kebimbangan, dan agak menyerah kepada prasangka, Natanael
datang kepada Kristus dengan suatu
keinginan yang ikhlas akan kebenaran, dan kini keinginannya
itu dipenuhi. Imannya melebihi iman
orang yang telah membawa dia kepada Yesus. Ia menyahut,
"Ya, Rabbi, Tuanlah Anak Allah,
Tuanlah raja orang Israel."
Sekiranya Natanael telah percaya kepada bimbingan
rabbi-rabbi, pasti ia tidak akan pernah
mendapat Yesus. Oleh melihat dan menilai bagi diri
sendirilah maka ia menjadi seorang murid.
Demikianlah juga halnya dengan banyak orang pada zaman ini
yang ditegahkan oleh prasangka dari
kebaikan. Betapa berbeda akibatnya, sekiranya mereka itu mau
"marilah, lihat."
Sementara mereka itu percaya kepada bimbingan keahlian
manusia, maka tidak seorang pun yang
akan datang kepada pengetahuan akan kebenaran yang menyelamatkan.
Seperti halnya dengan
Natanael, kita perlu mempelajari sabda Allah bagi diri kita
sendiri, dan berdoa memohonkan
penerangan Roh Suci. Ia yang melihat Natanael di bawah pokok
ara itu, akan melihat kita juga di
tempat berdoa sembunyian. Malaikat-malaikat dari dunia
terang adalah dekat kepada orang-orang yang dalam kerendahan hati mencari
bimbingan Ilahi.
Dengan panggilan terhadap Yohanes, Andreas, Simon, Pilipus
dan Natanael, mulailah dasar
pembangunan gereja Kristen. Yohanes menuntun dua di antara
murid-muridnya kepada Kristus.
Kemudian seorang di antara kedua orang itu, yakni Andreas,
menemui saudaranya lalu memanggil
dia kepada Juruselamat. Pilipus kemudian dipanggil, dan ia
pergi mencari Natanael. Contoh-contoh
ini haruslah mengajarkan kepada kita pentingnya usaha
pribadi, menyampaikan seruan yang
langsung kepada kaum kerabat, sahabat-sahabat serta
tetangga-tetangga kita. Ada orang yang selama
hidupnya telah mengaku mengenal Kristus, namun tidak pernah
mengadakan usaha pribadi untuk
membawa satu jiwa pun kepada Juruselamat. Mereka menyerahkan
saja pekerjaan itu seluruhnya
kepada pendeta. Mungkin pendeta itu mempunyai kecakapan
untuk jabatannya itu, tetapi ia tidak
dapat melakukan apa yang telah ditinggalkan Allah untuk
dilakukan oleh anggota-anggota sidang.
Banyaklah orang yang memerlukan pelayanan orang Kristen yang
berbelas kasihan. Banyaklah orang
yang telah terjerumus ke dalam jurang kemusnahan, sedang
sebenarnya dapat diselamatkan,
sekiranya tetangga-tetangga mereka, pria dan wanita biasa,
telah mengadakan usaha pribadi bagi
mereka. Banyak yang menanti untuk dihubungi secara pribadi.
Justru di dalam keluarga, lingkungan
tetangga, kota tempat kita tinggal, ada pekerjaan bagi kita
untuk dilakukan sebagai pengabar Injil
bagi Kristus. Jika kita orang Kristen, pekerjaan ini akan
merupakan kegemaran kita. Segera setelah
seorang bertobat lahirlah di dalam dia suatu kerinduan
hendak menyiarkan kepada orang lain pula
betapa indahnya sahabat yang telah didapatnya di dalam
Yesus. Kebenaran yang menyelamatkan dan
menyucikan tidak dapat dikurung di dalam hatinya.
Semua orang yang menyerahkan diri kepada Allah akan menjadi
saluran terang. Allah menjadikan
mereka alat-alat-Nya untuk menyampaikan kepada orang lain
segala kelimpahan rahmat-Nya.
Janji-Nya ialah, "Aku akan menjadikan mereka dan semua
yang di sekitar gunung-Ku menjadi
berkat; Aku akan menurunkan hujan pada waktunya; itu adalah
hujan yang membawa berkat."
Yehezkiel 34:26.
Pilipus berkata kepada Natanael, "Marilah, lihat."
Ia tidak meminta kepadanya supaya menerima
kesaksian orang lain, melainkan supaya ia sendiri datang
melihat Kristus. Sekarang karena Yesus
sudah naik ke surga, maka murid-murid-Nyalah yang menjadi
wakil-wakil-Nya di antara manusia,
dan salah satu cara yang paling baik untuk menarik jiwa-jiwa
kepada-Nya ialah dengan meniru
teladan tabiat-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pengaruh kita atas orang lain tidak begitu
banyak bergantung pada apa yang kita katakan seperti pada
keadaan kehidupan kita. Orang boleh
melawan serta menentang segala keterangan kita yang tepat,
mereka boleh menolak segala seruan
kita; tetapi hidup kasih yang tidak mementingkan diri adalah
suatu dalil yang tidak dapat mereka
bantah. Hidup yang s,esuai dengan pengakuan, yang ditandai
dengan kelemah-lembutan Kristus,
adalah suatu kuasa di dunia ini.
Pengajaran Kristus adalah pengungkapan keyakinan yang
terjalin dengan pengalaman, dan
orang-orang yang telah belajar dari Dia menjadi guru-guru
yang sesuai dengan martabat Ilahi. Sabda
Allah, yang diucapkan oleh seorang yang ia sendiri telah
disucikan oleh sabda itu, mengandung suatu
kuasa yang memberi hidup yang menjadikan sabda itu menarik
kepada para pendengarnya, serta
meyakinkan mereka bahwa sabda itu adalah suatu kenyataan
yang hidup. Apabila seorang telah
menerima kebenaran dalam kecintaannya pada sabda itu,
pastilah ia akan menyatakan hal ini dalam
tingkah-lakunya yang meyakinkan serta dalam nada suaranya.
Ia menyiarkan apa yang telah
didengarnya sendiri, dilihatnya sendiri, dan dipegangnya
sendiri dari sabda kehidupan, supaya orang
lain dapat beroleh persekutuan dengan dia oleh pengetahuan
akan Kristus. Kesaksiannya, dari bibir
yang disentuh dengan bara yang hidup dari mezbah, merupakan
kebenaran bagi hati yang suka
menerima, serta mengerjakan penyucian atas tabiat. Maka
orang yang berusaha hendak memberikan terang kepada orang-orang lain, akan
sendirinya
diberkati juga. "Akan turun hujan berkat yang
lebat." "Siapa banyak memberi berkat, diberi
kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi
minum." Amsal 11:25. Allah sebenarnya
dapat mencapai tujuan-Nya dalam menyelamatkan orang-orang
berdosa tanpa bantuan kita; akan
tetapi supaya kita dapat mengembangkan suatu tabiat yang
seperti tabiat Kristus, wajiblah kita
mengambil bagian dalam pekerjaan-Nya. Untuk dapat menikmati
kegirangan-Nya,—kegirangan
melihat jiwa-jiwa yang ditebus oleh
pengorbanan-Nya,-wajiblah kita mengambil bagian dalam
segenap pekerjaan-Nya untuk penebusan mereka itu.
Pernyataan iman Natanael yang mula-mula, yang begitu seksama
dan tekun serta sungguh-sungguh
jatuh seperti musik ke telinga Yesus. "Maka sahut Yesus
kepadanya: Sebab kata-Ku kepadamu:
Kulihat engkau di bawah pokok ara itu, maka engkau percaya,
bahwa engkau akan melihat
perkara-perkara yang besar daripada ini." Juruselamat
memandang ke depan dengan sukacita kepada
pekerjaan-Nya dalam membawa kabar selamat kepada orang yang
teraniaya, mengobati orang-orang
yang hancur hatinya, serta menyiarkan berita kemerdekaan
kepada tawanan Setan. Pada pikiran
tentang berkat-berkat indah yang telah dibawa-Nya kepada
manusia, Yesus menambahkan,
"Bahwasanya Aku berkata kepadamu: Mulai daripada sekarang
ini engkau akan melihat langit
terbuka dan malaikat Allah pun naik turun kepada Anak
manusia."
Di sini Kristus dengan sesungguhnya berkata, Di tepi sungai
Yarden langit terbuka, dan Roh Allah
turun seperti seekor Burung merpati ke atas-Ku. Pemandangan
itu merupakan suatu tanda bahwa
Aku adalah Anak Allah. Jika kamu percaya pada-Ku sebagai
Anak Allah, maka percayamu pun akan
dihidupkan. Kamu akan melihat bahwa langit terbuka, dan
tidak pernah tertutup lagi. Aku telah
membukanya bagi kamu. Malaikat-malaikat Allah naik, membawa
segala doa orang yang malang
dan menanggung kesusahan kepada Bapa di surga dan turun
membawa berkat dan harapan,
keberanian, bantuan, dan hidup, kepada anak-anak manusia.
Malaikat-malaikat Allah selalu mundar-mandir dari bumi ke
surga, dan dari surga ke bumi. Segala
mukjizat Kristus bagi orang-orang yang teraniaya dan
menderita diadakan oleh kuasa Allah dengan
perantaraan malaikat-malaikat. Maka oleh Kristus, dengan
perantaraan pesuruh-pesuruh
semawi-Nya, setiap berkat datang dari Allah kepada kita.
Dalam mengambil sifat manusia atas
diri-Nya, Juruselamat kita mempersatukan kepentingan-Nya
dengan kepentingan putera-puteri Adam
yang telah berdosa, sementara oleh keilahian-Nya Ia
berpegang teguh kepada takhta Allah.
Demikianlah Kristus menjadi alat perhubungan manusia dengan
Allah, dan Allah dengan manusia. Pasal 15
PADA PESTA PERNIKAHAN
YESUS bukannya memulai pekerjaan-Nya dengan sesuatu
pekerjaan besar di hadapan Sanhedrin di
Yerusalem. Di sebuah kumpulan rumah tangga di suatu kampung
kecil di Galilea, kuasa-Nya
dipertunjukkan untuk memperbesar kegirangan pesta nikah. Demikianlah
ditunjukkan-Nya
simpati-Nya kepada manusia, dan hasrat-Nya untuk melayani
demi kebahagiaan mereka. Di padang
belantara pencobaan Ia Sendiri telah minum dari cawan
malapetaka. Ia pergi untuk memberikan
kepada manusia cawan berkat, dan oleh berkat-Nya menguduskan
hubungan hidup manusia.
Dari Yarden, Yesus telah pulang ke Galilea. Akan ada
pernikahan di Kana, sebuah kota kecil tidak
jauh dari Nazaret; yang akan kawin itu adalah kaum keluarga
Yusuf dan Maryam; maka Yesus yang
mengetahui himpunan keluarga tersebut, telah pergi ke Kana,
dan bersama murid-murid-Nya Ia
diundang kepada pesta nikah itu.
Ia bertemu kembali dengan ibu-Nya, yang sudah agak lama
berpisah dengan Dia. Maryam telah
mendengar kabar tentang pernyataan yang di ---------------
Pasal ini dialaskan atas Yohanes 2 1-11.
Yarden, pada waktu Ia dibaptiskan. Kabar itu telah dibawa ke
Nazaret, dan telah mengingatkan
kembali kepadanya segala peristiwa yang telah sekian tahun
lamanya tersimpan di dalam hatinya.
Seperti halnya dengan semua orang Israel, Maryam tergerak
sekali hatinya oleh pekerjaan Yohanes
Pembaptis. Ia masih mengingat betul nubuatan yang diberikan
pada waktu, kelahiran-Nya. Kini
hubungannya dengan Yesus menyalakan pengharapannya kembali.
Tetapi kabar telah sampai juga
kepadanya tentang kepergian Yesus yang gaib itu ke padang
belantara, dan ia telah disusahkan oleh
kekuatiran-kekuatiran.
Semenjak hari ketika ia mendengar pengumuman malaikat di
rumahnya di Nazaret, Maryam telah
menyimpan setiap bukti bahwa
Yesus adalah Messias. Hidup-Nya yang manis dan tidak
mementingkan diri itu memastikan kepadanya bahwa tak dapat
tiada lalah Yang Diutus Allah.
Namun datang juga kepadanya kebimbangan dan kekecewaan, dan
ia telah merindukan waktu
apabila kemuliaan-Nya kelak dinyatakan. Maut telah
memisahkan dia dari Yusuf, yang turut
mengetahui dengan dia rahasia kelahiran Yesus itu. Sekarang
tiadalah seorang pun kepada siapa ia
dapat mempercayakan segala harapan dan kekuatirannya. Dua
bulan yang baru lalu telah dipenuhi
dengan kedukaan. Ia telah berpisah dari Yesus, yang di dalam
simpati-Nya ia mendapat penghiburan;
ia merenungkan ucapan Simeon, "dan suatu pedang akan
menembus jiwamu sendiri," Lukas 2:35;
terkenanglah ia akan tiga hari derita ketika ia menyangka
Yesus sudah hilang daripadanya untuk
selama-lamanya; dan dengan hati yang amat cemas ia
menantikan Yesus pulang.
Pada pesta nikah itu ia bertemu dengan Dia, tetap sebagai
seorang anak yang lemah-lembut dan
patuh. Namun tidak lagi sama. Wajah-Nya sudah berubah.
Wajah-Nya itu mengandung bekas-bekas
pergumulan-Nya yang di padang belantara, dan suatu kenyataan
yang baru tentang keagungan dan
kuasa membuktikan tugas semawi-Nya itu. Dengan Dia adalah
serombongan orang muda, yang
matanya mengikuti Dia dengan rasa hormat, dan yang memanggil
Dia Guru. Kawan-kawan tersebut
menceriterakan kepada Maryam apa yang telah mereka lihat dan
dengar pada waktu Ia dibaptiskan
dan di mana-mana. Mereka menarik kesimpulan dengan berkata,
"Kami telah menemukan Dia, yang
disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para
nabi." Yohanes 1:45 .
Ketika para tamu berhimpun, banyak yang nampaknya asyik
memikirkan pokok-pokok pembicaraan
yang sangat menarik hati. Kegembiraan yang tertekan meliputi
seluruh himpunan itu. Rombongan-rombongan kecil berbicara satu sama lain dengan
nada gembira tetapi tenang, dan
pandangan ta'ajub dialihkan kepada Putera Maryam itu. Ketika
Maryam telah mendengar kesaksian
murid-murid itu tentang Yesus, hatinya pun digembirakan
dengan kepastian bahwa segala
harapannya yang telah lama ditaruhnya dalam hatinya tidak
sia-sia belaka. Namun sudah tentu ia
akan lebih daripada manusia sekiranya tidak ada tercampur
dengan sukacitanya yang suci itu
sekelumit kebanggaan sewajarnya dari ibu yang penyayang itu.
Ketika melihat pandangan yang
sekian banyak ditujukan kepada Yesus, ia sangat mengingini
agar Ia membuktikan kepada himpunan
itu bahwa sesungguhnya Ialah Yang Dihormati Allah itu. Ia
mengharapkan supaya kiranya ada
kesempatan bagi Dia untuk mengadakan suatu mukjizat di
hadapan mereka.
Menurut adat istiadat pada zaman itu pesta nikah berlangsung
beberapa hari lamanya. Pada
kesempatan ini, sebelum pesta itu berakhir, diketahui bahwa
persediaan air anggur sudah habis. Hal
ini menimbulkan kebingungan dan penyesalan yang amat sangat.
Tidaklah biasa untuk tidak
menghidangkan air anggur pada pesta, dan tiadanya air anggur
akan seolah-olah menunjukkan
kurang kesediaannya menerima tamu. Selaku seorang anggota
kaum keluarga dari yang
bersangkutan itu, Maryam telah menolong dalam urusan pesta itu,
dan sekarang berbicaralah ia
kepada Yesus, katanya, "Tiada air anggur pada mereka
itu." Perkataan ini merupakan suatu anjuran
supaya Ia kiranya mencukupkan keperluan mereka itu. Tetapi
Yesus menyahut, "Hai perempuan,
apakah perkara-Ku dengan dikau? Bahwa belum sampai
waktu-Ku."
Jawab ini, yang nampaknya kasar bagi kita, tidaklah
menyatakan sikap dingin atau tidak adanya
kesopanan. Bentuk jawab Juruselamat kepada ibu-Nya itu
adalah sesuai dengan adat ketimuran.
Ucapan itu digunakan terhadap orang-orang yang kepadanya
hendak ditunjukkan rasa hormat. Setiap
perbuatan Kristus selama hidup di dunia ini adalah selaras
dengan ajaran yang telah diberikan-Nya
sendiri, "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut
umurmu di tanah yang diberikan Tuhan,
Allahmu, kepadamu." Keluaran 20:12. Di kayu salib,
dalam perbuatan kelemah-lembutan-Nya yang
terakhir terhadap ibu-Nya, Yesus menyapa dia dengan cara
yang begitu pula, ketika la menyerahkan
dia kepada penjagaan murid-Nya yang paling dikasihi-Nya.
Baik di pesta nikah itu maupun di kayu
salib, kasih yang dinyatakan dengan nada suara, pandangan
mata dan tingkah laku itu menafsirkan
ucapan-Nya itu.
Pada kunjungan-Nya ke kaabah waktu Ia masih kanak-kanak,
ketika rahasia pekerjaan hidup-Nya
terbuka di hadapan-Nya, Kristus telah berkata kepada Maryam,
"Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku
harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" Lukas 2:49.
Ucapan ini menunjukkan inti seluruh hidup dan
pekerjaan-Nya. Segala sesuatu dikesampingkan demi
pekerjaan-Nya, yaitu pekerjaan penebusan
yang besar yang hendak dilaksanakan-Nya oleh kedatangan-Nya
ke dunia ini. Sekarang Ia
mengulangi pelajaran itu. Ada bahaya bahwa Maryam akan
menganggap hubungannya dengan
Yesus sebagai memberi kepadanya hak istimewa atas Dia, dan
hak, dalam sesuatu tingkat,
untuk memimpin Dia di dalam tugas-Nya. Selama tigapuluh
tahun Ia telah merupakan seorang anak
yang penuh kasih dan penurut baginya, dan kasih-Nya tidak
berubah; tetapi sekarang Ia mesti pergi
keluar untuk melakukan pekerjaan Bapa-Nya. Sebagai Putera
Yang Maha Tinggi, dan Juruselamat
dunia, tiada satu pun ikatan duniawi yang dapat menahani Dia
daripada melaksanakan
pekerjaan-Nya itu, atau mempengaruhi tingkah laku-Nya. Ia
mesti bebas untuk melakukan kehendak
Allah. Pelajaran ini adalah juga untuk kita. Hak-hak Allah
adalah lebih utama daripada segala ikatan
hubungan manusia. Tiada satupun penarikan duniawi yang boleh
memalingkan kaki kita dari jalan
yang disuruh-Nya kita jalani.
Satu-satunya harapan penebusan bagi kita umat manusia yang
telah berdosa ini ialah di dalam
Kristus. Maryam dapat memperoleh keselamatan hanya oleh Anak
Domba Allah itu. Di dalam
dirinya sendiri, ia tidak memiliki jasa. Hubungannya dengan
Yesus tidak menempatkan dia dalam sesuatu hubungan rohani dengan Dia yang
berbeda dengan yang dimiliki oleh siapa pun juga. Hal ini
ternyata dalam ucapan Juruselamat. Dijelaskan-Nya perbedaan
antara hubungan-Nya dengan
ibu-Nya sebagai Anak manusia dan sebagai Anak Allah. Ikatan
kekeluargaan antara mereka
bagaimana pun tidak menaruh dia dalam kesamaan dengan Dia.
Ucapan, "Belum sampai waktu-Ku," itu menunjuk
kepada kenyataan bahwa segala perbuatan dalam
kehidupan Kristus di dunia ini, adalah untuk menggenapi
rencana yang telah ada sejak zaman yang
kekal. Sebelum Ia datang ke dunia ini, rencana itu
terbentang di hadapan-Nya, sempurna dalam
segala seluk-beluknya. Tetapi sementara Ia berjalan di
antara manusia, Ia dituntun, langkah demi
langkah, oleh kehendak Bapa. Ia tidak ragu-ragu untuk
bertindak pada waktu yang telah ditentukan.
Dengan penyerahan yang sama Ia menanti hingga waktunya tiba.
Dalam mengatakan kepada Maryam bahwa waktu-Nya belum tiba,
Yesus sedang menjawab pikiran
ibunya yang tidak diucapkannya,—harapan yang dipegangnya
bersama dengan bangsanya. Ia
mengharap supaya Ia mau menyatakan diri-Nya sebagai Mesias,
serta mengambil takhta bangsa
Israel. Akan tetapi waktunya belum tiba. Bukannya sebagai
seorang Raja, melainkan sebagai
"Seorang yang kena sengsara dan yang biasa dalam
kesukaran" telah diterima Yesus nasib manusia
itu.
Akan tetapi sungguh pun Maryam tidak mempunyai pengertian
yang tepat tentang pekerjaan Kristus,
ia percaya pada-Nya dengan teguh. Terhadap iman inilah Yesus
memberi sambutan. Untuk
menghormati iman Maryam dan untuk meneguhkan iman
murid-murid-Nya, mukjizat yang pertama
itu diadakan. Murid-murid itu harus menghadapi banyak
pencobaan yang besar-besar untuk tidak
percaya. Bagi mereka segala nubuatan sudah menjelaskan
dengan tidak dapat dibantah lagi bahwa
Yesus ialah Mesias. Mereka mengharapkan supaya para pemimpin
agama menerima Dia dengan
keyakinan yang lebih besar lagi daripada keyakinan mereka
sendiri. Mereka menyatakan di antara
orang banyak segala perbuatan ajaib Kristus serta keyakinan
mereka sendiri pada tugas-Nya, akan
tetapi mereka itu tercengang dan sangat terkecewa melihat
sifat kurang percaya, prasangka yang
telah mendalam, serta permusuhan terhadap Yesus, yang
ditunjukkan oleh imam-imam dan
rabbi-rabbi. Mukjizat Juruselamat yang pertama itu
menguatkan murid-murid itu untuk menghadapi
perlawanan ini.
Dengan tidak merasa tersinggung sama sekali oleh ucapan
Yesus itu, Maryam berkata kepada
orang-orang yang melayani di meja, "Barang yang
disuruh-Nya kepadamu, buatlah olehmu."
Demikianlah dilakukannya apa yang dapat dikerjakannya untuk
menyediakan jalan bagi pekerjaan
Kristus.
Di samping pintu masuk ada enam tempayan batu yang besar,
lalu Yesus menyuruh pelayan-pelayan
mengisi tempayan-tempayan itu dengan air. Perintah itu
diturut. Kemudian ketika air anggur itu
diperlukan untuk langsung dihidangkan kepada para tamu, Ia
berkata, "Sekarang ciduklah; bawalah
kepada pemerintah perjamuan." Gantinya air yang
diisikan ke dalam semua tempayan itu, keluarlah
air anggur. Baik pengurus pesta itu mau pun para tamu pada
umumnya tidak menyadari bahwa
persediaan air anggur sudah habis. Tatkala mengecap air
anggur yang dibawa oleh pelayan-pelayan
itu, pengurus pesta itu merasa air anggur itu lebih sedap
daripada air anggur mana pun juga yang
pernah diminumnya dahulu, dan lain sekali daripada yang
dihidangkan pada permulaan pesta itu.
Sambil berpaling kepada mempelai lelaki ia berkata,
"Adatlah segala orang menghidangkan air
anggur yang baik dahulu, setelah sudah puas orang minum baru
dihidangkan yang kurang sedap,
maka tuan menyimpan air anggur yang baik sampai
sekarang."
Sebagaimana manusia menghidangkan air anggur yang paling
baik lebih dahulu, kemudian yang
kurang baik, demikian juga dunia ini dengan segala
pemberiannya. Apa yang ditawarkannya boleh
jadi menyenangkan mata serta mempesona segenap perasaan,
tetapi ternyata tidak memuaskan. Air anggur itu berubah menjadi pahit,
kegembiraan menjadi kemurungan. Apa yang dimulai dengan
nyanyian dan sukacita, berakhir dengan kepenatan dan
kebosanan. Akan tetapi segala pemberian
Yesus selamanya segar dan baru. Pesta yang disediakan-Nya
bagi jiwa, tidak pernah gagal untuk
memberikan kepuasan dan kesukaan. Setiap pemberian yang baru
memperbesar kesanggupan
penerimanya untuk menghargai serta menikmati berkat-berkat
Tuhan. Ia mengaruniakan rahmat
untuk rahmat. Persediaan tidak akan habis. Jika engkau
tinggal di dalam Dia, perihal engkau
menerima karunia yang besar hari ini, memastikan penerimaan
karunia yang lebih besar lagi esok
hari. Perkataan Yesus kepada Natanael menyatakan hukum
perlakuan Allah terhadap anak-anak
iman. Setiap kali Ia menyatakan kasih-Nya, Ia berkata kepada
hati yang suka menerima, "Engkau
percaya? engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar
daripada itu." Yohanes 1: 50.
Karunia Kristus kepada pesta nikah itu adalah suatu lambang.
Air itu mengibaratkan baptisan ke
dalam kematian-Nya; air anggur itu, pencurahan darah-Nya untuk dosa-dosa
dunia ini. Air untuk
mengisi segala tempayan itu dibawa oleh tangan manusia, akan
tetapi sabda Kristus sajalah yang
memberi dapat membubuhkan kepadanya khasiat yang memberikan
hidup. Demikian pula halnya
dengan segala upacara yang menunjuk kepada kematian
Juruselamat. Hanya oleh kuasa Kristus,
yang bekerja oleh iman, segenap upacara tersebut beroleh
kemanjuran untuk memberi makan kepada
jiwa.
Sabda Kristus mencukupkan persediaan untuk pesta itu.
Demikianlah limpahnya persediaan
rahmat-Nya untuk menghapuskan segala kejahatan manusia,
serta membaharui dan memelihara
jiwa.
Pada pesta pertama yang dihadiri-Nya dengan murid-murid-Nya,
Yesus memberikan kepada mereka
cawan yang melambangkan pekerjaan-Nya untuk keselamatan
mereka. Pada jamuan makan yang
terakhir, cawan itu diberikan-Nya pula, dalam Ia meresmikan
upacara yang kudus itu yang olehnya
kematian-Nya akan ditunjukkan "sampai Ia datang."
1 Kor. 11:26. Maka dukacita murid-murid itu
waktu berpisah dari Tuhan mereka itu, dihiburkan dengan
janji tentang pertemuan kembali, ketika Ia
berkata, "Mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi
hasil pokok anggur ini sampai pada hari
Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu
dalam Kerajaan Bapa-Ku." Matius
26:29.
Air anggur yang disediakan Kristus untuk pesta itu, dan yang
diberikan-Nya kepada murid-murid
sebagai lambang darah-Nya sendiri, adalah sari buah anggur
asli. Inilah yang disebut oleh nabi
Yesaya waktu ia berbicara tentang anggur baru "dalam
suatu tandan," lalu berkata,
"Janganlah
musnahkan itu, sebab di dalamnya masih ada berkat!"
Yesaya 65:8.
Kristuslah yang dalam Wasiat Lama memberikan amaran kepada
bangsa Israel, "Anggur adalah
pencemooh, minuman keras adalah peribut, tidaklah bijak
orang yang terhuyung-huyung karenanya."
Amsal 20:1. Dan Ia Sendiri tidak menyediakan minuman yang
sedemikian. Setan menggoda
manusia ke dalam pemanjaan diri yang akan mengelamkan
pertimbangan serta menumpulkan
pengertian rohani, tetapi Kristus mengajar kita supaya
menundukkan sifat-sifat hawa nafsu. Seluruh
hidup-Nya menjadi suatu teladan dalam hal penyangkalan diri.
Supaya dapat menghancurkan kuasa
selera, la menderita untuk kita ujian yang paling keras yang
dapat ditanggung oleh manusia.
Kristuslah yang memberikan petunjuk supaya Yohanes Pembaptis
jangan meminum baik air anggur
mau pun minuman keras. Ialah juga yang memerintahkan
pertarakan seperti itu kepada isteri
Manoah. Maka Ia mengucapkan laknat kepada orang yang menaruh
botol minuman keras ke bibir
sesamanya manusia. Kristus tidak membantah ajaran-Nya
sendiri. Air anggur yang tidak beragi yang
disediakan-Nya untuk para tamu pesta nikah itu adalah
minuman yang sehat serta menyegarkan.
Pengaruhnya haruslah menyesuaikan cita rasa dengan selera
yang sehat.
Sementara para tamu yang di pesta itu menyebut-nyebut mutu
air anggur itu, diadakanlah penyelidikan yang memperoleh dari pelayan-pelayan
hal-ikhwal mukjizat itu. Seketika lamanya
seluruh himpunan itu keheran-heranan memikirkan Dia yang
telah mengadakan perbuatan ajaib itu.
Ketika pada akhirnya mereka mencahari Dia, ternyata bahwa Ia
telah pergi dengan diam-diam
sehingga tidak diperhatikan oleh murid-murid-Nya sekali pun.
Perhatian himpunan itu kini dialihkan kepada murid-murid
itu. Untuk pertama kali mereka
mendapat kesempatan untuk mengakui iman mereka kepada Yesus.
Mereka menceriterakan apa
yang telah mereka lihat dan dengar di Yarden, lalu timbullah
di dalam hati banyak orang harapan
bahwa Allah telah membangkitkan seorang pelepas bagi
umat-Nya. Kabar tentang mukjizat itu pun
tersiarlah ke segenap daerah itu serta disampaikan ke
Yerusalem. Dengan perhatian yang baru
imam-imam dan tua-tua menyelidiki segala nubuatan yang
menunjuk kepada kedatangan Kristus.
Terbitlah keinginan yang sungguh-sungguh untuk mempelajari
tugas guru baru ini, yang
menampakkan dirinya di antara orang banyak dengan cara yang
begitu rendah hati.
Pekerjaan Kristus nyata benar bedanya dengan pekerjaan tua-tua
bangsa Yahudi. Penghormatan
mereka terhadap segala tradisi dan upacara-upacara resmi
telah memusnahkan semua kemerdekaan
pikiran atau perbuatan yang sungguh. Mereka selamanya hidup
dalam ketakutan akan kenajisan.
Untuk menghindarkan sentuhan dengan "Yang najis,"
mereka mengasingkan diri, bukan saja dari
orang-orang kapir, tetapi juga dari kebanyakan bangsa mereka
sendiri, dengan tidak berusaha untuk
mendatangkan keuntungan kepada mereka ataupun untuk menarik
persahabatannya. Dengan selalu
merenungkan hal-hal ini, mereka telah mengerdilkan pikiran
serta mempersempit lingkungan hidup
mereka. Teladan yang
mereka berikan itu menganjurkan sifat mementingkan diri serta
ketidak-sabaran di antara segenap lapisan masyarakat.
Yesus memulai pekerjaan pembaruan oleh menunjukkan simpati
yang erat dengan manusia. Meski
pun Ia menunjukkan penghormatan yang sebesar-besarnya bagi
taurat Allah, Ia mengecam kealiman
pura-pura di pihak kaum Parisi, serta berusaha membebaskan
orang banyak dari segala peraturan
yang tidak masuk di akal, yang mengikat mereka. Ia sedang
berusaha hendak merubuhkan segala
penghalang yang memisahkan lapisan-lapisan masyarakat yang
berbeda-beda, supaya Ia dapat
mempersatukan manusia sebagai anak-anak dalam satu keluarga.
Kehadiran-Nya di pesta nikah itu
dimaksudkan untuk menjadi suatu langkah ke arah pelaksanaan
maksud ini.
Allah telah menuntun Yohanes Pembaptis untuk tinggal di
padang belantara, supaya ia dapat
terlindung dari pengaruh imam-imam dan rabbi-rabbi, dan
disiapkan untuk tugas istimewa. Akan
tetapi kehematannya dan pengasingan hidupnya bukan menjadi
teladan bagi orang banyak. Yohanes
sendiri tidak pernah menyuruh para pendengarnya meninggalkan
kewajiban-kewajiban mereka yang
dahulu. Ia menyuruh mereka menunjukkan bukti pertobatan
mereka oleh kesetiaan kepada Allah di
tempat di mana mereka itu telah dipanggil-Nya.
Yesus mencela pemanjaan diri dalam segenap bentuknya, namun
Ia bersifat suka bergaul. Ia
menerima keramahtamahan dari segala golongan masyarakat, mengunjungi
rumah-rumah para
hartawan dan fakir miskin, yang terpelajar dan yang bodoh,
serta berusaha mengangkat pikiran
mereka dari soal-soal hidup biasa kepada perkara-perkara
yang bersifat rohani dan kekal. Ia tidak
mengizinkan pemborosan, dan tidak ada bayang-bayang
kesemberonoan duniawi menodai
kelakuan-Nya; namun Ia merasa senang melihat peristiwa
kebahagiaan yang polos, dan dengan
hadirat-Nya Ia membenarkan himpunan ramah-tamah. Pernikahan
di dalam bangsa Yahudi adalah
suatu upacara yang menarik hati, dan kegembiraannya tidaklah
menggusarkan hati Anak manusia
itu. Oleh menghadiri pesta ini, Yesus menghormati pernikahan
selaku suatu peraturan Ilahi.
Baik dalam Wasiat Lama mau pun dalam Wasiat Baru, hubungan
pernikahan digunakan untuk
mengibaratkan persatuan yang manis serta suci yang ada
antara Kristus dan umat-Nya. Bagi pikiran
Yesus kegembiraan dalam keramaian pernikahan menunjuk.jauh
kepada kegembiraan hari itu apabila kelak la membawa mempelai-Nya perempuan ke
rumah Bapa-Nya, maka yang ditebus itu
bersama-sama dengan Penebus-Nya duduk untuk perjamuan nikah
Anak Domba itu. Kata-Nya,
"Seperti girang hatinya seorang mempelai melihat
pengantin perempuan, demikianlah Allahmu akan
girang hati atasmu." "Tidak akan disebut lagi
'yang ditinggalkan suami'; . . . tetapi engkau akan
dinamai 'yang berkenan kepada-Ku'. . . sebab Tuhan telah
berkenan kepadamu." "Ia bergirang karena
engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya,
Ia bersorak-sorak karena engkau
dengan sorak-sorai," Yesaya 62:5, 4; Zefanya 3:17.
Ketika wahyu tentang perkara-perkara semawi
dianugerahkan kepada rasul Yohanes, ia menulis, "Lalu
aku mendengar seperti suara himpunan
besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru
guruh yang hebat, katanya: Haleluya!
Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi
raja. Marilah kita bersukacita dan
bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hariperkawinan
Anak Domba telah tiba, dan
pengantin-Nya telah siap sedia." "Berbahagialah
mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak
Domba." Why. 19:6, 7, 9.
Yesus melihat di dalam tiap-tiap jiwa seorang yang kepadanya
mesti diberikan panggilan supaya
datang ke dalam kerajaan-Nya. Ia menarik hati orang oleh
menggabungkan diri-Nya dengan mereka
sebagai seorang yang mengingini kebahagiaan mereka. Ia
mencari mereka di jalan umum, di rumah
pribadi, di perahu, di tempat kebaktian, di tepi danau, dan
di pesta nikah. Ia menemui mereka di
tempat pekerjaan mereka sehari-hari, dan menunjukkan
perhatian pada soal-soal kehidupan mereka.
Ia membawa pengajaran-Nya ke setiap rumah tangga, dengan
membawa keluarga-keluarga dalam
rumahnya sendiri ke bawah pengaruh hadirat Ilahi-Nya itu.
Simpati-Nya yang kuat menolong
menarik hati banyak orang. Ia sering pergi ke gunung-gunung
untuk berdoa sendirian, tetapi ini
adalah persiapan untuk pekerjaan-Nya di antara manusia yang
bekerja sibuk. Dari saat berdoa inilah
la keluar untuk menolong orang yang sakit, untuk mengajar orang
yang tidak berpengetahuan, dan
untuk menghancurkan belenggu-belenggu segala tawanan
Setan.
Oleh hubungan dan pergaulan pribadilah Yesus melatih
murid-murid-Nya. Kadang-kadang Ia
mengajar mereka, dengan duduk di antara mereka di lereng
gunung; kadang-kadang di pinggir laut,
atau berjalan dengan mereka di jalan, dinyatakan-Nya
rahasia-rahasia kerajaan Allah. Ia tidak
berkhotbah, seperti yang dilakukan orang pada zaman ini. Di
mana saja hati orang terbuka untuk
menerima pekabaran Ilahi, dibukakan-Nya kebenaran jalan
keselamatan. Ia tidak memerintahkan
murid-murid-Nya supaya melakukan ini atau itu, melainkan
mengatakan, "Ikutlah Aku." Dalam
segala perjalanan-Nya melalui desa-desa dan kota-kota
dibawa-Nya mereka itu serta-Nya, supaya
mereka dapat melihat bagaimana la mengajar orang banyak.
Dihubungkan-Nya kepentingan mereka
dengan kepentingan-Nya. dan mereka itu bersatu dengan Dia
dalam pekerjaan.
Teladan yang diberikan Kristus dalam menghubungkan diri-Nya
dengan kepentingan manusia
haruslah diikuti oleh semua orang yang memasyhurkan
sabda-Nya, dan oleh semua orang yang telah
mendapat Injil rahmat-Nya. Kita tidak boleh meninggalkan
hubungan sosial. Kita tidak boleh
mengasingkan diri dari orang lain. Untuk dapat mencapai
segenap golongan, kita mesti menjumpai
mereka di mana mereka itu berada. Mereka jarang datang
sendiri hendak mencari kita. Bukan dari
mimbar saja hati manusia dapat dijamah oleh kebenaran Ilahi.
Masih ada lagi lapangan pekerjaan
lain, mungkin lebih hina, tetapi sama mengandung harapan
penuh. Lapangan pekerjaan itu terdapat
di rumah orang-orang yang hina-dina dan di rumah orang-orang
besar, pada jamuan yang disediakan
oleh orang yang suka menerima tamu dan pada kumpulan sosial
yang polos.
Sebagai murid-murid Kristus tidak boleh kita bergaul dengan
dunia ini hanya karena kita gemar akan
kepelesiran belaka, untuk bersatu dengan mereka dalam
kebodohan. Pergaulan serupa itu dapat
mendatangkan bencana belaka. Kita sekali-kali tidak boleh
membenarkan dosa oleh perkataan atau
perbuatan kita, oleh berdiam diri atau oleh kehadiran kita.
Ke mana saja kita pergi, kita harus membawa Yesus beserta kita, dan harus
menyatakan kepada orang-orang lain indahnya Juruselamat
kita itu. Tetapi orang-orang yang berusaha hendak memelihara
agamanya oleh menyembunyikannya
di dalam tembok batu, kehilangan kesempatan yang indah untuk
melakukan kebajikan. Oleh
hubungan sosial, keKristenan berhubungan dengan dunia ini.
Setiap orang yang telah mendapat
penerangan ilahi, haruslah menerangi jalan orang-orang yang
belum mengenal Terang kehidupan.
Kita semua haruslah menjadi saksi bagi Yesus. Kuasa sosial
yang disucikan oleh rahmat Kristus,
wajiblah dipergunakan dengan sebaik-baiknya dalam menarik
jiwa-jiwa kepada Juruselamat. Biarlah
dunia ini melihat bahwa kita tidak mencurahkan segenap
perhatian dengan kikirnya atas kepentingan
kita belaka, melainkan bahwa kita ingin supaya orang-orang
lain juga turut beroleh berkat dan
karunia yang kita peroleh. Biarlah mereka melihat bahwa
agama kita tidak membuat kita tidak
menaruh simpati dan bersifat keras. Biarlah semua orang yang
mengaku telah mendapat Kristus,
melayani sebagaimana Ia melayani dahulu untuk kebahagiaan
manusia.
Kita sekali-kali tidak boleh memberikan kepada dunia ini
kesan yang palsu bahwa orang-orang
Kristen adalah satu umat yang selalu muram dan tidak
berbahagia. Jikalau mata kita ditujukan selalu
kepada Yesus, maka kita pun akan melihat Penebus yang
berbelas kasihan, dan akan memperoleh
terang dari wajah-Nya. Di mana saja roh-Nya berkerajaan, di
sana adalah damai. Dan akan ada
kegirangan juga, karena ada pengharapan yang tenang dan suci
pada Allah.
Kristus merasa senang dengan para pengikut-Nya apabila
mereka menunjukkan bahwa, meski pun
manusia, mereka turut mengambil bagian dari sifat-sifat
Ilahi. Mereka bukannya patung, melainkan
pria dan wanita yang hidup. Hati mereka yang disegarkan oleh
embun rahmat Ilahi, mekar dan
berkembang kepada Matahari Kebenaran. Cahaya yang bersinar
atas mereka itu mereka pantulkan
pula kepada orang-orang lain dalam perbuatan yang bersinar
dengan kasih Kristus.
Pasal 16
Dl DALAM KAABAHNYA
"KEMUDIAN daripada itu pergilah Yesus dengan ibu-Nya
dan segala saudara-Nya dan segala
murid-Nya ke Kapernaum, tetapi tidak berapa hari lamanya
tinggal mereka itu di sana." Dan pesta
paskah orang Yahudi sudah dekat, dan Yesus pergi ke
Yerusalem.
Pada perjalanan ini, Yesus mengikuti salah satu rombongan
besar yang sedang berjalan menuju ke
ibu kota. Ia masih belum mengumumkan pekerjaan-Nya dengan
terang-terangan, dan Ia bergaul
tanpa mendapat perhatian orang banyak itu. Pada waktu-waktu
semacam ini, kedatangan Mesias,
yang telah mendapat perhatian yang begitu besar oleh
pekerjaan Yohanes, acapkali menjadi pokok
pembicaraan. Harapan akan kebesaran nasional diperbincangkan
dengan semangat yang
berkobar-kobar. Yesus mengetahui bahwa harapan ini akan
dikecewakan, sebab teralas di atas
tafsiran yang salah akan Alkitab. Dengan ketekunan yang
sungguh-sungguh diterangkan-Nya segala
nubuatan, serta mencoba membangkitkan perhatian orang banyak
supaya mengadakan penyelidikan
yang teliti akan firman Allah.
Para pemimpin Yahudi telah memberikan petunjuk kepada orang
banyak
------------
Pasal ini dialaskan atas Yohanes 2:12-22.)
bahwa di Yerusalem mereka itu harus diajar untuk berbakti
kepada Allah. Di sana sepanjang minggu
pesta Paskah itu banyak sekali orang berhimpun, yang datang
dari seluruh pelosok Palestina, bahkan
dari negeri-negeri yang jauh juga. Halaman kaabah penuh
dengan rombongan orang banyak dari
segala lapisan masyarakat. Banyak yang tidak dapat membawa
sertanya korban yang harus
dipersembahkan yang melambangkan Korban besar itu. Untuk
memudahkan bagi orang-orang ini,
binatang-binatang diperjual belikan di halaman kaabah itu.
Di sana segala lapisan masyarakat
berhimpun untuk membeli korban mereka. Di sana semua uang
asing ditukarkan dengan mata uang
baitu'lmukadis.
Setiap orang Yahudi dituntut untuk membayar setengah syikal
setiap tahun sebagai "uang
pendamaian karena nyawanya" Keluaran 30:12-16; dan uang
yang dikumpulkan demikian itu
digunakan untuk pemeliharaan kaabah. Selain ini, jumlah wang
yang banyak dibawa sebagai
persembahan sukarela, untuk disimpan di perbendaharaan
kaabah. Maka adalah dituntut supaya
semua uang asing ditukar dengan uang yang disebut syikal
kaabah, yang diterima untuk upacara
baitu'lmukadis itu.
Penukaran uang itu memberi kesempatan untuk penipuan dan pemerasan, dan
telah bertumbuh menjadi suatu perdagangan yang hina, yang
menjadi sumber penghasilan bagi
imam-imam.
Para pedagang menuntut harga yang terlalu tinggi untuk
binatang yang dijual, lalu mereka
membahagi keuntungan mereka dengan imam-imam dan
penghulu-penghulu, yang dengan jalan
demikian memperkaya dirinya atas kerugian orang banyak.
Orang-orang yang berbakti itu sudah
diajar untuk mempercayai bahwa jikalau mereka tidak
mempersembahkan korban, berkat Allah
tidak akan dicurahkan kepada anak-anak dan negeri mereka.
Dengan demikian dapat diperoleh harga
yang tinggi untuk binatang-binatang itu; sebab setelah
datang begitu jauh, orang banyak itu tidak mau
pulang ke tempat kediamannya masing-masing dengan tidak
menunaikan acara perbaktian yang
untuk itu mereka telah datang.
Banyak sekali korban-korban dipersembahkan pada waktu pesta
Paskah itu, dan angka penjualan di
kaabah pun sangatlah besarnya. Kegaduhan yang ditimbulkannya
menunjukkan perdagangan hewan yang ribut gantinya kaabah Allah yang suci. Di
sana dapat didengar tawar-menawar yang ramai,
lenguh lembu, embik kambing domba, dekut burung merpati,
bercampur baur dengan dencing mata
uang dan pertengkaran yang disertai kemarahan. Demikian
besarnya kekacauan itu sehingga
orang-orang yang berbakti terganggu dan ucapan yang
ditujukan kepada Allah taala tenggelam dalam
kegaduhan yang meliputi kaabah itu. Orang Yahudi sangat
bangga akan kesalehan mereka. Mereka
bersuka cita atas kaabah itu, dan menganggap sebagai hujat
sesuatu ucapan yang menjelekkannya;
mereka sangat keras dalam pelaksanaan upacara-upacara yang
berhubungan dengan kaabah itu; akan
tetapi loba akan uang sudah mengalahkan ketelitian mereka.
Mereka hampir tidak sadar lagi akan
berapa jauh mereka telah menyimpang dari maksud semula
segala upacara yang telah ditetapkan
Allah Sendiri.
Ketika Tuhan turun ke atas bukit Torsina, tempat itu
disucikan oleh hadirat-Nya. Musa diperintahkan
untuk memberi batas di sekeliling gunung itu serta
menyucikannya, dan sabda Tuhan terdengar
dalam amaran: "Jaga baik-baik; jangan kamu mendaki
bukit ini atau menyentuh tepinya. Barang
siapa yang menyentuh bukit ini, niscaya ia akan mati dibunuh
kelak. Seorang pun jangan menjamah
akan dia, karena tak dapat tidak orang itu akan dilontari
dengan batu atau dipanah terus sampai mati;
baik binatang, baik manusia tak boleh dihidupi lagi."
Demikianlah diberikan pelajaran bahwa di
mana saja Allah menunjukkan hadirat-Nya, tempat itu suci
adanya. Pekarangan kaabah Allah
sebenarnya harus dianggap suci. Namun dalam perjuangan untuk
mendapat keuntungan, semuanya
ini sudah dilupakan.
Imam-imam dan penghulu-penghulu disebut sebagai wakil-wakil
Allah bagi bangsa itu; sebenarnya
mereka harus membetulkan perlakuan salah terhadap halaman
kaabah itu. Seharusnya mereka
memberikan kepada orang banyak suatu teladan keikhlasan dan
belas kasihan. Gantinya mempelajari
keuntungan mereka sendiri, seharusnya mereka
mempertimbangkan keadaan dan keperluan
orang-orang yang berbakti, dan seharusnya bersedia menolong
orang-orang yang tidak mampu
membeli korban yang dituntut. Akan tetapi hal ini tidak
mereka lakukan. Loba akan kekayaan telah
mengeraskan hati mereka.
Ke pesta ini datang juga orang-orang yang menderita,
orang-orang yang miskin dan susah. Yang buta,
yang lumpuh, dan yang tuli ada di sana. Ada yang dibawa di
atas tempat tidur. Banyak orang yang
datang dalam keadaan terlalu miskin untuk membeli
persembahan yang paling sederhana sekali pun
untuk Tuhan, bahkan terlalu miskin untuk membeli makanan
guna menghilangkan lapar mereka.
Orang-orang ini merasa sangat susah mendengar ucapan
imam-imam. Imam-imam itu
membanggakan kesalehan mereka; mereka mengaku sebagai wali
orang banyak itu; tetapi mereka
tidak mempunyai simpati atau belas kasihan. Orang miskin,
orang sakit, orang yang sudah hampir
mati, dengan sia-sia saja menyampaikan permohonan untuk
mendapat pertolongan. Penderitaan
mereka tidak menimbulkan rasa kasihan dalam hati imam-imam
itu.
Waktu Yesus masuk ke dalam kaabah itu, diperhatikan-Nya
seluruh peristiwa itu. Dilihat-Nya
transaksi yang tidak adil itu. Dilihat-Nya duka orang
miskin, yang menyangka bahwa tanpa
pencurahan darah, tidak akan ada ampunan untuk dosa-dosa
mereka. Dilihat-Nya - halaman luar
kaabah-Nya itu dijadikan suatu tempat perdagangan yang
najis. Halaman suci itu telah menjadi suatu
pasar yang luas.
Kristus melihat bahwa sesuatu mesti dilakukan. Banyak sekali
upacara yang diperintahkan kepada
orang banyak tanpa petunjuk-petunjuk yang sepantasnya
tentang makna upacara itu. Orang-orang
yang berbakti mempersembahkan korban mereka tanpa pengertian
bahwa korban tersebut
melambangkan satu-satunya Korban yang sempurna. Dan di
antara mereka, dengan tidak dikenal
serta tidak dihormati, berdirilah Dia yang dilambangkan oleh
semua upacara mereka itu. Ialah telah
memberikan petunjuk tentang segala persembahan itu. Ia
mengerti nilai persembahan itu secara lambang, dan la melihat bahwa semuanya
itu sudah diputar-balikkan dan disalah mengerti.
Perbaktian kerohanian sedang menghilang dengan lekas. Tidak
ada lagi hubungan yang mengikat
imam-imam dan penghulu-penghulu itu dengan Allah mereka.
Pekerjaan Kristus ialah untuk
menetapkan suatu perbaktian yang berlainan sama sekali.
Dengan pandangan yang tajam, Kristus memperhatikan peristiwa
yang sedang terjadi di
hadapan-Nya, sementara Ia berdiri pada anak tangga di
halaman kaabah itu. Dengan mata nubuatan
Ia memandang ke masa depan, dan melihat bukan saja
tahun-tahun, melainkan juga abad-abad dan
zaman-zaman. Ia melihat bagaimana imam-imam dan
penghulu-penghulu akan mengingkari hak
orang miskin, serta melarang dimasyhurkannya Injil kepada
orang miskin. Ia melihat bagaimana
kasih Allah akan disembunyikan dari orang berdosa, dan orang
akan memperlakukan rahmat-Nya
sebagai barang dagangan. Sedang Ia melihat peristiwa itu, murka, wewenang, dan kuasa
nampak
pada wajah-Nya. Perhatian orang banyak itu tertarik
kepada-Nya. Mata orang-orang yang asyik
dalam perdagangan yang najis itu terpaku kepada wajah-Nya.
Mereka tak dapat mengalihkan
pandangan mereka daripada-Nya. Mereka merasa bahwa Orang ini
membaca pikiran mereka yang
terdalam sekali pun, serta mengetahui motif mereka yang
tersembunyi. Ada pula yang berusaha
menyembunyikan muka mereka, seolah-olah segala perbuatan
mereka yang jahat itu ada tertulis pada
wajah mereka, untuk diteliti oleh mata yang tajam itu.
Kekacauan itu terdiam. Bunyi perdagangan dan tawar-menawar
telah berhenti. Perasaan kagum
menguasai himpunan itu. Adalah seolah-olah mereka didakwa di
hadapan meja pengadilan Allah
untuk memberi jawab atas
segala perbuatan mereka. Ketika memandang kepada Kristus, mereka
melihat ke-Ilahian memancar dari jubah kemanusiaan. Yang
Maha Besar dari surga berdiri
sebagaimana Hakim akan berdiri kelak di akhirat, kini
bukannya dilingkungi dengan kemuliaan yang
kelak akan menyertai
Dia, melainkan dengan kuasa yang sama untuk membaca jiwa. Mata-Nya
menatap orang banyak itu, dan memperhatikan setiap orang.
Perawakan-Nya nampaknya menjulang
di antara mereka dengan keagungan yang penuh kuasa dan
cahaya Ilahi menerangi wajah-Nya. Ia
berbicara, dan suara-Nya terang dan nyaring itu—yaitu suara
yang di atas gunung Torsina
mengumumkan taurat yang dilanggar oleh imam-imam dan
penghulu-penghulu itu-terdengar
menggema melalui segala kubah kaabah itu:
"Barang-barang ini angkatlah dari sini; bahwa rumah
Bapa-Ku jangan kamu jadikan rumah perniagaan."
Dengan perlahan-lahan turun dari tangga itu, serta mengangkat
cambuk tali yang terkumpul ketika
masuk ke dalam ruangan itu, disuruh-Nya orang-orang yang
sedang tawar-menawar pergi dari
pekarangan kaabah itu. Dengan semangat dan kekerasan yang
belum pernah ditunjukkan-Nya
dahulu, dibalikkan-Nya meja orang-orang yang sedang
tukar-menukar uang itu. Mata uang
berjatuhan, berdering dengan nyaring di atas lantai pualam.
Tidak seorang pun berani menanyai
wewenang-Nya. Tidak seorang pun berani berhenti sejenak
untuk mengumpulkan keuntungan
mereka yang didapat dengan jalan curang itu. Yesus tidak
menyesah mereka dengan cambuk itu,
tetapi pada tangan-Nya cambuk yang sederhana itu tampaknya
dahsyat seperti sebilah pedang yang
berkilau-kilauan. Para pegawai kaabah, imam-imam yang
berspekulasi, para tengkulak, pedagang
dan pedagang ternak beserta segala domba-domba dan
lembu-kambing mereka, berlarian kucar-kacir
dari tempat itu, dengan satu-satunya pikiran hendak
melepaskan diri dari hukuman hadirat-Nya.
Panik meliputi orang banyak itu, yang merasai kehebatan
ilahiat-Nya itu. Jeritan-jeritan takut keluar
dari ratusan bibir yang pucat. Bahkan murid-murid-Nya pun
gemetar. Mereka gentar oleh perkataan
dan sikap Yesus itu, yang lain sekali daripada kelakuan-Nya
yang biasa. Teringatlah mereka bahwa
ada tersurat tentang Dia, "cinta untuk rumah-Mu
menghanguskan aku." Mzm. 69:10. Tidak lama
kemudian khalayak ramai yang gaduh itu dengan barang-barang
dagangan mereka pun sudah
berpindah jauh dari kaabah Tuhan. Halaman itupun sudah
kosong dari perdagangan yang najis, lalu ketenangan dan kekhidmatan
menggantikan kekacauan itu. Hadirat Tuhan, yang dahulu kala
menguduskan gunung itu, sekarang telah menyucikan kaabah
yang dipelihara untuk kehormatan
nama-Nya.
Dalam membersihkan kaabah itu, Yesus mengumumkan tugas-Nya
sebagai Mesias, serta memulai
pekerjaan-Nya. Kaabah itu, yang dibangun untuk tempat
kediaman hadirat Ilahi, dimaksudkan untuk
menjadi pelajaran yang nyata bagi bangsa Israel dan dunia
ini. Sejak zaman yang kekal adalah
maksud Allah agar setiap makhluk yang diciptakan mulai dari
serapim yang gilang-gemilang dan
suci sampai kepada manusia, harus menjadi kaabah untuk
tempat tinggal Khalik. Karena dosa,
manusia tiada lagi menjadi kaabah Allah. Karena digelapkan
dan dinajiskan oleh kejahatan, hati
manusia tiada lagi menyatakan kemuliaan Ilahi. Akan tetapi
oleh penjelmaan Anak Allah, maksud
surga pun terlaksana. Allah bersemayam di dalam manusia, dan
oleh rahmat yang menyelamatkan,
hati manusia menjadi kaabah
sekali lagi. Allah telah merencanakan supaya kaabah di Yerusalem itu
menjadi saksi yang tetap akan nasib mulia yang terbuka bagi
tiap-tiap jiwa Akan tetapi orang Yahudi
belum mengerti pentingnya arti bangunan, yang mereka pandang
dengan kebanggaan yang begitu
besar. Mereka tidak menyerahkan diri sendiri sebagai kaabah
yang suci bagi Roh Ilahi. Halaman
kaabah di Yerusalem itu, yang penuh dengan kegaduhan
perdagangan yang najis, membayangkan
secara tepat keadaan kaabah hati, yang dinajiskan oleh
hadirnya hawa nafsu dan pikiran-pikiran yang
najis. Dalam membersihkan kaabah itu daripada pedagang
dunia, Yesus mengumumkan tugas-Nya
untuk membersihkan hati dari kenajisan dosa,-dari keinginan
duniawi, hawa nafsu yang
mementingkan diri, kebiasaan yang jelek, yang merusakkan
jiwa. "Tuhan yang kamu cari itu
akanmasuk ke-bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kemu
kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang,
firman Tuhan semesta alam. Siapakah yang dapat tahan akan
hari kedatangan-Nya? Dan siapakah
yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab
Ia seperti api tukang pemurni logam
dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang
yang memurnikan dan mentahirkan
perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka
seperti emas dan seperti perak."
Maleakhi 3 :1-3 .
"Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan
bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?
Jikal ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah
akan membinasakan dia. Sebab bait
Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu." 1
Korintus 3:16, 17. Tidak seorang pun dengan
kuasa dirinya sendiri dapat membuangkan kuasa kejahatan yang
telah menguasai hati itu. Hanya
Kristus yang dapat membersihkan kaabah jiwa. Tetapi Ia tidak
mau masuk dengan paksa. Ia datang
ke dalam hati bukan seperti Ia datang ke dalam kaabah dahulu
itu; melainkan Ia berkata, "Lihat, Aku
berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang
mendengar suara-Ku dan membukakan
pintu, Aku akan masuk mendapatkannya." Wahyu 3:20.
Ia akan datang bukan untuk sehari saja;
sebab Ia berkata, "Aku akan diam bersama-sama dengan
mereka dan hidup di tengah-tengah mereka,
. . . dan mereka akan menjadi umat-Ku." "Biarlah
Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan
kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke
dalam tubir-tubir laut." 2 Korinti
6:16; Mikha 7:19. Hadirat-Nya akan membersihkan serta
menyucikan jiwa, supaya dapat menjadi
sebuah kaabah yang suci bagi Tuhan, dan "menjadi tempat
kediaman Allah, di dalam Roh." Efesus
2:21, 22.
Karena dialahkan oleh perasaan takut yang amat besar,
imam-imam dan penghulu-penghulu telah
melarikan diri dari halaman kaabah, dan dari pandangan tajam
yang membaca hati mereka itu.
Dalam melarikan diri berjumpalah mereka dengan orang-orang
lain yang sedang menuju ke kaabah
lalu menyuruh mereka kembali, sambil menceriterakan apa yang
telah mereka lihat dan dengar.
Kristus melihat orang-orang yang melarikan diri itu dengan
rasa kasihan yang amat sangat atas
ketakutan mereka dan kebodohan mereka tentang apa yang
merupakan perbaktian yang benar. Dalam peristiwa ini dilihat-Nya secara ibarat
tercerai-berainya seluruh bangsa Yahudi karena
kejahatan dan pendurhakaan mereka.
Maka apakah sebabnya imam-imam itu melarikan diri dari
kaabah itu? Mengapa mereka tidak
bertahan? Dia, yang memerintahkan mereka pergi itu ialah
seorang anak tukang kayu, seorang orang
Galilea yang miskin, tanpa pangkat atau kuasa duniawi.
Mengapa mereka tidak melawan Dia?
Mengapa mereka meninggalkan keuntungan yang diperoleh dengan
kecurangan itu, serta melarikan
diri atas perintah Seorang yang rupanya begitu hina?
Kristus berbicara dengan wewenang seorang raja, dan dalam
rupa-Nya, dan dalam nada suara-Nya,
ada sesuatu yang tidak dapat mereka lawan. Dalam perintah
itu mereka menyadari seperti yang
belum pernah disadari sebelumnya, kedudukan mereka yang
sebenarnya sebagai orang munafik dan
perampok. Apabila ke Ilahian memencar dari kemanusiaan,
bukan saja mereka melihat murka pada
wajah Kristus; mereka menyadari arti ucapan-Nya itu. Mereka
merasa seolah-olah berdiri di hadapan
takhta Hakim yang kekal, dengan hukuman dijatuhkan ke atas
mereka untuk masa dan zaman yang
kekal. Seketika lamanya mereka itu yakin bahwa Kristus
adalah seorang nabi; dan banyak yang
percaya bahwa Dialah Mesias. Roh Suci mengingatkan kepada
mereka segala ucapan nabi-nabi
tentang Kristus. Maukah mereka menyerah kepada keyakinan
ini?
Mereka tidak mau bertobat. Mereka tahu bahwa simpati Kristus
bagi orang miskin sudah
dibangunkan. Mereka tahu bahwa mereka telah bersalah dengan
melakukan pemerasan dalam
perlakuan mereka terhadap orang banyak. Karena. Kristus
membaca segala pikiran mereka itu,
mereka membenci Dia. Teguran-Nya di hadapan khalayak ramai
menghinakan kesombongan
mereka, dan mereka cemburu atas pengaruh-Nya yang semakin
bertambah di kalangan orang
banyak. Mereka itu bertekad untuk menantang Dia mengenai
kuasa yang digunakan-Nya dalam
mengusir mereka keluar, dan siapa yang memberikan kuasa itu
kepada-Nya.
Dengan perlahan-lahan serta berhati-hati tetapi dengan
kebencian dalam hati, mereka pun
kembalilah ke kaabah itu. Akan tetapi alangkah besarnya
perubahan yang telah terjadi selama
mereka tidak ada! Ketika mereka melarikan diri, orang-orang
miskin tinggal tetap di situ; dan
orang-orang ini kini memandang kepada Yesus, yang wajah-Nya
menyatakan kasih dan simpati-Nya.
Dengan air mata yang berlinang-linang, berkatalah Ia kepada
orang-orang yang gemetar di
sekitar-Nya, Jangan takut, Aku akan melepaskan kamu dan kamu
akan memuliakan Daku. Untuk
maksud inilah Aku datang ke dunia ini.
Orang banyak itu datang berdesak-desak ke hadirat Kristus
dengan permohonan yang mendesak dan
memilukan hati, Ya Guru, berkati aku. Telinga-Nya mendengar
setiap seruan. Dengan belas kasihan
yang jauh melebihi seorang ibu yang lemah lembut Ia
menundukkan diri-Nya untuk menolong orang
yang menderita. Semuanya mendapat perhatian. Masing-masing
disembuhkan dari penyakit apa pun
yang dideritanya. Orang bisu membuka bibir dengan
puji-pujian; orang buta melihat wajah Dia yang
menyembuhkan mereka. Hati para pendengar itu digembirakan.
Ketika imam-imam dan pegawai-pegawai kaabah menyaksikan
perbuatan yang besar ini, betapa
merupakan wahyu bagi mereka segala bunyi suara yang jatuh
pada pendengarannya. Orang banyak
itu menuturkan cerita penyakit yang sudah larna mereka
derita, tentang harapan mereka yang kandas,
tentang hari-hari yang penuh derita dan keadaan tidak bisa
tidur pada malam-malam. Ketika api
harapan yang terakhir nampaknya sudah seolah-olah padam,
Kristus menyembuhkan mereka.
Demikian beratnya beban
itu, kata seorang; tetapi saya telah mendapat seorang Penolong. Ialah
Kristus dan saya akan mengabdikan hidup saya bagi
pekerjaan-Nya. Orang tua berkata kepada
anak-anak mereka, Ia telah menyelamatkan nyawamu; angkatlah
suaramu dan pujilah Dia. Suara
anak-anak dan orang muda, bapa-bapa dan ibu-ibu,
sahabat-sahabat dan penonton-penonton,
bergabung dalam pengucapan syukur dan puji-pujian. Harapan
dan kegembiraan memenuhi hati mereka. Pikiran mereka diliputi oleh damai.
Mereka sudah disembuhkan baik jiwa mau pun tubuh,
lalu mereka pulang ke rumah, dengan memasyhurkan di
mana-mana kasih Yesus yang tiada taranya
itu.
Pada waktu Kristus disalibkan, orang-orang yang telah
disembuhkan dengan jalan demikian itu tidak
menggabungkan diri dengan rombongan rakyat jelata dalam menyerukan, "Palangkanlah Dia;
palangkanlah Dia!" Simpati mereka adalah pada Yesus;
sebab mereka itu telah merasai simpati-Nya
yang besar dan kuasa-Nya yang ajaib. Mereka itu mengenal Dia
sebagai Juruselamat mereka; sebab
Ia telah memberikan kepada
mereka kesehatan tubuh dan jiwa. Mereka mendengar rasul-rasul
mengajar, lalu sabda Allah yang masuk ke dalam hati mereka
memberikan pengertian kepada
mereka. Mereka menjadi alat bagi kemurahan Allah, dan
membantu memasyhurkan keselamatanNya
.
Orang banyak yang telah melarikan diri dari halaman kaabah
itu, setelah beberapa lama kemudian
datang kembali dengan perlahan-lahan. Mereka sudah agak
pulih dari panik yang telah mencengkam
mereka, tetapi wajah mereka menyatakan kebimbangan dan
ketakutan. Mereka melihat dengan
perasaan heran atas perbuatan Yesus, dan yakin bahwa di
dalam Dialah segala nubuatan tentang
Mesias digenapi. Dosa penajisan kaabah itu sebagian besar
terletak atas imam-imam. Atas usaha
merekalah maka halaman itu dijadikan pasar. Orang banyak
itu hampir tidak bersalah. Mereka
mendapat kesan oleh melihat wewenang Ilahi yang ada pada
Yesus; akan tetapi bagi mereka
pengaruh imam-imam dan penghulu itulah yang terutama.
Dipandangnya pekerjaan Kristus sebagai
usaha baharu, dan meragukan hak-Nya untuk campur tangan
dalam apa yang diizinkan oleh para
penguasa kaabah itu. Mereka marah karena perdagangan itu
telah terganggu, lalu mereka
memadamkan keyakinan oleh Roh Suci.
Melebihi semua orang lain, imam-imam dan penghulu-penghulu
sudah seharusnya melihat dalam
Yesus Dia yang diurapi Tuhan; sebab di tangan mereka ada
surat-surat gulungan suci yang
melukiskan tugas-Nya, dan mereka mengetahui bahwa
pembersihan kaabah itu adalah suatu
pernyataan kuasa yang lebih besar daripada kuasa manusia.
Betapapun mereka itu membenci Yesus
mereka tidak dapat melepaskan diri dari pikiran bahwa
mungkin Ia seorang nabi yang diutus oleh
Allah untuk memulihkan kesucian kaabah itu. Dengan perasaan
hormat yang lahir dari perasaan
takut ini, pergilah mereka kepada-Nya dengan pertanyaan,
"Apa tanda Kautunjuk kepada kami, maka
Engkau membuat segala perkara ini?"
Yesus telah menunjukkan kepada mereka suatu tanda. Dalam
memancarkan cahaya ke dalam hati
mereka, dan dalam melakukan di hadapan mereka perbuatan yang
harus dilakukan Mesias, Ia telah
memberikan bukti yang meyakinkan dari tabiat-Nya. Kini
ketika mereka meminta sesuatu tanda, Ia
menjawab kepada mereka dengan menggunakan suatu perumpamaan,
yang menunjukkan bahwa la
membaca dendam hati mereka, serta melihat hingga sejauh mana
dendam itu akan membawa
mereka. "Rombakkanlah rumah ini," kata-Nya,
"maka dalam tiga hari juga Aku membangunkan dia
pula."
Dalam ucapan ini maksud-Nya adalah rangkap dua. Ia bukan
saja berkata tentang kebinasaan kaabah
dan perbaktian Yahudi, tetapi juga kematian-Nya
sendiri,-kebinasaan kaabah tubuh-Nya. Ini sudah
direncanakan oleh orang Yahudi dengan diam-diam. Ketika
imam-imam dan penghulu-penghulu
kembali ke kaabah, mereka telah berniat hendak membunuh
Yesus, dan dengan demikian
membebaskan diri mereka sendiri dari sipengacau itu. Namun
ketika la menghadapkan kepada
mereka maksud mereka itu, mereka tidak mengerti akan Dia.
Mereka itu memahami ucapan-Nya itu
sebagai menyangkut hanya kaabah yang di Yerusalem dan dengan
marah sekali mereka berseru,
"Empatpuluh enam
tahun lamanya rumah ini dibangunkan, dapatkah Engkau membangunkan dia
pula dalam tiga hari juga?" Sekarang mereka merasa
bahwa Yesus sudah membenarkan kurang percaya mereka, lalu bertambah kuatlah
mereka dalam penolakannya akan Dia.
Kristus tidak bermaksud
supaya ucapan-Nya itu dipahami oleh orang Yahudi yang kurang percaya
itu, ataupun oleh murid-murid-Nya pada saat ini. Ia
mengetahui bahwa ucapan itu akan dipahami
salah oleh musuh-musuhnya, dan akan dipakai untuk melawan
Dia. Pada waktu Ia diadili ucapan itu
akan dihadapkan sebagai tuduhan, dan di Golgota ucapan itu
juga akan dilontarkan kepada-Nya
sebagai ejekan. Tetapi untuk menerangkannya sekarang akan
memberitahukan kepada
murid-murid-Nya tentang segala penderitaannya, lalu
menimbulkan dalam mereka duka cita yang
hingga kini belum sanggup mereka tanggung. Dan suatu
penerangan tentang hal itu akan
memaparkan sebelum waktunya kepada orang Yahudi akibat
prasangka dan kurang percaya mereka
sebelum waktunya. Sekarang mereka sudah mulai masuki suatu
jalan yang akan terus mereka jalani
hingga Ia kelak dituntun seperti seekor anak domba ke tempat
pembantaian.
Untuk kepentingan orang-orang yang akan percaya
kepada-Nyalah maka ucapan Kristus itu
dikeluarkan. Ia mengetahui bahwa ucapan itu akan diulangi
lagi. Karena diucapkan pada pesta
Paskah, ucapan itu akan terdengar oleh ribuan orang, dan
akan tersiar ke seluruh pelosok dunia ini.
Setelah Ia bangkit dari antara orang mati, arti ucapan itu
akan dijelaskan. Bagi orang banyak ucapan
itu akan merupakan bukti yang tegas tentang keilahian-Nya.
Karena kegelapan rohani mereka, murid-murid Yesus sendiri
pun sering gagal untuk mengerti akan
pengajaran-Nya. Akan tetapi kebanyakan pelajaran-pelajaran
itu dijelaskan kepada mereka oleh
peristiwa-perlstiwa yang terjadi kemudian. Waktu Ia tiada lagi
berjalan dengan mereka, ucapan-Nya
itu pun merupakan penolong yang kuat dalam hati mereka.
Mengenai kaabah yang di Yerusalem itu, ucapan Juruselamat,
"Rombakkanlah rumah ini, maka
dalam tiga hari juga Aku membangunkan dia pula,"
mengandung arti yang lebih dalam lagi daripada
yang dipahami oleh para pendengar. Kristuslah alasan dan
hidup kaabah itu. Segala upacaranya
melambangkan korban Anak Allah. Keimamatan sudah diadakan
untuk membayangkan sifat
pengantaraan dan pekerjaan Kristus. Seluruh rencana
perbaktian korban-korban adalah bayangan
kematian Juruselamat untuk menebus dunia ini. Tidak akan ada
lagi khasiat dalam semua
persembahan ini apabila peristiwa besar ke arah mana
semuanya itu telah menunjuk berabad-abad
lamanya sudah digenapkan.
Karena segenap upacara korban itu adalah melambangkan
Kristus, maka semuanya itu tidak ada
nilainya bila terpisah daripada-Nya. Ketika orang Yahudi
memeteraikan penolakan mereka terhadap
Kristus oleh menyerahkan Dia kepada maut, mereka menolak
segala sesuatu yang memberi arti
kepada kaabah dan segala upacaranya. Kesuciannya sudah
hilang lenyap, dan telah ditentukan akan
binasa. Sejak hari itu semua korban dan upacara yang
berhubungan dengan korban-korban itu tiada
mengandung arti lagi. Seperti halnya dengan persembahan
Kain, semuanya itu tidak menyatakan
iman pada Juruselamat. Dalam membunuh Kristus orang Yahudi
dengan sebenarnya membinasakan
kaabah mereka itu. Ketika Kristus disalibkan, tirai dalam
kaabah itu tercarik dua dari atas ke bawah
hal mana berarti bahwa korban besar yang terakhir sudah
diadakan, dan bahwa sistim persembahan
korban-korban berakhirlah sudah untuk selama-lamanya.
"Dalam tiga hari juga Aku membangunkan dia pula."
Dalam kematian Juruselamat, segala kuasa
kegelapan nampaknya seolah-olah menang, dan mereka itu
bergembira dalam kemenangan itu.
Tetapi dari dalam kubur Yusuf yang terbuka itu keluarlah
Yesus sebagai pemenang. "Ia telah
melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan
menjadikan mereka tontonan umum
dalam kemenangan-Nya atas mereka." Kol. 2:15. Oleh jasa
kematian dan kebangkitan-Nya Ia
menjadi pelayan "tempat kudus, yaitu di dalam kemah
sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan
oleh manusia." Ibrani 8:2. Manusia memelihara
baitu'lmukadis Yahudi; manusia membangun kaabah
Yahudi; tetapi baitu'lmukadis yang di surga, yang
dilambangkan baitu'lmukadis di dunia ini dengan bukannya dibangun oleh arsitek
manusia. "Inilah orang yang bernama Tunas. . . . Dialah yang akan
mendirikan bait Tuhan, dan dialah yang akan mendapat
keagungan dan akan duduk memerintah di
atas takhtanya. Di sebelah kanannya akan ada seorang imam
dan permufakatan tentang damai akan
ada di antara mereka berdua." Zakharia 6:12,13.
Upacara korban yang menunjuk kepada Kristus sudah lalu; akan
tetapi mata manusia dialihkan
kepada korban yang benar untuk dosa-dosa dunia. Keimamatan
duniawi berhenti; tetapi kita
memandang kepada Yesus, pengerja perjanjian baru itu, serta
"Kepada darah pemercikan, yang
berbicara lebih kuat daripada darah Habel." "Jalan
ke tempat yang kudus itu belum terbuka, selama
kemah yang pertama itu masih ada; . . . tetapi Kristus telah
datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal
yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang
lebih besar dan yang lebih sempurna,
yang bukan dibuat oleh
tangan manusia, . . . tetapi
dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan
dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal."
Ibrani 12:24; 9:8-12.
"Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan
sempurna semua orang yang oleh Dia datang
kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi
Pengantara mereka." Ibrani 7:25. Sungguh
pun pelayanan itu harus dipindahkan dari kaabah yang di
dunia ini ke kaabah yang di surga sungguh
pun baitu'lmukadis dan imam besar kita itu tidak dapat lagi
dilihat oleh mata manusia, namun
murid-murid sama sekali tak menderita kerugian apa pun
olehnya. Mereka tidak akan mengalami
putusnya hubungan mereka, dan tidak ada pengurangan kuasa
karena kepergian Juruselamat.
Sementara Yesus melayani di baitu'lmukadis yang di surga,
oleh Roh-Nya Ia masih juga melayani
sidang di dunia ini. Ia ditarik dari mata perasaan, akan
tetapi janji perpisahan-Nya ditepati, "Bahwa
sesungguhnya adalah Aku serta dengan kamu pada sediakala,
hingga kepada kesudahan alam ini."
Matius 28:20. Sementara diwakilkan-Nya kuasa-Nya kepada
pengerja-pengerja yang lebih rendah,
hadirat-Nya yang memberi tenaga itu masih menyertai
sidang-Nya.
"Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang
telah melintasi semua langit, yaitu
Yesus, Anak Allah, baiklahkita teguh berpegang pada
pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang
kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut
merasakan kelemahan-kelemahan kita,
sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak
berbuat dosa. Sebab itu marilah kita
dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia,
supaya kita menerima rahmat dan
menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada
waktunya." Ibrani 4:14-16.
Pasal 17
NlKODEMUS
Nikodemus menjabat suatu kedudukan tinggi yang penuh
tanggung jawab di kalangan bangsa
Yahudi. Ia berpendidikan tinggi, serta memiliki bakat-bakat
yang luar biasa, dan ia seorang anggota
yang terhormat pada majelis nasional. Bersama orang-orang
lain, hatinya telah digerakkan oleh
pengajaran Yesus. Walau pun kaya, terpelajar, dan terhormat,
selama ini ia selalu tertarik secara
ajaib oleh Orang Nazaret yang rendah hati itu. Segala
pelajaran yang keluar dari bibir Juruselamat itu
telah meninggalkan kesan yang tidak mudah dilupakannya, dan
ia ingin hendak belajar lebih jauh
tentang segala kebenaran yang indah ini.
Penggunaan kekuasaan oleh Kristus dalam membersihkan kaabah
itu telah membangkitkan
kebencian di pihak imam-imam dan penghulu-penghulu. Mereka
takut akan kuasa orang asing ini.
Keberanian serupa itu di pihak seorang penduduk Galilea yang
tidak terkenal itu tidak boleh
dibiarkan begitu saja. Mereka bertekad hendak mengakhiri
pekerjaan-Nya itu. Akan tetapi tidak
semuanya menyetujui maksud ini. Ada juga orang yang takut
--------------
Pasal ini didasarkan atas Yohanes 3:1-17
melawan Oknum yang nyata benar digerakkan oleh Roh Allah.
Mereka terkenang akan bagaimana
nabi-nabi dahulu telah dibunuh karena mengecam dosa-dosa
para pemimpin bangsa Israel. Mereka
mengetahui bahwa perhambaan bangsa Yahudi kepada bangsa
kafir adalah karena kedegilan mereka
dalam menolak teguran yang berasal dari Allah. Mereka takut
kalau-kalau dalam mengadakan
komplotan untuk membunuh Yesus, imam-imam dan penghulu-penghulu sedang mengikuti jejak
nenek-moyang mereka, dan akan mendatangkan malapetaka kepada
bangsa itu. Nikodemus ikut
merasakan segala perasaan ini. Dalam majelis Sanhedrin,
ketika tindakan yang akan diambil
terhadap Yesus dipertimbangkan, Nikodemus menasihatkan supaya berhati-hati
dan bertindak
dengan menahani diri. Ia menandaskan bahwa jika Yesus
sungguh-sungguh diberi kuasa dari Allah,
akan berbahayalah menolak segala amaran-Nya. Imam-imam tidak
berani mengabaikan nasihat ini,
dan pada waktu itu mereka tidak mengambil tindakan tegas
terhadap Juruselamat.
Sejak mendengar Yesus, Nikodemus telah menyelidik dengan
penuh kerinduan segala nubuatan yang
berhubungan dengan Mesias; dan semakin ia menyelidik,
semakin kuat pulalah keyakinannya bahwa
inilah Dia yang akan datang itu. Dengan banyak lagi orang
lain di kalangan orang Israel ia telah
merasa susah sekali oleh penajisan kaabah itu. Ia turut
menyaksikan peristiwa ketika Yesus mengusir
orang-orang yang berjual beli itu keluar; ia melihat
pernyataan kuasa Ilahi yang ajaib itu; ia melihat
Juruselamat menerima orang miskin serta menyembuhkan orang
sakit; ia melihat pandangan
kegirangan serta mendengar puji-pujian mereka; dan ia tidak
dapat meragukan lagi bahwa Yesus dari
Nazaret itu adalah Yang Diutus Allah.
Ia ingin sekali mengadakan wawancara dengan Yesus, tetapi
takut mencari Dia secara
terang-terangan. Akan terlalu hina bagi seorang penghulu
bangsa Yahudi untuk mengakui dirinya
menaruh simpati terhadap seorang guru yang hingga kini belum
begitu terkenal. Dan sekiranya
kunjungannya itu diketahui oleh Sanhedrin, akan
didatangkannya kepadanya ejekan dan celaan. Ia
memutuskan untuk mengadakan suatu wawancara rahasia, dengan
mendalihkan atas dasar bahwa
jikalau ia pergi secara terang-terangan, maka orang lain
mungkin akan mengikuti teladan yang
diberikannya itu. Setelah mengetahui dengan jelas
bertanya-tanya di mana tempat istirahat Juruselamat, di Bukit Zaitun, ia
menunggu hingga seluruh penghuni kota sudah tidur nyenyak, dan
kemudian pergilah ia mencari Dia.
Di hadirat Kristus, Nikodemus merasa agak malu dan segan dan
ia berusaha menyembunyikan
perasaan itu dengan sikap tenang dan agung. "Ya
rabbi," katanya, "ketahuilah kami akan hal tuan
seorang guru, yang datang daripada Allah, karena seorang pun
tiada yang.dapat mengadakan segala
mukjizat seperti tuan adakan, melainkan adalah Allah dengan
dia." Oleh berbicara tentang
bakat-bakat luar biasa yang ada pada Kristus sebagai seorang
guru, dan juga tentang kuasa-Nya yang
ajaib untuk mengadakan mukjizat, ia mengharap untuk membuka
jalan bagi wawancaranya dengan
Yesus. Ucapannya itu dimaksudkan untuk mengungkapkan serta
mengundang keyakinan; tetapi
sebenarnya hal itu menyatakan adanya kurang percaya. Ia
tidak mengakui Yesus sebagai Mesias,
melainkan hanya seorang guru yang datang dari Allah.
Gantinya mengakui pernyataan hormat ini, Yesus menatapi
sipembicara itu, seolah-olah membaca
jiwanya sekali pun. Dalam marifat-Nya Yesus melihat di
hadapan-Nya seorang pencari kebenaran. Ia
tahu tujuan kunjungan itu, maka dengan suatu keinginan hendak memperdalam
keyakinan yang
sudah ada dalam pikiran pendengar-Nya itu, Ia langsung
menyebutkan maksud-Nya, sambil berkata
dengan tekun tetapi dengan lemah-lembut, "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak
dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan
Allah." Yoh. 3:3.
Nikodemus telah datang kepada Tuhan dengan bermaksud hendak
mengadakan pertukaran pikiran
dengan Dia, akan tetapi Yesus memaparkan azas-azas dasar
kebenaran itu. Ia mengatakan kepada
Nikodemus, Yang engkau perlukan bukannya pengetahuan secara
teori melainkan kelahiran semula
secara rohani. Engkau tidak perlu memuaskan rasa ingin tahu
melainkan mendapat hati yang baru.
Engkau mesti mendapat hidup yang baru dari atas, sebelum
engkau dapat menghargai
perkara-perkara surga. Sebelum perubahan ini terjadi, dan
menjadikan segala sesuatu baru, maka
tidak akan bermanfaat bagimu memperbincangkan dengan Aku
tentang kekuasaan-Ku atau
pekerjaan-Ku.
Nikodemus telah mendengar khotbah Yohanes Pembaptis tentang
pertobatan dan baptisan, dan
mengalihkan perhatian orang banyak kepada Dia yang akan
membaptiskan dengan Roh Suci. Ia
sendiri telah merasa bahwa kerohanian di kalangan orang
Yahudi sangat kurang, bahwa mereka
sangat dikuasai oleh kefanatikan agama dan cita-cita
duniawi. Ia telah lama mengharapkan sesuatu
keadaan yang lebih baik dari segala sesuatu pada kedatangan
Mesias itu. Namun pekabaran yang
tajam dari Yohanes Pembaptis itu telah gagal untuk
meyakinkan dia dari dosa. Ia adalah seorang
orang Parisi yang keras, dan membanggakan segala
kebajikannya. Ia sangat dihormati orang atas
kedermawanan dan kemurahannya dalam menyokong upacara
kaabah, dan ia merasa pasti akan
keridlaan Allah. Ia sangat terperanjat ketika memikirkan
tentang suatu kerajaan yang terlalu suci
untuk dilihatnya dalam keadaannya pada saat itu.
Gaya bahasa tentang kelahiran baru yang telah digunakan oleh
Yesus sekali-kali bukannya asing bagi
Nikodemus. Orang-orang yang bertobat dari kekafiran dan
menerima agama bangsa Israel sering
diumpamakan dengan anak-anak yang baru lahir. Sebab itu
sudah tentu ia mengetahui bahwa ucapan
Kristus itu tidak seharusnya diartikan secara harafiah. Akan
tetapi berkat kelahirannya sebagai
seorang Israel ia menganggap dirinya pasti akan mendapat
suatu tempat dalam kerajaan Allah. Ia
merasa bahwa ia tidak memerlukan perubahan lagi. Itulah
sebabnya ia terkejut mendengar ucapan
Juruselamat itu. Ia merasa kurang senang karena diucapkan
langsung mengenai dirinya.
Kesombongan Parisi bergumul melawan kerinduan yang jujur di
pihak si pencari kebenaran. Ia
merasa heran karena Kristus berbicara kepadanya seperti itu,
dengan tidak menghormati
kedudukannya sebagai penghulu Israel. Karena terkejut dari ketenangannya, ia
menjawab kepada
Kristus dengan ucapan yang penuh dengan ejekan,
"Bagaimana boleh kiranya orang jadi pada masa tuanya?" Seperti halnya
dengan banyak orang lain apabila kebenaran yang tegas dijelaskan pada
angan-angan hati ia menyatakan fakta bahwa manusia biasa
tidak mau menerima perkara-perkara
Roh Allah. Di dalamnya
tidak ada sesuatu yang menyambut perkara-perkara rohani; sebab
perkara-perkara rohani hanya dapat dipahami secara rohani
pula.
Akan tetapi Juruselamat tidak menghadapi perdebatan dengan
perdebatan. Sambil mengangkat
tangan-Nya dengan keagungan yang penuh khidmat dan tenang, ditekankan-Nya kebenaran
itu
sedalam-dalamnya dengan jaminan yang lebih besar,
"Bahwa sesungguhnya Aku berkata kepadamu,
jikalau orang tidak jadi daripada air dan roh, maka tak
boleh masuk ia ke dalam kerajaan Allah."
Nikodemus mengetahui bahwa yang dimaksudkan Kristus ialah
baptisan air, dan pembaharuan hati
oleh Roh Allah. Ia sudah yakin bahwa ia sedang berada di
hadirat Dia yang telah diramalkan oleh
Yohanes Pembaptis itu.
Yesus melanjutkan: "Barang yang jadi daripada daging,
yaitu daging jua, dan barang yang jadi
daripada Roh, yaitu roh adanya." Menurut wajarnya hati
itu jahat, dan "Siapa dapat mendatangkan
yang tahir dari yang najis? Seorangpun tidak!" Ayub
14:4. Tiada penemuan manusia yang dapat
menemukan suatu penawar bagi jiwa yang berdosa. "Sebab
keinginan daging adalah perseteruan
terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah;
hal ini memang tidak mungkin baginya."
"Karena dari hati timbul segala pikiran jahat,
pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian,
sumpah palsu dan hujat." Roma 8:7; Matius 15:19.
Pancaran hati itu wajiblah dibersihkan sebelum
alirannya dapat menjadi bersih. Orang yang mencoba hendak
mencapai sorga oleh perbuatannya
sendiri dalam memelihara hukum Allah, berarti mencoba
sesuatu yang mustahil. Tiadalah
keselamatan bagi seseorang yang memiliki hanya sekadar suatu
agama resmi, sesuatu.rupa
peribadatan belaka. Kehidupan orang Kristen bukannya sesuatu
perubahan sedikit atau perbaikan
dari kehidupan yang lama, melainkan perubahan seluruhnya
dari segala sifat. Ada kematian terhadap
diri dan dosa, dan suatu kehidupan yang semata-mata baru.
Perubahan ini dapat terjadi hanya oleh
pekerjaan Roh Suci yang berhasil itu.
Nikodemus masih bingung, lalu Yesus menggunakan angin untuk
melukiskan maksud-Nya: "Angin
pun bertiup barang ke mana yang dikehendakinya, maka engkau
mendengar juga bunyinya, tetapi
tidak kau ketahui dari mana datangnya atau ke mana
tujuannya; demikianpun hal tiap-tiap orang
yang jadi daripada Roh."
Angin terdengar di antara cabang-cabang pohon menggersak-gersukkan
daun-daun dan
bunga-bungaan; namun angin itu tidak kelihatan, dan tiada
seorang pun mengetahui dari mana
datangnya, atau ke mana perginya. Demikianlah halnya dengan
pekerjaan Roh Suci di dalam hati.
Hal itu tidak dapat diterangkan lebih jelas daripada dengan
gerakan angin. Seorang boleh jadi tidak
dapat menyebutkan waktu atau tempat yang tepat, atau
mengingat kembali semua keadaan dalam
proses pertobatan; tetapi hal ini tidak membuktikan bahwa ia
tidak bertobat. Dengan suatu alat yang
tidak nampak seperti angin, Kristus selalu bekerja di dalam
hati. Sedikit demi sedikit, mungkin
dengan tidak disadari oleh sipenerima, kesan-kesan
ditanamkan yang condong kepada menarik jiwa
itu kepada Kristus. Ini boleh jadi diterima oleh merenungkan
tentang Dia, oleh membaca Alkitab,
atau oleh mendengar sabda Allah dari pengkhotbah yang hidup.
Tiba-tiba, ketika Roh itu datang
dengan bujukan yang lebih langsung lagi, maka jiwa itu pun
menyerahlah dengan suka hati kepada
Yesus. Oleh banyak orang hal ini disebut pertobatan secara
tiba-tiba; tetapi hal ini adalah hasil
bujukan yang lama oleh Roh Allah, suatu proses yang penuh
kesabaran dan meliputi waktu yang
lama.
Meski pun angin itu sendiri tidak kelihatan, ditimbulkannya
akibat-akibat yang tampak dan terasa.
Demikianlah pekerjaan Roh itu di dalam jiwa akan menyatakan
dirinya sendiri dalam setiap laku
orang yang telah merasakan kuasanya yang menyelamatkan itu.
Apabila Roh Allah sudah memiliki hati, maka kehidupan pun diubahkannya. Segala
pikiran yang penuh dosa dibuang jauh, segala
perbuatan jahat ditinggalkan; kasih, kerendahan hati, dan
damai menggantikan amarah, iri hati, dan
perselisihan. Sukacita menggantikan dukacita, dan wajah
memantulkan cahaya surga. Tidak seorang
pun yang melihat tangan yang mengangkat behan itu, atau
melihat cahaya yang turun dari istana yang
di surga. Berkat itu datang apabila oleh iman jiwa
menyerahkan dirinya kepada Allah. Lalu kuasa
yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia itu pun
menciptakan satu makhluk baru menurut peta
Allah.
Mustahillah bagi pikiran yang fana ini memahami pekerjaan
penebusan. Rahasianya melampaui
pengetahuan manusia; namun ia yang melalui kematian kepada
kehidupan menyadari bahwa itulah
sesuatu kesungguhan Ilahi. Permulaan penebusan dapat kita
ketahui di dunia ini oleh pengalaman
pribadi. Hasil-hasilnya mencapai sampai ke zaman yang kekal.
Sedang Yesus berbicara, sesuatu sinar kebenaran menerusi
pikiran penghulu itu. Pengaruh yang
menghaluskan dan menaklukkan dari Roh Suci mendatangkan
kesan ke dalam hatinya. Namun ia
belum mengerti betul ucapan Juruselamat itu. Ia tidak begitu
tertarik oleh pentingnya kelahiran baru
seperti oleh cara pelaksanaannya. Berkatalah ia dengan
heran, "Bagaimanakah boleh jadi perkara
ini?"
"Bukankah engkau guru orang Israel, maka tidak engkau
mengerti perkara ini?" tanya Yesus. Tentu
saja seseorang yang dipercayakan untuk memberikan pengajaran
keagamaan kepada masyarakat
ramai tidaklah patut tidak mengetahui akan kebenaran yang
begitu penting. Ucapannya itu
memberikan pelajaran bahwa gantinya merasa tidak senang akan
ucapan-ucapan kebenaran yang
tegas, Nikodemus seharusnya beroleh pandangan yang rendah
hati akan dirinya karena ia kurang
mengetahui akan perkara rohani itu. Namun Kristus berbicara
dengan keagungan yang penuh
khidmat dan baik pandangan maupun nada suara-Nya
mengungkapkan kasih yang sungguh-sungguh,
sehingga Nikodemus tidak sakit hati ketika ia mengetahui
keadaannya yang hina itu.
Akan tetapi tatkala Yesus menjelaskan bahwa pekerjaan-Nya di
dunia ini adalah untuk mendirikan
kerajaan rohani gantinya kerajaan duniawi, pendengar-Nya itu
merasa susah. Melihat ini Yesus
menambahkan, "Jikalau Aku memberi tahu kepadamu perkara
dunia ini, maka kamu tak percaya,
manakah boleh kamu percaya, jikalau Aku mengatakan kepadamu
perkara surga?" Jikalau
Nikodemus tidak dapat menerima pengajaran Kristus itu, yang
melukiskan pekerjaan rahmat di
dalam hati, bagaimanakah ia dapat mengerti sifat kerajaan
semawi-Nya yang mulia itu? Tanpa
mengerti sifat pekerjaan Kristus di dunia ini, maka tak akan
dapatlah ia mengerti pekerjaan-Nya di
dalam surga.
Orang Yahudi yang telah diusir Yesus dari kaabah mengaku
sebagai anak-anak Ibrahim, tetapi
mereka itu lari dari hadirat Juruselamat karena mereka tidak
tahan melihat kemuliaan Allah yang
dinyatakan dalam Dia. Dengan demikian mereka membuktikan
bahwa mereka tidak dilayakkan oleh
rahmat Allah untuk mengambil bagian dalam upacara-upacara
kaabah yang suci itu. Mereka rajin
memelihara kesucian secara lahir saja, tetapi mereka
melalaikan kesucian hati. Meski pun mereka
menurut hukum itu secara harafiah, namun mereka senantiasa
melanggar jiwa hukum itu. Keperluan
mereka yang besar ialah justru perubahan yang sedang
dijelaskan Kristus kepada Nikodemus,
kelahiran akhlak yang baru, pembersihan dari dosa, dan
pembaharuan pengetahuan dan kesucian.
Tidak ada maaf bagi kebutaan bangsa Israel dalam hal
pekerjaan kelahiran baru. Oleh ilham Roh
Suci, nabi Yesaya telah menulis, "Demikianlah kami
sekalian seperti seorang najis dan segala
kesalehan kami seperti kain kotor." Daud telah berdoa,
"Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan
perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh." Dan oleh
Yehezkiel janji telah diberikan, "Kamu
akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam
batinmu dan Aku akan menjauhkan dari
tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang
taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu
hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap
berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan
melakukannya." Yesaya 64:6; Mazmur 51 :10;
Yehezkiel 36:26, 27.
Nikodemus telah membaca Alkitab dengan pikiran yang gelap;
tetapi kini mulailah ia mengerti akan
maknanya. Ia melihat bahwa penurutan yang paling saksama
akan hukum itu secara harafiah bila
dikenakan kepada kehidupan secara lahir saja, tidak dapat
memberi hak kepada manusia untuk
masuk ke dalam kerajaan surga. Dalam penilaian manusia,
kehidupannya sudah benar dan mulia;
tetapi di hadirat Kristus ia merasa bahwa hatinya najis, dan
kehidupannya tidak suci.
Nikodemus sedang tertarik kepada Kristus. Ketika Juruselamat
menjelaskan kepadanya tentang
kelahiran baru itu, ia pun rindu supaya perubahan ini
dilaksanakan di dalam dirinya sendiri. Dengan
jalan apakah hal itu dapat dilaksanakan? Yesus menjawab
pertanyaan yang tidak diucapkan itu:
"Seperti ular
itu telah ditinggikan oleh Musa dalam padang Tiah, tak dapat tidak demikianlah
Anak-manusia pun akan ditinggikan. Supaya barang siapa yang
percaya akan Dia itu jangan binasa,
melainkan mendapat hidup yang kekal."
Inilah dasar yang dipahami benar oleh Nikodemus. Lambang
ular yang ditinggikan itu menjelaskan
kepadanya pekerjaan Juruselamat. Ketika bani Israel sudah
hampir binasa akibat bisa ular tedung,
Allah menyuruh Musa membuat seekor ular tembaga, serta
meninggikannya di tengah-tengah
himpunan orang banyak. Lalu kabar disiarkan di seluruh perkemahan
bahwa semua orang yang mau
memandang kepada ular itu akan hidup. Orang banyak itu tahu
benar bahwa dalam dirinya sendiri
ular itu tidak mempunyai kuasa untuk menolong mereka. Ular
itu melambangkan Kristus.
Sebagaimana rupa ular yang dibuat menurut rupa ular-ular
pembinasa itu ditinggikan untuk
kesembuhan mereka, demikian juga Dia yang dibuat "dalam
daging, yang serupa dengan daging yang
dikuasai dosa karena dosa" (Roma 8:3) harus menjadi
Penebus mereka. Kebanyakan orang Israel
menganggap bahwa upacara korban itu sendiri mengandung
khasiat untuk membebaskan mereka
dari dosa. Allah Ingin mengajarkan kepada mereka bahwa
semuanya itu tidak mengandung nilai
lebih daripada ular tembaga itu, yang maksudnya ialah
menuntun pikiran mereka kepada
Juruselamat. Apakah untuk kesembuhan luka-luka mereka atau
pun keampunan segala dosa, mereka
tidak dapat berbuat apa-apa bagi diri sendiri melainkan
menunjukkan iman mereka pada Karunia
Allah. Mereka harus melihat dan hidup.
Orang-orang yang telah digigit oleh ular-ular itu mungkin
bertangguh untuk melihat. Mereka
mungkin meragukan bagaimana bisa jadi ada khasiat di dalam
lambang tembaga itu. Mereka
mungkin menuntut penjelasan secara ilmu pengetahuan. Tetapi
tidak ada penjelasan diberikan.
Enggan memandang berarti binasa.
Bukannya oleh perdebatan dan perbincangan jiwa itu
diterangi. Kita mesti memandang dan hidup.
Nikodemus menerima dan membawa pelajaran itu sertanya. Ia
menyelidik Alkitab dengan cara yang
baru, bukannya untuk perbincangan sesuatu teori baru,
melainkan supaya mendapat hidup bagi jiwa.
Ia mulai melihat kerajaan surga ketika ia menyerahkan
dirinya kepada pimpinan Roh Suci.
Beribu-ribu orang pada zaman ini perlu mempelajari kebenaran
itu juga, yang diajarkan kepada
Nikodemus oleh ular yang ditinggikan itu. Mereka bergantung
kepada penurutan mereka kepada
taurat Allah untuk memujikan diri agar berkenan kepada-Nya.
Apabila mereka itu disuruh
memandang kepada Yesus serta percaya bahwa Ia menyelamatkan
mereka hanya oleh rahmat-Nya,
mereka berseru, "Bagaimana boleh jadi perkara
ini?"
Sebagaimana halnya dengan Nikodemus, wajiblah kita sudi
masuk ke dalam hidup sama seperti cara
kepala orang-orang berdosa. Selain dari Kristus "tidak
ada nama lain yang diberikan kepada manusia
yang olehnya kita dapat diselamatkan." Kisah 4:12. Oleh
iman kita menerima rahmat Allah; tetapi
iman bukannya Juruselamat kita. Iman itu tidak mendapatkan
apa-apa. Iman adalah tangan yang berpegang pada Kristus serta memiliki
jasa-jasa-Nya, ialah penawar untuk dosa. Malahan tidak dapat
kita bertobat tanpa bantuan Roh Allah. Alkitab berkata
tentang Kristus, "ditinggikan oleh Allah
sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan
Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat
dan menerima pengampunan dosa." Kisah 5:31. Pertobatan
datang dari Kristus sama seperti
keampunan datang daripada-Nya.
Bagaimanakah, kalau begitu, caranya kita
diselamatkan?—"Seperti ular itu telah ditinggikan oleh
Musa dalam padang Tiah," demikianlah Anak manusia itu
telah ditinggikan, serta masing-masing
orang yang telah diperdaya serta digigit oleh ular itu,
boleh melihat dan hidup. "Lihatlah anak domba
Allah, yang menghapus dosa dunia." Yohanes 1:29. Cahaya
yang bersinar dari salib itu menyatakan
kasih Allah. Kasih-Nya itu menarik kita kepada-Nya. Kalau
kita tidak melawan penarikan ini, kita
akan dituntun ke kaki salib dalam pertobatan dari segala
dosa yang telah menyalibkan Juruselamat.
Lalu Roh Allah oleh iman menghasilkan suatu kehidupan yang
baru di dalam jiwa. Segenap pikiran
dan keinginan akan ditaklukkan kepada kehendak Kristus.
Hati, pikiran, dijadikan kembali menurut
peta Dia yang bekerja di dalam kita untuk menaklukkan segala
sesuatu kepada-Nya sendiri.
Kemudian taurat Allah pun dituliskan di dalam pikiran dan
hati, dan dapatlah kita berkata dengan
Kristus, " Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku;
Taurat-Mu ada dalam dadaku." Mazmur
40:9.
Dalam wawancara dengan Nikodemus itu, Yesus memaparkan
rencana keselamatan, dan tugas-Nya
ke dunia ini. Dalam segala pembicaraan-Nya yang kemudian suatu pun tiada yang menerangkan
begitu jelas, langkah demi langkah, pekerjaan yang perlu
dilakukan di dalam hati semua orang yang
hendak mewarisi kerajaan surga. Justru pada permulaan sekali
masa kerja-Nya Ia memaparkan
kebenaran kepada seorang
anggota Sanhedrin, kepada pikiran yang paling suka menerima
keterangan, dan kepada seorang guru yang diangkat oleh
bangsa itu. Tetapi para pemimpin Israel
tidak menyambut terang itu dengan baik. Nikodemus menyimpan
kebenaran itu di dalam hatinya,
dan selama tiga tahun hanya sedikit sekali buahnya yang
kelihatan.
Akan tetapi Yesus tahu benar akan tanah tempat Ia menaburkan
benih itu. Perkataan yang diucapkan
pada waktu malam kepada seorang pendengar di atas bukit yang
sunyi itu tidak hilang. Seketika
lamanya Nikodemus tidak mengakui Kristus secara
terang-terangan, akan tetapi ia memperhatikan
kehidupan-Nya, dan merenungkan segala pengajaran-Nya. Dalarn
majelis Sanhedrin berulang-ulang
ia menggagalkan maksud jahat imam imam hendak membinasakan
Dia. Ketika pada akhirnya Yesus
diangkat di salib, Nikodemus terkenang kepada pengajaran di
atas Bukit Zaitun dahulu: "Seperti ular
itu telah ditinggikan oleh Musa dalam padang Tiah, tak dapat
tidak demikianlah Anak-manusia pun
akan ditinggikan. Supaya barang siapa yang percaya akan Dia
itu jangan binasa, melainkan mendapat
hidup yang kekal." Terang dari wawancara rahasia itu
menerangi salib di Golgota itu, dan
Nikodemus melihat di dalam Yesus Penebus dunia ini.
Setelah Tuhan naik ke surga, tatkala murid-murid itu sudah
dicerai beraikan oleh aniaya, Nikodemus
tampil ke depan dengan gagah berani. Ia menggunakan
kekayaannya untuk menyokong gereja yang
masih bayi itu yang sudah diharapkan oleh orang Yahudi akan
dihapuskan pada kematian Kristus.
Pada masa bahaya ia yang telah bersikap berhati-hati dan
ragu-ragu itu, menjadi teguh seperti batu
karang, meneguhkan iman murid-murid itu, serta menyediakan
uang untuk memajukan pekerjaan
Injil. Ia diolok-olok serta dianiaya oleh orang-orang yang
dahulu telah menghormati dia. Ia menjadi
miskin dalam harta benda dunia ini; namun ia tidak bimbang
dalam iman yang berasal pada
pertemuan malam dengan Yesus itu.
Nikodemus menuturkan kepada Yohanes ceritera tentang
wawancara itu, dan oleh pena Yohanes
ceritera itu ditulis untuk menjadi pelajaran bagi
berjuta-juta orang. Kebenaran yang diajarkan
dalamnya itu sama pentingnya sekarang sebagaimana pada malam
hening yang di atas gunung yang bernaungan itu, ketika penghulu Yahudi itu
datang hendak mempelajari jalan kehidupan dari Guru
Galilea yang rendah hati itu.
PASAL 18
"PATUT JUGA IA BERTAMBAH-TAMBAH
SEKETIKA lamanya pengaruh Yohanes Pembaptis atas bangsa itu
sudah lebih besar daripada
pengaruh penghulu-penghulu, imam-imam, atau raja-rajanya.
Sekiranya ia mengumumkan dirinya
sebagai Mesias, serta mengobarkan suatu pemberontakan
terhadap kerajaan Roma, maka
imam-imam dan bangsa itu sudah pasti datang berduyun-duyun
ke bawah panjinya. Setiap
pertimbangan yang menarik bagi cita-cita para pemenang
dunia, sedia hendak didesakkan oleh setan
kepada Yohanes Pembaptis. Tetapi dengan bukti yang ada di
hadapannya akan kuasanya, ia telah
tetap menolak sogokan yang besar itu. Perhatian yang telah
ditujukan kepadanya itu, sudah
disalurkan kepada Oknum yang lain.
Sekarang ia melihat arus kepopuleran beralih dari dirinya
sendiri kepada Juruselamat. Hari demi hari
para pengikutnya makin berkurang. Ketika Yesus datang dari
Yerusalem ke daerah di sekitar Yarden,
orang banyak datang berduyun-duyun hendak mendengar Dia.
Jumlah murid-murid-Nya kian
bertambah setiap hari. Banyak yang datang untuk
baptisan,
-----------------
Pasal ini dialaskan atas Yohanes 3:22-36.
dan karena Kristus Sendiri tidak membaptiskan, la mensahkan
pelaksanaan upacara itu oleh
murid-murid-Nya. Demikianlah la menaruh meterai-Nya atas
tugas penganjur-Nya itu. Tetapi
murid-murid Yohanes memandang dengan rasa cemburu kepada
kepopuleran Yesus yang makin
bertambah itu. Mereka selalu siap untuk mengecam
pekerjaan-Nya, dan tidak lama kemudian
mereka mendapat kesempatan untuk itu. Suatu pertanyaan
timbul di antara mereka dan orang-orang
Yahudi tentang apakah baptisan itu dapat membersihkan jiwa
dari dosa; mereka menandaskan
bahwa baptisan Yesus pada pokoknya berbeda dengan baptisan
Yohanes. Tidak lama kemudian
mereka pun sudah berbantah dengan murid-murid Kristus
mengenai susunan kata yang pantas
digunakan pada waktu baptisan, dan akhirnya tentang hak
murid-murid Kristus untuk membaptiskan.
Murid-murid Yohanes datang kepadanya dengan pengaduan mereka
dengan berkata, "Ya rabbi, ada
pun orang yang dengan tuan di seberang Yarden, dan yang tuan
beri kesaksian akan hal-Nya, Ia pun
membaptiskan orang dan semuanya orang pergi mendapatkan
Dia." Oleh ucapan ini, setan
membawa penggodaan kepada Yohanes. Meskipun tugas Yohanes
nampaknya sudah hampir
berakhir, masih juga mungkin baginya untuk
menghalang-halangi pekerjaan Kristus. Sekiranya ia
telah merasa kasihan terhadap dirinya sendiri, serta
menyatakan dukacita atau rasa kecewa karena ia
diganti, maka sudah pasti ia menaburkan benih perselisihan,
menganjurkan iri hati dan cemburu, dan
sungguh-sungguh merintangi kemajuan Injil.
Yohanes dalam sifatnya memiliki berbagai kesalahan dan
kelemahan yang biasa pada manusia,
tetapi jamahan kasih Ilahi telah mengubahkan dia. Ia tinggal
dalam suatu suasana yang tidak
dicemarkan oleh sifat
mementingkan diri dan sifat suka mencari nama, dan jauh di atas racun
kecemburuan. Ia tidak menyatakan simpati terhadap perasaan
tidak puas di pihak murid-muridnya
itu, melainkan menunjukkan betapa jelas ia mengerti
hubungannya dengan Messias, dan betapa
senang hatinya menyambut Dia yang baginya ia telah
menyediakan jalan.
Katanya, "Seorang pun tiada yang dapat mengambil barang
suatu perkara, jikalau tidak dikaruniakan
kepadanya dari surga. Kamu sendiri juga menjadi saksi, bahwa
kataku: Bukan aku ini Kristus,
melainkan aku disuruhkan dahulu daripada-Nya. Ada pun yang
empunya pengantin perempuan,yaitu
mempelai laki-laki, tetapi sobat mempelai, yang berdiri
mendengar akan dia itupun bersuka cita hatinya, sebab ia mendengar bunyi suara
mempelai itu; demikian pun kesukaanku telah
sempurnalah." Yohanes menggambarkan dirinya sebagai
sahabat yang bertindak sebagai pesuruh
antara dua sejoli yang bertunangan menyediakan jalan untuk
pernikahan. Setelah mempelai lelaki itu
menerima mempelai perempuannya, maka tugas sahabat itu pun
selesailah sudah. Ia bergembira
dalam sukacita orang-orang yang persatuannya telah
diusahakan olehnya. Demikianlah Yohanes
telah dipanggil untuk mengalihkan perhatian orang banyak
kepada Yesus, dan bersukacitalah ia
menyaksikan sukses pekerjaan Juruselamat itu. Katanya,
''Demikian pun kesukaanku telah
sempurnalah. Patut juga Ia bertambah-tambah, tetapi aku ini
akan berkurang-kurang."
Karena memandang dalam iman kepada Penebus, Yohanes telah
naik ke puncak sifat penyangkalan
diri. Ia tidak berusaha menarik orang kepada dirinya
sendiri, melainkan mengangkat pikiran mereka
semakin tinggi dan bertambah tinggi lagi, sampai mereka
berharap pada Anak Domba Allah. Ia
sendiri hanyalah suatu suara belaka, suatu suara yang berseru-seru
di padang belantara. Kini dengan
kesukaan ia menerima kesunyian dan kesenyapan, supaya mata
semua orang kiranya dialihkan
kepada Terang hidup itu.
Orang yang setia kepada panggilannya sebagai pesuruh bagi
Allah, tidak akan mencahari kehormatan
bagi diri sendiri. Kasih bagi diri sendiri akan dilenyapkan
oleh kasih bagi Kristus. Tidak ada
persaingan akan menodai pekerjaan Injil yang indah itu.
Mereka akan mengakui bahwa pekerjaan
merekalah untuk memasyhurkan seperti Yohanes Pembaptis
dahulukala memasyhurkan "Lihatlah
Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia." Yohanes
1:29. Mereka akan meninggikan Yesus
dan dengan Dia manusia akan ditinggikan. "Sebab
beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang
Mahamulia, yang bersemayam untuk selamaNya dan Yang
Mahakudus namaNya: 'Aku bersemayam
di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga
bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati,
untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan
untuk menghidupkan hati orang-
orang yang remuk." Yesaya 57:15.
Jiwa nabi itu, yang dikosongkan daripada diri sendiri,
dipenuhi dengan terang Ilahi. Sementara ia
menyaksikan kemuliaan Juruselamat, ucapannya hampir menyamai
ucapan yang dikatakan Kristus
sendiri dalam wawancara-Nya dengan Nikodemus. Yohanes berkata,
"Ada pun Yang turun dari atas
Ia lebih dari semuanya.... Karena orang yang telah
disuruhkan Allah yaitu mengatakan sabda Allah,
sebab dikaruniakan Allah kepada-Nya Roh dengan tiada
perhinggaan. Kristus dapat mengatakan,
"Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan
kehendak Dia yang mengutus Aku."
Kepada-Nya dikatakan, "Engkau mencintai keadilan dan
membenci kefasikan; sebab itu Allah,
Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda
kesukaan, melebihi teman sekutu-
Mu." Yohanes 5:30; Ibrani 1:9. Bapa mengaruniakan
"dalam Dialah berdiam secara jasmaniah
seluruh kepenuhan ke Allahan."
Demikian juga halnya dengan para pengikut Kristus. Kita
dapat menerima terang surga hanya kalau
kita suka dikosongkan dari diri sendiri. Tidak akan dapat
kita mengerti tabiat Allah, atau menerima
Kristus oleh irnan, kecuali kita suka menaklukkan setiap
pikiran kita untuk menurut kehendak
Kristus. Kepada semua orang yang berbuat demikian, Roh Suci
dikaruniakan "seluruh kepenuhan ke
Allahan." Di dalam Kristus "dalam Dialah berdiam
secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan,
dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia." Kolose 2:9, 10.
Murid-murid Yohanes telah mengatakan bahwa semua orang
datang kepada Kristus; tetapi dengan
pengertian yang lebih terang, Yohanes berkata, "Seorang
pun tiada yang menerima kesaksian-Nya
itu;" begitu sedikit orang yang bersedia untuk menerima
Dia sebagai Juruselamat dari dosa. Tetapi
"barang siapa yang menerima kesaksian-Nya yaitu
memeteraikan bahwa Allah benar adanya."
"Barang siapa yang percaya akan Anak itu, padanya juga
adalah hidup yang kekal." Tidak perlu ada
persengketaan mengenai apakah baptisan Kristus atau Yohanes
menyucikan dari dosa. Rahmat Kristuslah yang memberikan hidup kepada jiwa.
Terpisah dari Kristus, maka baptisan, seperti
upacara yang lain mana pun, adalah upacara yang tak
mengandung arti, "Barang siapa yang tidak
menurut perintah Anak itu, yaitu tak dapat melihat
hidup."
Berhasilnya pekerjaan Kristus, yang telah disambut oleh
Yohanes Pembaptis itu dengan kegembiraan
yang begitu besar, dilaporkan juga kepada para pembesar di
Yerusalem. Imam-imam dan rabbi-rabbi
telah merasa cemburu akan pengaruh Yohanes ketika mereka
melihat orang banyak meninggalkan
rumah sembahyang dan pergi berduyun-duyun ke padang
belantara; tetapi di sini ada pula Orang
yang memiliki kuasa yang lebih besar lagi untuk menarik
khalayak ramai. Para pemimpin bangsa
Israel itu tidak sudi mengatakan bersama dengan Yohanes,
"Patutlah Ia juga bertambah-tambah,
tetapi aku ini akan berkurang-kurang." Mereka itu
bangkit dengan suatu tekad yang baru untuk
mengakhiri pekerjaan yang sedang menarik orang banyak itu
daripada mereka.
Yesus tahu bahwa mereka akan berusaha sedapat-dapatnya untuk
menimbulkan perpecahan antara
murid-murid-Nya sendiri dan murid-murid Yohanes. Ia tahu
bahwa badai sedang datang yang akan
menyapu salah seorang nabi yang terbesar pernah diberikan
kepada dunia ini. Karena ingin hendak
menghindarkan segala kesempatan untuk salah pengertian atau
perselisihan paham, la menghentikan
pekerjaan-Nya dengan diam-diam lalu pergi ke Galilea. Kita
pun juga, sementara setia kepada
kebenaran, haruslah berusaha menghindarkan segala sesuatu
yang dapat menimbulkan perselisihan
dan salah pengertian. Sebab bila saja semuanya ini timbul,
akibatnya ialah hilangnya jiwa-jiwa. Bila
saja timbul keadaan yang
mengancam untuk menyebabkan perpecahan, haruslah kita mengikuti
teladan Yesus dan Yohanes Pembaptis itu.
Yohanes telah dipanggil untuk memimpin sebagai seorang
pembaharu. Oleh karena ini,
murid-muridnya ada dalam bahaya mengarahkan perhatian mereka
kepadanya, dengan merasa
bahwa sukses pekerjaan itu tergantung pada segala usahanya,
lalu lupa bahwa ia hanyalah suatu alat
yang digunakan Allah dalam pekerjaan-Nya. Akan tetapi
pekerjaan Yohanes tidaklah cukup untuk
meletakkan dasar sidang Kristen. Setelah ia melaksanakan
tugasnya, satu pekerjaan yang lain harus
dilakukan, yang tidak dapat dilaksanakan oleh kesaksiannya.
Murid-muridnya tidak mengerti akan
hal ini waktu mereka melihat Kristus datang untuk mengambil
pekerjaan itu, mereka merasa
cemburu dan kecewa.
Bahaya yang sama masih ada sekarang. Allah memanggil
seseorang untuk melakukan suatu
pekerjaan tertentu; dan setelah pekerjaan itu dilakukannya
sejauh yang sanggup dilakukannya, Tuhan
membawa orang-orang lain pula, untuk melakukannya lebih jauh
lagi. Tetapi, seperti halnya dengan
murid-murid Yohanes, banyak orang yang merasa bahwa sukses
pekerjaan itu tergantung pada
pengerja yang terdahulu itu. Perhatian ditujukan kepada
manusia gantinya kepada Tuhan, perasaan
cemburu masuk, lalu pekerjaan Allah pun ternodalah. Orang
yang dengan demikian dihormati
berlebih-lebihan itu, tergoda untuk memelihara kepercayaan
pada diri sendiri. Ia tidak menyadari
persandarannya kepada Allah. Orang diajar untuk bersandar
pada manusia untuk mendapat
bimbingan dan dengan demikian mereka terjerumus ke dalam
kekeliruan, dan tersesat jauh dari
Allah.
Pekerjaan Allah hendaknya jangan memakai peta dan ukiran
manusia. Kadang-kadang Tuhan akan
menggunakan alat-alat yang lain, yang olehnya maksud-Nya
dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.
Berbahagialah mereka yang sudi bila dirinya direndahkan,
dengan berkata bersama Yohanes
Pembaptis, "Patut Ia juga bertambah-tambah, tetapi aku
ini akan berkurang-kurang."
Pasal 19
DI SUMUR YAKUB
DALAM perjalanan ke Galilea Yesus berjalan melalui Samaria.
Kira-kira tengah hari tibalah Ia di
lembah Sikhem yang permai. Pada permulaan lembah ini
terdapat sumur Yakub. Karena sudah letih
dari perjalanan-Nya, duduklah Ia di sini untuk beristirahat sementara
murid-murid-Nya pergi
membeli makanan.
Bangsa Yahudi dan bangsa Samaria bermusuhan keras dan
sedapat-dapatnya menghindarkan segala
hubungan satu dengan yang lain. Berjual beli dengan orang
Samaria dalam keadaan perlu dianggap
sah oleh rabbi-rabbi; tetapi semua urusan sosial dengan
mereka dilarang. Seorang Yahudi tidak mau
meminjam dari orang Samaria, atau pun menerima sesuatu
kebaikan bahkan sesuap roti atau
secangkir air sekali pun. Dalam membeli makanan itu,
murid-murid bertindak sesuai dengan adat
bangsa mereka. Tetapi mereka tidak berbuat lebih dari itu.
Meminta pertolongan dari orang Samaria,
atau dengan cara apa pun berusaha menolong mereka, tidak
masuk akal bagi murid-murid Kristus
sekali pun.
--------------
Pasal ini didasarkan atas Yohanes 4:1-42.
Sedang Yesus duduk di pinggir sumur itu, Ia merasa lemas
karena lapar dan haus. Sudah jauh sekali
perjalanan yang ditempuh sejak paginya, dan sekarang
teriknya panas matahari lohor sedang
menimpa Dia. Dahaga-Nya semakin terasa mengingat air sejuk
dan menyegarkan yang begitu dekat,
namun yang tidak dapat diperoleh-Nya; sebab Ia tidak punya
tali atau pun timba, sedangkan sumur
itu dalam. Ia menderita nasib manusia, maka
dinantikan-Nyalah orang datang menimba air.
Seorang wanita Samaria datang, dan seolah-olah tidak sadar
akan hadirat-Nya, ia mengisi kendinya
dengan air. Waktu ia berpaling hendak pergi, Yesus meminta
air minum daripadanya. Permintaan
yang begitu tidak akan ditolak oleh orang Timur manapun. Di
Timur, air disebut pemberian Allah."
Menawarkan air minum kepada seorang pengembara yang haus
dianggap sebagai suatu kewajiban
yang begitu suci sehingga orang Arab di padang belantara mau
menyimpang daripada perjalanannya
agar dapat melakukannya. Kebencian antara orang Yahudi dan
orang Samaria menegahkan wanita
itu daripada menawarkan sesuatu kebajikan kepada Yesus;
tetapi Juruselamat sedang berusaha
hendak mendapatkan kunci hati wanita itu, dan dengan
kecerdikan yang lahir dari kasih Ilahi, Ia
meminta pertolongan, bukan menawarkannya. Tawaran kebajikan
mungkin akan ditolak; tetapi
percaya menggugah percaya. Raja surga datang kepada jiwa
terbuang ini, memohonkan layanan
daripadanya. Dia yang menjadikan laut, yang mengendalikan
samudera luas lepas, yang membuka
segala mata air dan saluran di bumi ini, mengasuh
kepenatan-Nya di sumur Yakub, dan bergantung
pada keridlaan seorang yang tidak dikenal untuk pemberian
secangkir air minum saja.
Wanita itu melihat bahwa Yesus adalah seorang Yahudi. Dalam
keheranannya ia lupa mengabulkan
permintaan-Nya itu, tetapi berusaha mempelajari sebab-sebab
permintaan itu. "Bagaimana ini,"
sahutnya, "maka Tuan, orang Yahudi, minta minum kepada
sahaya, seorang perempuan Samaria?"
Yesus menjawab, "Jikalau kiranya engkau mengetahui akan
anugerah Allah dan lagi siapa Dia, yang
berkata kepadamu, Berilah Aku minum; niscaya engkau kelak
meminta kepada-Nya, lalu
diberikan-Nya kepadamu air hidup." Engkau heran mengapa
Aku meminta daripadamu pertolongan
yang begitu kecil yaitu seteguk air dari sumur yang di kaki
kita ini. Sekiranya engkau meminta
daripada-Ku, maka Aku tentu mernberi kepadamu air hidup yang
kekal.
Wanita itu belum mengerti akan ucapan Kristus itu, akan
tetapi ia merasakan maknanya yang dalam. Caranya yang sepele dan menantang
itupun mulailah berubah. Karena menyangka bahwa Yesus
berbicara tentang sumur yang di depan mereka, ia pun
berkata, "Ya Tuan, satu pun tiada pada Tuan,
yang boleh dibuat timba; lagi perigi ini dalam, dari mana
gerangan Tuan beroleh air hidup itu?
Lebih
besarkah Tuan
daripada Yakub, moyang kami, yang memberikan kepada kami perigi ini, dan
daripadanya juga ia minum sendiri?" Ia melihat di
depannya hanya seorang pengembara yang
kehausan, letih dari perjalanan dan penuh debu. Dalam
pikirannya dibandingkannya Dia dengan
Yakub, nenek moyang yang terhormat itu. Ia merasa bangga
dengan sewajarnya bahwa tidak ada
sumur lain lagi yang dapat disamakan dengan sumur yang
disediakan oleh nenek moyang itu. Ia
sedang menoleh ke belakang kepada para nenek moyang, dan ke
depan ke hari kedatangan Mesias
itu, sementara Harapan segala nenek moyang itu, yakni Mesias
Sendiri, sudah berada di sampingnya,
tetapi ia tidak mengenal Dia. Betapa banyaknya jiwa yang
haus sekarang ini ada di dekat pancaran
air hidup, namun mereka memandang jauh untuk mendapat mata air
hidup! "Jangan katakan di
dalam hatimu: Siapakah akan naik ke surga?, yaitu: untuk
membawa Yesus turun, atau: 'Siapakah
akan turun ke jurang maut?', yaitu: untuk membawa Kristus
naik dari antara orang mati.... Firman itu
dekat kepadamu, yakni
di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.... Jika kamu mengaku dengan
mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu,
bahwa Allah telah
membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan
diselamatkan." Roma 10:6-9.
Yesus tidak segera menjawab pertanyaan yang mengenai
diri-Nya itu, tetapi dengan kesungguhan
yang tekun Ia berkata, "Barang siapa yang minum air
ini, ia kelak akan berdahaga pula; tetapi barang
siapa yang minum air, yang Kuberikan kepadanya, sekali-kali
tidak ia akan berdahaga lagi, karena
ada pun air yang Kuberikan kepadanya itu akan menjadi di
dalamnya suatu mata air, yang
berpencar-pencar sampai kepada hidup yang kekal."
Orang yang berusaha memuaskan dahaganya pada mata air dunia
ini, akan minum hanya untuk
kemudian haus lagi. Di mana-mana manusia tidak merasa puas.
Mereka itu senantiasa mengingini
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan jiwa. Hanya seorang yang
dapat memenuhi kebutuhan itu.
Kebutuhan dunia ini, "kegemaran segala bangsa,"
ialah Kristus. Rahmat Ilahi yang dapat
dikaruniakan hanya oleh-Nya sendiri, adalah seperti air
hidup yang menyucikan, menyegarkan, serta
menguatkan jiwa.
Yesus tidak mengemukakan pendapat bahwa hanya seteguk air
hidup saja akan memuaskan dahaga
sipenerima itu. Orang yang mengecap kasih Kristus pasti akan
selalu merindukan lebih banyak lagi;
tetapi ia tidak mencari apa-apa lagi selain itu. Kekayaan,
kehormatan, dan kesenangan dunia ini tidak
menarik hatinya lagi. Seruan yang tetap dari hatinya
ialah,"Lebih banyak daripada-Mu." Maka Dia
yang menyatakan kepada jiwa tentang kebutuhannya, menanti
untuk memuaskan lapar dan
dahaganya. Setiap sumber dan persandaran manusia akan gagal.
Segala tempat cadangan air akan
menjadi kosong, dan segala kolam akan menjadi kering; akan
tetapi Juruselamat kita adalah suatu
mata air yang tak kering-keringnya. Kita boleh minum, dan
minum lagi, dan selamanya mendapat
persediaan yang segar. Ia yang di dalamnya Kristus
bersemayam, memiliki di dalam dirinya sendiri
mata air berkat,--"suatu mata air, yang berpencar-pencar
sampai kepada hidup yang kekal."
Dari
sumber ini ia dapat menimba tenaga dan rahmat yang cukup
untuk segala keperluannya.
Ketika Yesus berbicara tentang air hidup itu, wanita itu
memandang kepada-Nya dengan perhatian
yang penuh kekaguman. Ia telah membangkitkan perhatian
wanita itu, serta membangunkan suatu
kerinduan untuk memperoleh karunia yang dikatakan-Nya itu.
Wanita itu mengerti bahwa bukannya
air sumur Yakub itu yang dibicarakan-Nya; sebab air sumur
ini selalu dipakainya, diminumnya, dan
haus kembali. "Ya Tuhan," katanya,
"berikanlah kiranya air itu kepada sahaya, supaya jangan lagi
sahaya berdahaga dan tak usah lagi sahaya datang kemari
menimba."
Kini Yesus dengan mendadak mengalihkan pembicaraan itu.
Sebelum jiwa ini dapat menerima karunia yang hendak dianugerahkan-Nya itu, ia
harus diajar dulu untuk mengenal dosanya dan
Juruselamatnya. "Sahut Yesus kepada perempuan itu:
Pergilah engkau, panggillah lakimu, lalu
datang kemari." Sahutnya, "Tidak sahaya berlaki."
Demikianlah ia mengharap akan mencegah segala
pertanyaan ke arah itu. Tetapi Juruselamat melanjutkan
"Benarlah katamu ini, bahwa tidak engkau
berlaki. Karena lima orang sudah lakimu dan yang sekarang
ini padamu itu bukan lakimu. Benarlah
katamu itu."
Pendengar itu gemetar. Suatu tangan ajaib sedang membuka
lembaran riwayat hidupnya, serta
mempertunjukkan apa yang telah diharapkannya akan
tersembunyi selama-lamanya. Siapakah
gerangan Dia yang dapat membaca segala rahasia hidupnya ini?
Teringatlah ia akan perkara-perkara
yang kekal, tentang Hari Pehukuman yang akan datang, apabila
segala perkara yang tersembunyi
sekarang ini akan dinyatakan kelak. Mengingat hal itu,
tergugahlah angan-angan hatinya.
Suatu pun tidak dapat disangkalnya; tetapi ia berusaha
mengelakkan semua sebutan tentang sesuatu
pokok pembicaraan yang tidak terlalu disukai. Dengan rasa
hormat yang sungguh, berkatalah ia,"Ya
Tuan, nyatalah kepada sahaya bahwa Tuan ini seorang
nabi." Lalu, dengan berharap hendak
mendiamkan keyakinan itu. beralihlah ia kepada pokok-pokok
pertentangan agama. Jika ia seorang
nabi, sudah tentu Ia dapat memberikan kepadanya petunjuk
tentang persoalan yang sudah sekian
lamanya diperdebatkan .
Dengan sabarnya Yesus membiarkan dia menuntun percakapan itu
sekehendak hatinya. Sementara
itu dinantikan-Nya kesempatan untuk menjelaskan kebenaran
itu dalam hatinya "Ada pun nenek
moyang kami memang sembahyang di atas bukit ini, maka kata
kamu bahwa Yerusalem itulah
tempat yang patut orang sembahyang." Gunung Gerizim
nampak dari tempat itu. Kaabahnya sudah
dimusnahkan, dan hanya mezbahnya yang masih ada. Tempat
sembahyang itu telah menjadi pokok
perbantahan antara orang Yahudi dan orang Samaria. Beberapa
dari nenek moyang bangsa yang
belakangan ini dahulu pernah termasuk bangsa Israel; tetapi
karena dosa-dosanya, Tuhan
membiarkan mereka dikalahkan oleh sesuatu bangsa penyembah
berhala. Turun temurun mereka
bercampur gaul dengan para penyembah berhala, yang agamanya
berangsur-angsur menajiskan
agama mereka sendiri. Memang mereka percaya bahwa
berhala-berhala mereka hanyalah untuk
mengingatkan mereka tentang Allah yang hidup, Pemerintah
alam semesta; namun orang
terpengaruh untuk menghormati patung-patung ukiran mereka
itu.
Ketika kaabah di Yerusalem dibangun kembali pada zaman Ezra,
bangsa Samaria itu ingin
menggabungkan diri dengan bangsa Yahudi dalam pembangunan
itu. Kesempatan mulia ini tidak
diberikan kepada mereka, dan timbullah perseteruan yang
pahit antara kedua bangsa itu. Bangsa
Samaria membangun kaabah saingan di Bukit Gerizim. Di sini
mereka berbakti sesuai dengan
upacara keagamaan Musa, sungguh pun mereka tidak
meninggalkan penyembahan berhala
seluruhnya. Tetapi malapetaka menimpa mereka, kaabah itu
dibinasakan oleh musuh-musuh mereka,
dan nampaknya mereka itu seolah-olah terkutuk; namun mereka
masih berpaut pada tradisitradisi
dan upacara-upacara perbaktian mereka. Mereka tidak mau
mengakui kaabah di Yerusalem itu
sebagai rumah Allah, ataupun mengakui bahwa agama bangsa
Yahudi itu lebih unggul daripada
agama mereka.
Untuk menjawab pertanyaan wanita itu, Yesus berkata,
"Percayalah akan Daku, bahwa waktunya
akan datang kelak, apabila kamu akan menyembah Bapa bukan di
atas bukit ini dan bukan pula di
Yerusalem. Bahwa kamu menyembah barang yang tidak karnu
ketahui, tetapi kami menyembah Dia
yang kami ketahui, karena selamat itu datang daripada orang
Yahudi." Yesus telah menunjukkan
bahwa Ia bebas dari prasangka bangsa Yahudi terhadap bangsa
Samaria. Sekarang Ia berusaha
hendak merubuhkan prasangka wanita Samaria itu terhadap
orang Yahudi. Sementara menunjuk
kepada kenyataan bahwa iman bangsa Samaria sudah dinajiskan
oleh penyembahan berhala Ia mengatakan bahwa kebenaran-kebenaran utama tentang
penebusan telah diamanatkan kepada
bangsa Yahudi, dan bahwa dari antara mereka itulah Mesias
akan datang. Dalam tulisan-tulisan Suci
mereka mendapat keterangan yang jelas tentang tabiat Allah
dan azas-azas pemerintahan-Nya. Yesus
menggolongkan diri-Nya sendiri dengan bangsa Yahudi sebagai
bangsa yang telah dikaruniai Allah
suatu pengetahuan tentang diri-Nya.
Ia ingin mengangkat pikiran para pendengar-Nya di atas
soal-soal yang menyangkut tatacara dan
upacara belaka, serta soal-soal pertentangan. 'Waktunya
datang kelak," kata-Nya, "Sekarang pun ada,
apabila orang sembahyang dengan sebenarnya itu akan
menyembah Bapa dengan roh dan kebenaran,
karena orang yang sembahyang demikian yaitu yang dikehendaki
oleh Bapa. Bahwa Allah itu Roh
adanya; maka orang yang menyembah Dia, haruslah mereka itu
menyembah Dia dengan Roh dan
kebenaran."
Di sini dimaklumkan kebenaran itu juga yang telah dinyatakan
oleh Yesus kepada Nikodemus ketika
Ia berkata, "Jikalau orang tidak jadi semula, maka tak
dapat ia melihat kerajaan Allah." Yohanes 3:3.
Bukannya oleh mencari sesuatu gunung yang suci atau sesuatu
kaabah yang suci maka manusia
dibawa ke dalam persekutuan dengan surga. Agama tidak boleh
dibatasi di dalam upacara secara
lahir saja. Agama yang berasal daripada Allah ialah
satu-satunya agama yang akan menuntun kepada
Allah. Untuk dapat berbakti kepada-Nya dengan benar, kita
harus dilahirkan dari Roh Ilahi. Ini akan
menyucikan hati serta nembaharui pikiran, memberikan kepada
kita suatu kesanggupan yang baru
untuk mengenal serta mengasihi Allah. Akan diberikannya
kepada kita sesuatu penurutan sukarela
kepada segala tuntutan-Nya. Inilah perbaktian yang benar.
Itulah hasil kerja Roh Suci. Oleh Roh
setiap doa yang sungguh-sungguh disusun, dan doa semacam itu
berkenan kepada Allah. Di mana
saja sesuatu jiwa mencari Allah. di sana nyatalah bekerjanya
Roh itu, dan Allah akan menyatakan
diri-Nya kepada jiwa itu. Orang-orang berbakti yang
demikianlah dicahari Allah. Ia menanti hendak
menerima mereka dan untuk menjadikan anak-anak-Nya.
Sementara berbicara dengan Yesus, wanita itu merasa terharu
oleh perkataan-Nya. Belum pernah ia
mendengar perasaan serupa itu dari imam-imam sebangsanya
atau pun dari orang Yahudi. Setelah
masa hidupnya yang lampau dipaparkan di hadapannya, ia
sangat merasakan keperluannya yang
besar. Ia sadar akan kehausan jiwanya, yang tidak dapat
dipuaskan oleh air sumur di Sikhar itu. Tiada
suatu apa pun yang berhubungan dengan dia hingga kini yang
begitu mempekakan dia kepada
sesuatu kebutuhan yang lebih tinggi. Yesus telah meyakinkan
dia bahwa la dapat membaca segala
rahasia hidupnya; namun ia merasa bahwa Ialah sahabatnya,
yang berbelas kasihan serta mengasihi
dia. Meski pun kesucian hadirat-Nya mencela dosanya, namun
Ia tidak mengeluarkan ucapan
tuduhan, melainkan telah memberitahukan kepadanya tentang
rahmat-Nya, yang dapat membaharui
jiwa. Mulailah ia mendapat sesuatu keyakinan tentang
tabiat-Nya. Timbullah pertanyaan dalam
pikirannya, "Mungkinkah inilah Mesias yang telah lama
dinantikan itu?" Katanya kepada Yesus,
"Sahaya tahu Mesias akan datang kelak, yaitu yang
bergelar Kristus, maka apabila datang, Ia juga
akan memberi tahu kepada kami segala perkara itu." Yesus menyahut, "Akulah Dia,
yang
berkata-kata dengan dikau."
Ketika wanita itu mendengar ucapan ini, timbullah
kepercayaan dalam hatinya. Diterimanya
pengumuman yang ajaib itu dari bibir Guru Ilahi itu.
Wanita itu berada dalam keadaan pikiran yang mau menghargai.
Ia bersedia menerima pernyataan
yang paling mulia; sebab ia menaruh perhatian pada Alkitab,
dan Roh Suci telah menyediakan
pikirannya untuk menerima lebih banyak terang. Ia telah
mempelajari janji Wasiat Lama, "Seorang
Nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu,
sama seperti aku, akan dibangkitkan
bagimu oleh Tuhan, Allahmu; dialah yang harus kamu
dengarkan." Ulangan 18:15. Ia rindu hendak
mengerti akan nubuatan ini. Terang telah memancar ke dalam
pikirannya. Air hidup, yakni kehidupan rohani yang dikaruniakan Kristus kepada
tiap-tiap jiwa yang haus telah mulai memancar
dalam hatinya. Roh Tuhan sudah bekerja dalam dirinya.
Ucapan tegas yang diberikan oleh Kristus kepada wanita ini
tidak akan dapat diucapkan kepada
orang Yahudi yang membenarkan diri sendiri. Kristus lebih
menahan diri apabila Ia berbicara kepada
mereka itu. Apa yang tidak diberikan kepada orang Yahudi,
dan yang kemudian hari dianjurkan
supaya dirahasiakan oleh murid-murid, dinyatakan kepada
wanita itu. Yesus melihat bahwa ia akan
menggunakan pengetahuannya itu untuk membawa orang lain pula
guna mengambil bagian dari
rahmat-Nya.
Ketika murid-murid kembali, mereka terkejut melihat Guru
mereka berbicara dengan wanita itu. Ia
belum meminum air menyegarkan yang diingini-Nya itu, dan Ia
tidak berhenti untuk memakan
makanan yang telah dibawa oleh murid-murid-Nya itu. Setelah
wanita itu pergi, murid-murid-Nya
membujuk Dia supaya makan. Mereka lihat Dia diam, asyik
berpikir, seperti dalam renungan yang
tekun. Wajahnya berseri-seri dengan cahaya, dan mereka takut
mengganggu hubungan-Nya dengan
surga itu. Tetapi mereka tahu bahwa Ia lemas sekali dan
penat, dan mereka merasa wajib
mengingatkan Dia akan kebutuhan badani-Nya. Yesus tahu akan
perhatian mereka yang didorong
oleh kasih, lalu Ia berkata, "Pada-Ku adalah makanan,
akan dimakan, yang tidak kamu ketahui."
Murid-murid itu heran siapa gerangan telah membawakan Dia
makanan; tetapi dijelaskan-Nya,
"Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus
Aku dan menyelesaikan pekerjaan-
Nya." Yohanes 4:34. Ketika perkataan-Nya kepada wanita
itu telah membangkitkan kesadaran
hatinya, Yesus bersukaria. Ia melihat dia meminum air hidup,
lalu perasaan lapar dan haus-Nya
sendiri pun dipuaskan. Terwujudnya tugas yang untuk
dilaksanakannya Ia telah meninggalkan surga,
menguatkan Juruselamat untuk pekerjaan-Nya, serta mengangkat
Dia melebihi segala kebutuhan
kemanusiaan. Melayani seseorang yang sedang lapar dan haus
akan kebenaran lebih menyenangkan
bagi-Nya daripada makan atau minum. Itulah suatu penghiburan, suatu penyegaran bagi-Nya.
Kebajikan adalah nyawa jiwa-Nya.
Penebus kita haus akan pengenalan. Ia lapar akan simpati dan
kasih orang-orang yang telah
dibeli-Nya dengan darah-Nya sendiri. Ia rindu dengan
keinginan yang tak terperikan supaya kiranya
mereka datang kepada-Nya lalu mendapat kehidupan.
Sebagaimana ibu menantikan senyum
pengenalan dari anaknya yang masih kecil, yang menandakan
mulainya kecerdasan, demikian juga
Kristus menantikan pernyataan kasih yang penuh syukur yang
menunjukkan bahwa hidup kerohanian
sudah mulai di dalam jiwa.
Wanita itu telah dipenuhi dengan sukacita sementara ia
mendengarkan perkataan Kristus. Pernyataan
yang ajaib itu hampir menaklukkan. Dengan meninggalkan
kendinya, pulanglah ia ke kota, untuk
menyampaikan kabar itu kepada orang-orang lain. Yesus tahu
mengapa ia pergi meninggalkan
kendinya sudah tentu menunjukkan pengaruh perkataan-Nya.
Adalah kerinduan jiwanya yang
sungguh-sungguh hendak memperoleh air hidup itu, maka
lupalah ia akan tugasnya ke sumur itu,
serta akan dahaga Juruselamat yang tadinya hendak
dipuaskannya. Dengan hati yang meluap-luap
dengan
kegirangan pergilah ia dengan tergesa-gesa, hendak
memberitahukan kepada orang-orang lain terang
yang indah yang telah diterimanya itu.
"Marilah lihat ada seorang, yang mengatakan kepadaku
segala perkara yang kubuat," katanya.
"Bukankah Ia ini Kristus?" Ucapannya itu menjawab
hati mereka. Ada sesuatu pernyataan yang baru
di wajahnya, suatu perubahan di dalam seluruh pembawaannya.
Mereka itu ingin hendak melihat
Yesus. "Maka keluarlah mereka itu dari dalam negeri
pergi mendapatkan Yesus."
Selagi Yesus duduk di pinggir sumur itu, Ia memandang ke
ladang gandum yang terhampar di
hadapan-Nya. daunnya yang hijau dan lembut disinari cahaya
matahari keemasan. Dengan mengalihkan perhatian murid-murid-Nya kepada
pemandangan itu, la menggunakannya sehagai
suatu ibarat: "Bukankah katamu, empat bulan lagi baru
datang musim penyabit? Bahwa
sesungguhnya Aku herkata kepadamu. Angkatlah matamu;
lihatlah akan segala bendang, karena
sampai putihnya, dapat disabit." Maka sedang Ia
berbicara itu, dilihat-Nya rombongan yang sedang
datang ke sumur itu. Empat bulan lagi baru tiba musim menuai
gandum, tetapi di sini sudah ada
suatu panen yang sudah sedia akan dituai.
"Orang yang menyabit itu," kata-Nya,
"mendapat upah dan mengumpulkan buah-buah bagi hidup
yang kekal, supaya bersuka citalah bersama-sama, baik orang
yang menabur, baik orang yang
menyabit itu: Maka dalam inilah perbahasaan itu benar, bahwa
seorang menabur, seorang lain
menyabit." Di sini Kristus menunjukkan tugas suci yang
harus ditunaikan bagi Allah oleh
orang-orang yang menerima Injil itu. Mereka harus menjadi
alat-alat-Nya yang hidup. Ia meminta
pelayanan mereka masing-masing. Baik menabur mau pun menuai,
kita bekerja bagi Allah. Seorang
menaburkan bibit; yang lain mengumpulkan pada musim menuai;
dan baik penabur mau pun penuai
itu mendapat upah. Mereka bersuka bersama-sama dalam pahala
pekerjaan mereka.
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya itu, "Kamu
Kusuruhkan menyabit barang yang tidak kamu
usahakan. Orang lain telah mengusahakan dia, maka kamu masuk
ke dalam pekerjaannya."
Juruselamat di sini sedang memandang ke muka kepada
pengumpulan besar pada hari Pentakosta.
Murid-murid itu tidak boleh memandang hal ini sebagai hasil
usaha mereka sendiri. Mereka sedang
memasuki pekerjaan orang-orang lain. Semenjak kejatuhan
Adam, Kristus telah selamanya
mempercayakan benih sabda-Nya itu kepada hamba-hamba
pilihan-Nya, untuk ditaburkan di dalam
hati manusia. Dan suatu alat yang tidak kelihatan, yaitu
suatu kuasa yang maha besar, telah bekerja
diam-diam tetapi sangat berhasil untuk menghasilkan panen.
Embun dan hujan dan sinar matahari
rahmat Allah telah diberikan, untuk menyegarkan serta
menghidupkan benih kebenaran itu. Kristus
sudah hampir menyirami benih itu dengan darah-Nya sendiri.
Murid-murid-Nya diberi kesempatan
yang mulia untuk bekerja sama dengan Allah. Mereka adalah
teman sekerja dengan Kristus dan
dengan orang-orang saleh pada zaman purba. Dengan dicurahkan-Nya
Roh Suci pada hari
Pentakosta, beribu-ribu orang akan ditobatkan dalam sehari.
Ini adalah hasil penaburan Kristus,
panen pekerjaan-Nya.
Dalam perkataan yang diucapkan kepada wanita di pinggir
sumur itu, bibit baik telah ditaburkan, dan
betapa lekas panennya diperoleh. Orang-orang Samaria itu
datang dan mendengarkan Yesus serta
percaya pada-Nya. Dengan mengerumuni Dia di sumur itu,
mereka menghadapkan
pertanyaan-pertanyaan kepada-Nya, dan dengan hasrat yang
besar menerima segala keterangan-Nya
tentang banyak perkara
yang selama itu tidak jelas bagi mereka. Sementara mereka mendengar,
kebingungan mereka pun lenyaplah. Mereka bagaikan suatu umat
yang berada dalam kegelapan
besar yang melihat cahaya yang memancar dengan tiba-tiba
hingga mereka mendapat siang hari.
Akan tetapi mereka belum merasa puas dengan pertemuan yang
singkat ini. Mereka masih ingin
hendak mendengar lebih jauh, dan supaya sahabat-sahabat
mereka juga mendengarkan guru ajaib itu.
Mereka mengundang Dia ke kota mereka serta memohon
kepada-Nya supaya tinggal dengan
mereka. Dua hari lamanya Ia tinggal di Samaria, dan banyak
lagi yang percaya pada-Nya.
Orang Parisi memandang hina kesederhanaan Yesus. Mereka
mengabaikan segala mukjizat-Nya, dan
meminta suatu tanda bahwa Ia adalah Anak Allah. Tetapi orang
Samaria itu tidak meminta sesuatu
tanda apa pun, dan Yesus tidak mengadakan mukjizat di antara
mereka, kecuali dalam menyatakan
rahasia hidupnya kepada wanita di sumur itu. Namun banyak
orang yang menerima Dia. Dalam
kegembiraan mereka yang baru itu berkatalah mereka kepada
wanita itu, "Sekarang kami percaya,
bukan sebab katamu, karena telah kami sendiri mendengar
perkataan-Nya dan ketahuilah kami
bahwa sesungguhnya inilah Kristus, yaitu Juruselamat orang
isi dunia." Orang Samaria percaya bahwa Mesias akan datang sebagai
Penebus, bukan hanya bagi bangsa
Yahudi, tetapi juga bagi dunia. Roh Suci dengan perantaraan
Musa telah menubuatkan Dia sebagai
seorang nabi yang datang dari Allah. Dengan perantaraan
Yakub telah dikatakan bahwa kepada-Nya
segala bangsa akan menurut; dan dengan perantaraan Ibrahim,
bahwa dalam Dialah segala bangsa di
dunia ini akan diberkati. Di atas ucapan Alkitab inilah
bangsa Samaria itu mengalaskan iman mereka
pada Mesias. Bangsa Yahudi telah salah mentafsirkan
nabi-nabi yang belakangan, dengan
menganggap bahwa kemuliaan kedatangan Kristus yang kedua
kalinya akan dialami pada
kedatangan-Nya yang pertama kalinya. Itulah sebabnya orang
Samaria mengabaikan semua tulisan
suci kecuali yang diberikan dengan perantaraan Musa. Tetapi
ketika Juruselamat menyapu bersih
semua tafsiran yang salah ini, banyaklah yang menerima
nubuatan-nubuatan itu kemudian serta
perkataan Kristus Sendiri mengenai kerajaan Allah.
Yesus sudah mulai merubuhkan tembok pemisah antara orang
Yahudi dan orang kapir, dan
memasyhurkan kabar keselamatan kepada dunia. Walau pun Ia
seorang Yahudi, Ia bergaul bebas
dengan orang Samaria, meniadakan adat istiadat ke Parisian
bangsa-Nya. Di tengah prasangka
mereka Ia menerima sikap ramah-tamah dari bangsa yang
dibenci itu. Ia tidur di rumah mereka,
makan sehidangan dengan mereka, ikut menikmati makanan yang
disediakan dan dihidangkan oleh
tangan mereka, mengajar di jalan raya mereka, serta
memperlakukan mereka dengan sangat murah
hati dan sopan santun.
Dalam kaabah di Yerusalem sebuah tembok yang rendah memisahkan halaman sebelah luar
dari
segala bagian lain dari bangunan yang suci itu. Pada tembok
ini ada tulisan dalam bermacam-macam
bahasa, yang mengatakan bahwa tidak seorang pun kecuali
orang Yahudi diizinkan melalui batas ini.
Sekiranya seorang kapir dengan tekeburnya berani masuk ke
dalam ruangan sebelah dalam itu, ia
sudah menajiskan kaabah itu, dan sudah tentu ia akan
membayar hukuman dengan nyawanya sendiri.
Tetapi Yesus pencipta kaabah dan segala upacaranya itu,
menarik orang kapir itu kepada-Nya
dengan ikatan simpati manusia, sementara rahmat Ilahi-Nya
membawakan kepada mereka
keselamatan yang ditolak oleh orang Yahudi.
Yesus tinggal di Samaria dengan maksud untuk mendatangkan
berkat kepada murid-murid-Nya,
yang masih di bawah pengaruh kefanatikan Yahudi. Mereka
merasa bahwa kesetiaan kepada bangsa
mereka sendiri meminta supaya mereka memelihara permusuhan
terhadap orang Samaria. Mereka
heran melihat kelakuan Yesus itu. Mereka itu tidak dapat
menolak untuk mengikuti teladan yang
diberikan-Nya itu, dan selama dua hari di Samaria, kesetiaan
kepada-Nya menguasai segenap
prasangka mereka; namun dalam hati mereka tidak merasa
senang. Sangat lambat bagi mereka untuk
memahami bahwa penghinaan dan kebencian mereka harus memberi
tempat bagi belas kasihan dan
simpati. Tetapi setelah Tuhan naik ke surga,
pelajaran-pelajaran yang diberikan-Nya itu datang
kembali kepada mereka dengan suatu arti yang baru. Setelah
kecurahan Roh Suci, mereka pun
terkenanglah akan pandangan Juruselamat, perkataan-Nya,
penghormatan dan kelembutan
pembawaan-Nya terhadap orang-orang asing yang terhina itu.
Waktu Petms pergi memasyhurkan
Injil di Samaria, ia membawa roh seperti itu dalam pekerjaannya
sendiri. Ketika Yohanes dipanggil
ke Efesus dan Smyrna, terkenanglah ia akan pengalaman di Sikhem itu, lalu ia dipenuhi
dengan
perasaan syukur kepada Guru Ilahi, yang oleh melihat lebih
dahulu segala kesukaran yang harus
mereka hadapi, telah memberikan kepada mereka pertolongan
dalam teladan-Nya sendiri.
Juruselamat masih menjalankan pekerjaan yang sama seperti
ketika Ia menawarkan air hidup kepada
wanita Samaria itu. Orang-orang yang menyebut dirinya
pengikut-pengikut-Nya, boleh jadi
menghinakan serta menghindarkan orang-orang terbuang itu;
tetapi tiada keadaan kelahiran atau
kebangsaan, tiada keadaan hidup, yang dapat menjauhkan
kasih-Nya dari anak-anak manusia.
Kepada setiap jiwa, meski pun berdosa, Yesus berkata, Kalau
engkau sudah meminta kepadaku, maka sudahlah Aku memberikan air hidup kepadamu.
Undangan Injil itu tidak boleh dipersempit, dan disampaikan
hanya kepada beberapa orang pilihan
saja, yang menurut dugaan kita akan menghormati kita jika
mereka menerimanya. Pekabaran itu
wajib disampaikan kepada semua orang. Di mana saja hati
terbuka untuk menerima kebenaran,
Kristus bersedia untuk mengajar mereka. Ia menyatakan kepada
mereka Bapa serta perbaktian yang
berkenan kepada-Nya yang membaca hati. Untuk orang-orang
yang demikian Ia tidak menggunakan
perumpamaan. Kepada mereka, seperti kepada wanita yang di
sumur itu, Ia berkata, "Akulah Dia,
yang berkata-kata dengan dikau."
Ketika Yesus duduk beristirahat di sumur Yakub itu, Ia telah
datang dari Yudea, di mana
pekerjaan-Nya sangat sedikit hasilnya. Ia telah ditolak oleh
imam-imam dan rabbi-rabbi, malahan
orang-orang yang mengaku sebagai murid-murid-Nya pun tidak
melihat tabiat Ilahi-Nya. Ia sudah
lemas dan penat namun Ia tidak melalaikan kesempatan untuk
berbicara kepada seorang wanita,
meski pun ia seorang dagang, yang berbeda dengan orang
Israel, dan hidup di dalam dosa yang nyata.
Juruselamat tidak menunggu himpunan banyak orang berkumpul.
Acapkali Ia memulai
pengajaran-Nya dengan hanya beberapa orang berkumpul di
sekeliling-Nya, tetapi seorang demi
seorang mereka yang lalu di tempat itu berhenti untuk
mendengar, hingga suatu kumpulan besar
mendengarkan Sabda Allah yang diucapkan oleh guru yang
diutus dari surga itu dengan perasaan
heran dan kagum. Pengerja Kristus sekali-kali jangan merasa
bahwa ia tidak dapat berbicara dengan
kesungguhan seperti itu kepada hanya sedikit pendengar
seperti kepada kumpulan yang lebih besar.
Mungkin hanya seorang yang mendengar pekabaran itu; tetapi
siapakah yang dapat mengatakan
berapa luasnya kelak pengaruhnya? Perihal Juruselamat
menggunakan waktu-Nya bagi seorang
wanita Samaria tampaknya seolah-olah suatu perkara yang
kecil saja, bahkan bagi murid-murid-Nya
sekali pun. Tetapi Ia berbicara dengan lebih sungguh-sungguh
dan lebih fasih lagi dengan dia
daripada dengan raja-raja, anggota-anggota majelis, atau
imam-imam besar. Pelajaran yang
diberikan-Nya kepada wanita itu telah diulang-ulangi hingga
ke ujung bumi yang terjauh sekali pun.
Segera sesudah ia mendapat Juruselamat, wanita Samaria itu
membawa orang-orang lain pula
kepada-Nya. Ia membuktikan dirinya seorang pengabar Injil
yang lebih cakap daripada murid-murid
Tuhan sendiri. Murid-murid itu tidak melihat suatu apa pun
di Samaria yang menandakan bahwa
tempat itu adalah ladang yang mengandung harapan. Pikiran
mereka ditujukan kepada suatu
pekerjaan besar yang akan dilaksanakan di kemudian hari.
Mereka tidak melihat bahwa justru di
sekeliling mereka ada sebuah panen yang harus dikumpulkan.
Akan tetapi dengan perantaraan
wanita Samaria yang mereka benci itu seluruh penduduk kota
dibawa untuk mendengarkan
Juruselamat. Ia membawa terang itu dengan segera kepada
orang senegerinya.
Wanita itu menggambarkan bekerjanya iman yang praktis kepada
Kristus. Tiap murid yang sejati
dilahirkan ke dalam kerajaan Allah sebagai seorang pengabar
Injil. Orang yang minum air hidup itu
menjadi mata air hidup pula. Penerima itu menjadi pemberi.
Rahmat Kristus dalam jiwa adalah
bagaikan mata air di padang belantara yang berbual-bual
untuk menyegarkan semua orang, serta
menjadikan mereka yang sudah hampir binasa ingin minum air
hidup itu.
Pasal 20
"JIKALAU TIDAK KAMU MELIHAT TANDA-TANDA
DAN MUKJIZAT, TIDAK JUGA KAMU PERCAYA"
PENDUDUK Galilea yang pulang dari pesta Paskah itu membawa
laporan tentang perbuatan Yesus
yang ajaib itu. Hukuman yang dijatuhkan atas segala
perbuatan-Nya oleh para pembesar di
Yerusalem membuka jalan bagi-Nya di Galilea. Kebanyakan dari
mereka menyesali perlakuan yang
menyalahgunakan terhadap kaabah itu serta kelobaan dan
kesombongan imam-imam. Mereka
mengharap bahwa Orang yang telah membuat penghulu-penghulu
itu lari kocar-kacir, menjadi
Pelepas yang dinanti-nantikan itu. Sekarang kabar telah
datang yang nampaknya seolah-olah
menguatkan harapan mereka yang paling gemilang. Dikabarkan
bahwa nabi itu telah mengatakan
bahwa Dialah Mesias itu.
Tetapi penduduk Nazaret tidak percaya pada-Nya. Itulah
sebabnya, Yesus tidak mengunjungi
Nazaret dalam perjalanan-Nya ke Kana. Juruselamat mengatakan
kepada murid-murid-Nya bahwa
seorang nabi tidak mendapat kehormatan di negerinya sendiri.
Orang menilai tabiat dengan apa yang
dapat mereka hargai. Orang-orang yang berpikiran sempit dan
duniawi menilai Kristus atas
kelahiran-Nya yang hina, pakaian-Nya yang sangat sederhana,
dan pekerjaan-Nya sehari-hari.
Mereka tidak dapat menghargai kemurnian roh yang tidak
bernoda dosa.
Berita bahwa Kristus sudah pulang ke Kana dengan segera
tersiar di seluruh Galilea, membawa
harapan kepada orang-orang yang menderita dan susah. Di
Kapernaum kabar itu menarik perhatian
seorang bangsawan Yahudi, yaitu seorang pembesar dalam dinas
kerajaan. Seorang anak pembesar
itu menderita sesuatu penyakit yang tampaknya tak
tersembuhkan lagi. Tabib-tabib telah putus harap
serta menunggu kematiannya saja; tetapi ketika bapa itu
mendengar kabar tentang Yesus, ia
memutuskan hendak memohon pertolongan daripada-Nya. Anak itu
sudah lemah sekali, dan
dikuatirkan mungkin tidak hidup lagi sampai ayahnya kembali;
namun bangsawan itu merasa bahwa
ia sendiri harus pergi menyampaikan hal itu. Ia mengharap
bahwa permohonan-permohonan seorang
bapa mungkin akan membangkitkan simpati Tabib Besar itu.
Setibanya di Kana ia bertemu dengan himpunan banyak orang
yang mengelilingi Yesus. Dengan hati
yang cemas ia menerobos sampai ke hadirat Juruselamat.
Imannya menjadi goyah waktu ia melihat
hanya seorang yang berpakaian sederhana, penuh debu dan
sudah penat karena perjalanan jauh. Ia
meragukan apakah orang ini dapat melakukan apa yang hendak
dimohonkan daripadanya; namun
diusahakannya juga berbicara dengan Yesus, disampaikannya
maksudnya, serta dipintanya
Juruselamat pergi dengan dia ke rumahnya. Tetapi dukacitanya
itu sudah diketahui Yesus. Sebelum
pembesar itu meninggalkan rumahnya, Juruselamat telah
melihat kesedihan itu.
Akan tetapi Ia tahu juga bahwa bapa itu telah mengadakan
syarat-syarat dalam pikirannya mengenai
imannya pada Yesus.
Kecuali permohonannya itu dikabulkan, ia tidak akan mau menerima Dia
sebagai Mesias. Sementara pembesar itu menunggu dalam
penderitaan yang penuh ketegangan,
Yesus berkata, "Jikalau tidak kamu melihat tanda-tanda
dan mukjizat, tidak juga kamu percaya."
Dengan tidak menghiraukan semua tanda bahwa Yesus itulah
Mesias, pemohon itu telah bertekad
untuk menumpukan imannya pada Tuhan atas syarat kalau
permohonannya itu dikabulkan.
Juruselamat memperbandingkan keragu-raguan ini dengan iman
yang ikhlas di pihak orang Samaria,
yang tidak meminta mukjizat atau tanda. Sabda-Nya, bukti
keilahian-Nya yang selalu nyata
mengandung suatu kuasa meyakinkan yang menjamah hati mereka.
Kristus merasa sedih karena
bangsa-Nya sendiri, yang kepadanya perkara-perkara yang suci
dipercayakan, gagal untuk mendengar suara Allah berbicara kepada mereka dalam
Anak-Nya.
Namun demikian bangsawan itu mempunyai iman sedikit sebab ia
telah datang untuk memohonkan
apa yang baginya merupakan yang terindah dari segala berkat.
Yesus mempunyai karunia yang lebih
besar untuk dianugerahkan-Nya. Ia ingin, bukan saja
menyembuhkan anak itu, tetapi juga
mengusahakan agar pembesar itu dan seluruh rumah tangganya
turut menikmati berkat-berkat
keselamatan serta menyalakan sebuah terang di Kapernaum,
yang tidak lama lagi akan menjadi
ladang pekerjaan-Nya. Tetapi bangsawan itu harus lebih
dahulu menyadari keperluannya sebelum ia
merindukan rahmat Kristus. Pegawai istana ini mewakili
banyak orang dari kalangan bangsanya.
Mereka menaruh perhatian pada Yesus karena motif yang
mementingkan diri. Mereka mengharap
hendak mendapat sesuatu keuntungan istimewa oleh kuasa-Nya,
dan mereka mempertaruhkan iman
mereka atas dikaruniakannya pertolongan jasmani ini; tetapi
mereka tidak mengetahui hal penyakit
rohani mereka, dan tidak melihat keperluan mereka akan
rahmat Ilahi.
Laksana cahaya kilat ucapan Juruselamat kepada bangsawan itu
menelanjangi hatinya. Dilihatnya
bahwa motifnya dalam mencari Yesus bersifat mementingkan
diri. Imannya yang goyah itu tampak
kepadanya dalam sifatnya yang sesungguhnya. Dalam kesedihan
yang sungguh insyaflah ia bahwa
kebimbangannya mungkin akan menyebabkan kematian anaknya
itu. Tahulah ia bahwa ia sedang
berada di hadirat Dia yang dapat membaca hati dan yang
bagi-Nya segala sesuatu mungkin adanya.
Dalam permohonan yang penuh kesedihan, ia berseru, "Ya
Tuan, marilah, turun sebelum anak
sahaya mati." Percayanya berpegang teguh pada Kristus
seperti yang diperbuat oleh Yakub, ketika
bergumul dengan seorang malaikat, ia berseru, "Aku
tidak akan membiarkan engkau pergi, jika
engkau tidak memberkati aku." Kejadian 32:26.
Seperti halnya dengan Yakub ia pun menang. Juruselamat tidak
dapat menarik diri dari jiwa yang
bergantung kepada-Nya, memohonkan keperluannya yang besar.
"Pergilah engkau,"kata-Nya;
"bahwa anakmu itu hidup." Bangsawan itu
meninggalkan hadirat Juruselamat dengan damai dan
suka cita yang belum pernah dialaminya dahulu. Bukan saja ia
percaya bahwa anaknya akan sembuh,
tetapi juga dengan keyakinan yang teguh ia percaya pada
Kristus sebagai Penebus.
Pada waktu itu juga para penjaga yang di samping anak yang
sudah hampir mati di rumah yang di
Kapernaum itu melihat perubahan yang tiba-tiba dan ajaib.
Bayang maut terangkat dari wajah
penderita itu. Wajah sakit karena demam berubah menjadi warna kemerah-merahan karena
kesehatan yang sedang pulih. Mata yang kabur menjadi
berseri-seri dengan kecerdasan, dan kekuatan
kembali kepada tubuh yang sudah lemah dan kurus kering itu.
Tidak ada tanda-tanda penyakitnya itu
lagi yang masih tinggal pada anak itu. Dagingnya yang panas
membara telah menjadi halus dan
lembut dan tertidurlah ia dengan lelapnya. Demam itu telah
meninggalkannya justru di waktu panas
terik tengah hari. Seluruh keluarganya tercengang, dan
besarlah kegirangan mereka.
Kana tidak berapa jauh dari Kapernaum sehingga pembesar itu
sebenarnya dapat juga sampai ke
rumahnya pada petang sesudah ia berbicara dengan Yesus;
tetapi ia tidak buru-buru pulang ke
rumah. Barulah besok paginya ia sampai ke Kapernaum.
Alangkah gembira suasana perjalanan
pulang ke rumah. Waktu ia pergi untuk mencari Yesus, hatinya
berat dengan duka. Sinar matahari
tampaknya kejam kepadanya, kicauan burung seperti ejekan.
Alangkah berbeda perasaannya kini!
Segenap alam mengandung segi pemandangan yang baru. Ia
melihat dengan mata yang baru. Sedang
ia berjalan pada keteduhan pagi hari, seluruh alam
seolah-olah memuji-muji Allah dengan dia.
Ketika ia masih agak jauh dari rumahnya, hamba-hamba keluar
untuk mengelu-elukan dia, ingin
hendak meringankan ketegangan yang mereka duga sudah pasti
dirasainya. Ia tidak menunjukkan
perasaan heran mendengar kabar yang mereka bawa itu, tetapi
dengan perhatian besar yang tidak
dapat mereka pahami, ia bertanya pukul berapa anak itu mulai
sembuh. Mereka menjawab,
"Kelamarin pukul satu tengah hari hilanglah
demamnya." Tepat pada saat ketika iman bapa itu berpegang teguh pada
jaminan, "Bahwa anakmu itu hidup," kasih Ilahi menjamah anak yang
sudah
hampir mati itu.
Bapa itu pun pergilah dengan buru-buru untuk menemui
anaknya. Ia memeluk dia ke dadanya seperti
seorang yang dibangkitkan dari antara orang mati, serta
mengucap syukur kepada Allah berkali-kali
atas kesembuhan yang ajaib ini.
Bangsawan itu rindu hendak mengenal Kristus lebih jauh.
Belakangan waktu ia mendengar
pengajaran-Nya, ia dan seluruh keluarganya menjadi
murid-murid-Nya. Kesukaran mereka itu telah
disucikan menjadi pertobatan seluruh keluarga itu. Berita
tentang mukjizat itu pun tersiarlah; dan
Kapernaum, di mana begitu banyak perbuatan ajaibnya yang
besar dilakukan, tersedialah jalan bagi
pekerjaan Kristus secara pribadi.
Ia yang memberkati orang bangsawan yang di Kapernaum itu
adalah serindu itu juga hendak
memberkati kita. Tetapi seperti halnya dengan bapa yang
ditimpa kemalangan itu, kita sering hendak
mencari Yesus karena kerinduan hendak mendapat sesuatu
keuntungan duniawi; dan atas
dikabulkannya permohonan kita itulah kita menaruh keyakinan
kita pada kasih-Nya. Juruselamat
rindu hendak mengaruniakan kepada kita sesuatu berkat yang
lebih besar daripada yang kita
pohonkan; dan Ia menunda jawab kepada permohonan kita itu
supaya Ia dapat menunjukkan kepada
kita keburukan hati kita, dan keperluan kita yang besar akan
rahmat-Nya. Ia merindukan supaya kita
meninggalkan sifat mementingkan diri yang menuntun kita
untuk mencari Dia. Dengan mengakui
keadaan kita yang tak berdaya dan keperluan kita yang besar,
kita harus mempercayakan diri kita
sepenuhnya kepada kasih-Nya.
Bangsawan itu ingin melihat terkabulnya permohonannya itu
lebih dahulu kemudian barulah ia mau
percaya; tetapi ia mesti menerima ucapan Yesus, bahwa
permohonannya itu didengar, serta berkat
dianugerahkan. Pelajaran ini harus kita ambil juga. Bukannya
karena kita melihat atau merasa bahwa
Allah mendengar kita, baru kita mau percaya. Kita harus
percaya pada segala janji-Nya. Apabila kita
datang kepada-Nya dalam percaya, tiap permohonan masuk ke
dalam hati Allah. Bila kita
memohonkan berkat-Nya, haruslah kita percaya bahwa kita
menerimanya, serta mengucapkan
syukur kepada-Nya bahwa kita sudah menerimanya. Kemudian
kita pergi untuk menjalankan segala
kewajiban kita, dengan merasa pasti bahwa berkat itu akan
dikaruniakan bila kita paling
memerlukannya. Setelah kita belajar berbuat demikian,
tahulah kita bahwa segala doa kita itu
dijawab. Allah akan berbuat bagi kita "dengan amat limpah," "sekedar kekayaan
kemuliaan-Nya,"
dan "perbuatan kuat-kuasa-Nya."
Pasal 21
BAITESDA DAN SANHEDRIN
MAKA di Yerusalem dekat "pintu domba" adalah suatu
kolam menurut bahasa Ibrani dinamai
Baitesda maka padanya ada lima serambi. Di serambi itu
adalah terhantar amat banyak orang sakit,
yaitu orang buta dan timpang dan lumpuh, sekaliannya
menantikan air kolam itu berkocak."
Pada saat-saat tertentu kolam ini berkocak, dan menurut
kepercayaan umum air itu berkocak oleh
suatu kuasa gaib, dan siapa yang pertama-tama meloncat ke
dalamnya selagi kolam itu berkocak, ia
akan disembuhkan dari penyakit apa saja yang dideritanya.
Beratus-ratus penderita mengunjungi
tempat itu; tetapi karena begitu banyak orang yang berebutan
bila air itu berkocak maka orang-orang
yang agak lemah sering terpijak oleh orang-orang yang agak
kuat. Banyak yang tidak dapat
menghampiri kolam itu. Banyak pula yang telah berhasil tiba
pada kolam itu tetapi telah meninggal
dunia di tepinya. Banyak tempat berteduh telah dibangunkan
di sekeliling tempat itu, agar
orang-orang sakit itu dapat terlindung dari panas pada siang
dan dingin pada malam. Ada pula yang
menunggu sepanjang malam pada
---------------
Pasal ini didasarkan atas Yohanes 5
serambi-serambi itu, merayap ke tepi kolam itu dari hari ke
hari tetapi sia-sia belaka usaha mereka
itu.
Yesus kini berada kembali di Yerusalem. Setelah Ia berasing dan
minta doa sendirian Ia datang ke
kolam itu. Ia melihat para penderita yang malang sedang
memandang dengan penuh perhatian pada
kolam itu karena pada sangka mereka hanya inilah
satu-satunya kesempatan bagi mereka untuk
sembuh. Ia rindu menyatakan kuasa-Nya dan menyembuhkan
setiap penderita ini. Tetapi hari itu
adalah hari Sabat. Orang banyak sedang menuju ke kaabah
untuk berbakti dan Ia mengetahui bahwa
penyembuhan semacam itu akan menimbulkan prasangka orang
Yahudi sehingga dapat mengakhiri
pekerjaan-Nya dengan tiba-tiba.
Tetapi Juruselamat melihat seorang yang sangat menderita. Ia
adalah seorang yang telah menjadi
lumpuh tiga puluh delapan tahun lamanya. Penyakitnya
sebenarnya sebagian besar disebabkan oleh
dosanya sendiri, dan dianggap sebagai hukuman dari Allah.
Karena sendirian dan tidak ada handai
taulan, serta merasa bahwa pintu kasihan Allah telah
tertutup baginya, sipenderita itu hidup merana
bertahun-tahun lamanya. Pada saat ia mengharap bahwa
air akan berkocak, mereka yang merasa
kasihan atas dirinya yang tidak berdaya itu menolong
mengangkat dia ke serambi kolam itu. Tetapi
pada saat air itu berkocak tidak seorang pun yang menolong
memasukkan dia ke dalam kolam itu. Ia
telah melihat air itu berkocak, tetapi malang benar, ia
tidak dapat beringsut melewati tepi kolam itu.
Orang-orang lain yang lebih kuat terjun mendahului dia. Ia
tidak dapat berlomba dengan orang
banyak yang bersifat mementingkan diri yang berebutan terjun
ke kolam. Usahanya yang tekun untuk
mencapai maksudnya, serta kecemasan dan kekecewaannya yang
terus-menerus, dengan cepat
menghabiskan tenaganya yang lagi tinggal itu.
Orang sakit itu sedang berbaring di atas tikarnya, dan
sering-sering mengangkat kepalanya melihat ke
kolam itu; pada saat itulah dengan wajah yang penuh belas
kasihan seorang membungkuk di
hadapannya, dan perkataan, "Maukah engkau
disembuhkan?" menarik perhatiannya. Harapan timbul
dalam hatinya. Ia merasa bahwa rupanya ia akan mendapat
pertolongan. Tetapi seri mukanya yang penuh harapan itu tiba-tiba menjadi suram
kembali. Ia teringat betapa seringnya ia telah berusaha
mencapai kolam itu dan kini hanya tinggal sedikit harapan
baginya untuk hidup hingga air itu
berkocak kembali. Ia berpaling dengan badan yang lemah,
seraya berkata "Ya Tuhan hamba tiada
ada orang yang membawa hamba masuk ke dalam kolam ini
apabila airnya berkocak, tetapi
sementara datang, sudah orang lain turun mendahului
hamba."
Yesus tidak meminta si penderita ini menggunakan iman
kepada-Nya. Ia hanya berkata, "Bangkitlah
engkau angkat tempat tidurmu dan berjalan."
Tetapi iman orang ini berpegang teguh pada perkataan-Nya
itu. Setiap urat saraf dan otot bergetar
dengan hayat yang baru dan tenaga hidup kembali pada
anggota-anggota tubuhnya yang lumpuh itu.
Dengan tidak ragu-ragu ia mengambil keputusan untuk menurut
perintah Kristus dan segenap
ototnya menyambut kemauannya. Setelah melompat, ia merasa
bahwa dirinya telah menjadi seorang
yang sehat kembali.
Yesus tidak memberikan kepadanya jaminan pertolongan Ilahi.
Jika orang ini telah berhenti sejenak
untuk meragu-ragukan perkataan-Nya, ia akan kehilangan
kesempatan untuk sembuh. Tetapi ia
percaya akan perkataan Kristus, dan dalam berbuat menurut
perkataan Tuhan, ia menerima kekuatan.
Melalui iman yang sama
pula kita boleh mendapat kesembuhan rohani. Oleh dosa kita telah
diceraikan dari hidup Allah. Jiwa kita pun telah menjadi
lumpuh. Dengan kekuatan kita sendiri kita
tidak sanggup hidup suci sebagaimana orang yang tidak
bertenaga itu tidak sanggup berjalan. Banyak
orang sadar akan keadaan mereka yang tidak berdaya itu, dan
merindukan suatu kehidupan rohani
yang akan menyesuaikan kehidupan mereka dengan kehendak
Allah; mereka sedang berusaha
dengan sia-sia untuk memperolehnya. Dalam keadaan putus asa
mereka berseru, "Aku manusia
celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut
ini?" Roma 7:24. Biarlah orang-orang
yang sedang dalam keadaan putus asa memandang ke atas.
Juruselamat sedang menundukkan
diri-Nya kepada mereka yang ditebus dengan darah-Nya, sambil
berkata dengan kelemah-lembutan
dan belas kasihan yang tidak terperikan, "Maukah engkau
disembuhkan?" Ia menyuruh engkau
bangkit berdiri dalam keadaan sehat dan penuh damai. Jangan
menunggu hingga engkau merasa
telah sembuh. Percayalah akan perkataan-Nya maka itu akan
digenapi. Taruhlah kehendak hatimu
pada pihak Kristus. Kehendak untuk melayani Dia, dan dalam
berbuat menurut perkataan-Nya,
engkau akan menerima kekuatan. Kebiasaan yang buruk dan hawa
nafsu apa pun sudah lama
dimanjakan dan mengikat jiwa dan tubuh kita, Kristus sanggup
dan rindu untuk melepaskannya. Ia
akan memberikan hidup kepada jiwa yang "mati mati
karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-
dosamu" Efesus 2:1. Ia akan membebaskan tawanan yang
terbelenggu oleh kelemahan dan
kemalangan dan rantai dosa.
Orang lumpuh yang telah disembuhkan itu membungkuk hendak
mengangkat tempat tidurnya, yang
hanya terdiri dari tikar dan selimut dan pada saat ia
menegakkan dirinya kembali dengan perasaan
gembira, ia melihat keliling untuk mencari Orang yang telah
menyembuhkan dia; tetapi Yesus sudah
berada di tengah orang banyak. Orang itu kuatir jangan-jangan
ia tidak akan mengenal Dia jika ia
bertemu dengan Dia kembali. Pada perjalanan pulang dengan
langkah yang tegap dan leluasa, sambil
memuji Allah, dan
bersuka-suka dalam kekuatan yang baru diperolehnya,bertemulah ia dengan
beberapa orang Parisi, dan dengan segera ia memberitahukan
pada mereka darihal kesembuhannya.
Ia sangat terkejut melihat sambutan yang dingin ketika
mereka mendengarkan penuturan ceritanya.
Dengan mengerutkan kening mereka menyela pembicaraannya, dan
bertanya mengapa ia membawa
tempat tidurnya pada hari Sabat. Dengan tegas mereka
memperingatkan kepadanya bahwa adalah
melanggar taurat memikul sesuatu pada hari Tuhan. Karena
kegirangannya orang ini telah lupa
bahwa hari itu adalah hari Sabat; tetapi ia merasa tidak
bersalah karena ia mentaati perintah seorang
yang mempunyai kuasa daripada Allah. Ia menjawab dengan
berani "Orang yang menyembuhkan aku itu, Ialah yang berkata kepadaku:
Angkatlah tempat tidurmu dan berjalan." Mereka bertanya
siapa orang itu yang telah berkata demikian, tetapi ia tidak
dapat memberitahukannya.
Penghulu-penghulu ini mengetahui dengan jelas bahwa hanya
Seorang yang telah menunjukkan
diri-Nya sanggup mengadakan mukjizat ini; tetapi mereka
mengingini bukti yang nyata bahwa ialah
Yesus, agar mereka dapat menuduh Dia sebagai seorang
pelanggar Sabat. Pada penilaian mereka Ia
bukan saja telah melanggar hukum karena menyembuhkan orang
sakit pada hari Sabat, tetapi juga
telah melakukan suatu kecemaran karena menyuruh dia memikul
tempat tidurnya.
Orang Yahudi sudah sangat memutar balikkan arti taurat itu,
sehingga mereka menjadikannya suatu
kuk perhambaan. Segala tuntutan mereka yang tidak berarti
telah menjadi buah mulut di kalangan
bangsa-bangsa lain. Secara istimewa Sabat itu dipagari
dengan segala macam larangan yang tidak
masuk akal. Bagi mereka hari itu bukan lagi menjadi suatu
hari kesukaan, yang patut disucikan bagi
Tuhan, yang harus dihormati. Katib-katib dan orang Parisi
telah menjadikan pemeliharaan hari itu
suatu beban yang tidak mengenal ampun. Seorang Yahudi tidak
diijinkan menyalakan api atau
memasang lilin pada hari Sabat. Sebagai akibatnya banyaklah
orang Yahudi yang bergantung pada
orang kapir untuk melakukan pekerjaan yang tidak dapat
mereka lakukan sendiri karena dilarang
oleh peraturan itu. Mereka tidak mau memikirkan bahwa jika
perbuatan ini adalah dosa, mereka
yang menyuruh orang lain melakukannya, sama bersalah seperti
mereka sendiri telah melakukan
pekerjaan itu. Mereka merasa bahwa keselamatan itu hanya
terbatas pada orang Yahudi, dan keadaan
semua orang lain, yang tidak berpengharapan lagi tidak dapat
menjadi lebih buruk. Tetapi Allah
tidak memberikan hukum-hukum yang tidak dapat diturut oleh
semua orang. Hukum-hukum-Nya
tidak membenarkan larangan yang tidak masuk akal atau
bersifat mementingkan diri.
Di dalam kaabah, Yesus bertemu dengan orang yang telah
disembuhkan-Nya itu. Orang itu datang
untuk membawa korban karena dosa dan juga persembahan syukur
karena rahmat yang besar yang
telah diperolehnya. Ketika Yesus melihat dia di antara orang
banyak itu, Yesus pun memperkenalkan
diri-Nya, dengan perkataan amaran, "Perhatikanlah
baik-baik engkau sudah sembuh; jangan berbuat
dosa lagi, supaya jangan engkau kena barang yang lebih
dahsyat pula."
Orang yang telah disembuhkan itu sangat bersuka karena
bertemu kembali dengan Pelepasnya.
Dengan tidak mengetahui akan permusuhan terhadap Yesus, ia
telah memberitahukan pada orang
Parisi yang telah bertanya padanya dulu, bahwa inilah Dia
yang telah menyembuhkan dia. "Maka
itulah sebabnya orang Yahudi pun menganiayakan Yesus, yaitu
karena Ia memperbuat perkara itu
pada hari Sabat."
Yesus dibawa menghadap Sanhedrin untuk menjawab tuduhan
karena pelanggaran akan hari Sabat.
Jika pada saat ini bangsa Yahudi telah menjadi suatu bangsa
yang merdeka, maka tuduhan yang
semacam itu tentu akan menguatkan maksud mereka untuk
membunuh Dia. Tetapi oleh karena
mereka masih di bawah kekuasaan Rom, maka maksud ini
terhalang. Orang Yahudi tidak
mempunyai kuasa untuk menjatuhkan hukuman yang besar dan
tuduhan yang dibawa mereka itu
untuk menentang Kristus tidaklah berat pada pengadilan Rom.
Tetapi ada pula tujuan lain yang
mereka harapkan untuk dicapai. Mengenai usaha mereka untuk
menentang pekerjaannya, Kristuslah
yang telah menang hingga di Yerusalem pun pengaruh-Nya
adalah lebih besar daripada pengaruh
mereka itu. Orang banyak yang tidak tertarik oleh pidato
rabbi-rabbi itu telah tertarik oleh
pengajaran-Nya. Mereka dapat memahami perkataan-Nya, dan
hati mereka itu pun dikuatkan dan
mendapat penghiburan. Ia menyatakan bahwa Allah itu bukanlah
sebagai seorang hakim yang
bengis, tetapi sebagai seorang bapa yang lemah lembut, dan
dinyatakan-Nya pula bahwa peta Allah
itu adalah sebagai yang dicerminkan di dalam diri-Nya.
Perkataan-Nya adalah bagaikan minyak
parem yang menyembuhkan roh yang luka. Baik perkataan-Nya
mau pun perbuatan kasihan-Nya
kedua-duanya telah memecahkan tradisi lama dan hukum-hukum
buatan manusia dan telah mengemukakan cinta Allah di dalam kesempurnaannya yang
tidak terhingga itu.
Di dalam salah satu nubuatan yang mula-mula tentang Kristus,
telah tersurat "Tongkat kerajaan tidak
akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari
antara kakinya, sampai dia datang
yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk
bangsa-bangsa." Kejadian 49:10.
Orang banyak sedang berkumpul mengerumuni Kristus. Hati
orang banyak yang menaruh simpati
telah menerima ajaran cinta dan perbuatan baik yang
bertentangan dengan upacara yang kaku yang
dituntut oleh imam-imam. Jikalau imam-imam dan rabbi-rabbi
tidak akan mencegahnya, maka
pengajaran-Nya itu akan dapat mengadakan suatu perubahan
yang belum pernah disaksikan oleh
dunia. Tetapi untuk mempertahankan kekuasaan mereka sendiri,
pemimpin-pemimpin ini
mengambil suatu keputusan untuk menghancurkan pengaruh
Yesus. Tuduhan mereka itu di hadapan
Sanhedrin; dan ajaran-Nya yang mengutuk yang diberikan di
hadapan umum akan membantu
menghasilkan niat hati mereka; karena orang banyak masih
mempunyai penghargaan yang besar
terhadap pemimpin-pemimpin mereka. Siapa yang berani
mengutuk akan tuntutan-tuntutan rabbi,
atau coba meringankan beban yang mereka telah berikan pada
orang banyak, mereka akan dianggap
sebagai orang-orang yang bersalah, dan bukan hanya sebagai penghujatan tetapi sebagai
pengkhianatan. Atas dasar inilah rabbi-rabbi mengharap untuk
merangsang perasaan curiga terhadap
Kristus. Mereka menuduh Dia seakan-akan Ia berusaha untuk
merombak adat istiadat yang telah ada,
yang dapat menyebabkan perpecahan di antara orang banyak,
dan menyediakan jalan untuk
penaklukan yang mutlak oleh orang Roma.
Tetapi rencana yang sedang dikerjakan oleh rabbi-rabbi
dengan rajinnya berasal dari majelis lain
selain daripada Sanhedrin. Setelah setan gagal mengalahkan
Kristus di padang belantara, ia
mengerahkan seluruh tentaranya untuk melawan Dia di dalam
pekerjaan-Nya, dan jika mungkin
untuk mematahkan pekerjaan-Nya. Ia telah mengambil keputusan
bahwa apa yang tidak dapat
diselesaikannya oleh usaha pribadi yang langsung, ia akan menyerangnya dengan secara
strategis.
Segera setelah ia mengalami kekalahan di padang belantara,
maka dalam rapat dengan segala
tentaranya ia mematangkan rencananya untuk tetap membutakan
pikiran bangsa Yahudi agar mereka
tidak akan rnengenal Penebus mereka. Ia bermaksud bekerja
melalui alat-alat manusia di dalam
dunia agama, oleh memasukkan pada mereka itu roh permusuhan
untuk menentang pahlawan
kebenaran. Ia bermaksud memimpin manusia untuk menolak
Kristus dan menjadikan hidup-Nya
sepahit-pahitnya, agar dapat mengecewakan Dia di dalam
pekerjaan-Nya. Dan orang Israellah yang
menjadi perkakas setan dalam peperangan-Nya melawan
Juruselamat.
Yesus telah datang untuk "memberi pengajaran-Nya yang
besar dan mulia." Ia tidak mengurangi
keagungannya, melainkan telah meninggikannya. Alkitab
berkata, "Ia sendiri tidak akan menjadi
pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan
hukum di bumi," Yesaya 42:21, 4. Ia
telah datang untuk membebaskan Sabat daripada
tuntutan-tuntutan yang berat yang telah menjadikan
Sabat itu suatu kutuk gantinya suatu berkat.
Oleh karena inilah Ia telah memilih Sabat itu untuk
mengadakan penyembuhan di kolam Baitesda. Ia
sebenarnya dapat menyembuhkan orang sakit itu pada hari-hari
lain dalam minggu itu; atau Ia hanya
dapat menyembuhkan dia, tanpa menyuruh dia membawa tempat
tidurnya. Tetapi hal ini tidak akan
memberikan Dia kesempatan yang dirindukan-Nya. Suatu maksud
yang bijaksana terdapat dalam
tiap-tiap tindak tanduk kehidupan Kristus di atas dunia ini.
Segala sesuatu yang diperbuat-Nya
semuanya penting baik dalam bentuknya mau pun pengajarannya.
Di antara orang-orang yang
menderita di kolam Baitesda itu, Ia telah memilih suatu
keadaan yang paling buruk atasnya Ia dapat
menyatakan kuasa-Nya untuk menyembuhkan, dan maksud-Nya
menyuruh orang itu membawa
tempat tidurnya melalui kota ialah untuk memashurkan
pekerjaan besar yang telah dilakukan atas
diri orang ini. Karena hal ini akan menimbulkan pertanyaan
apakah perbuatan ini layak dilakukan pada hari Sabat dan akan membuka jalan
bagi-Nya untuk merombak segala larangan orang Yahudi
mengenai hari Tuhan, dan menyatakan kesia-siaannya segala
tradisi mereka itu.
Yesus berkata kepada mereka itu bahwa pekerjaan melepaskan
orang yang menderita itu adalah
sesuai dengan hukum hari Sabat itu. Sesuai pula dengan
pekerjaan malaikat-malaikat Allah, yang
senantiasa naik turun antara surga dan bumi ini, melayani
manusia yang menderita. Yesus berkata:
"Bapaku bekerja sampai sekarang ini, dan aku pun
bekerja juga." Segala hari adalah
kepunyaan
Allah, hari-hari mana untuk melaksanakan rencana-Nya bagi
bangsa manusia. Jikalau interpretasi
orang Yahudi mengenai hukum itu benar, maka Yehova itu
salah, dalam pekerjaan-Nya
menghidupkan dan menetapkan segala makhluk hidup pada saat
Ia meletakkan alasan bumi ini; dan
juga Ia yang telah berkata bahwa pekerjaan-Nya itu baik
adanya, dan telah mendirikan Sabat itu
sebagai suatu peringatan seharusnya menghentikan segala
pekerjaan-Nya yang berarti pula
menghentikan rutine semesta alam ini.
Haruskah Allah
melarang matahari melakukan pekerjaannya pada hari Sabat, memutuskan
cahayanya untuk memanaskan bumi ini dan menghidupkan tumbuh-tumbuhan.
Haruskah sistim
dunia ini berdiam sepanjang hari yang suci ini? Haruskah Ia
memerintahkan segala mata air jangan
mengalirkan air kepada ladang-ladang dan hutan-hutan dan
melarang ombak-ombak lautan
menghentikan pasang surutnya? Haruskah gandum dan jagung itu
berhenti bertumbuh? Haruskah
pohon-pohon dan kembang-kembang jangan mengeluarkan putik
atau kembang pada hari Sabat?
Jika hal-hal ini terjadi, maka manusia tidak akan mendapat
hasil bumi dan berkat-berkat yang
diingini. Alam harus melanjutkan tugasnya yang tidak
berubah-ubah itu. Allah tidak dapat sedikit
pun menghentikan tangan-Nya, kalau tidak manusia itu akan
pingsan dan mati. Maka manusia pun
mempunyai suatu pekerjaan yang patut dilakukan pada hari
ini. Kebutuhan hidup harus tetap
diteruskan, orang sakit patut dirawat, keperluan orang yang
berkekurangan harus disediakan. Ia
dianggap bersalah jika tidak menolong orang-orang yang
menderita pada hari Sabat. Hari perhentian
Allah yang suci telah dijadikan bagi manusia, dan perbuatan kebajikan
adalah sesuai dengan maksud
hari itu. Allah tidak mengingini makhluk kejadian-Nya
menderita kesakitan yang dapat disembuhkan
pada hari Sabat atau pada hari yang lain.
Tuntutan Allah bagi hari Sabat adalah lebih besar daripada
hari-hari yang lain. Umat-Nya harus
meninggalkan pekerjaan yang biasa, dan menggunakan waktu itu
untuk merenung dan berbakti.
Mereka memohon kebaikan lebih daripada-Nya pada hari Sabat
daripada hari-hari yang lain. Mereka
menuntut perhatian-Nya yang istimewa. Mereka merindukan
berkat-berkat-Nya yang istimewa.
Allah tidaklah menunggu hingga Sabat itu lalu, barulah Ia
mengabulkan permohonan ini. Pekerjaan
surga tidak pernah berhenti, dan manusia tidak patut
berhenti dari pekerjaan berbuat baik. Sabat itu
bukanlah dimaksudkan untuk menjadi suatu waktu untuk
pekerjaan yang tidak berguna. Taurat
melarang pekerjaan badani pada hari perhentian Tuhan;
pekerjaan mencahari nafkah haruslah
berhenti; tidak ada pekerjaan bagi kesenangan, atau
keuntungan dunia ini yang diizinkan pada hari
itu, tetapi sebagaimana Allah telah berhenti dari
pekerjaan-Nya menjadikan, dan berhenti pada hari
Sabat dan memberkati hari itu, begitu pula manusia harus
meninggalkan pekerjaan hidup setiap hari,
dan mengabdikan tiap jam yang suci itu untuk perhentian yang
sehat, berbakti, dan melakukan
perbuatan yang suci. Pekerjaan Kristus menyembuhkan orang
sakit adalah sesuai dengan taurat.
Karena perbuatan itu adalah menghormati akan hari Sabat.
Yesus mengaku hak-hak yang sama dengan Allah di dalam
melakukan suatu pekerjaan yang sama
sucinya, dan tabiat yang sama yang menghubungkan Dia dengan
Bapanya yang di dalam surga.
Tetapi orang-orang Parisi masih juga marah. Karena menurut
pengertian mereka Ia bukan saja
melanggar taurat, tetapi juga menyebut Allah "adalah
Bapa-Nya." Yohanes 5:18, yang menyatakan
bahwa Ia sama dengan Allah. Seluruh bangsa Yahudi menyebut
Allah itu Bapa mereka, oleh sebab itu mereka tidak menjadi begitu
marah, jika Kristus telah kemukakan diri-Nya dalam hubungan yang
sama dengan Allah. Tetapi
mereka menuduh Dia telah menghujat, menunjukkan bahwa mereka
memahami Dia mengadakan
pengakuan ini dalam pengertian yang tertinggi.
Musuh-musuh Kristus ini tidak mempunyai jawaban untuk
menghadapi kebenaran yang telah
dikemukakan-Nya, yang telah menyentuh hati mereka. Mereka
hanya dapat menyebut adat istiadat
dan tradisi mereka dan hal ini nampaknya lemah dan mati bila
dibandingkan dengan alasan-alasan
yang Yesus tarik dari firman Allah dan peredaran alam yang
tetap. Jikalau rabbi-rabbi itu telah
mempunyai perasaan untuk menerima terang, maka mereka akan
sadar bahwa Yesus telah berkata
tentang kebenaran. Akan tetapi mereka telah menghindari
hal-hal yang telah dikemukakan-Nya
mengenai Sabat, dan berusaha untuk menimbulkan amarah untuk
menentang Dia karena Ia telah
mengakui diri-Nya sama dengan Allah. Penghulu-penghulu itu
menjadi sangat marah. Kalau mereka
tidak takut akan orang banyak, maka imam-imam dan
rabbi-rabbi itu telah membunuh Yesus di
tempat dan di saat itu juga. Tetapi perasaan yang
mengagung-agungkan perbuatan baik-Nya dari
orang banyak itu sangatlah besar. Banyak yang mengenal Yesus
sebagai seorang sahabat yang telah
menyembuhkan penyakit mereka dan memberi penghiburan dalam
kesusahan mereka, sebab itu
mereka membenarkan penyembuhan-Nya akan orang yang menderita
itu di kolam Baitesda. Oleh
karena itu terpaksalah pemimpin-pemimpin Yahudi menahan
kebencian mereka.
Yesus menolak tuduhan
mereka bahwa la menghujat. Kuasa-Ku, kata-Nya, untuk melakukan
pekerjaan yang kamu tuduh itu, adalah menunjukkan bahwa
Akulah Anak Allah, satu dengan Dia di
dalam keadaan, kehendak, dan maksud. Dalam pekerjaan-Nya
menjadikan dan memelihara saya
bekerjasama dengan Allah. "Anak itu tiada boleh
melakukan barang sesuatu menurut kehendaknya
sendiri, melainkan Ia melihat Bapa itu berbuat."
Imam-imam dan rabbi-rabbi sedang memperdaya
atau mempersulit Anak Allah kepada pekerjaan yang oleh-Nya
Ia telah diutus ke dalam dunia ini.
Oleh dosa-dosa mereka, maka mereka telah menceraikan diri
dari Allah dan dalam kesombongan,
mereka sedang berusaha untuk bertindak sendiri tanpa Dia.
Mereka merasa bahwa diri mereka sudah
cukup dalam segala sesuatu dan tidak memerlukan lagi suatu
hikmat yang lebih tinggi untuk
memimpin perbuatan mereka. Tetapi Anak Allah telah
menyerahkan diri-Nya kepada kehendak
Allah dan bergantung atas kuasa-Nya. Kristus sangat
mengosongkan diri-Nya sehingga Ia tidak
mengadakan rencana lain bagi diri-Nya. Ia menerima rencana
Allah bagi-Nya dan tiap hari Bapa
menyatakan rencana-Nya. Oleh sebab itu, patutlah kita
bergantung kepada Allah, agar hidup kita
boleh menjadi tempat pelaksanaan yang sederhana bagi
kehendak-Nya.
Ketika Musa hendak membangunkan sebuah baitul mukadis
sebagai tempat bagi kediaman Allah, ia
telah diperintah untuk melakukan segala perkara menurut
teladan yang telah ditunjukkan kepadanya
di atas gunung. Musa dengan semangat mengerjakan pekerjaan
Allah; orang-orang yang paling
bertalenta dan yang sangat cakap telah dipilih untuk
menjalankan rencananya. Tetapi ia tidak boleh
membuat sebuah lonceng, atau buah delima, utas tali,
rambu-rambu tirai atau bejana apa pun dalam
kaabah itu, selain daripada teladan yang telah ditunjukkan
kepadanya. Allah telah memanggil dia ke
atas gunung, dan menunjukkan kepadanya perkara-perkara
surga. Tuhan telah menyalut dia dengan
kemuliaan-Nya sendiri, agar ia dapat melihat teladan itu dan
menurut teladan itulah segala sesuatu
telah diperbuatnya. Jadi kepada bani Israel yang
diingini-Nya untuk dijadikan tempat kediaman-Nya,
Ia telah menyatakan keluhuran tabiatnya yang mulia. Teladan
yang ditunjukkan kepada mereka itu di
atas gunung bila sepuluh hukum itu diberikan di gunung
Sinai, dan bila Tuhan lalu di hadapan Musa
dan berseru: "Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan
pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan
setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada
beribu-ribu orang, yang mengampuni
kesalahan, pelanggaran dan dosa." Keluaran 34:6, 7.
Tetapi bani Israel telah memilih jalan
mereka sendiri. Mereka telah membangun tidah menurut
teladan; tetapi Kristus, kaabah yang benar bagi tempat
kediaman Allah itu, telah membentuk seluk
beluk hidup-Nya yang terkecil pun di atas dunia ini sesuai
dengan cita-cita Allah. Ia berkata, "Aku
suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam
dadaku." Mazmur 40:8. Oleh
sebab itu tabiat kita harus dibangunkan "untuk menjadi
suatu tempat kediaman Allah oleh Rohnya."
Dan kita patut "turut dibangunkan menjadi tempat
kediaman Allah, di dalam Roh" "karena
Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan
teladan bagimu, supaya kamu
mengikuti jejak-Nya." Efesus 2:22; Ibrani 8: 5; I
Petrus 2:21.
Perkataan-perkataan Kristus menandaskan bahwa kita patut
menganggap diri kita sebagai suatu
ikatan yang tidak dapat dipisahkan daripada Bapa di dalam
surga. Apa saja kedudukan kita, kita patut
bergantung kepada Allah, karena segala nasib ada di tangan-Nya.
Ia telah menetapkan pekerjaan kita
dan telah menyediakan kita dengan kesanggupan dan alat-alat
bagi pekerjaan itu. Selama kita
menyerahkan kehendak kita kepada Allah, dan menaruh harap
kepada kekuatan dan hikmat-Nya,
kita akan dipimpin ke jalan yang aman, untuk menggenapi
bahagian kita yang telah ditentukan di
dalam rencana-Nya yang
besar itu. Tetapi seorang yang bergantung hanya pada kepintaran dan
kuasanya sendiri akan menceraikan dirinya daripada Allah.
Gantinya bekerja sama dengan Kristus, ia
sedang menggenapi rencana musuh Allah dan manusia.
Seterusnya Juruselamat berkata: "Karena barang apa yang
diperbuat oleh Bapa, itu juga diperbuat
oleh Anak itu.... Karena sama seperti Bapa membangkitkan
segala orang mati, sambil menghidupkan
dia, demikian juga Anak itu menghidupkan pula barang siapa
yang dikehendakinya." Orang Saduki
percaya bahwa tidak ada kebangkitan tubuh; tetapi Yesus
berkata kepada mereka itu bahwa salah
satu pekerjaan yang terbesar dari Bapa-Nya ialah
membangkitkan orang mati, dan bahwa Ia sendiri
mempunyai kuasa untuk melakukan pekerjaan yang sama.
"Karena ketikanya akan datang dan
sekarang ini ada juga, bahwa segala orang yang mati akan
mendengar suara Anak Allah dan orang
yang mendengar itu akan hidup." Orang Parisi percaya
pada kebangkitan orang mati. Kristus
menyatakan bahwa sampai saat ini kuasa yang memberikan hidup
kepada orang mati berada di
antara mereka, dan mereka harus melihat kenyataannya. Kuasa
kebangkitan sama yang memberikan
kehidupan kepada jiwa yang "mati karena
pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu." Efesus 2:1.
Roh kehidupan di dalam Kristus Yesus, "Kuasa
kebangkitannya, membebaskan manusia dari hukum
dosa dan maut itu." Kerajaan kejahatan diruntuhkan, dan
melalui iman jiwa dipelihara dari dosa. Ia
yang membuka hatinya bagi Roh Kristus akan mendapat bahagian
dalam kuasa yang hebat itu yang
akan membangkitkan tubuhnya dari dalam kubur.
Seorang Nazaret yang rendah menyatakan keagungannya yang
sebenarnya. Ia naik tinggi melebihi
kemanusiaan, membuang segala samarant dosa dan malu, dan
tegak berdiri sebagai seorang malaikat
agung, sebagai Anak Allah, seorang yang bersama Khalik
semesta alam. Para pendengar-Nya
tercengang. Tidak seorang yang pernah berkata sebagai Dia
atau yang membawa dirinya yang
seagung Dia. Ucapan-Nya terang dan jelas, menyatakan
pekerjaan-Nya, dan kewajiban dunia ini.
"Karena Bapa itu tiada menghukumkan seorang jua pun,
melainkan Ia telah menyerahkan segala
hukum itu kepada Anak itu; supaya sekalian orang menghormati
Anak itu sama seperti Ia
menghormati Bapa juga. Siapa yang tidak menghormati Anak
itu, samalah juga tiada menghormati
Bapa yang menyuruhkan
Dia.... Karena sama seperti Bapa itu menaruh hidup di dalam diri-Nya,
demikian juga dikaruniakannya kepada Anak itu menaruh hidup
di dalam diri-Nya."
Imam-imam dan penghulu-penghulu telah menganggap diri mereka
itu sebagai hakim, yang
menghakimkan pekerjaan Kristus, tetapi Ia memberitahukan
bahwa Ia sendiri adalah hakim mereka
itu, dan hakim dunia ini. Dunia ini telah diserahkan kepada
Kristus dan melalui Dia telah datang
segala berkat daripada Allah pada bangsa manusia yang telah
jatuh itu. Ia adalah Penebus sebelum penjelmaan-Nya. Segera setelah ada dosa,
maka telah ada seorang Juruselamat. Ia telah memberikan
terang dan hidup pada segala manusia, dan sesuai dengan
terang yang diberikan itu, masing-masing
akan diadili. Ia yang telah memberikan terang, Ia yang telah
mengikuti jiwa-jiwa dengan cara yang
lemah lembut, berusaha untuk menarik mereka itu dari dosa
datang kepada kesucian, adalah
Pembela dan juga Hakim. Dari permulaan pergumulan besar di
surga, Setan telah mempertahankan
alasan-alasannya oleh penipuan; dan Kristus sedang bekerja
untuk membuka tipu dayanya dan
menghancurkan kekuasaannya. Maka Ia yang telah menghadapi
penipuan dan sepanjang zaman
berusaha bergumul untuk menyentak tawanan-tawanan dosa dari
genggamannya, Ia juga yang akan
menjatuhkan hukuman pada tiap-tiap jiwa.
Dan Allah "telah menyerahkan kuasa pada-Nya akan
melakukan hukuman, sebab Ia itulah Anak
manusia adanya." Oleh karena Ia telah merasai segala
kepahitan penderitaan dan pencobaan
manusia, dan mengerti akan kelemahan dan dosa manusia; karena
kita, dengan gagah Ia telah
melawan penggodaan Setan, dan dengan adil dan lemah lembut
ia akan memperlakukan jiwa-jiwa
yang telah mengakibatkan tertumpahnya darah-Nya untuk
menyelamatkan mereka itu oleh karena
ini, Anak manusia ditentukan untuk menjalankan pehukuman.
Tetapi pekerjaan Kristus bukanlah untuk menghukum, melainkan
untuk menyelamatkan. "Sebab
Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk
menghakimi dunia, melainkan untuk
menyelamatkannya oleh Dia." Yohanes 3:17. Dan di hadapan Sanhedrin Yesus berkata,
"Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan
percaya kepada Dia yang mengutus Aku,
ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab
ia sudah pindah dari dalam maut ke
dalam hidup". Yohanes 5:24.
Memohon agar pendengar-pendengar-Nya jangan heran, Kristus
telah membuka di hadapan mereka
itu dengan pandangan yang lebih luas akan rahasia masa
depan. "Sebab saatnya akan tiba, bahwa
semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya,
dan mereka yang telah berbuat baik
akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi
merekayang telah berbuat jahat akan bangkit
untuk dihukum." Yohanes 5:28, 29.
Jaminan hidup masa depan ini, yang telah lama
dinanti-nantikan oleh orang Yahudi, dan telah
diharapkan untuk diterima pada waktu kedatangannya Mesias.
Satu-satunya cahaya yang dapat
menerangi kegelapan kubur, sedang bersinar di hadapan mereka
itu. Tetapi mereka dibutai oleh
perasaan cinta diri. Yesus telah melanggar akan tradisi
rabbi-rabbi, dan tidak menghormati lagi akan
kekuasaan mereka; maka itulah sebabnya mereka tidak percaya.
Waktu, tempat, peristiwa, dan tegangnya perasaan yang
menguasai orang banyak itu, semuanya
digabungkan untuk menjadikan perkataan Yesus di hadapan
Sanhedrin itu sangat berkesan.
Pimpinan agama tertinggi dalam bangsa itu berusaha untuk
membunuh Dia yang menyatakan
diri-Nya sebagai pembangun bangsa Israel. Tuhan Hari Sabat
diadili di hadapan pengadilan duniawi
untuk menjawab tuduhan karena telah melanggar hukum Hari
Sabat. Apabila dengan berani Ia
menyatakan pekerjaan-Nya, hakim-hakim memandang kepada-Nya
dengan keheranan dan
kemarahan; tetapi perkataan-Nya tidak dapat dijawab. Mereka
tidak dapat menghukum Dia. Ia
menolak hak imam-imam dan rabbi-rabbi untuk bertanya
pada-Nya, atau mencampuri
pekerjaan-Nya. Mereka tidak mendapat kekuasaan seperti itu.
Pengakuan mereka itu didasarkan atas
kesombongan dan kecongkakan. Ia menolak akan kesalahan
menurut tuduhan mereka, atau diajar
oleh mereka itu.
Gantinya Ia meminta maaf atas perbuatan-Nya karenanya Ia
diperintahkan untuk menjelaskan
alasan-Nya dalam berbuat itu, Yesus telah membalikkan hal
itu kepada penghulu-penghulu, rnaka
yang dituduh telah menjadi penuduh. Ia telah menegur mereka
karena kekerasan hati mereka, dan
kebodohan mereka mengenai Alkitab. Ia berkata bahwa mereka
itu telah menolak Dia yang telah diutus oleh Allah. "Kamu menyelidiki
Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya
kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab
Suci itu memberi kesaksian tentang
Aku." Yohanes 5:39.
Dalam tiap-tiap halaman, baik sejarah, atau ajaran, atau
nubuatan, Perjanjian Lama disinari oleh
kemuliaan Anak Allah. Sebegitu jauh sebagai suatu lembaga
Ilahi seluruh peraturan Yahudi adalah
himpunan nubuatan Injil. Kepada Kristus "segala
nabi-nabi pun menyaksikan." Kisah 10:43. Dari
perjanjian yang diberikan kepada Adam, sampai kepada
bapa-bapa dan orang percaya terang surga
yang mulia itu adalah menjelaskan jejak-jejak Penebus. Orang
Majus melihat Bintang di Betlehem,
Silo akan datang, sementara perkara-perkara masa depan lalu
di hadapan mereka itu dalam suatu
cara yang misterius. Dalam tiap pengorbanan, kematian
Kristus ditunjukkan. Dalam tiap asap dupa,
kebenaran-Nya naik. Dalam tiap bunyi trompet, nama-Nya yang
dibunyikan. Dalam kehebatan
tempat yang suci dari yang maha suci, di sana kemuliaan-Nya
berdiam.
Orang Yahudi memiliki Kitab Suci, dan menyangka bahwa dengan
pengetahuan mereka secara luar
saja, mereka telah beroleh hidup yang kekal. Tetapi Yesus
berkata, "Firman-Nya pun tiada kamu
pegang di dalam hatimu." Dengan menolak perkataan
Kristus, mereka menolak diri Yesus sendiri.
"Tetapi tiada kamu mau datang kepadaku supaya kamu
beroleh hidup," kata-Nya.
Para pemimpin Yahudi telah mempelajari ajaran nubuatan
mengenai kerajaan Mesias; tetapi mereka
telah berbuat hal ini bukan dengan kerinduan yang
sungguh-sungguh untuk mengetahui kebenaran,
tetapi dengan maksud untuk mencari bukti untuk
mempertahankan harapan mereka.Bila Kristus
telah datang dalam cara yang bertentangan dengan harapan
mereka, maka mereka tidak menerima
Dia; dan untuk membenarkan diri mereka itu, mereka coba
membuktikan bahwa Ia adalah seorang
penipu. Sekali mereka telah meletakkan kaki mereka di atas
jalan ini, maka mudahlah bagi setan
untuk menguatkan perlawanan mereka terhadap Kristus.
Perkataan-perkataan yang sepatutnya
diterima sebagai bukti Keilahian-Nya, telah diputarkan untuk
melawan Dia. Dengan jalan ini mereka
merobah kebenaran Allah itu kepada dusta, dan makin langsung
Juruselamat berkata pada mereka
dalam pekerjaan kasihan-Nya, makin tegas mereka menolak
terang itu.
Yesus berkata, "Aku ini menerima kehormatan bukannya
daripada pihak manusia." Bukannya
pengaruh Sanhedrin, atau kuasa mereka yang
dirindukan-Nya. Ia tidak akan menerima kehormatan dari
persetujuan mereka. Ia disirami dengan
kehormatan dan kuasa dari surga. Jikalau Ia mengingini
kehormatan itu, maka malaikat-malaikat
akan datang untuk menghormati Dia; dan Allah Bapa pun akan
menyatakan kembali Keilahian-Nya.
Tetapi untuk kepentingan mereka itu, dan kepentingan
bangsanya, di mana mereka adalah sebagai
pemimpin-pemimpinnya, Ia mengingini agar penghulu Yahudi
akan melihat tabiat-Nya dan
menerima berkat-berkat yang dibawa-Nya kepada mereka itu.
"Aku ini datang dengan Nama Bapaku, tetapi tiada kamu
menerima Aku; jikalau seorang lain datang
dengan namanya sendiri tentu kamu menerima dia." Yesus
telah datang dengan kuasa Allah,
membawa peta-Nya, menggenapi firman-Nya, dan mencahari
kemuliaan-Nya, tetapi Ia tidak
diterima oleh para pemimpin Israel; tetapi bila orang lain
akan datang dengan memakai nama
Kristus, tetapi menurut kemauan mereka sendiri dan mencahari
kemuliaan mereka sendiri, mereka
akan diterima. Dan mengapa? Karena ia yang mencahari
kemuliaannya sendiri biasanya disambut
baik oleh roh kerinduan meninggikan dirinya lebih dari orang
lain. Hal-hal inilah yang disetujui oleh
orang banyak. Mereka menerima guru palsu karena memuja akan - kesombongan mereka itu dan
meninggikan pendapat dan tradisi mereka yang dibanggakan
itu. Tetapi ajaran Kristus tidaklah sesuai
dengan pendapat mereka itu. Ajaran itu bersifat rohani, dan
menuntut penyangkalan diri; oleh sebab
itu mereka tidak menerima ajaran itu. Mereka tidak kenal
akan Allah, dan bagi mereka itu suara-Nya
melalui Kristus adalah sebagai suara seorang asing. Bukankah
hal yang sama pula telah terulang pada zaman kita ini? Bukankah banyak orang
sampai
kepada para pemimpin agama sedang mengeraskan hati mereka
itu dalam menentang akan Roh Suci
sehingga mereka tidak lagi mengenal akan suara Allah?
Bukankah mereka itu sedang menolak akan
firman Allah, agar mereka dapat memelihara akan tradisi
mereka itu sendiri?
"Jikalau kamu percaya akan Musa," kata Yesus,
"tentu juga kamu percaya akan Daku karena ia
menulis tentang Aku. Tetapi jikalau tiada kamu percaya akan segala Kitab Musa, bagaimanakah
kelak kamu percaya akan perkataan-Ku?" Kristuslah yang
telah berkata kepada orang Israel melalui
Musa. Jika mereka telah mendengar akan suara Ilahi yang
berkata melalui pemimpin besar mereka,
mereka akan mengenal suara
itu dalam ajaran Kristus. Jikalau mereka telah percaya akan Musa,
mereka harus tetap percaya akan Dia yang telah disuratkan
oleh Musa.
Yesus telah mengetahui bahwa imam-imam dan rabbi-rabbi
berniat untuk membunuh Dia; tetapi
dengan jelas Ia telah menerangkan kepada mereka itu tentang
persatuan-Nya dengan Bapa, dan
hubungan-Nya dengan dunia ini. Mereka melihat bahwa tuduhan
mereka itu terhadap Dia tidak
beralasan sama sekali, tetapi kebencian dalam hati mereka
itu belum juga padam. Mereka menjadi
takut, bila mereka menyaksikan kuasa yang besar berada dalam
pekerjaan-Nya; tetapi mereka tetap
menolak panggilan-Nya, dan menutup diri mereka dalam
kegelapan.
Secara nyata mereka telah gagal untuk meruntuhkan kekuasaan
Yesus, atau menarik penghargaan
dan perhatian orang
banyak yang mana terbanyak dari orang-orang itu telah digerakkan oleh
firman-Nya. Penghulu-penghulu itu sendiri telah merasa
sangat takut bila Ia menyatakan kesalahan
yang bersarang dalam angan-angan hati mereka; tetapi hal ini
hanyalah menjadikan mereka
bertambah ganas melawan Dia. Mereka berniat akan membunuh
Dia. Mereka mengirim utusan ke
seluruh negeri untuk menghasut orang untuk menentang Yesus
sebagai seorang Penipu. Mata-mata
telah dikirim untuk mengamat-amati Dia dan melaporkan apa
yang telah dikatakan dan
diperbuat-Nya. Juruselamat yang indah kini agak lebih jelas
sedang berdiri di bawah bayangan salib. Pasal 22
PEMENJARAAN DAN KEMATIAN YOHANES
YOHANES PEMBAPTIS adalah seorang yang mula-mula mewartakan
tentang kerajaan Kristus, dan
ia pula yang mula-mula mengalami penderitaan. Dari alam
padang belantara yang terbuka sampai
kepada khalayak ramai yang bergantung pada perkataannya,
kini ia tertutup dalam lubang goha
tahanan. Ia telah menjadi seorang tawanan dalam benteng
Herodes Antipas. Di daerah timur Yarden
yang termasuk dalam kekuasaan Antipas, tempat di mana ia
banyak bekerja. Herodes sendiri telah
mendengar akan khotbah Yohanes Pembaptis. Raja yang jahat
ini gementar bila mendengar
panggilan untuk bertobat. "Herodes takut akan Yohanes,
sebab diketahuinya ialah seorang yang
benar lagi suci; . . . dan apabila ia mendengar Yohanes,
sangatlah serba salah hatinya, dan ia suka
mendengarkan dia." Yohanes dengan jujur menegur akan
hubungannya yang jahat dengan Herodias
isteri saudaranya. Seketika lamanya Herodes berusaha
memutuskan rantai hawa nafsu yang telah
mengikat dia; tetapi Herodias telah mengikat dia lebih erat
dalam pekerjaannya dan memperoleh
jalan untuk membalas dendam kepada
--------------
Pasal ini dialaskan pada Mat. 11:1-11; 14:1-11; Mark. 6:17-28;
Luk. 7:19-28
Yohanes Pembaptis-
dengan bujukan pada Herodes untuk memasukkan Yohanes Pembaptis ke
dalam penjara.
Kehidupan Yohanes, sebenarnya adalah suatu kehidupan yang
sangat aktif, maka dengan meringkuk
dalam penjara itu menjadi suatu beban yang berat aginya.
Setelah beberapa minggu berlalu, dan tidak
ada perubahan, maka kekecewaan dan kebimbangan pun merayap ke dalam hatinya.
Murid-muridnya tidak meninggalkan dia. Mereka diizinkan
keluar masuk dalam penjara dan mereka
telah membawa kabar tentang pekerjaan Yesus dan bagaimana
orang banyak mengikuti Dia. Tetapi
mereka telah bertanya, jika guru yang baru ini adalah benar
Mesias, mengapa Ia tidak berbuat
apa-apa untuk melepaskan Yohanes. Bagaimana dapat
mengizinkan perintisnya yang setia ini
dirampas kebebasannya dan mungkin akan menemui maut?
Pertanyaan ini bukanlah tanpa akibatnya. Kebimbangan yang
sebenarnya tidak pernah akan timbul
disarankan kepada Yohanes. Setan bersuka mendengar perkataan
murid-murid ini, dan melihat
bagaimana mereka menyiksa jiwa pesuruh Tuhan. Oh, betapa
seringnya mereka yang memikirkan
dirinya menjadi sahabat dari seorang yang baik dan rindu
menunjukkan kejujuran mereka kepadanya,
tetapi terbukti menjadi musuhnya yang sangat berbahaya!
Gantinya mereka menguatkan imannya,
perkataan mereka itu menekan dan mengecewakan jiwanya!
Sebagai murid-murid Juruselamat, Yohanes Pembaptis tidak
memahami sifat kerajaan Kristus itu. Ia
mengharap bahwa Yesus akan mengambil takhta Daud; dan bila
waktu itu lalu dan Juruselamat tidak
menunjukkan kekuasaan sebagai raja, Yohanes menjadi bimbang
dan susah hatinya. Ia telah
menyatakan kepada orang banyak bahwa supaya jalan disediakan
di hadapan Tuhan, nubuatan
Yesaya harus digenapi; gunung dan bukit harus diratakan,
yang lekak-lekuk harus diluruskan dan
tempat yang kasar dilicinkan. Ia telah mengharapkan
tempat-tempat kebanggaan dan kekuasaan
manusia yang tinggi yang patut dicampakkan ke bawah. Ia
telah menunjukkan pada Mesias sebagai
Seorang yang nyirunya ada di tangan-Nya, maka Ia akan
membersihkan segenap tempat pengiriknya,
lalu Ia mengumpulkan gandumnya masuk ke dalam lumbung,
tetapi sekamnya akan habis dibakarnya dengan api yang tidak dapat dipadamkan.
Sebagai nabi Elia, di dalam roh dan kuasanya
ia telah datang kepada Israel, ia mengharapkan Allah untuk
menyatakan diri-Nya sebagai seorang
Allah yang menyahut dengan api.
Dalam pekerjaannya Yohanes Pembaptis telah berdiri sebagai
seorang penegur akan kejahatan yang
tidak mengenal takut, baik kepada orang besar mau pun kepada
yang rendah. Ia berani menghadap
Raja Herodes dengan teguran mengenai dosanya yang berterus
terang. Ia tidak menganggap hidupnya
itu berharga dalam mengerjakan tugas yang telah ditentukan.
Dan kini dari dalam goha ini ia
menantikan akan Singa dari suku Yahuda untuk meruntuhkan
penindas-penindasnya dan melepaskan
orang-orang menderita dan dirinya sendiri yang berseru.
Tetapi Yesus menyenangkan dirinya dengan
murid-murid yang berkumpul mengelilingi Dia dan menyembuhkan
dan mengajar orang banyak. Ia
makan bersama pemungut cukai, sedangkan tiap hari beban
orang Israel dari tentara Rom makin
bertambah berat, ketika Raja Herodes bersama kekasihnya
menuruti kemauan mereka, dan jeritan
orang miskin dan yang menderita naik ke angkasa.
Bagi nabi yang hidup di padang belantara ini, segala perkara
ini merupakan suatu rahasia yang
melampaui pengertiannya. Sering ia mendapat bisikan si jahat
yang menyiksa jiwanya, dan bayangan
ketakutan yang luar biasa menudungi jiwanya. Apakah mungkin
Pelepas yang telah lama
dinanti-nantikan itu belum juga nampak? Maka apakah artinya
pekabaran yang telah mendorong dia
untuk diwartakan? Yohanes mengalami kekecewaan yang sangat
pahit karena hasil pekerjaannya. Ia
telah mengharap bahwa pekabaran dari Allah akan mempunyai
hasil yang sama seperti bila taurat itu
dibacakan pada zaman Yosia dan Esra (2 Tawarikh 34; Neh. 8,
9); dan akan diikuti oleh pertobatan
yang sungguh-sungguh dan kembali kepada Tuhan. Bagi kemajuan
pekerjaan ini ia telah korbankan
seluruh hidupnya. Apakah ini sia-sia?
Yohanes merasa sedih melihat bahwa karena mengasihi dia,
maka murid-muridnya telah memelihara
sikap tidak percaya akan Yesus. Apakah usahanya bagi mereka
itu gagal? Apakah karena ia tidak
setia dalam pekerjaannya, sehingga dikerat dari
pekerjaannya? Jika Pelepas yang telah dijanjikan itu
benar telah datang, dan Yohanes didapati benar dalam panggilannya,
mengapa Yesus tidak
membinasakan penindas-penindasnya dan membebaskan dia?
Tetapi Yohanes tetap percaya akan Kristus. Ingatan akan
suara dari langit dan burung merpati yang
turun, kesucian Yesus yang tidak bercacat, kuasa Roh Suci yang menghinggapi
Yohanes bila ia datang pada hadirat
Juruselamat, dan kesaksian ayat-ayat Kitab Suci yang berupa nubuatan— semuanya
itu menyaksikan bahwa Yesus dari Nazaret itulah Yang Dijanjikan. Yohanes tidak mau merundingkan kebimbangannya
dan kecemasannya dengan kawan-kawannya. Ia
mengambil keputusan untuk
mengirim suatu kabar berupa pertanyaan kepada Yesus. Hal ini dipercayakannya kepada kedua muridnya,
mengharap bahwa wawancara dengan Juruselamat akan menguatkan iman mereka dan membawa kekuatan
pada saudara-saudara mereka yang lain. Dan ia
merindukan beberapa perkataan dari Kristus yang dikatakan khusus bagi
dirinya sendiri. Murid-murid telah
datang kepada Yesus dengan pekabaran mereka. "Engkaukah yang akan
datang itu atau harus kami menantikan
seorang lainkah?" Alangkah
pendeknya jangka waktunya sejak Yohanes Pembaptis menunjukkan kepada Yesus
dan menyerukan, "Lihatlah Anak
Domba Allah yang menghapus dosa dunia." "Yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku." Yohanes 1:29, 27.
Maka pertanyaan sekarang "Engkaukah yang akan datang itu?" Suatu hal yang sangat pahit dan mengecewakan bagi seorang
manusia. Jikalau Yohanes, perintis yang
setia itu gagal memahami akan pekerjaan Kristus, maka apakah yang dapat
diharapkan dari diri orang banyak yang
hanya mementingkan diri sendiri?
Juruselamat tidaklah segera menjawab pertanyaan murid-murid Yohanes.
Sementara mereka berdiri memperhatikan
ketenangan-Nya, orang sakit dan yang menderita datang padanya untuk disembuhkan. Orang-orang yang buta
meraba-raba berusaha menembusi orang banyak; orang sakit dari berbagai golongan manusia, ada yang
berusaha sendiri, ada pula yang dibawa oleh
kawan-kawannya, berusaha untuk menghampiri Yesus. Suara Tabib Besar ini
menembusi telinga yang tuli. Sepatah
kata, satu jamahan tangan-Nya, mencelekkan mata orang buta untuk melihat terang hari siang, pemandangan alam yang
indah, wajah sahabat-sahabat dan wajah Pelepas. Yesus menyembuhkan penyakit dan membuangkan demam.
Suara-Nya mencapai orang yang sedang
menuju maut dan merekapun bangkitlah dalam kesehatan dan kekuatan yang
baru. Orang yang dirasuk setan menurut
perkataan-Nya, penyakit mereka meninggalkan mereka dan mereka pun menyembah Dia. Di saat Ia menyembuhkan
penyakit-penyakit ini, Ia juga mengajar orang banyak itu. Para petani dan buruh yang miskin yang
telah disingkirkan oleh rabbi sebagai orang yang najis datang berkumpul mendekati Dia dan Ia
memberikan pada mereka itu perkataan hidup kekal.
Maka sepanjang hari itu, murid-murid Yohanes hanya
menyaksikan dan mendengar. Akhirnya Yesus
memanggil mereka dan menyuruh mereka pergi dan mengatakan
kepada Yohanes apa yang mereka
telah saksikan, dan Ia tambahkan, "Berbahagialah orang
yang tidak menjadi kecewa dan menolak
Aku." Lukas 1:23. Bukti keilahian-Nya telah dilihat dalam
penyesuaian-Nya dengan kebutuhan
manusia yang menderita. Kemuliaan-Nya telah ditunjukkan
dalam merendahkan diri-Nya kepada
tingkatan hidup kita yang rendah ini.
Murid-murid membawa berita itu dan itu telah cukup. Yohanes
teringat akan nubuatan mengenai
Mesias, "Roh Tuhan Allah ada padaku, oleh karena Tuhan
telah mengurapi aku; Ia telah mengutus
aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang
sengsara, dan merawat orang-orang yang
remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang
tawanan dan kepada orang-orang
yang terkurung kelepasan dari penjara." Yesaya 61: 1, 2. Pekerjaan Kristus bukanlah hanya
menyatakan bahwa Dia adalah Messias, tetapi menunjukkan
bagaimana caranya kerajaan-Nya harus
dibangunkan. Kepada Yohanes telah dibuka kebenaran yang sama
sebagaimana telah diberikan pada
Elia di padang belantara,
bila "angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan
memecahkan bukit-bukit batu, mendahului Tuhan. Tetapi tidak
ada Tuhan dalam angin itu. Dan
sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada Tuhan
dalam gempa itu;" maka kemudian
daripada api itu, Allah berfirman kepada nabi oleh
"bunyi angin sepoi-sepoi basa." I Raja-raja 19: 11,
12. Demikian pula bagi Yesus melakukan pekerjaan-Nya,
bukannya dengan senjata atau dengan
merebut takhta kerajaan, melainkan dengan berkata kepada
hati manusia oleh suatu kehidupan penuh dengan kemurahan dan pengorbanan diri.
Prinsip kehidupan Yohanes Pembaptis yang menyangkal dirinya
itu adalah menjadi prinsip kerajaan
Mesias. Yohanes mengetahui benar alangkah anehnya prinsip
ini dibandingkan dengan prinsip dan
harapan para pemimpin Israel. Hal yang baginya menjadi suatu
bukti Keilahian Kristus, tetapi bagi
mereka itu tidaklah demikian. Mereka sedang mencahari
seorang Mesias yang tidak dijanjikan.
Yohanes melihat bahwa hasil pekerjaan Juruselamat bagi
mereka itu hanyalah kebencian dan
pehukuman. Ia sebagai perintis hanya minum dari piala yang
Kristus sendiri harus mengeringkannya
hingga pada dasarnya.
Perkataan Juruselamat, "Berbahagialah orang tidak
menaruh syak kepada-Ku" adalah menjadi
teguran yang manis kepada Yohanes. Ucapan ini bukanlah
merugikan dia. Malahan kini ia lebih
mengerti dengan jelas akan keadaan pekerjaan Kristus, ia
menyerahkan dirinya kepada Allah, untuk
hidup atau mati, untuk menjalankan dengan sebaik-baiknya
pekerjaan yang telah dicintainya.
Setelah pesuruh ini
pergi, Yesus berkata kepada orang banyak mengenai Yohanes. Hati Yesus
merasa simpati kepada saksi yang setia ini yang kini sedang
dimasukkan di dalam penjara Herodes.
Ia tidak mau membiarkan orang banyak mengambil kesimpulan
bahwa Allah telah meninggalkan
Yohanes, atau percayanya telah lemah pada saat pencobaan.
"Apakah yang kamu pergi lihat ke
padang belantara?" kata Yesus, "Sebatang buluhkah
yang digoyangkan angin?"
Pohon buluh yang tinggi yang telah bertumbuh di tepi sungai
Yarden, yang tunduk bila ditiup angin,
adalah tepat mewakili rabbi-rabbi yang berdiri sebagai
pengeritik dan hakim akan pekerjaan Yohanes
Pembaptis. Mereka digoyangkan ke sana-sini oleh angin
pikiran populer. Mereka tidak mau
menerima akan pekabaran penyelidikan hati dari Yohanes
Pembaptis, tetapi karena takut akan orang
banyak mereka tidak berani menentang pekerjaan itu secara
terang-terangan. Tetapi pesuruh Tuhan
tidak mempunyai roh penakut yang semacam itu. Orang banyak
yang berkumpul mengelilingi
Kristus telah menjadi saksi pekerjaan Yohanes Pembaptis.
Mereka telah mendengar akan
kebenarannya dalam menegur dosa. Baik kepada orang Parisi
yang merasa diri suci, imam-imam,
Saduki, Raja Herodes dan anggota majelis, putera dan
tentara, pemungut cukai dan petani, Yohanes
berkata dengan cara ketegasan yang sama. Ia bukannya bambu
yang bergerak-gerak, yang
digoyangkan oleh angin pujian dan prasangka manusia. Selama
ia meringkuk dalam penjara,
kesetiaannya kepada Allah dan kegiatannya untuk mencapai
kebenaran adalah sama dengan apabila
ia berkhotbah di padang belantara. Oleh kesetiaannya pada
prinsip, maka ia teguh sebagai sebuah
batu.
Yesus berkata selanjutnya, "Apakah yang kamu pergi
lihat? Seorang yang memakai pakaian
haluskah? Sesungguhnya orang yang memakai pakaian yang halus
itu ada di dalam istana raja-raja."
Yohanes telah dipanggil untuk menegur dosa dan kejahatan
pada zamannya, dan pakaiannya yang
sangat sederhana dan hidup yang penuh penyangkalan diri itu
adalah sesuai dengan sifat
pekerjaannya. Pakaian yang halus dan kemewahan kehidupan ini
bukanlah bahagian hamba-hamba
Allah, melainkan mereka yang hidup di dalam istana raja,
penghulu dunia ini, di mana terdapat
kekuasaan dan kekayaan itu. Yesus ingin membawa perhatian
mereka kepada perbedaan pakaian
Yohanes Pembaptis dan pakaian yang dipakai oleh imam-imam
dan penghulu-penghulu. Orang
terkemuka ini menunjukkan diri mereka dengan jubah yang
mewah dan perhiasan yang sangat
berharga. Mereka suka memperlihatkan diri mereka, dan
mengharap akan dapat menyilaukan mata
orang banyak. Mereka ingin mendapat pujian manusia, daripada
mendapat kesucian hati yang
berkenan kepada Allah. Dengan demikian mereka menunjukkan
bahwa kesetiaan mereka bukanlah diberikan kepada Allah, tetapi kepada kerajaan
dunia ini.
Tetapi kata Yesus, "Apakah sebabnya kamu pergi itu?
Hendak melihat seorang nabikah? Bahkan
Aku berkata kepadamu: Bahwa ada seorang yang terlebih lagi
daripada seorang nabi. Karena inilah
dia yang tersurat halnya, "Bahwa ketahuilah olehmu Aku
menyuruhkan utusanku lebih dahulu
daripadamu. Maka ialah akan menyediakan jalan di hadapanmu."
"Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, bahwa di antara
segala orang yang dilahirkan oleh
perempuan belum bangkit seorang pun yang lebih besar
daripada Yohanes Pembaptis." Dalam
pengumuman kepada Zakharia sebelum kelahiran Yohanes,
melaikat berkata, "Sebab ia akan besar
di hadapan Tuhan." Lukas 1:15. Pada pemandangan surga,
apakah yang menjadikan kebesaran itu?—
Bukankah kebesaran sebagai anggapan dunia ini; bukan
kekayaan, atau jabatan, atau keturunan yang
mulia atau pemberian kecerdasan menurut anggapan mereka itu.
Jikalau kebesaran intelek, terpisah
daripada pertimbangan lain yang lebih tinggi, akan dianggap
sebagai penghormatan yang layak,
maka penghormatan kita itu patut diberikan kepada setan,
yang kesanggupan inteleknya tidak ada
seorang manusia yang dapat menyamainya. Tetapi bila
disalahgunakan kepada pelayanan akan diri
sendiri, makin besar anugerah itu makin besarlah kutuk yang
diperoleh. Adalah nilai ahlak yang
dinilai oleh Allah. Kasih dan kesucian adalah sifatsifat
yang sangat dihargakan oleh Tuhan. Yohanes
adalah besar pada pemandangan Tuhan, karena bila ia berada
di hadapan pesuruh Sanhedrin, di
hadapan orang banyak, di hadapan murid-muridnya sendiri, ia
menjauhkan dirinya daripada
mencahari penghormatan dirinya, melainkan menunjukkan
seluruhnya kepada Yesus sebagai
Seorang yang dijanjikan. Kegembiraannya yang tidak
mementingkan diri dalam pelayanan akan
Kristus, menunjukkan contoh keagungan yang belum pernah
dinyatakan pada seorang manusia.
Kesaksian dari hal dia, setelah wafatnya, yang dibawa oleh
mereka yang mendengar kesaksiannya
mengenai Yesus adalah "Yohanes memang tidak membuat
satu tandapun, tetapi semua yang pernah
dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar."
Yohanes 10:41. Pada Yohanes tidaklah diberikan
kuasa untuk menurunkan api dari langit, atau membangkitkan
orang mati, sebagaimana Elia atau
memegang tongkat Musa yang berkuasa dalam nama Allah. Ia
telah diutus untuk menyediakan jalan
bagi kedatangan Juruselamat dan mengamarkan orang banyak
untuk bersedia bagi kedatangan-Nya.
Dengan setia ia telah memenuhi tugasnya, sehingga bila orang
banyak mengingat apa yang telah
diajarkannya pada mereka darihal Yesus, mereka sanggup
berkata, "Segala sesuatu yang dikatakan
Yohanes darihal orang ini
adalah benar." Kesaksian tentang Kristus yang semacam itulah yang
diminta agar dibawa oleh tiap-tiap murid Tuhan.
Sebagai Jurukabar Mesias, Yohanes adalah "lebih
daripada seorang nabi." Karena jika nabi-nabi
telah melihat kedatangan Tuhan yang pertama itu dari jauh, bagi Yohanes telah diberikan
kesempatan untuk melihat Dia, mendengar kesaksian dari surga
tentang Mesias itu dan
mengemukakan Dia kepada bani Israel sebagai Utusan Allah.
Namun Yesus berkata, "Ia yang
terkecil di dalam kerajaan surga, itulah yang lebih besar
daripadanya." Nabi Yohanes adalah
menjadi suatu rantai penghubung di antara kedua dispensasi. Sebagai wakil Allah ia berdiri untuk menunjukkan hubungan
taurat dan nabi-nabi kepada dispensasi Kristen. Ia adalah terang yang sangat kecil, yang patut
diikuti oleh suatu terang yang lebih besar. Pikiran Yohanes disinari oleh Roh Suci, agar ia dapat
memancarkan terang kepada bangsanya; tetapi tidak pernah ada terang lain yang pernah bersinar
atau akan selamanya bersinar begitu jelas atas manusia yang
telah jatuh sebagaimana yang terpancar dari ajaran dan teladan Yesus.
Kristus dan pekerjaan-Nya hanya dipahami
dengan jelas sebagaimana yang dilambangkan dalam korban-korban bayangan. Sedangkan Yohanes pun tidak
mengerti benar akan hidup kekal di masa depan melalui Juruselamat.
Di samping kesenangan yang diperoleh Yohanes dalam pekerjaannya,
sebenarnya hidupnya adalah suatu
kehidupan yang penuh derita. Suaranya jarang didengar, kecuali di padang
belantara. Hidupnya terpencil, kesepian.
Ia tidak diizinkan untuk melihat hasil pekerjaannya sendiri. Bukanlah kesempatannya untuk bersama dengan Kristus
dan menyaksikan kenyataan kuasa Ilahi yang
menyertai terang yang lebih besar itu. Bukanlah bagi dia untuk memandang
orang buta dicelekkan, yang sakit
disembuhkan, orang mati dibangkitkan. Ia tidak melihat terang yang bercahaya
keluar dari tiap-tiap perkataan Kristus,
yang memberi kemuliaan pada perjanjian nubuatan itu. Seorang murid yang paling sedikit kesempatannya melihat
akan kuasa pekerjaan dan mendengar perkataan-Nya adalah lebih besar kesempatannya dari Yohanes
Pembaptis, dan itulah sebabnya telah dikatakan
bahwa orang itu adalah lebih besar daripadanya. Melalui orang banyak yang telah mendengar
pengajaran Yohanes, kemashurannya tersebar ke
seluruh pelosok. Minat yang ,mendalam terasa oleh akibat ia
dipenjarakan. Tetapi hidupnya yang tidak
bersalah itu dan dukungan orang banyak padanya, membawa pada suatu kepercayaan
bahwa tidak ada sesuatu yang berbahaya
akan dilakukan kepadanya. Herodes
percaya bahwa Yohanes adalah seorang nabi Allah, dan ia benar-benar bermaksud
untuk membebaskan dia. Tetapi ia
menangguhkan maksudnya ini karena takut pada Herodias. Herodias mengetahui bahwa oleh hukuman yang
langsung ia tidak pernah akan mendapat
persetujuan Herodes untuk membunuh Yohanes, maka ia bermaksud untuk
mencapai niatnya itu dengan tipu
muslihat. Pada hari ulang tahun raja suatu jamuan akan diadakan bagi para
pegawai negara dan orang bangsawan di
istana. Akan ada pesta dan mabuk-mabuk. Dengan jalan ini raja Herodes akan kehilangan pikiran dan mungkin
akan dapat dipengaruhi sesuai dengan niat hatinya. Apabila hari besar ini tiba dan raja bersama
pembantu-pembantunya sedang berpesta-pesta dan
mabuk-mabuk, Herodias mengirim puterinya ke dalam pesta itu untuk
menari, menghibur para tamu. Salome yang
masih berwajah seorang dara suci, dan kecantikannya yang menggairahkan itu
telah merangsang perasaan para tamu
dalam pesta itu. Sebenarnya bukanlah kebiasaan bagi anak-anak perawan di istana muncul pada pesta-pesta
semacam ini, dan suatu pujian telah diberikan pada Herodes bila puteri dan permaisuri ini menari
untuk menghibur para tamu. Raja ini
telah silau karena minuman anggur. Nafsu bergelora dan pikirannya pun telah
hilang. Ia hanya melihat ruangan pesta
ini dengan tamu-tamunya, meja jamuan dan air anggur yang berkilau-kilauan dan cahaya lampu yang terang
dan seorang dara sedang menari di hadapannya.
Dalam saat-saat ini, ia ingin memberikan beberapa pertunjukan yang akan
meninggikan dirinya di hadapan
orang-orang besar dalam kerajaannya. Dengan sumpah ia telah berjanji untuk
memberikan kepada puteri Herodias apa
saja akan dimintanya, walau pun setengah dari kerajaannya. Salome dengan cepat berlari kepada ibunya,
untuk mengetahui apakah yang harus dimintanya.
Jawabnya telah sedia—kepala Yohanes Pembaptis. Salome tidak mengetahui
akan kehausan dendam yang mengganas
dalam jantung ibunya, tetapi ia takut untuk memajukan permohonan ini,
tetapi tujuan Herodias tercapai juga.
Anak wanita ini kembali dengan permohonan yang ngeri ini, "Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan
kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!" Markus 6:25.
Herodes heran dan bingung. Pesta yang gaduh itupun berhentilah, dan ketegangan
meliputi segenap hadirin. Raja merasa
takut dan gemetar untuk mengambil hidup Yohanes Tetapi ia telah berjanji
dan ia tidak mau dianggap seorang yang
berpendirian goncang atau berubah-ubah. Ia telah bersumpah untuk menghormati para tamunya dan seandainya
salah seorang dari mereka itu telah melemparkan
suatu perkataan untuk menentang
atau membatalkan janjinya, maka dengan gembira ia akan menyelamatkan nabi itu. Ia telah memberikan
kesempatan pada mereka itu untuk bersuara bagi
kepentingan Yohanes. Mereka inilah yang pernah berjalan jauh untuk
mendengar khotbah Yohanes, malahan telah
mengenal dia sebagai seorang yang tidak ada kejahatannya, dan seorang hamba
Allah. Tetapi walau pun terkejut dengan
tuntutan anak dara ini, karena mereka begitu mabuk sehingga tidak sanggup untuk membantah. Tidak ada suara yang
dikeluarkan untuk menyelamatkan hidup pesuruh
surga ini. Orang-orang ini memegang jabatan tinggi dalam bangsanya, dan
di atas pundak mereka terletak
tanggungjawab yang berat; tetapi karena telah diracuni oleh air anggur dan
kesenangan berpesta, sehingga perasaan
mereka pun telah beku. Kepala mereka pusing karena bunyi musik dan dansa, dan angan-angan hati tidak memberikan
suara. Oleh berdiam diri mereka mengucapkan vonis maut bagi nabi Allah untuk memuaskan dendam
wanita yang telah ditinggalkan itu.
Sia-sia Herodes menunggu untuk dilepaskan dari sumpahnya itu; maka
dengan terpaksa ia memerintahkan untuk
memancung kepala nabi ini. Tidak lama kemudian kepala Yohanes itu telah dibawa di hadapan raja dan para tamunya.
Bibir Yohanes yang dengan setia mengamarkan agar Herodes bertobat dari dosanya, kini terkatup
untuk selama-lamanya. Suaranya tidak pernah lagi akan didengar mengajak orang lain untuk bertobat.
Pesta keji yang hanya semalam itu telah
mengakibatkan hilangnya hidup seorang nabi yang terbesar. Oh betapa seringnya kehidupan orang yang tidak bersalah itu menjadi korban
tidak bertaraknya mereka yang menjadi
penegak keadilan! Ia yang menaruh piala yang memabukkan pada bibirnya, bertanggungjawab atas segala ketidakadilan
yang mungkin dapat dilakukannya dengan kuasa yang telah diracuni oleh alkohol. Karena oleh
meracuni dirinya dengan minuman keras, maka tidak mungkin baginya untuk berpikir tenang lagi
atau mendapat pengertian yang jelas mengenai yang benar dan yang salah. Ia membuka jalan bagi
setan untuk bekerja melalui dia dalam cara yang
menindas dan membinasakan. "Anggur adalah pencemooh, minuman keras
adalah peribut, tidaklah bijak orang
yang terhuyung-huyung karenanya. Amsal 20:1. Oleh sebab itu "hukum telah
terdesak ke belakang,. . . dan siapa
yang menjauhi kejahatan, ia menjadi korban rampasan." Yesaya 59: 14,
15. Mereka yang mempunyai kuasa atas
kehidupan sesama manusia harus dianggap bersalah berbuat suatu kejahatan bila mereka menyerah dalam
hal tidak bertarak itu. Mereka yang mengeluarkan peraturan haruslah menjadi orang yang
memelihara peraturan. Mereka haruslah menjadi orang yang dapat mengendalikan diri. Mereka harus dapat
sepenuhnya menguasai kuasa tubuh, pikiran dan batin agar mereka boleh memiliki kuasa intelek, dan
suatu rasa keadilan yang tinggi. Kepala
Yohanes Pembaptis dibawa kepada Herodias yang telah menerimanya dengan hati
yang sangat puas. Ia berhasil dalam
pembalasannya, dan membanggakan dirinya karena angan-angan hati Herodes tidak lagi diganggu. Tetapi tidak ada
kebahagiaan yang diperolehnya dari dosanya
ini. Namanya menjadi buruk dan
dibenci, dan jiwa Herodes lebih tersiksa oleh angan-angan hatinya daripada ia mendapat amaran dari nabi itu.
Pengaruhnya ajaran Yohanes tidaklah tinggal diam; harus meluas sampai ke tiap-tiap generasi hingga
akhir zaman. Dosa Herodes selamanya
nampak di hadapan matanya. Ia senantiasa berusaha mencahari kelepasan daripada tuduhan angan-angan hatinya yang
bersalah itu. Kepercayaannya kepada Yohanes tidak dapat digoncangkan. Pada saat ia mengingat
akan kehidupan Yohanes yang penuh penyangkalan diri itu, wajahnya yang tenang, panggilannya yang
bersungguh-sungguh, nasehatnya yang baik dan
kemudian tentang kematiannya, hati Herodes pun menjadi gelisah.
Sementara ia melaksanakan tugas negara,
menerima penghormatan dari rakyatnya, ia menyambut dengan wajah yang senyum,
pada saat itu pula hatinya ditindas oleh
ketakutan yang telah menjadi suatu kutuk baginya. Herodes begitu tertarik oleh perkataan
Yohanes sehingga tidak ada sesuatu yang dapat
disembunyikan daripada pemandangan Allah. Ia yakin bahwa Allah hadir di
tiap-tiap tempat, Ia telah menyaksikan
kenajisan ruangan pesta itu, Ia telah mendengar perintah untuk memancung
kepala Yohanes, dan telah melihat akan
kesenangan hati Herodias, dan dengan menghina ia menyerahkan kepala seorang
yang menegur dia. Dan banyak perkara lagi yang Herodes telah dengar dari bibir
nabi itu, kini berbisik pada angan-angan
hatinya lebih jelas lagi daripada didengarnya dalam khotbahnya di padang belantara. Bila Herodes mendengar tentang pekerjaan
Kristus, hatinya takut. Ia menyangka bahwa Allah telah membangkitkan Yohanes dan mengutus dia dengan
suatu kuasa yang lebih besar lagi untuk
mengutuk dosa. Ia senantiasa takut karena Yohanes akan membalas dendam
padanya dengan membawa kutuk padanya dan
seisi rumahnya. Herodes sedang menyabit
apa yang Allah telah katakan tentang
akibat suatu perbuatan dosa "Tuhan akan memberikan di sana kepadamu hati
yang gelisah, mata yang penuh rindu dan
jiwa yang merana. Hidupmu akan terkatung-katung, siang dan malam engkau akan terkejut dan kuatir akan
hidupmu. Pada waktu pagi engkau akan berkata: Ah, kalau malam sekarang! dan pada waktu malam engkau
akan berkata: Ah, kalau pagi sekarang!
karena kejut memenuhi hatimu, dan karena apa yang dilihat matamu."
Ulangan 28:65-67. Bagi seorang yang
berdosa, pikirannya sendiri adalah penuduhnya; dan tidak ada suatu siksaan yang
lebih tajam lagi daripada sengatan
angan-angan hatinya yang bersalah itu, yang tidak dapat memberikan padanya perhentian jiwa baik siang atau
malam. Bagi pikiran orang banyak nasib
Yohanes Pembaptis itu masih berupa suatu rahasia. Timbul pertanyaan dalam hati mereka itu, mengapa ia
harus dibiarkan menderita dan mati dalam penjara. Rahasia penjagaan yang gelap ini, tidak dapat
ditembus oleh penglihatan manusia; tetapi hal itu tidak pernah akan menggoncangkan kepercayaan kita
kepada Allah, jika kita mengingat bahwa Yohanes
hanya seorang yang mengambil bahagian dalam penderitaan Kristus. Segala
orang yang mengikut Kristus akan memakai
mahkota pengorbanan. Mereka akan salah dimengerti oleh orang-orang yang cinta akan dirinya, dan akan menjadi suatu
sasaran serangan setan yang kejam. Untuk membinasakan prinsip pengorbanan diri inilah maka ia telah
mendirikan kerajaannya dan di mana saja muncul
prinsip itu, di sana ia berperang untuk melawannya. Masa kanak-kanak, masa muda, masa dewasa
Yohanes telah dijiwai ketegasan dan kuasa batin. Apabila suaranya didengar di padang
belantara. yang berkata, "Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya, Matius 3: 3,
Setan merasa takut karena mengingat akan keselamatan kerajaannya. Kecemaran dosa dinyatakan dengan
jalan yang sedemikian rupa sehingga orang-orang
pun gemetar. Kuasa Setan yang mengikat mereka yang berada di bawah
jajahannya pun putuslah. Ia telah
berusaha dengan tidak mengenal letih untuk menyeret Yohanes dari suatu
kehidupan yang penuh penyerahan kepada
Allah; tetapi ia telah gagal. Dan ia juga gagal mengalahkan Yesus. Dalam pencobaannya di padang belantara, Setan telah
dikalahkan. dan besarlah amarahnya. Kini ia bertekad untuk menyusahkan hati Kristus dengan memukul
Yohanes. Seorang yang tidak dapat
dipengaruhinya untuk berdosa, akan dipaksakannya untuk menderita. Yesus tidak menyelang untuk melepaskan
hamba-Nya. Yesus telah mengetahui bahwa Yohanes akan dapat mengatasi ujian itu. Sebenarnya
Juruselamat sangat senang untuk datang menghibur Yohanes dalam goha itu dengan kemuliaan-Nya. Tetapi
Ia tidak mau menempatkan diri-Nya dalam tangan
musuh-musuh-Nya dan membahayakan pekerjaan-Nya sendiri. Yesus sangat
senang untuk melepaskan hamba-Nya yang
setia. Tetapi untuk kepentingan beribu-ribu orang pada tahun-tahun yang akan datang yang harus melalui penjara
dan maut, Yohanes harus minum piala itu ialah mati sahid. Sebagai pengikut Yesus kita harus
meringkuk dalam goha yang gelap, atau mati oleh pedang, kursi listrik, tiang gantungan, atau
seakan-akan ditinggalkan Allah dan manusia, dengan kesadaran bahwa Kristus Sendiri yang telah dengan setia
disaksikan oleh Yohanes, juga telah melalui
pengalaman yang sama. Setan telah
diizinkan untuk memendekkan kehidupan pesuruh Allah dalam dunia ini; tetapi
hidup yang "tersembunyi bersama
dengan Kristus di dalam Allah" Kolose 3:3 tidak dapat dicapai oleh pembinasa itu. Setan bergembira karena ia
telah membawa kesusahan pada Kristus, tetapi ia gagal mengalahkan Yohanes. Kematian itu sebenarnya
hanyalah meluputkan dia selamanya daripada kuasa penggodaan. Dalam peperangan inilah Setan
sedang menyatakan tabiatnya sendiri. Di hadapan
semesta alam yang sedang menyaksikan, ia menyatakan permusuhannya dengan
Allah dan manusia. Walau pun tidak ada
kelepasan secara ajaib diberikan pada Yohanes, namun ia tidak ditinggalkan.
Ia senantiasa ditemani oleh
malaikat-malaikat surga, yang telah membuka kepadanya nubuatan-nubuatan mengenai Kristus, dan janji
janji yang indah dalam Kitab Suci. Inilah yang
menjadi pegangannya dan menjadi pegangan umat Allah sepanjang abad.
Kepada Yohanes Pembaptis, dan juga
kepada mereka yang mengikuti dia, telah diberikan jaminan: "Ketahuilah,
Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman." Matius 28:20.
Allah tidak pernah memimpin umat-Nya selain daripada mereka itu sendiri
memilih untuk dipimpin, jika mereka
dapat melihat kesudahan dari permulaan, dan memandang kemuliaan dari maksud
yang sedang mereka genapi sebagai teman
sekerja dengan Dia. Bukannya Henokh, yang telah diubahkan dan naik ke surga, bukannya Elia yang naik ke
surga dengan rata api, yang lebih besar atau lebih dihormati daripada Yohanes Pembaptis, yang
telah binasa sendiri dalam goha. "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada
Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia." Filipi 1:29. Dan dari segala pemberian yang
dapat diberikan oleh surga kepada manusia, persekutuan dengan Dia dalam penderitaan-Nya adalah suatu
kepercayaan yang paling penting dan kehormatan
yang paling tinggi. Pasal
23
"KERAJAAN ALLAH SUDAH DEKAT"
"DATANGLAH Yesus ke tanah Galilea memashurkan Injil
Allah, serta berkata: Waktunya telah
genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan
percayalah kepada Injil!" Markus 1 :14, 15.
Kedatangan Mesias telah diumumkan mulai di tanah Yudea.
Dalam kaabah di Yerusalem, kelahiran
seorang pelopor telah diberitahukan lebih dulu kepada
Zakharias pada saat ia melayani di hadapan
medzbah. Di atas bukit Betlehem malaikat memberitakan
kelahiran Yesus. Orang-orang Majus telah
datang ke Yerusalem untuk mencahari Dia. Dalam kaabah Simon
dan Ana telah menyaksikan
Keilahian-Nya. "Yerusalem dan seluruh Yudea" telah
mendengar akan ajaran Yohanes Pembaptis;
para utusan Sanhedrin, dan orang banyak telah mendengar
kesaksiannya darihal Yesus. Di Yudea
Kristus telah menerima murid-Nya yang pertama. Di tempat
inilah terbanyak dari pekerjaan-Nya
yang mula-mula diadakan. Keilahian-Nya yang terpancar pada
saat Ia menyucikan kaabah, mukjizat
menyembuhkan penyakit, ajaran kebenaran Ilahi yang terbit dari bibir-Nya, semuanya itu
menyatakan apa yang telah dinyatakan-Nya di hadapan
Sanhedrin setelah penyembuhan di kolam
Baitesda,—bahwa Ia adalah sebagai Anak Allah.
Jika pemimpin-pemimpin Israel telah menerima Kristus, maka
Ia akan menghormati mereka itu,
sebagai pesuruh-pesuruh-Nya untuk membawa kabar Injil ke
seluruh dunia. Pada mereka mula-mula
diberikan kesempatan untuk menjadi pewarta kerajaan dan
rahmat Allah. Tetapi bani Israel tidak
mengetahui bila kedatangannya. Perasaan cemburu dan tidak percaya pemimpin-pemimpin bangsa
Yahudi telah menjadi matang dan menjelma menjadi kebencian
yang terang-terangan, dan hati orang
banyak itu pun berpaling daripada Yesus.
Sanhedrin telah menolak pekabaran Kristus, dan berusaha
untuk membunuh Dia; oleh sebab itu
Yesus meninggalkan Yerusalem, imam-imam kaabah,
pemimpin-pemimpin agama, orang-orang
yang dididik dalam taurat, dan menuju kepada suatu golongan
manusia yang lain untuk membawa
pekabaran-Nya, dan untuk mengumpulkan mereka yang harus
membawa kabar Injil kepada segala
bangsa.
Sebagaimana terang dan kehidupan manusia ditolak oleh
kekuasaan agama pada zaman Kristus,
begitu pula akan berlaku pada generasi yang mengikutnya.
Berulang-ulang hikayat penarikan diri
Kristus dari Yudea disebut. Ketika Pembaharu-pembaharu
mengajarkan firman Allah, mereka tidak
mempunyai pikiran untuk memisahkan diri mereka daripada
sidang yang telah dibangunkan; tetapi
pemimpin-pemimpin agama itu tidak akan memperbolehkan terang
itu, dan orang yang membawa
terang itu dipaksa untuk mencahari golongan manusia yang
lain, ialah yang rindu akan kebenaran.
Dalam zaman kita ini terdapatlah beberapa orang yang mengaku
pengikut Kristus, tetapi digerakkan
oleh roh mereka sendiri. Sedikitlah orang yang mendengar
kepada suara Allah, dan sedia menerima
kebenaran dalam cara apa pun kebenaran itu dikemukakan.
Sering mereka yang mengikut jejak
kaum Pembaharu ini dipaksa untuk meninggalkan gereja yang
mereka kasihi, untuk menyatakan
ajaran firman Allah yang nyata. Banyak kali mereka yang
sedang mencahari terang dan oleh ajaran
yang sama terpaksa meninggalkan gereja nenek-moyang mereka
agar mereka dapat memberikan
penurutan mereka.
Orang-orang Galilea dihina oleh rabbi-rabbi Yerusalem
sebagai orang yang kasar dan tidak
berpendidikan namun demikian
merekalah suatu ladang yang lebih memberi pengharapan bagi
pekerjaan Juruselamat. Mereka adalah lebih sungguh-sungguh,
mereka agak kurang dikendalikan
oleh sifat berpura-pura; pikiran mereka lebih terbuka akan
menerima kebenaran. Kepergian Yesus ke
Galilea bukanlah memencilkan diri. Tidak ada suatu propinsi
pada zaman itu yang begitu penuh sesak dengan penduduknya dan pelbagai bangsa
daripada propinsi Yudea.
Pada waktu Yesus berjalan melalui Galilea, mengajar dan
menyembuhkan, orang banyak mengikut
Dia dari kota ke kota dan dari kampung ke kampung. Sering Ia
terpaksa menyembunyikan diri-Nya
daripada orang banyak. Semangat sangat berapi-api sehingga
perlu mengambil perhatian agar jangan
pemerintah Rom didorong untuk mengadakan pemberontakan.
Belum pernah terjadi dalam dunia suatu masa seperti ini.
Surga telah diturunkan kepada manusia.
Jiwa-jiwa yang lapar dan haus yang telah lama menunggu akan
penebusan bangsa Israel kini dijamu
dengan anugerah Juruselamat yang penuh kasihan.
Inti dari pengajaran Kristus ialah "waktunya sudah
sampai, dan kerajaan Allah sudah dekat;
bertobatlah kamu dan percayalah akan Injil itu." Maka
dengan demikian, kabar Injil, sebagaimana
yang diberikan oleh Juruselamat didasarkan atas
nubuatan-nubuatan. "Waktu" yang dikatakannya
akan digenapi ialah masa yang dinyatakan oleh malaikat
Jibrail kepada Daniel. "Tujuhpuluh kali
tujuh masa telah ditetapkan atas bangsamu dan atas kotamu
yang kudus, untuk melenyapkan
kefasikan, untuk mengakhiri dosa, untuk menghapuskan
kesalahan, untuk mendatangkan keadilan
yang kekal, untuk menggenapkan penglihatan dan nabi, dan
untuk mengurapi Yang Mahakudus."
Daniel 9:24. Satu hari dalam nubuatan adalah sama dengan
setahun. Bilangan 14:34; Yehz. 4:6.
Tujuh puluh minggu atau empat ratus sembilan puluh hari
adalah mengumpamakan empat ratus
sembilan puluh tahun. Titik permulaan masa ini adalah:
"Maka ketahuilah dan pahamilah: dari saat
firman itu keluar, yakni bahwa Yerusalem akan dipulihkan dan
dibangun kembali, sampai pada
kedatangan seorang yang diurapi, seorang raja, ada tujuh kali tujuh masa." Enam
puluh sembilan
minggu atau empat ratus delapan puluh tiga tahun. Daniel
9:25. Perintah untuk memperbaiki dan
membangunkan Yerusalem diberikan oleh titah Artaxerxes
Langemanus (lihat Ezra 6:14; 7:1, 9)
yang jatuh pada musim rontok tahun 457 Sebelum Masehi. Dari
tahun ini jika ditambah dengan 483
tahun maka berakhir pada musim rontok tahun 27 Sesudah
Masehi. Menurut nubuatan, masa ini
sampai kepada Mesias, yang diurapi. Pada tahun 27 Sesudah
Masehi Yesus dalam baptisan-Nya telah
menerima pengurapan Roh Suci, dan segera sesudah itu la
mulai pekerjaan-Nya. Maka pekabaran
diwartakan, 'Waktunya telah digenapi."
Lalu kata malaikat itu pula, "maka pada Sabat satu itu
akan dinyatakan perjanjian itu kepada
beberapa orang dengan
kemuliaannya." Karena tujuh tahun setelah Juruselamat memasuki
pekerjaan-Nya, Injil harus dikabarkan istimewa kepada bangsa
Yahudi, selama tiga setengah tahun
oleh Kristus sendiri; dan sesudah itu oleh rasul-rasul.
"Pada pertengahan tujuh masa itu ia akan
menghentikan korban sembelihan dan korban santapan."
Daniel 9:27. Pada musim semi tahun 31
Sesudah Masehi, Kristus korban yang benar telah
dipersembahkan di Golgota. Dan tirai kaabah itu
koyak menjadi dua dari atas ke bawah, menunjukkan bahwa
kesucian dan arti upacara korban telah
selesai. Waktunya telah sampai di mana korban dan
persembahan makanan dunia ini harus berhenti.
Satu minggu—tujuh tahun itu,—berakhir pada tahun 34 Sesudah
Masehi. Kemudian waktu
Estepanus dilempar dengan batu oleh orang Yahudi akhirnya
penolakan mereka akan Injil
dimeteraikan murid-murid yang telah tercerai-berai oleh
penganiayaan "menjelajah seluruh negeri itu
sambil memberitakan Injil" (Kisah 8:4); dan sesudah itu
Saul sipenganiaya itu ditobatkan dan telah
menjadi Paulus, rasul bagi orang kafir.
Waktu kedatangan Kristus, pengurapan-Nya oleh Roh Suci,
kematian-Nya, dan pemberitaan kabar
Injil kepada orang kapir dengan tegas ditunjukkan. Adalah
menjadi kesempatan orang Yahudi untuk
memahami nubuatan-nubuatan ini dan untuk mengenal akan
kegenapannya dalam pekerjaan Yesus.
Kristus mendasak murid-murid-Nya akan pentingnya mempelajari
nubuatan. Menunjukkan pada
nubuatan yang diberikan oleh Daniel mengenai zaman mereka
itu, la berkata, "para pembaca
hendaklah memperhatikannya." Matius 24:15. Sesudah
kebangkitan-Nya Ia telah menerangkan kepada murid kepada "segala
nabi," "apa yang tertulis tentang Dia." Lukas 24:27. Juruselamat
telah
berbicara melalui segala nabi. "Roh Kristus yang ada di
dalam mereka itu, "memberi kesaksian
tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan
tentang segala kemuliaan yang menyusul
sesudah itu." 1 Petrus 1: 11.
Jibrail, malaikat yang derajatnya setingkat lebih rendah
daripada Anak Allah yang telah datang
membawa pekabaran Ilahi kepada Daniel. Jibrail, "malaikat-Nya," yang telah diutus
oleh Kristus
untuk membuka tabir masa depan kepada Yohanes yang kekasih;
dan suatu berkat diucapkan kepada
mereka yang membaca akan perkataan nubuatnya ini dan yang
memasukkan ke dalarn hati segala
sesuatu yang tersurat di dalamnya. Wahyu 1:3.
"Sahaja Tuhan Hua tiada melakukan barang suatu perkara,
sebelum dinyatakan-Nya rahasia-Nya
kepada hamba-Nya, yaitu segala nabi-nabi."
"Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan, Allah kita,
tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai
selama-lamanya."
Ulangan 29:29. Allah telah memberikan perkara-perkara ini
kepada kita, dan berkat-Nya akan
menyertai orang yang dengan tekun dan setia mempelajari
nubuatan-nubuatan Kitab Suci.
Sebagaimana pekabaran kedatangan Kristus yang pertama kali
mengumumkan akan kerajaan
anugerah-Nya, demikian pula pekabaran kedatangan-Nya yang
kedua kali mengumumkan kerajaan
kemuliaan-Nya. Pekabaran yang kedua, sebagaimana pekabaran
yang pertama, dialaskan atas
nubuatan. Perkataan malaikat kepada Daniel mengenai akhir
zaman haruslah dipahami pada masa
kesudahan. Pada masa itu, "banyak orang akan
menyelidikinya, dan pengetahuan akan bertambah."
"Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji,
tetapi orang-orang fasik akan berlaku fasik;
tidak seorangpun dari orang fasik itu akan memahaminya,
tetapi orang-orang bijaksana akan
memahaminya." Daniel l2:4,10. Juruselamat Sendiri telah
memberikan tanda-tanda kedatangan-Nya,
dan Ia berkata, "Jika kamu melihat hal-hal itu terjadi,
ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah
dekat." "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan
sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta
kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan
dengan tiba-tiba jatuh ke atas
dirimu seperti suatu jerat." "Berjaga-jagalah
senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh
kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan
supaya kamu tahan berdiri di hadapan
Anak Manusia." Lukas 31: 31, 34, 36.
Kita telah tiba pada masa yang diramalkan dalam Kitab Suci.
Masa kesudahan sudah datang, khayal
nabi-nabi dibuka, dan amaran-amaran mereka menunjukkan kita
kepada kedatangan Tuhan dalam
kemuliaan itu telah dekat.
Orang-orang Yahudi telah salah menafsirkan dan
menyalah-gunakan firman Allah, dan mereka tidak
mengetahui masa kegenapannya. Tahun pekerjaan Kristus dan
rasul-rasul-Nya—tahun rahmat
terakhir yang terindah bagi umat pilihan,—mereka telah
gunakan dalam berkomplotan untuk
membinasakan pesuruh-pesuruh Tuhan. Cita-cita duniawi telah
memenuhi perhatian mereka itu, dan
suguhan kerajaan rohani yang telah diberikan pada mereka itu
sia-sia adanya. Begitu pula zaman ini
kerajaan dunia ini telah memenuhi pikiran manusia, sehingga
mereka tidak memperhatikan lagi
kegenapan nubuatan itu dengan cepat dan tanda-tanda kerajaan
Allah yang segera tiba itu.
"Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di
dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba
mendatangi kamu seperti pencuri, karena kamu semua adalah
anak-anak terang dan anak-anak siang.
Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang
kegelapan." Kita tidak mengetahui waktu
kedatangan Tuhan, tetapi kita boleh tahu bilamana sudah
dekat. "Sebab itu baiklah jangan kita tidur
seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan
sadar." I Tesalonika 5:4-6.
Pasal 24
"BUKANKAH IA INI ANAK TUKANG KAYU ITU?"
Dl SEBERANG hari-hari pekerjaan Kristus yang cemerlang di
Galilea, muncullah suatu bayangan
yang gelap. Orang Nazaret menolak Dia. "Bukankah Ia ini
anak Yusuf?" kata mereka itu.
Selama masa kanak-kanak dan masa muda Yesus telah berbakti
bersama saudara-saudara-Nya dalam
sinagog di Nazaret. Sejak Ia mulai bekerja. Ia tidak lagi
bersama-sama mereka itu, tetapi dalam hal
ini mereka memperhatikan apa yang telah terjadi kepada-Nya.
Pada saat Ia muncul lagi di antara
mereka, minat dan harapan mereka sangat tinggi. Di sini Ia
bertemu kembali dengan bentuk dan
wajah yang pernah Ia kenal sejak kecilnya. Di sinilah
ibu-Nya, saudara-saudara-Nya laki dan
perempuan dan segala mata pun diarahkan kepada-Nya ketika Ia
memasuki tempat kebaktian pada
hari Sabat, dan mengambil tempat duduk-Nya bersama
orang-orang yang berbakti.
Sebagai acara perbaktian setiap hari, ketua membaca suratan
nabi-nabi dan menasehati hadirin agar
tetap berharap pada Seorang yang akan membawa pemerintahan
yang mulia, dan akan membasmi
penindasan. Ia
---------------
Pasal ini dialaskan pada Lukas 4:16 -30
berusaha menguatkan hati para pendengarnya dengan mengulangi
akan buktinya bahwa
kedatangannya Mesias itu telah dekat. Ia melukiskan
kemuliaan kedatangan-Nya, dengan pengertian
bahwa Ia akan nampak sebagai penghulu tentara untuk
melepaskan bangsa Israel.
Apabila seorang rabbi hadir dalam kaabah, ia diharapkan
untuk memberikan suatu khotbah, dan
siapa pun dari antara orang Israel boleh memberikan bacaan
suratan nabi-nabi. Pada hari Sabat ini,
Yesus telah diminta untuk mengambil bahagian dalam acara
perbaktian. Ia "berdiri hendak
membacakan dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi
Yesaya." Yesaya 4:16, 17. Bacaan Kitab
Suci yang telah dibacakan-Nya adalah tulisan yang
menunjukkan pada Mesias itu.
"Roh Tuhan ada pada-Ku
oleh sebab Ia telah mengurapi Aku,
untuk menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang miskin;
dan Ia telah mengutus Aku
untuk memberitakan pembebasan
kepada orang-orang tawanan,
dan penglihatan bagi orang-orang
buta,
untuk membebaskan orang-orang
yang tertindas,
untuk memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang."
"Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali
kepada pejabat, . . . dan mata semua orang
dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. . . . Dan semua
orang itu membenarkan Dia dan mereka
heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya."
Lukas 4:17-20, 22.
Yesus berdiri di hadapan orang banyak itu sebagai seorang
penafsir nubuatan yang hidup mengenai diri-Nya Sendiri. Dengan menjelaskan
perkataan-perkataan yang telah dibacakan-Nya, Ia berbicara
mengenai Mesias sebagai seorang yang melepaskan orang yang
tertindas, membebaskan orang yang
tertawan, menghiburkan orang. yang susah hatinya, memulihkan
orang yang buta, dan menyatakan
kepada dunia terang kebenaran. Cara-Nya yang berkesan dan
perkataan-Nya yang ajaib itu telah
menjamah hati yang mendengar oleh suatu kuasa yang mereka
belum pernah rasai dulu. Arus
pengaruh Ilahi merombak segala rintangan; sebagaimana Musa,
mereka melihat yang Tidak Dapat
Dilihat. Pada saat hati mereka digerakkan oleh Roh Suci,
mereka menyahut dengan mengatakan
amin dan puji Tuhan.
Tetapi bila Yesus mengucapkan, "Pada hari ini isi kitab
yang kamu dengar itu sudah sampai," dengan
tiba-tiba mereka diingatkan untuk memikirkan tentang diri
mereka sendiri, dan pengakuan akan Dia
yang sedang berbicara kepada mereka itu. Mereka, bangsa
Israel, anak-anak Ibrahim, telah
diumpamakan sebagai dalam perhambaan. Mereka dikatakan
sebagai orang yang tertawan yang
harus dilepaskan daripada kuasa kejahatan; sebagai orang
yang berada dalam kegelapan dan
memerlukan terang kebenaran. Kesombongan mereka diganggu dan
ketakutan mereka dibangkitkan.
Perkataan Yesus menyatakan bahwa pekerjaan-Nya bagi mereka
itu adalah sangat bertentangan
dengan apa yang mereka telah rindukan. Perbuatan mereka
mungkin dapat diselidiki dengan teliti.
Walau pun mereka tepat dan cermat dalam upacara-upacara
secara luar, mereka takut akan mata
yang terang yang mengamat-amati mereka itu.
Siapakah Yesus ini? tanya mereka itu. Ia yang telah
menyatakan diri-Nya kemuliaan Mesias adalah
anak seorang tukang kayu, dan telah bekerja derigan bapa-Nya
Yusuf. Mereka telah melihat Dia
pergi bekerja naik-turun bukit, mereka telah berkenalan
dengan saudara-saudaranya laki-laki dan
perempuan, dan mengetahui hidup dan pekerjaan-Nya. Mereka
telah melihat Dia bertumbuh dari
kanak-kanak hingga menjadi orang muda, dan dari orang muda
hingga dewasa. Walau pun
kehidupan-Nya tidak bercacat, mereka tidak mau percaya bahwa
Ia adalah seorang yang telah
dijanjikan itu.
Alangkah besar perbedaannya di antara pengajaran-Nya
mengenai kerajaan yang baru itu dengan apa
yang mereka dengar daripada ketua-ketua mereka! Yesus tidak
berkata apa-apa mengenai kelepasan
mereka dari jajahan
Rom. Mereka telah mendengar tentang mukjizat-mukjizat-Nya, dan telah
mengharap bahwa kuasa-Nya akan dipakai bagi keuntungan
mereka, tetapi mereka melihat bahwa
tidak ada pernyataan bagi maksud yang seperti ini.
Pada saat mereka membuka pintu untuk kebimbangan, hati mereka menjadi keras hingga
tidak
mudah dilembutkan lagi pada saat itu. Setan telah bertekad
bahwa mata yang telah buta itu tidak
boleh dibuka hari itu, atau jiwa-jiwa yang terbelenggu
dibebaskan. Dengan giat ia bekerja untuk
mengikat mereka dalam keadaan tidak percaya itu. Mereka
tidak memikirkan tanda yang telah
diberikan, ketika mereka digoncangkan oleh keyakinan bahwa
Ialah Penebus mereka yang sedang
berkata pada mereka itu.
Tetapi Yesus kini memberikan suatu bukti Keilahian-Nya
dengan menyatakan pikiran mereka yang
tersembunyi. "Maka berkatalah Ia kepada mereka: 'Tentu
kamu akan mengatakan pepatah ini
kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah dirimu sendiri.
Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini,
segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!'
Dan kata-Nya lagi: 'Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di
tempat asalnya. Dan Aku berkata
kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat
banyak perempuan janda di Israel ketika
langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika
bahaya kelaparan yang hebat menimpa
seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah
seorang dari mereka, melainkan kepada
seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada
zaman nabi Elisa banyak orang kusta di
Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan,
selain dari pada Naaman, orang Siria itu.'" Lukas 4:23-27.
Oleh hubungan peristiwa ini dalam kehidupan nabi-nabi, Yesus
menemui pertanyaan para
pendengarnya. Hamba-hamba yang telah dipilih Allah untuk
suatu pekerjaan yang istimewa, tidak
diizinkan bekerja bagi orang yang berhati keras dan tidak
percaya. Tetapi mereka yang mempunyai
hati untuk merasa dan iman untuk percaya yang menyetujui
akan bukti kuasa-Nya melalui nabi-nabi.
Pada zaman Elia, orang Israel telah meninggalkan Allah.
Mereka bergantung pada dosa mereka, dan
menolak amaran Roh Suci melalui pesuruh-pesuruh Allah.
Dengan demikian mereka mengeratkan
diri mereka dari saluran oleh mana berkat-berkat Allah dapat
disalurkan kepada mereka. Tuhan
meliwati rumah orang Israel, di dalam suatu negeri kapir,
dengan seorang perempuan yang tidak
tergolong pada umat pilihan. Tetapi wanita ini diperkenankan
karena ia telah mengikuti terang yang
telah diterimanya, dan hatinya dibuka bagi suatu terang yang
lebih besar yang dikirimkan Tuhan
kepadanya melalui nabi-Nya.
Adalah bagi sebab yang sama sehingga pada zaman Elisa orang
kusta pada bani Israel diliwati.
Tetapi Naaman, seorang kapir yang berkedudukan tinggi, setia
kepada keyakinannya akan yang
benar, dan telah merasa keperluannya yang besar akan
pertolongan. Ia berada dalam suatu keadaan
untuk menerima pemberian rahmat Allah. Ia bukan hanya
disucikan daripada penyakit kusta, tetapi
juga diberkati dengan suatu pengetahuan akan Allah yang
benar.
Derajat kita di hadapan Allah bergantung bukannya atas
banyaknya terang yang telah kita terima,
tetapi atas penggunaan atas barang yang kita miliki. Maka
dengan hal ini walau pun orang kafir yang
memilih yang benar seberapa jauh mereka dapat membedakannya,
berada dalam suatu keadaan yang
lebih diperkenankan daripada mereka yang telah memiliki
terang yang besar, dan mengaku melayani
Allah, tetapi tidak memperdulikan akan terang itu, dan
kehidupan mereka setiap hari berlawanan
dengan pengakuan mereka.
Perkataan Yesus kepada para pendengar-Nya di dalam rumah
sembahyang menempelak akar dari
sikap membenarkan diri mereka, menekankan kepada mereka
kebenaran yang pahit bahwa mereka
telah terpisah jauh daripada Allah, dan menghilangkan
pengakuan mereka sebagai umat-Nya.
Tiap-tiap perkataan adalah sebagai sembilu yang menyayat
pada saat keadaan mereka yang
sebenarnya yang dibentangkan di hadapan mereka itu. Mereka
melecehkan kepercayaan yang pada
mulanya telah diilhamkan oleh Yesus kepada mereka itu.
Mereka tidak mengaku bahwa Ia yang
telah lahir dari kemiskinan dan kehinaan itu adalah lain
daripada orang yang biasa.
Roh tidak percaya mereka menimbulkan permusuhan. Setan telah
mengendalikan diri mereka itu,
dan dengan murka mereka berseru melawan Juruselamat. Mereka
telah berpaling daripada-Nya yang
pekerjaan-Nya adalah menyembuhkan dan memperbaiki; kini
mereka menyatakan sifat-sifat
sipembinasa.
Waktu Yesus menyinggung mengenai berkat-berkat yang
diberikan kepada orang kapir, roh
kesombongan kebangsaan dari para pendengarnya telah
dibangkitkan, dan perkataan-Nya telah
ditelan oleh suara gemuruh banyak orang yang tidak merasa
puas. Orang-orang ini telah
menyombongkan diri mereka karena memelihara taurat, tetapi
kini kesombongan mereka diserang,
sehingga mereka hampir mengadakan pembunuhan. Rombongan
bubar, dan mereka pun menangkap
Yesus, mendorong Dia keluar dari dalam tempat sembahyang dan
keluar dari dalam kota. Rupanya
semua mengingini kebinasaan-Nya. Mereka menarik Dia hingga
ke tepi jurang, dengan maksud
untuk menolak Dia jatuh. Teriakan kutukan memenuhi angkasa.
Ada yang melempar batu pada-Nya,
ketika dengan tiba-tiba Ia menghilang dari pada pemandangan
mereka itu. Pesuruh-pesuruh surga
yang menyertai Dia di dalam rumah sembahyang juga menghantar
Dia di tengah-tengah komplotan
yang sedang marah itu. Mereka menutup dia daripada
musuh-musuh-Nya dan membawa ke suatu
tempat yang aman. Demikianlah caranya malaikat melindungi
Lot, dan memimpin dia keluar dengan selamat dari dalam
negeri Sodom. Demikian pula caranya mereka melindungi Elisa
di suatu bukit kecil di dalam kota.
Bila bukit-bukit yang melingkar itu telah dipenuhi oleh kuda
dan rata raja Syam, dan sejumlah besar
tentara yang lengkap, Elisa melihat lereng bukit yang lebih
dekat telah ditutupi oleh tentara Allah—
kuda dan rata api mengelilingi hamba Allah.
Demikian pula, pada sepanjang zaman, malaikat Tuhan
menyertai pengikut-pengikut Kristus yang
setia. Pasukan kejahatan yang sangat besar dikerahkan
melawan segala orang yang akan menang;
tetapi Kristus mengajak kita memandang kepada perkara yang
tidak kelihatan, kepada tentara surga
yang berpasukan mengelilingi segala orang yang kasih akan
Allah, untuk melepaskan mereka itu.
Dari bahaya apa pun, kelihatan dan tidak kelihatan, kita
telah dipelihara oleh perantaraan
malaikat-malaikat, kita tidak pernah akan mengetahui rahasia
penjagaan Allah sampai dalam terang
kekekalan kita melihat pemeliharaan Allah. Maka kita akan
mengetahui bahwa seluruh keluarga
surga menaruh perhatian pada keluarga Allah di atas dunia
ini, bahwa pesuruh-pesuruh dari takhta
Allah menyertai langkah kita tiap-tiap hari.
Apabila Yesus di dalam rumah sembahyang membaca suratan
nubuatan, Ia berhenti sejenak untuk
penjelasan terakhir mengenai pekerjaan Mesias. Setelah
membaca perkataan ini "akan
berseru-serukan tahun kesenangan Tuhan," Ia lewatkan
bagian kalimat, "hari pembalasan Allah kita."
Yesaya 61:2. Hal ini adalah kebenarannya sebagaimana juga
yang terutama dalam nubuatan, dan
dengan tenang Yesus tidak menyangkal akan kebenarannya.
Ucapan yang terakhir ini dengan senang
hati diterima oleh para pendengarnya dan yang mereka
rindukan digenapi. Mereka mengumumkan
hukuman yang menantang orang kafir, dengan tidak menyadari
bahwa kesalahan mereka itu sendiri
lebih besar dari kesalahan orang lain. Mereka sendiri
sebenarnya sangat memerlukan-rakhmat yang
mereka ingkari pada orang kafir. Pada hari itu di dalam
rumah sembahyang, waktu Yesus berdiri di
hadapan mereka itu adalah menjadi kesempatan mereka untuk
menerima panggilan surga. Ia yang
"berkenan kepada kasih setia" Mikha 7:18 dengan
seorang akan menyelamat kan mereka daripada
kebinasaan yang disebabkan oleh dosa-dosa mereka.
Tidak ada suatu panggilan lagi yang Ia dapat berikan pada
mereka untuk bertobat. Menjelang akhir
masa kerja-Nya di Galilea kembali Ia mengunjungi rumah di
mana Ia tinggal di masa kanak-kanak.
Sejak Ia ditolak di sana, kemashuran pengajaran dan
mukjizat-Nya tersebar di seluruh negeri itu.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa Ia mempunyai kuasa yang
melebihi kuasa manusia. Orang Nazaret
mengetahui bahwa Ia berjalan keliling berbuat baik dan
menyembuhkan sekalian orang yang ditindas
oleh setan. Di seluruh negeri tidak kedengaran lagi keluhan
penyakit karena Ia telah melalui rumah
mereka, menyembuhkan segala penyakit. Rakhmat dinyatakan
dalam tiap-tiap tindakan hidup-Nya
yang membuktikan pengurapan Ilahi.
Sekali lagi di saat mereka mendengar perkataan-Nya, orang
Nazaret tergerak oleh Roh Suci. Tetapi
kini mereka tidak mau mengakui bahwa orang ini, yang telah
dibesarkan di antara mereka adalah
lain atau lebih besar daripada mereka itu sendiri. Masih
mendengung di tambur telinga mereka itu
ingatan yang pahit ketika Yesus mengakui bahwa Ia sendiri
yang dijanjikan itu, Ia telah menyangkali
mereka tidak setempat dengan bangsa Israel; karena telah
ditunjukkan-Nya bahwa mereka itu kurang
layak pada pemandangan Allah daripada seorang kafir. Dari
saat inilah walau pun mereka bertanya,
"Dari manakah orang ini beroleh hikmat yang demikian
serta mukjizat itu?" Mereka tidak mau
menerima Dia sebagai Kristus yang datang daripada Allah. Karena kurang percaya
mereka,
Juruselamat tidak dapat mengadakan banyak mukjizat di antara
mereka. Hanya beberapa hati yang
dibuka untuk menerima berkat-Nya, dan dengan terpaksa Ia
meninggalkan tempat itu dan tidak
pernah kembali lagi.
Sekali roh tidak percaya itu digemari, maka roh itu
mengendalikan orang-orang Nazaret. Roh itu pun telah mengendalikan anggota
Sanhedrin dan seluruh bangsanya. Dengan imam-imam dan orang
banyak, penolakan pertama akan pernyataan kuasa Roh Suci
adalah menjadi permulaan kebinasaan
mereka. Untuk membuktikan bahwa penolakan yang pertama benar
adanya, mereka meneruskan
untuk mencari kesalahan pada perkataan Kristus. Penolakan
mereka akan Roh Suci yang berpuncak
di kayu palang Joljuta, menghasilkan kebinasaan kotanya, dan tercerai berainya bangsa sebagai
ditiup oleh angin.
Oh, alangkah rindunya Kristus untuk membuka pada orang
Israel akan harta kebenaran yang indah
itu! Tetapi karena kebutaan kerohanian mereka yang semacam
itu sehingga mustahillah bagi Dia
untuk menyatakan pada mereka itu kebenaran yang berhubungan
dengan kerajaan-Nya. Mereka
bergantung kepada kepercayaan dan upacara-upacara mereka
yang tidak ada gunanya, di kala
kebenaran surga menanti penerimaan mereka. Mereka
menghabiskan uang mereka hanya untuk
sampah dan sekam duniawi, di saat roti hidup dapat mereka peroleh.
Mengapakah mereka tidak
pergi kepada firman Allah dan menyelidik dengan rajin untuk
mengetahui kalau mereka berada
dalam kesalahan? Perjanjian Lama menyatakan dengan jelas
segala seluk beluk pelayanan Kristus,
dan berulang-ulang Ia mengutip dari suratan nabi-nabi dan
menyatakan "Hari ini suratan ini digenapi
di dalam telingamu." Jikalau mereka dengan setia telah
menyelidik Kitab Suci, membawa segala
teori mereka untuk diuji oleh firman Allah, Yesus tidak
perlu meratapi akan penyesalan mereka. Ia
tidak perlu lagi mengatakan, "Sesungguhnya rumahmu ini
akan ditinggalkan dan menjadi sunyi"
Lukas 13:35. Mungkin mereka telah mengenal akan bukti Ia
sebagai Mesias dan bahaya yang sedang
mengancam kota mereka yang sombong itu dapat disingkirkan.
Tetapi pikiran orang Yahudi telah
menjadi sempit oleh kesombongan yang tidak masuk di akal.
Ajaran Kristus menyatakan kekurangan
tabiat mereka dan menuntut pertobatan, Jika mereka menerima
akan pengajaran-Nya, perbuatan
mereka harus dirubah, dan harapan mereka yang disimpan dalam
hati itu ditinggalkan. Agar
dihormati oleh surga, mereka patut mengorbankan kehormatan
manusia. Jika mereka hendak
menurut perkataan rabbi yang baru ini, mereka harus
menjalani arah yang bertentangan dengan
pikiran ahli pikir dan guru besar zaman itu.
Kebenaran itu tidaklah populer pada zaman Kristus. Begitu
pula pada zaman kita ini. Tidak populer
sejak Setan pertama-tama memberikan pada manusia tipuan oleh
mengemukakan dongengan yang
membawa pada kesombongan diri. Tidakkah kita zaman ini
menemui teori-teori dan doktrin-doktrin
yang tidak beralaskan sabda Allah? Manusia bergantung dengan
teguhnya pada ajaran dan teori itu,
sebagaimana orang Yahudi bergantung pada tradisi mereka.
Para pemimpin Yahudi
telah dipenuhi dengan kesombongan rohani. Keinginan hati mereka bagi
kemuliaan diri ternyata hingga di dalam upacara kaabah.
Mereka mencintai kursi yang tertinggi di
dalam kaabah. Mereka sangat senang dengan hormat yang
diberikan oleh orang banyak di
pasar-pasar, dan merasa bangga dengan gelaran mereka yang
disebut-sebut oleh orang banyak. Pada
saat kesucian yang benar berkurang, mereka menjadi lebih
cemburu terhadap tradisi-tradisi dan
upacara-upacara mereka.
Oleh karena pengertian mereka telah digelapkan oleh roh cinta diri yang
fanatik, mereka tidak hgi
mengimbangi kuasa perkataan Kristus yang meyakinkan itu
dengan kerendahan kehidupan-Nya.
Mereka tidak menghargai akan fakta bahwa kebesaran yang
benar tidak dapat ditunjukkan oleh
perkara-perkara di luar. Kekurangan manusia itu ternyata
seluruhnya tidak sesuai dengan
pengakuanNya sebagai Mesias. Mereka bertanya, Jikalau Ia
benar sebagai pengakuan-Nya,
mengapakah Ia begitu sederhana? Jika Ia merasa puas tanpa
bala tentara, apakah akan terjadi dengan
kerajaannya? Bagaimana dapat kuasa dan kemuliaan yang begitu
lama diharapkan membawa
bangsa-bangsa-Nya sebagai rakyat bagi kota orang Yahudi?
Bukankah imam telah mengajarkan
bahwa bangsa Israel yang akan memegang pemerintahan di
seluruh dunia? Dan mungkinkah bahwa guru-guru agama itu bersalah?
Tetapi bukanlah karena tidak ada penarikan luar dalam
kehidupan Yesus yang membawa bangsa
Yahudi menolak Yesus. Ia adalah lambang kesucian, dan mereka
tidak suci. Ia tinggal di antara
manusia sebagai suatu teladan kesucian yang tidak bercacat.
Kehidupan-Nya yang tidak bernoda itu
memancarkan terang pada hati mereka itu. Kesungguh-sungguhan
hati-Nya menyatakan ketidak
sungguhan mereka. Hal ini hanyalah membuka kedok kesucian
yang berpura-pura dan menyatakan
kejahatan mereka sampai ke akar-akarnya. Terang inilah yang
tidak diterima.
Jikalau Kristus menaruh perhatian pada orang-orang Parisi,
dan meninggikan ajaran dan peribadatan
mereka, tentu mereka telah menyambut Dia dengan kesukaan.
Tetapi bila Ia berbicara tentang
kerajaan surga sebagai suatu hadiah anugerah bagi seluruh
manusia, Ia sedang mengemukakan suatu
ajaran agama yang tidak disetujui sama sekali oleh mereka
itu. Teladan dan ajaran mereka itu sendiri
tidak pernah menjadikan pelajaran terhadap Allah itu berkenan. Bila melihat Yesus memberikan
perhatian pada seorang yang mereka benci dan tolak, hal itu
membangkitkan hawa nafsu
kesombongan hati mereka. Walau pun mereka bangga karena di
bawah "Singa dari suku Yahuda"
Wahyu 5:5, Israel harus ditinggikan melebihi seluruh bangsa,
tetapi mereka lebih sanggup menerima
akan kekecewaan cita-cita yang telah gagal daripada mereka
menerima pukulan dalam teguran
Kristus bagi dosa mereka itu, yang mereka rasai dari hadirat
kesucian-Nya.
Pasal 25
PANGGILAN Dl TEPI PANTAI
SANG SURYA sedang memancarkan cahayanya di atas laut
Galilea. Murid-murid yang telah letih
karena usaha yang tidak berhasil semalam suntuk, sedang duduk
di atas perahu nelayannya yang
terapung-apung di atas danau itu. Yesus telah datang untuk
berasing di tepi danau itu. Ia telah
mengharap bahwa dengan berasing pada pagi buta ini Ia akan
mendapat sedikit waktu untuk
beristirahat dari kesibukan melayani orang banyak yang
mengikuti Dia tiap-tiap hari. Tetapi tidak
berapa lama kemudian orang banyak itu mulai mengerumuni Dia.
Jumlah orang banyak itu dengan
cepat bertambah banyak sehingga Ia terdesak dari segala
penjuru. Dan sementara itu murid-murid
telah mendarat. Untuk menghindari desakan orang banyak,
Yesus naik ke perahu Petrus dan
meminta padanya agar menolak perahu itu agak jauh sedikit
dari tepi pantai. Di sini Yesus dapat
dilihat dan didengar oleh orang banyak dan dari dalam perahu
itulah Ia mengajar orang banyak yang
berada di pantai.
Alangkah hebatnya pemandangan ini bagi malaikat-malaikat
surga;
-----------
Pasal ini dialaskan pada Mat. 4:18-22; Mrk. 1:16-20; Luk.
5:1-11.
Panglima besar mereka, duduk di atas sebuah perahu nelayan,
digoyang ke sana ke mari oleh ombak
yang tidak henti-hentinya, sambil mengabarkan kabar
keselamatan yang baik kepada orang banyak
yang sedang mendengar serta berdesak desak sampai ke tepi
air. Ia yang dihormati oleh surga sedang
mewartakan perkara besar tentang kerajaan-Nya di alam
terbuka kepada orang-orang kebanyakan.
Tetapi Ia tidak dapat
lagi memperoleh pandangan lain yang lebih cocok lagi bagi
pekerjaan-pekerjaan-Nya. Danau, gunung-gunung, ladang-ladang
yang terhampar luas, sinar surya
yang menyirami permukaan bumi, semuanya adalah bahan-bahan
yang telah disediakan untuk
menjelaskan pelajaran-Nya dan memasukkannya ke dalam pikiran
mereka itu. Tidak ada suatu
pelajaran Kristus yang sia-sia. Setiap pekabaran yang terbit
daripada bibir-Nya yang diterima oleh
suatu jiwa adalah berupa perkataan hidup kekal.
Setiap saat jumlah orang
banyak itu kian bertambah. Orang orang yang telah tua bersandar pada
tongkatnya, petani-petani yang miskin turun dari
bukit-bukit, nelayan dari danau itu, pedagang dan
rabbi-rabbi, orang-orang kaya dan orang-orang terpelajar,
tua dan muda, membawa orang-orang sakit
dan yang menderita, berdesak-desak untuk mendengar perkataan
Guru Ilahi itu. Pemandangan inilah
yang telah dilihat oleh nabi terlebih dulu, karena
sebagaimana yang tersurat:
"Tanah Zebulon dan tanah Naftali Yang di sebelah jalan
ke tasik Di seberang Yarden yaitu Galilea
Tanah orang kafir Maka kaum yang diam di dalam gelap telah
melihat terang besar dan bagi orang
sekalian yang diam di tanah bayang-bayang maut terbitlah
terang."
Di samping orang banyak yang berdiri di pantai Galilea,
Yesus di dalam khotbah-Nya di tepi laut di
hadapan pikiran-Nya berdiri suatu hadirin yang lain pula.
Berabad-abad lamanya, Ia melihat
umat-umat-Nya yang setia yang meringkuk di dalam penjara dan
diadili di dalam ruangan
pengadilan, mengalami pencobaan, dibuang dan menderita
sengsara. Segala pandangan gembira,
pergumulan dan kebimbangan terhampar di hadapan-Nya. Di
dalam perkataan yang diucapkan
kepada mereka yang mengerumuni Dia, Ia sedang berbicara juga
kepada jiwa-jiwa yang lain,
perkataan yang sama pula akan sampai ke telinga mereka itu,
sebagai suatu pekabaran pengharapan
di dalam masa pencobaan, penghiburan di dalam duka cita dan
menjadi terang surga di dalam kegelapan. Oleh Roh Suci, suara yang berbicara
dari perahu nelayan di atas laut Galilea itu akan
didengar juga berkata tentang damai kepada hati manusia pada
akhir zaman ini.
Pembicaraan-Nya berakhir, Yesus menoleh kepada Petrus dan
meminta padanya untuk menebarkan
pukatnya ke dalam laut untuk menangkap ikan. Tetapi Petrus
telah putus asa. Sepanjang malam ia
tidak mendapat apa-apa. Sepanjang malam yang sepi itu ia
telah memikirkan akan nasib Yohanes
Pembaptis, yang telah menderita di dalam goha tahanannya. Ia
telah memikirkan juga akan
kemungkinan masa depan Yesus dan pengikut-pengikut-Nya,
pengalaman sedih yang dialami Yesus
di Yudea, dan niat jahat rabbi-rabbi dan imam-imam. Hingga
pekerjaan hidupnya sendiri telah
mengecewakan hatinya; dan pada saat ia menjaga pukatnya
kosong itu, masa depannya sangatlah
gelap oleh kekecewaan hatinya. "Ya Rabbi,"
katanya, "semalam-malaman kami berlelah suatu pun
tiada dapat; tetapi sebab perkataan Rabbi, hamba melabuhkan
pukat itu."
Malam adalah satu-satunya waktu yang baik untuk mencahari
ikan dengan pukat di dalam air danau
yang jernih itu. Setelah bekerja sepanjang malam dengan
tidak mendapat suatu apa pun, maka tidak
ada gunanya untuk membuang pukat pada hari siang; tetapi Yesus
telah memberikan perintah dan
kasih Tuhan telah menggerakkan hati murid-murid untuk
menurut. Simon dan saudaranya bersama
sama menjatuhkan pukat itu. Pada saat mereka berusaha
menarik pukat itu ke dalam perahu, oleh
karena banyak ikannya, sehingga pukat itu pun koyak. Mereka
terpaksa memanggil Yakub dan
Yohanes untuk membantu mereka. Apabila tangkapan mereka itu
naik ke dalam perahu, karena berat
muatannya mereka takut akan tenggelam.
Tetapi kini Petrus tidak lagi menghiraukan akan perahu dan
muatannya. Mukjizat ini melebihi segala
sesuatu yang pernah disaksikannya, karena hal ini baginya
adalah menjadi suatu kenyataan kuasa
Ilahi. Pada wajah Yesus ia telah lihat Seorang yang
mengendalikan semesta alam. Hadirnya
Keilahian-Nya telah menyatakan bahwa ia tidak suci. Cinta
bagi Tuhan-Nya, malu akan kurang
percayanya, bersyukur akan kerendahan hati Kristus, terlebih
pula perasaan akan kecemarannya di
hadapan kesucian yang kekal telah mengalahkan dia. Di kala
teman-temannya mengeluarkan
ikan-ikan dari dalam pukat, Petrus jatuh di kaki Juruselamat
sambil berkata, "Undurlah daripadaku,
karena aku seorang yang penuh dengan dosa O Tuhan."
Hadirat kesucian Ilahi yang sama yang telah menyebabkan nabi
Daniel rebah sebagai seorang yang
mati di hadapan malaikat Allah. "Hilanglah kekuatanku;
aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak
ada lagi kekuatan padaku." Begitu pula bila Yesaya
melihat kemuliaan Tuhan, ia berkata "Celakalah
aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan
aku tinggal di tengah-tengah bangsa
yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja,
yakni Tuhan semesta alam." Daniel 10:8;
Yesaya 6:5. Kemanusiaan, dengan kelemahan dan dosanya, telah
dibawa berhadapan dengan
kesempurnaan Ilahi, maka ia jatuh oleh kekurangan dan
kecemarannya. Demikian pula jadinya
dengan segala orang yang diberikan kesempatan melihat
kebesaran dan keagungan Allah.
Petrus berkata, "Undurlah daripadaku karena aku seorang
berdosa"; tetapi ia tetap bergantung pada
kaki Yesus karena merasa bahwa ia tidak dapat berpisah
daripada-Nya. Juruselamat menjawab,
"Jangan takut, daripada sekarang ini engkau menjadi
pemukat orang." Setelah Yesaya melihat akan
kesucian Allah dan ketidak-layakannya sendiri, barulah ia
dipercayakan dengan pekabaran Ilahi.
Setelah Petrus menyangkal akan dirinya dan bergantung kepada
kuasa Ilahi, barulah ia menerima
panggilan untuk bekerja bagi Kristus.
Hingga saat ini tidak seorang dari murid-murid-Nya yang
sepenuhnya bersatu sebagai teman sekerja
bersama Yesus. Mereka telah menyaksikan banyak mukjizat-Nya
dan telah mendengar
pengajaran-Nya; tetapi mereka belum meninggalkan seluruhnya
pekerjaan hidup mereka yang
semula. Pemenjaraan Yohanes Pembaptis membawa suatu
kekecewaan yang pahit pada hati mereka
itu. Jika demikian hasilnya pekerjaan Yohanes, maka
sedikitlah harapan mereka itu kepada Tuhannya, untuk menghadapi segala pemimpin
agama yang bersatu melawan Dia. Dalam hal ini,
kembali untuk seketika pekerjaan nelayan adalah sebagai
suatu jalan kelegaan. Tetapi kini Yesus
memanggil mereka itu untuk meninggalkan pekerjaan hidup
semula dan menyatukan perhatian
mereka itu dengan perhatian-Nya. Petrus telah menerima
panggilan itu. Setelah tiba di pantai, Yesus
memanggil tiga murid yang lain. "Marilah, ikutlah Aku,
maka Aku akan menjadikan kamu kelak
penjala orang." Dengan segera mereka meninggalkan
segala sesuatu dan mengikut Dia.
Sebelum meminta mereka meninggalkan pukat dan perahu mereka,
Yesus telah memberikan kepada
mereka jaminan bahwa Allah akan menyediakan keperluan
mereka. Pemakaian perahu Petrus bagi
pekerjaan Injil telah dibayar kembali dengan pembayaran yang
sangat mahal. Ia yang "kaya bagi
semua orang yang berseru kepada-Nya" telah berkata,
"Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran
yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpa ke
luar akan dicurahkan ke dalam
ribaanmu." Rom 10:12; Lukas 6:38. Dalam sukatan ini Ia
memberi upah pelayanan murid-murid.
Dan tiap-tiap pengorbanan diberikan karena "karunia-Nya
yang melimpah-limpah sesuai dengan
kebaikan-Nya." Efesus 3:20: 2:7.
Selama malam yang sedih di atas danau, bila mereka terpisah
dari Kristus, murid-murid sangat
ditekan oleh perasaan kebimbangan dan letih karena usaha
yang tidak berhasil. Oleh hadirat-Nya
yang menyalakan iman mereka, dan membawa kepada mereka
kesukaan dan kemajuan. Demikian
pula dengan kita; jika terpisah dari Kristus, maka pekerjaan
kita akan sia-sia dan mudahlah untuk
tidak percaya dan bersungut-sungut. Tetapi bila Ia dekat dan
kita bekerja di bawah petunjuk-Nya,
kita bersuka-suka di dalam bukti kuasa-Nya. Adalah pekerjaan
setan untuk mengecewakan jiwa;
adalah pekerjaan Kristus untuk mengilhami jiwa itu dengan
percaya dan pengharapan.
Suatu pelajaran yang dalam yang telah digambarkan oleh
mukjizat ini kepada murid-murid menjadi
suatu pelajaran bagi kita juga,—bahwa Ia oleh perkataan-Nya
dapat mengumpulkan ikan-ikan dari
lautan, dapat juga menekan hati manusia dan menarik mereka
itu oleh tali cinta-Nya, agar
hamba-hamba-Nya pun boleh menjadi "pemancing
jiwa."
Mereka adalah orang-orang yang hina dan tidak terpelajar
karena hanya nelayan dari Galilea; tetapi
Kristus, terang dunia, dengan limpahnya dapat menyanggupi
mereka itu bagi suatu jabatan yang
atasnya Ia telah memilih mereka itu. Juruselamat tidak
memandang rendah akan pendidikan; karena
apabila seorang dikendalikan oleh kasih Allah dan diabdikan
bagi pekerjaan-Nya, pikiran itu menjadi
suatu berkat. Tetapi Ia melewati orang-orang pintar pada
zaman-Nya, karena mereka itu hanya
bersandar pada diri mereka sendiri sehingga mereka tidak
dapat merasai akan penderitaan manusia
dan menjadi teman sekerja dengan orang yang dari Nazaret
itu. Dalam kesombongan mereka itu
mereka merasa hina jika diajar oleh Kristus. Tuhan Yesus
mencahari kerja sama mereka yang akan
menjadi saluran yang tidak akan pecah bagi hubungan
anugerah-Nya. Hal utama yang patut dipelajari
oleh orang yang akan menjadi pekerja bersama Allah adalah
pelajaran tentang tidak bersandar pada
diri sendiri; lalu mereka bersedia untuk diberi tabiat
Kristus. Hal ini tidaklah didapat oleh pendidikan
dalam kebanyakan sekolah ilmu pengetahuan di dunia ini.
Buah-buah kebijaksanaanlah yang didapat
dari Guru Ilahi sendiri.
Yesus memilih nelayan yang tidak berpendidikan karena mereka
tidak dipersekolahkan dalam tradisi
dan adat istiadat yang salah pada zaman mereka itu. Mereka
adalah orang-orang yang sanggup
karena pembawaannya dan mereka rendah hati dan mudah diajar
orang-orang yang dapat
dididik-Nya bagi pekerjaan-Nya. Dalam langkah hidup yang
biasa banyak orang yang dengan sabat
melakukan pekerjaan hidup sehari-hari, tidak menyadari bahwa
ia memiliki kuasa yang, jika
digunakan, akan mengangkat dia pada suatu taraf yang sama
dengan orang yang dihormati oleh
dunia. Jamahan tangan yang cakap diperlukan untuk
membangkitkan kesanggupan yang masih
terpendam. Orang yang seperti itulah dipanggil Tuhan untuk
menjadi teman pengerja-Nya, dan diberikan-Nya kepada mereka itu kesempatan
bergaul dengan Dia. Tidak pernah ada seorang besar di
dunia ini seperti
Dia. Apabila murid-murid selesai mendapat pendidikan dari Juruselamat, mereka
tidak lagi bodoh atau tidak berpendidikan. Mereka telah
menjadi seperti Dia dalam pikiran dan tabiat
dan orang lain pun menerima pengetahuan yang telah mereka
peroleh dari Yesus.
Pekerjaan pendidikan yang tertinggi bukan hanya untuk
menghubungkan pengetahuan, tetapi untuk
memberikan tenaga yang penting yang diterima melalui
hubungan pikiran dengan pikiran, jiwa
dengan jiwa. Hanya hidup yang dapat menghasilkan hidup. Maka
alangkah luar biasanya kesempatan
mereka itu, yang selama tiga tahun tiap-tiap hari
berhubungan dengan hidup Ilahi dari mana mengalir
tiap-tiap tenaga pemberi hidup yang telah memberkati dunia
ini. Melebihi segala kawan-kawannya,
Yohanes murid yang kekasih menyerahkan dirinya kepada kuasa
hidup yang ajaib itu. Ia berkata,
"Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya
dan sekarang kami bersaksi dan
memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada
bersama-sama dengan Bapa dan yang
telah dinyatakan kepada kami." "Karena dari
kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih
karunia demi kasih karunia." I Yohanes 1:2; Yohanes
1:16.
Pada zaman rasul-rasul Tuhan, tidak ada sesuatu yang membawa
kemuliaan kepada diri mereka itu.
Nyatalah bahwa kemajuan pekerjaan mereka terserah pada
Allah. Kehidupan orang-orang ini, tabiat
yang mereka kembangkan, dan pekerjaan besar yang dilakukan
Allah melalui mereka itu, adalah
suatu kesaksian kepada apa yang diperbuat-Nya bagi segah
orang yang dapat diajar dan menurut.
Ia yang lebih mengasihi Kristus, akan melakukan perbuatan
baik yang terbesar. Tidak ada batas pada
kegunaan seorang yang mengesampingkan dirinya sendiri,
menyediakan tempat bagi pekerjaan Roh
Suci di dalam hatinya, dan menghidupkan suatu kehidupan yang
sepenuhnya berserah kepada Allah.
Jika manusia menderita suatu disiplin yang perlu, tanpa
sungutan, Allah akan mengajar mereka itu
tiap jam, dan tiap hari. Ia rindu menyatakan rahmat-Nya.
Jika umat-Nya hendak memindahkan
segala rintangan, maka Ia akan menuangkan air keselamatan
dengan limpahnya melalui
saluran-saluran manusia. Jikalau manusia dalam kehidupan
yang rendah itu dikuatkan untuk
melakukan segala yang baik yang mereka dapat perbuat, jika
tangan yang menekan tidak diletakkan
atas mereka itu untuk menekan kembali kegiatan mereka, maka
akan terdapat seratus pengerja bagi
Kristus di mana kini hanya seorang.
Allah mengambil seseorang sebagaimana adanya, dan mendidik
dia bagi pelayanan-Nya, jika ia
hendak menyerahkan dirinya kepada-Nya. Roh Allah yang
diterima di dalam jiwa, akan
mempertajam kesanggupan pikirannya. Di bawah pimpinan Roh
Suci, pikiran yang diserahkan tanpa
cadangan kepada Allah berkembang dengan seimbang dan
dikuatkan untuk memahami dan
menggenapi tuntutan-tuntutan Allah. Tabiat yang lemah
dan ragu-ragu akan diubahkan pada suatu
tabiat yang kuat dan teguh. Penyerahan yang terus-menerus
membangunkan suatu hubungan yang
begitu dekat antara Yesus dengan murid-murid-Nya sehingga
orang-orang Kristen menjadi seperti
Dia dalam pikiran dan tabiat. Melalui suatu hubungan dengan
Kristus ia akan memiliki pandangan
yang lebih jernih dan lebih luas. Penglihatannya akan lebih
tajam, perkembangan tabiatnya akan
lebih seimbang. Ia yang rindu bekerja bagi Kristus
pikirannya dipertajam oleh kuasa pemberi hidup
ialah Matahari Kebenaran sehingga ia sanggup menghasilkan
banyak buah bagi kemuliaan Allah.
Orang yang berpendidikan tertinggi di dalam bidang kesenian
dan ilmu pengetahuan telah
mempelajari pelajaran yang indah dari orang Kristen di dalam
kehidupan yang rendah itu yang
dinyatakan oleh dunia sebagai orang yang tidak terpelajar.
Tetapi murid-murid yang bodoh ini telah
mendapat pendidikan mereka di dalam sekolah yang tertinggi.
Mereka telah duduk di kaki Dia yang
berbicara sebagai yang dikatakan "belum pernah orang
berkata seperti orang ini."
Pasal 26
Di Kapernaum
KAPERNAUM menjadi pusat pekerjaan Yesus. Dari negeri inilah ia mengadakan
perjalanan pergi dan
pulang, dan oleh sebab itu negeri ini telah dikenal sebagai
"tanah tumpah darah-Nya." Negeri ini terletak di atas
pantai Danau Galilea dekat perbatasan padang rumput
Genasaret yang indah.
Tekanan berat danau itu memberikan pada padang rumput yang
membatasi pantainya suatu iklim yang segar
dari selatan. Di sini, pada zaman Kristus berkembanglah
pohon palem dan pohon zaitun dan di tempat inilah
pohon buah-buahan dan kebun anggur, ladang hijau dan kembang
yang indah semuanya diairi oleh aliran air
yang hidup yang memancar dari dinding jurang yang curam.
Pada tepi danau dan bukit-bukit kecil yang
mengelilingi danau itu, terdapatlah kampung-kampung dan
desa-desa kecil yang terpencar bagaikan titik-titik
kecil pada bukit-bukit itu. Danau itu dipenuhi perahu-perahu
nelayan. Di mana-mana manusia sibuk
menyambung hidup.
Kapernaum sangat tepat untuk menjadi pusat pekerjaan
Juruselamat oleh karena letaknya pada jalan raya dari
Damsyik ke Yerusalem dan dari Mesir ke Laut Tengah maka
negeri ini adalah menjadi jalan raya lintas yang
besar. Manusia dari berbagai tempat melalui kota ini atau
menjadi tempat persinggahan orang-orang yang di
dalam perjalanan. Di tempat inilah Yesus dapat bertemu
dengan segala bangsa dan derajat manusia, kaya
miskin, terhormat dan
hina, dan dengan jalan ini pekabaran-Nya dapat dibawa ke negeri-negeri
yang lain.
Penyelidikan akan nubuatan lebih terangsang, perhatian akan
ditarik kepada Juruselamat, dan pekerjaan-Nya
dibawa kepada dunia.
Dengan tidak menghiraukan sikap Sanhedrin terhadap Yesus,
orang banyak dengan penuh perhatian menanti
perkembangan pekerjaan-Nya. Seisi surga menaruh perhatian.
Malaikat sedang menyediakan jalan bagi
pekerjaan-Nya, menggerakkan hati manusia dan menarik mereka
kepada Juruselamat.
Anak seorang bangsawan yang telah disembuhkan oleh Kristus
di Kapernaum telah menjadi seorang saksi
bagi kuasa-Nya. Pegawai istana dan isi rumahnya dengan hati
yang penuh gembira menyaksikan kepercayaan
mereka. Apabila diketahui bahwa Guru Besar berada di antara
mereka itu, seluruh penduduk kota itu pun
tergeraklah. Orang banyak membanjir datang kepada-Nya. Pada
hari Sabat orang banyak datang ke tempat
perkumpulan sehingga ada yang harus pulang karena tidak
dapat masuk.
Semua orang yang mendengarkan Juruselamat "takjub
mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya
penuh kuasa." "Sebab la mengajar mereka sebagai
orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka."
Lukas 4:32; Matius 7:29. Pengajaran ahli-ahli Taurat dan
tua-tua itu dingin dan menjemukan, hanya sebagai
hafalan saja. Bagi mereka itu, firman Allah tidak ada kuasa.
Pendapat dan tradisi mereka itu sendi-rilah yang
dianggap sebagai pengganti ajaran Kitab Suci. Dalam upacara
suci mereka mengakui, bahwa mereka
menjelaskan akan hukum Taurat, tetapi tidak ada inspirasi
dari Allah yang menggerakkan hati mereka sendiri,
atau hati para pendengarnya.
Yesus tidak menghiraukan segala macam perselisihan yang
berlaku di antara bangsa Yahudi. Tugas-Nya ialah
menyampaikan kebenaran. Perkataan-Nya member! cahaya kepada
ajaran bapa-bapa dan nabi-nabi dan Kitab
Suci itu datang kepada manusia sebagai suatu kenyataan yang
baru. Belum pernah sebelumnya para
pendengar-Nya memahami se-dalam saat ini akan maksud yang
tersembunyi di dalam firman Allah.
Yesus menemui orang banyak itu dengan latar belakang hidup masing-masing,
sebagai seorang yang telah
mengenal akan kebimbangan
mereka. la menjadikan kebenaran itu sangat indah, karena la
mengemukakannya dengan jalan yang sangat ringkas dan
sederhana. Bahasa-Nya suci, halus, jelas bagai air
yang mengalir. Suara-Nya bagaikan musik kepada mereka yang
telah biasa mendengar nada suara rabi-rabi
yang merata. Tetapi walaupun pengajaran-Nya sederhana, la
berkata sebagai seorang yang mempunyai kuasa.
Hal inilah menjadikan pengajaran-Nya itu berbeda dari
ajaran-ajaran yang lain. Rabi-rabi berkata dengan
perasaan bimbang dan ragu-ragu, seakan-akan Kitab Suci itu
dapat ditafsir-kan pada arti yang lain atau sama
sekali bertentangan. Para pendengar tiap hari terlibat dalam
keragu-raguan. Tetapi Yesus mengajarkan Kitab
Suci sebagai suatu kuasa yang tidak dapat dipersoalkan lagi.
Apa saja judul pelajaran-Nya, semuanya
disampaikan dengan kuasa, seakan-akan perkataan-Nya tidak
dapat dibantah lagi.
Tetapi la sungguh-sungguh, bukan hanya bersemangat. la
berkata sebagai seorang yang mempunyai maksud yang tentu untuk dicapai. la
menghamparkan kenyataan-kenyataan dunia kekal. Di dalam segala te-ma
pembicaraan-Nya, Allah yang dinyatakan. Yesus berusaha untuk
menghancurkan perangkap kebodohan yang
mengikat manusia yang mengisap akan perkara-perkara duniawi.
la menempatkan perkara-perkara kehidupan
ini di dalam hubungan yang sebenarnya, sebagai lebih
rendah dari perhatian yang kekal; tetapi
la tidak
mempersalahkan akan kepentingannya. Diajar-Nya bahwa surga
dan dunia ini adalah berhubungan satu sama
lain, maka oleh sebab itu suatu pengetahuan akan kebenaran
Ilahi menyediakan manusia itu lebih baik untuk
melaksanakan tugas-tugas hidup setiap hari. la berkata
sebagai seorang yang telah mengenal surga, dan sadar
akan hubungan-Nya dengan Allah, tetapi mengenal juga
persatuan-Nya dengan tiap-tiap anggota keluarga
manusia.
Pekabaran anugerah-Nya berbeda sesuai dengan pendengar-Nya.
la tahu "memberi semangat baru kepada
orang yang letih lesu." Yesaya 50:4. Karena rahmat
tertuang dari bibir-Nya, sehingga la dapat menyatakan
kepada manusia dengan jalan yang paling menarik akan
harta-harta kebenaran. la memiliki taktik
untuk
menemui pikiran yang mempunyai prasangka dan menakjubkan
mereka dengan ilustrasi-ilustrasi yang me-
narik perhatian. Oleh angan-angan-Nya saja la dapat
menembusi hati tiap-tiap manusia. Perumpamaan-Nya
diambil dari perkara-perkara hidup setiap hari, dan walaupun
hal itu sederhana, tetapi padanya ter-kandung
arti yang dalam dan ajaib. Burung-burung di udara, bunga
bakung di padang, benih, gembala dan domba-
domba, dengan hal-hal ini Kristus menjelaskan kebenaran yang
baka; dan setelah itu, apabila pen-dengar-
pendengar-Nya mendapat kesempatan melihat perkara-perkara
alam ini, mereka mengingat akan perkataan-
Nya. Ilustrasi Kristus senantiasa mengulangi isi
pelajaran-Nya.
Kristus tidak pernah memuji-muji seseorang. la tidak pernah
mengucapkan sesuatu yang akan meninggikan
perasaan dan angan-angan hati mereka, atau memuji mereka
karena kepintaran mereka dalam penemuan
mereka itu; tetapi ahli pikir yang dalam dan yang tidak
mempunyai prasangka menerima pengajaran-Nya, dan
diterima oleh akal mereka itu. Mereka kagum karena kebenaran
rohani yang dapat dinyatakan dalam bahasa
yang paling sederhana. Orang-orang yang berpendidikan
ter-tinggi pun tertarik dengan perkataan-Nya dan
mereka yang tidak berpendidikan pun senantiasa mendapat
faedah dari perkataan-Nya. la mempunyai
pekabaran bagi mereka yang buta huruf; dan la pun menjadikan
orang kafir mengerti bahwa la mempunyai
pekabaran bagi mereka itu.
Belas kasihan-Nya dinyatakan oleh suatu jamahan kesembuhan
bagi hati yang letih dan susah. Sampai di
tengah-tengah suasana yang dibungkus oleh musuh-musuh yang
dalam amarah, la diliputi suasana yang aman
dan damai. Keelokan wajah-Nya, kerendahan tabiat-Nya,
terlebih pula kasih yang dinyatakan pada wajah dan
nada suara-Nya, telah menarik kepada-Nya segala orang yang
hatinya belum dikeraskan oleh sifat
tidak
percaya. Jikalau bukan oleh roh yang manis dan penuh simpati
yang bersinar di dalam segala tingkah laku dan
perkataan-Nya, maka la tidak dapat menarik
pendengar-pendengar yang banyak. Orang-orang yang menderita
sengsara yang telah datang kepada-Nya, merasa bahwa la
bersama mereka sebagai seorang sahabat yang setia
dan lemah-lembut dan mereka rindu mengetahui lebih banyak
tentang kebenaran yang diajar-kan-Nya. Surga
dibawa lebih dekat. Mereka rindu tinggal bersama Dia, agar
hiburan kasih-Nya senantiasa bersama mereka itu.
Yesus memperhatikan perubahan wajah pendengar-pendengar-Nya.
Wajah yang menyatakan perhatian dan
kesukaan, memberikan pada-Nya suatu kepuasan hati yang
besar. Bilamana anak panah kebenaran
menembusi jiwa, memecahkan segala rintangan cinta diri, dan
mengadakan penyesalan, dan akhirnya
perasaan syukur, Juruselamat digembirakan hati-Nya. Apabila
mata-Nya memandang seluruh pendengar-Nya,
dan la mengenal wajah yang pernah dilihat-Nya dulu,
wajah-Nya pun bersinar kegirangan. la melihat bahwa di
antara mereka terdapatlah rakyat yang diharapkan bagi
kerajaan-Nya. Apabila kebenaran dengan
jelas
diutarakan dan menyentuh beberapa ilah yang dipelihara dalam
hati, la memperhatikan perubahan wajah,
rupa dan sikap yang dingin, yang menyatakan bahwa terang itu
tidak mendapat sambutan. Apabila la melihat
orang banyak menolak pekabaran damai itu, sakitlah hati-Nya.
Di dalam rumah ibadah Yesus menjelaskan mengenai kerajaan
yang hendak dibangun-Nya, dan mengenai
tugasnya untuk membebaskan segala tawanan Setan. la telah
diganggu oleh suatu teriakan yang mengeri-kan.
Seorang yang dirasuk Setan telah keluar dari orang banyak
itu sambil berseru, katanya: "Hai Engkau, Yesus
orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang
hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa
Engkau: Yang Kudus dari Allah."
Hadirin menjadi kacau dan takut. Perhatian orang banyak
beralih dari Kristus serta perkataan-Nya tidak diperhatikan lagi. Inilah maksud
Setan membawa mangsanya ke dalam rumah ibadah. Tetapi Yesus
menghardik orang yang dirasuk ini, katanya: "Diam,
keluarlah dari padanya! Dan Setan itu pun
menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu
keluar dari padanya dan sama sekali tidak
mengikutinya."
Pikiran orang yang malang. ini telah digelapkan oleh Setan,
tetapi di hadapan Juruselamat suatu pancaran
cahaya telah menembusi kegelapan. la dibangunkan untuk
merindukan kebebasan dari genggaman Setan; te-
tapi Setan menolak kuasa Kristus. Apabila orang yang dirasuk
ini tergerak hatinya untuk meminta pertolongan
kepada Yesus, roh jahat telah menaruh perkataan di dalam
mulutnya dan berteriak dengan perasaan takut.
Orang yang dirasuk ini mengerti sedikit saja bahwa ia berada
di hadapan Seorang yang dapat membebaskan
dia; tetapi bila ia berusaha untuk mencapai tangan yang
berkuasa itu, ada yang menahan dia, ada perkataan
yang lain keluar melalui bibirnya. Pergumulan di antara
kuasa Setan dan kerinduannya sendiri untuk
kebebasan sangatlah hebat.
Ia yang telah mengalahkan Setan di padang belantara sekali
lagi berhadapan muka dengan muka dengan
musuh-Nya. Setan mengeluarkan seluruh kuasanya untuk
mempertahankan mangsanya. Kalah di tempat ini,
berarti akan memberikan suatu kemenangan kepada Yesus.
Nampaknya orang yang tersiksa ini akan
kehilangan nyawanya dalam pergumulan melawan musuhnya yang
telah merusak hidupnya di masa dewasa.
Tetapi Juruselamat berkata dengan kuasa dan telah
membebaskan orang ini. Orang yang dulu dirasuk Setan
itu, kini berdiri di hadapan orang banyak dengan perasaan
gembira karena bebas dari jajahan Iblis. Hingga
Setan pun bersaksi akan kuasa Ilahi Juruselamat.
Orang ini memuji Allah karena kelepasannya. Matanya yang
tadinya kejam kini menyinarkan cahaya
kecerdasan yang baru, dan meneteskan air mata syukur. Orang
banyak terpaku keheranan. Apabila mereka
dapat berbicara kembali, mereka telah berkata satu sama
lain: "Apa ini? Suatu ajaran baru. la berkata-kata
dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka
taat kepada-Nya." Markus 1:27 .
Sebab-sebab penderitaan yang menjadikan orang ini sebagai
tontonan bagi sahabat-sahabatnya dan beban bagi
dirinya sendiri terletak pada kehidupannya sendiri. la
sangat tertarik dengan kesenangan dosa, dan telah
bermaksud untuk menjadikan hidup itu suatu kesenangan yang
luar biasa. la tidak pernah impikan bahwa ia
akan menjadi teror bagi dunia dan celaan bagi keluarganya.
la merasa bahwa waktunya dapat dipergunakan
untuk perkara yang sia-sia. Tetapi sekali ia mengambil jalan
ke bawah, maka langkahnya pun menurun. Sifat
tidak bertarak dan kebodohannya merusak sifat-sifat yang
baik dalam dirinya dan ia jatuh sepenuhnya
di
bawah kekuasaan Setan.
Penyesalan datangnya telah terlambat. Di saat ia hendak
mengorbankan seluruh kekayaan dan kesenangannya
untuk kedewasaannya yang telah hilang itu, ia putus asa dan
merasa tidak berdaya dalam genggaman si jahat
itu. la telah menempatkan dirinya pada daerah musuh, dan
Setan memiliki seluruh hidupnya. Penggoda telah
membujuk dia dengan banyak hal yang menarik; tetapi apabila
roh jahat ini mengamuk dalam dirinya maka ia
berubah menjadi seorang yang kejam dan berbahaya. Demikian
pula dengan orang yang menyerahkan dirinya
kepada kejahatan; kesenangan hidup mereka yang mula-mula
itu, lenyap ditelan kegelapan kecemasan atau
keganasan jiwa yang telah rusak.
Roh jahat yang telah menggoda Yesus di padang belantara, dan
merasuk orang gila di Kapernaum, roh itu
pula yang mengendalikan orang-orang Yahudi yang tidak
percaya. Tetapi bagi mereka itu ia masukkan roh
merasa diri suci, berusaha menipu mereka dalam motif mereka
untuk menolak Juruselamat. Keadaan mereka
sebenarnya adalah lebih menyedihkan daripada orang yang
dirasuk Setan itu; karena mereka merasa bahwa
mereka tidak memerlukan Kristus dan oleh sebab itulah mereka
dipegang teguh di bawah kuasa Setan.
Masa pelayanan
pribadi Kristus di antara manusia adalah menjadi suatu masa yang sangat
sibuk bagi bala
tentara kerajaan kegelapan. Bera-bad-abad lamanya Setan
beserta malaikat-malaikatnya telah berusaha
mengendalikan tubuh dan jiwa manusia dengan membawa ke atas
mereka itu dosa dan penderitaan; lain
dengan dosa dan penderitaan ini ia menuduh Allah. Yesus
sedang menyatakan tabiat Allah kepada manusia.
la sedang merombak kuasa Setan dan membebaskan segala
tawanannya. Hidup, kasih dan kuasa yang baru
dari surga sedang bekerja dalam hati orang banyak dan putra
kejahatan bangkit hendak menyatakan kuasa
kerajaannya. Setan memanggil seluruh tentaranya, dan dalam
setiap langkah menentang akan pekerjaan
Kristus.
Demikian akan terjadi
dalam perjuangan terakhir di antara kebenaran
dan dosa. Di kala hidup baru dan
terang dan kuasa sedang turun dari atas pada murid-murid
Kristus, suatu hidup baru muncul dari bawah dan
menguatkan agen-agen Setan. Suatu kuasa besar sedang merebut
segala anasir duniawi. Dengan kecerdikan
yang diperoleh pada sepanjang abad-abad pergumulan putra
kejahatan bekerja dengan menyamar. la nampak
berpakaian sebagai malaikat terang dan orang banyak
"akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan
ajaran Setan-setan." I Tim. 4:1.
Pada zaman Kristus, pemimpin-pemimpin dan guru-guru orang
Israel tidak berdaya menolak pekerjaan
Setan. Mereka sedang melalaikan alat satu-satunya yang
olehnya mereka dapat mengalahkan roh-roh jahat.
Adalah oleh firman Allah sehingga Kristus telah mengalahkan
si jahat. Pemimpin-pemimpin orang Israel
mengaku bahwa mereka adalah orang-orang yang menjelaskan
firman Allah, tetapi mereka telah mempelajari-
nya hanya untuk mempertahankan tradisi-tradisi mereka itu
dan untuk memperkuat upacara-upacara buatan
manusia. Oleh tafsiran mereka itu, mereka memberikan perasaan-perasaan
yang tidak pernah diberikan oleh
Allah. Penjelasan mereka hanyalah mengaburkan apa yang telah
di-jelaskan Allah. Mereka berdebat tentang
istilah-istilah yang tidak perlu dan menyangkal kebenaran
yang sangat penting. Dengan jalan ini roh tidak
percaya ditabur lebih meluas. Firman Allah itu dirampas
kuasanya dan roh jahat menjalankan kehendaknya.
Sejarah terulang. Dengan Alkitab terbuka di hadapan mereka
dan mengaku menghormati akan
pengajarannya, banyak pemimpin agama pada zaman kita ini sedang
merusak kepercayaan mereka terhadap
buku itu sebagai firman Allah. Mereka sibuk membahas arti
setiap kata, dan memberikan pendapat mereka
sendiri mengenai arti sebutan yang telah sangat jelas
diberikan oleh Tuhan. Di dalam tangan mereka kuasa
firman Allah yang memberikan hidup yang bam itu hilang.
Inilah sebabnya mengapa roh tidak percaya cepat
berkembang dan kejahatan itu menang.
Apabila Setan telah dapat melemahkan kepercayaan seseorang
terhadap Kitab Suci, ia memimpin orang itu
kepada sumber terang dan kuasa yang lain. Dengan jalan
demikian ia memasukkan dirinya sendiri. Mereka
yang berpaling dari ajaran Kitab Suci yang benar dan dari
kuasa Roh Allah yang meyakinkan itu, sedang
mengundang kuasa Setan untuk menguasai dirinya. Kritikan
dan spekulasi mengenai Kitab Suci telah
membuka jalan bagi spiritisme dan teosof, paham yang asalnya
dari kekafiran zaman dahulu tetapi telah
dipermodern—yang telah merambat ke dalam gereja-gereja yang
percaya akan Yesus Kristus.
Berdampingan dengan ajaran Injil, pembantu Setan sedang
bekerja tetapi hanyalah sebagai alat media roh-roh
dusta. Ada orang yang mula-mula hanya ingin mengetahui,
tetapi oleh karena melihat hasilnya, maka
selangkah demi selangkah ia tertarik dan akhirnya ia telah
dikuasai oleh suatu kemauan yang lebih kuat dari
kemauannya sendiri. la tidak dapat meluputkan dirinya dari
kuasa yang ajaib itu.
Pertahanan jiwa telah rubuh. la tidak mempunyai tembok lagi
untuk menghalangi dosa. Apabila sekali firman
Allah dan Roh-Nya ditolak, ada seorang manusia yang
mengetahui sampai berapa dalamnya ia akan
tenggelam. Dosa-dosa tersembunyi atau hawa nafsu tertentu
yang men-jajah dia sebagai seorang tawanan
sebagaimana orang yang dirasuk Setan di Kapernaum. Walaupun
demikian keadaannya belum juga putus asa.
Alat yang dapat mengalahkan si jahat ialah alat yang telah dipergunakan Yesus
mengalahkan Setan, kuasa
firman Allah. Allah tidak mengendalikan pikiran kita tanpa
persetujuan kita; tetapi jika kita rindu mengetahui
dan melakukan kehendak-Nya, perjanjian-Nya akan menjadi
milik kita: "Kamu akan mengetahui kebenaran,
dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
"Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu
ajaran-Ku." Yohanes 8:32; 7:17. Oleh percaya akan
perjanjian ini, setiap orang dapat dilepaskan dari jerat
kesalahan dan kuasa dosa.
Tiap-tiap orang bebas memilih kuasa mana yang ia mau agar
memerintah dirinya. Walaupun seorang yang
telah jatuh begitu rendah, atau begitu najis, ia mendapat
kelepasan di dalam Kristus. Orang yang dirasuk Setan
ini sebagai pengganti doa, ia hanya dapat mengucapkan
perkataan dari Setan; akan tetapi isi hatinya yang tidak
dapat dikeluarkan itu telah didengar. Tidak ada tangisan
dari suatu jiwa di dalam kebutuhan, walau-pun tidak
dapat dikeluarkan di dalam
perkataan yang tidak akan
diperhatikan. Mereka yang rela masuk dalam
hubungan janji dengan Allah di surga tidak akan dibiarkan
dalam kuasa Setan atau di dalam kekurangan diri
mereka. Mereka diundang oleh Juruselamat, "kecuali
kalau mereka mencari perlindungan kepada-Ku dan
mencari damai dengan Aku, ya mencari damai dengan Aku!"
Yesaya 27:5. Roh kegelapan akan berperang
bagi jiwa untuk takluk di bawah pemerintahannya, tetapi
malaikat Allah akan merebut jiwa-jiwa itu dengan
kuasa kemenangan. Tuhan berkata: "Dapatkah direbut
kembali jarahan dari pahlawan atau dapatkah lolos tawanan orang gagah? Sungguh,
beginilah firman Tuhan: 'Tawan-an pahlawan pun dapat direbut kembali, dan
jarahan orang gagah dapat lolos, sebab Aku sendiri akan
melawan orang yang melawan engkau dan Aku
sendiri akan menyelamatkan anak-anakmu.'" Yesaya
49:24,25.
Ketika hadirin di dalam rumah ibadah masih sedang tercengang
keheranan, Yesus meninggalkan tempat itu
menuju ke rumah Petrus untuk beristirahat sedikit. Tetapi di
rumah ini juga telah ditimpa bayangan gelap.
Mertua Petrus sedang terbaring sakit, "demam
keras." Yesus menghardik penyakit itu dan ibu ini pun
bangkitlah dan telah melayani Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya.
Kabar tentang pekerjaan Kristus dengan cepat tersebar di
seluruh negeri Kapernaum. Karena takut
kepada
rabi-rabi, maka orang tidak berani datang untuk disembuhkan
pada hari Sabat; tetapi tidak lama setelah sang
surya kembali keperaduannya, terdengarlah suara orang
banyak. Dari se-tiap rumah, toko, pasar, seluruh
penduduk kota itu berduyun-duyun menuju ke rumah yang
sederhana di mana Yesus sedang berteduh.
Orang sakit diusung, ada pula dengan tongkatnya, atau
ditolong oleh kawan-kawannya, dengan perlahan-lahan
mereka datang pada Juruselamat.
Jam demi jam mereka datang dan pergi; karena tidak ada
seorang yang dapat mengetahui jika besok mereka
masih akan mendapat Tabib Besar berada di antara mereka itu.
Belum pernah penduduk Kapernaum meng-
alami hari yang seperti ini. Udara penuh dengan suara
kemenangan dan seruan kelepasan. Juruselamat telah
bersuka di dalam kesukaan yang telah dibangunkan-Nya.
Sementara la menyaksikan penderitaan mereka yang
telah datang kepada-Nya, hati-Nya tergerak oleh belas
kasihan, dan la bersuka di dalam kuasa-Nya
mengembalikan kesehatan dan kebahagiaan mereka.
Sampai pada orang sakit yang terakhir barulah Yesus berhenti
sejenak. Telah jauh malam, saat orang banyak
meninggalkan rumah Simon. Ketika hari yang panjang dan
menggembirakan ini telah lalu, maka Yesus
mencari perhentian. Tetapi selagi kota itu berselimutkan
kesunyian malam, Juruselamat "Pagi-pagi benar,... la
bangun dan pergi ke luar. la pergi ke tempat yang sunyi dan
berdoa di sana."
Demikianlah hari-hari itu dipergunakan dalam kehidupan Yesus
selagi la berada di atas dunia ini. la sering
mengizinkan murid-murid-Nya pulang untuk mengunjungi rumah
mereka itu dan beristirahat; tetapi dengan
sopan la menolak usaha mereka untuk menarik Dia dari pekerjaanNya.
Sepanjang hari la bekerja, mengajar
orang yang bodoh, menyembuhkan orang yang sakit, mencelikkan
orang yang buta, memberi makan orang
banyak; dan pada waktu malam atau pada waktu dini hari, la
pergi ke bait suci perbukitan untuk berhubungan
dengan Bapa-Nya. Sering la tidak tidur sepanjang malam
karena berdoa dan merenung, dan kembali bila fajar
menyingsing kepada pekerjaan-Nya di antara orang banyak.
Pagi-pagi benar, Petrus dan kawan-kawannya datang kepada
Yesus dan mengatakan bahwa orang-orang
Kapernaum sementara mencari Dia.
Murid-murid merasa sangat dikecewakan dengan sambutan yang
dialami Yesus selama ini. Penguasa-penguasa
di Yerusalem sedang berusaha membunuh Dia; sampai kepada
orang-orang sekampungnya sekalipun
berusaha untuk mengambil nyawa-Nya; tetapi di Kapernaum la
telah disambut dengan penuh kesukaan, dan
pengharapan murid-murid men-dapat cahaya yang baru. Mungkin
di antara rakyat Galilea yang mencintai
kemerdekaan akan didapat kerajaan yang baru itu. Tetapi
mereka ter-kejut bila mendengar Yesus berkata:
"Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil
Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus."
Di dalam kehebohan yang terjadi di Kapernaum, terdapat suatu bahaya yaitu
tujuan pekerjaan-Nya akan
disalahpahami atau tidak disimak. Yesus tidak merasa puas
dengan menarik perhatian orang banyak kepada
diri-Nya hanya sebagai seorang pembuat mukjizat atau seorang
penyembuh penyakit-penyakit tubuh. la sedang
berusaha menarik orang banyak kepada-Nya sebagai Juruselamat
mereka. Di saat orang banyak rindu
mempercayai bahwa la telah datang sebagai seorang raja,
untuk mendirikan suatu pemerintahan duniawi, la
rindu membalikkan pikiran mereka dari perkara duniawi kepada
perkara rohani. Sukses secara duniawi itu
hanyalah mengganggu pekerjaan-Nya.
Dan ketakjuban orang banyak itu bertentangan dengan roh-Nya.
Di dalam hidup-Nya tidak terselip roh
membanggakan diri. Penghargaan yang diberikan dunia kepada
kedudukan, kekayaan, atau talenta, adalah
asing bagi Anak manusia. Tidak ada dari alat yang
dipergunakan oleh manusia untuk mencapai penghargaan
yang telah digunakan Yesus. Berabad-abad sebelum
kelahiran-Nya telah dinubuatkan dari hal Dia. "la tidak
akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan
suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai
tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya
tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. la
sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia
menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan
pengajarannya" Yesaya 42:2-4.
Orang-orang Farisi mencari penghormatan oleh upacara mereka
yang saksama, dan kemegahan perbaktian
dan perbuatan baik mereka. Mereka membuktikan semangat
mereka dalam hal keagamaan oleh menjadikan-
nya tema dalam segala perbincangan. Pertikaian di antara
sekte-sekte yang bertentangan adalah sangat nyaring
dan lama; tidak dirasa aneh lagi mendengar di jalan-jalan
raya suara kemarahan ahli-ahli hukum yang sedang
berdebat.
Tetapi kehidupan Yesus jauh berbeda dengan cara yang disebut
di atas itu. Di dalam kehidupan-Nya tidak
terdapat keributan pertikaian, kemegahan perbaktian, tidak
ada usaha untuk mendapat tepuk tangan. Kristus
disembunyikan di dalam Allah, dan Allah dinyatakan di dalam
tabiat Anak-Nya. Kepada kenyataan ini Yesus
rindu agar pikiran orang banyak dipimpin, dan penghargaan
mereka diberikan.
Matahari Kebenaran tidak memancar menghiasi bumi ini, untuk
menyilaukan perasaan dengan kemuliaan-
Nya. Karena ada tertulis dari hal Kristus, "la pasti
muncul seperti fajar." Hosea 6:3. Dengan diam dan lembut,
fajar memancar ke bumi mengusir bayang kegelapan dan
memberikan kehidupan kepada bumi. Demikian
pula dengan Matahari Kebenaran terbit, "dengan kesembuhan
pada sayapnya." Maleakhi 4:2. Pasal 27
"TUHAN DAPAT MENTAHIRKAN HAMBA "
DARI SEGALA penyakit yang dikenal di dunia Timur ini,
penyakit kusta adalah suatu penyakit yang
paling ditakuti. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan dan
mudah berjangkit, serta membawa celaka
pada sipenderita. Di kalangan bangsa Yahudi, penyakit ini
dianggap sebagai hukuman bagi dosa,
maka itulah sebabnya disebut "pukulan", "jari
Allah". Karena akarnya begitu dalam dan tidak dapat
dibasmi serta membawa mati, maka penyakit ini dianggap
sebagai lambang dosa. Oleh
undang-undang agama. kusta itu dianggap najis. Mereka
dianggap sebagai orang yang telah mati.
disingkirkan dari masyarakat. Apa saja yang dijamahnya
adalah najis. Udara dicemari oleh nafas
mereka itu. Seorang yang telah disangka mendapat penyakit
ini haruslah menyatakan dirinya kepada
imam-imam yang harus memeriksa dan menentukan keadaannya.
Jika didapati benar ia berpenyakit
kusta, maka ia harus disingkirkan dari keluarganya, putus
hubungan dari himpunan bani Israel serta
diharuskan bergaul hanya
dengan mereka yang menderita penyakit yang sama. Undang-undang
sangat keras dalam hal ini. Hingga raja-raja
--------------
Pasal ini dialaskan pada Matius 8:2-4: 9:1-8; 32-34; Markus
1:40-45; 2:1-12; Lukas 5:12-28.
dan penghulu-penghulu pun tidak ada yang terkecuali. Seorang
raja yang diserang penyakit yang
hebat ini harus menyerahkan takhtanya dan lari meninggalkan
masyarakatnya.
Jauh dari handai taulannya dan kaum kerabatnya, orang kusta
ini harus menanggung kutuk
penyakitnya. Ia diharuskan mengumumkan penyakitnya sendiri, mengoyakkan jubahnya dan
membunyikan suatu tanda amaran mengamarkan agar segala orang
menjauhkan diri daripada
tubuhnya yang berbahaya itu! Teriakannya ialah: "Najis!
Najis!" yang diserukannya dengan nada
kesedihan dari tempat pembuangan yang terpencil lagi sepi
itu, adalah sebagai suatu tanda yang
didengar dengan perasaan takut dan jijik.
Di dalam daerah tempat Yesus bekerja banyaklah terdapat
orang-orang yang menderita penyakit ini,
dan kabar tentang pekerjaan-Nya sampai kepada telinga mereka
itu, membawa suatu kabar yang
memberi sinar pengharapan. Tetapi sejak zaman nabi Elisa,
belum pernah diketahui seorang pun
yang mendapat penyakit ini dapat disembuhkan. Mereka tidak
berani mengharap pada Yesus untuk
berbuat bagi mereka itu apa yang Dia belum pernah lakukan
bagi siapa pun. Tetapi di antara mereka
itu ada seorang yang di dalam hatinya telah menyingsingkan
fajar imannya. Orang ini tidak
mengetahui bagaimana caranya menjumpai Yesus. Setelah
diputuskan hubungannya dari sesama
manusia, bagaimana
dapat ia membawa dirinya kepada Tabib Besar itu? Maka ia telah
bertanya-tanya jika Kristus mau menyembuhkan dia. Apakah Dia
akan menundukkan diri untuk
memperhatikan seorang yang percaya bahwa penderitaannya
adalah sebagai hukuman daripada
Allah? Apakah Dia bukan sebagai orang Parisi, atau para
tabib yang mengutuk dia dan mengamarkan
dia agar melarikan diri jauh dari masyarakat? Ia memikirkan
segala perkara yang ia dengar dari hal
Yesus. Tidak seorang pun yang mencari pertolongannya telah
ditolak. Orang yang malang ini
mengambil keputusan untuk mencahari Juruselamat. Dalam
perasaannya walau pun kota itu tertutup,
mungkin ia boleh mendapat jalan masuk melalui jalan kecil di
lereng-lereng gunung atau menemui
Yesus sedang mengajar di luar kota. Kesulitan yang
dihadapinya sangatlah besar, tetapi inilah
satu-satunya pengharapannya.
Orang kusta ini dibawa kepada Juruselamat. Yesus sedang
mengajar di tepi danau dan orang banyak
sedang mengerumuni Dia. Dengan berdiri dari jauh, orang
kusta ini dapat mendengarkan beberapa perkataan yang keluar dari bibir
Juruselamat. Ia melihat Dia meletakkan tangan-Nya di atas orang
sakit. Ia melihat orang timpang, orang buta. orang tepok dan
mereka yang sedang menderita
berbagai-bagai penyakit mendapat kesembuhan, sambil memuji
Allah karena kelepasan mereka.
Imannya dikuatkan! Ia datang lebih mendekati orang banyak
itu. Larangan terhadap dirinya,
keselamatan orang banyak, dan ketakutan orang banyak
terhadap dirinya dilupakan. Ia hanya
memikirkan akan berkat kesembuhannya.
Ia adalah suatu tontonan yang najis. Penyakitnya sangat
ditakuti, dan tubuhnya yang sedang menjadi
busuk itu sangatlah ngeri dipandang mata. Apabila orang
banyak melihat dia, semuanya pun
berlarilah karena takutnya. Mereka berasak-asakan satu
dengan yang lain karena ingin meluputkan
diri dari menyentuh dia. Ada pula yang berusaha mencegah dia
menghampiri Yesus, tetapi semuanya
itu sia-sia adanya. Ia tidak melihat atau mendengar mereka.
Ucapan hinaan dan kutukan tidak
dihiraukannya lagi. Ia hanya melihat Anak Allah. Ia hanya
mendengar suara yang memberi hidup
baru kepada yang hendak mati. Ia mendesak maju menuju pada
Yesus, lalu merebahkan dirinya pada
kaki-Nya sambil berseru: "Ya Tuhan, jikalau kiranya
Tuhan kehendaki, niscaya Tuhan dapat
mentahirkan hamba!"
Yesus menjawab: "Aku mau, jadilah engkau tahir!"
dan mengulurkan tanganNya atas orang yang
berpenyakit kusta itu. Matius 8:3.
Dengan tiba-tiba suatu perobahan telah terjadi pada diri
orang kusta ini. Daging tubuhnya menjadi
sehat, urat syarafnya bekerja kembali dan ototototnya
menjadi kuat. Kulitnya yang kasar itu terganti
dengan kulit sebagai seorang bayi yang sehat layaknya.
Yesus menuntut agar orang ini jangan memberitahukan
pekerjaan yang telah dilakukan-Nya, tetapi ia
harus membawa korban persembahan di kaabah. Persembahan itu tidak dapat diterima
hingga
imam-imam telah memeriksa dan menyatakan bahwa orang itu
telah sembuh dari penyakitnya.
Tetapi jika mereka tidak rela melakukan pekerjaan ini, maka
mereka tidak dapat menghindarkan
pemeriksaan dan keputusan mengenai keadaan dirinya.
Kitab Suci menunjukkan dengan jelas bahwa Kristus menegaskan
pada orang itu perlunya berdiam
dan pelaksanaan yang cepat. "Maka setelah dipesannya
sangat-sangat, disuruhnya dia pergi dengan
segera, sambil berkata kepadanya: Ingatlah baik-baik, jangan
engkau katakan apa-apa kepada barang
seorang pun, melainkan pergilah menunjukkan dirimu kepada
imam-imam, dan persembahkanlah
persembahan karena ketahiranmu, seperti yang dipersembahkan
oleh Musa, yaitu akan menjadi suatu
tanda kepada mereka itu." Seandainya penyembuhan orang
kusta ini telah diketahui oleh
imam-imam, maka kebencian mereka terhadap Kristus itu akan
membawa mereka untuk
menjatuhkan hukuman yang tidak jujur kepada-Nya. Yesus
menghendaki agar orang ini menyatakan
dirinya di kaabah
sebelum kabar mukjizat itu sampai kepada mereka. Dengan jalan ini suatu
keputusan yang adil dan tidak memihak dapat diperoleh dan
orang kusta yang telah
disembuhkan-Nya ini dapat bersama-sama lagi dengan keluarga
dan sahabat-sahabatnya .
Ada pula suatu maksud Yesus dalam hal Dia mengingatkan orang
ini supaya berdiam. Juruselamat
mengetahui bahwa musuh-musuh-Nya senantiasa berusaha untuk
membatasi pekerjaan-Nya, dan
membalikkan orang banyak daripada-Nya. Dia mengetahui
jikalau penyembuhan orang kusta itu
digembar-gemborkan, orang kusta yang lain akan datang
mengerumuni Dia dan orang banyak akan
terjangkit oleh penyakit ini. Banyak orang kusta tidak akan
menggunakan karunia kesehatan itu
sebagai suatu berkat bagi diri mereka sendiri atau bagi lain
orang. Dan dengan menarik banyak orang
kusta kepada-Nya, Dia akan dituduh merombak undang-undang
agama. Dengan demikian
pekerjaan-Nya dalam mengabar Injil akan terhalang.
Peristiwa itu telah membenarkan amaran Kristus. Serombongan
orang banyak yang telah
menyaksikan penyembuhan orang kusta ini ingin mengetahui
keputusan para imam. Apabila orang ini kembali kepada sahabat-sahabatnya,
terjadilah kehebohan. Dengan tidak menghiraukan akan
amaran Yesus, orang ini tidak tinggal diam malahan ia
menyebarkan di segala tempat berita tentang
kesembuhannya. Karena mustahil menyembunyikannya orang kusta
itu mengabarkan
kesembuhannya ke mana-mana. Karena ia merasa bahwa hanyalah
karena kerendahan hati Kristus
sehingga Dia melarang dia berbuat hal ini, maka ia berjalan
keliling memberitakan kuasa Tabib
Besar itu. Ia tidak mengerti bahwa dengan tiap-tiap
pernyataan yang seperti itu menjadikan para
imam dan tua-tua lebih bertekad untuk membinasakan Yesus.
Orang yang telah sembuh ini merasa
bahwa berkat kesehatan itu sangatlah berharga. Ia bersuka-suka karena kesehatannya
telah pulih
kembali, dan telah kembali kepada keluarga dan masyarakat
serta merasa bahwa adalah mustahil
untuk tinggal diam dan tidak memuji kepada Tabib yang telah
menyembuhkannya. Tetapi
perbuatannya itu telah mengakibatkan pekerjaan Juruselamat
terhalang. Hal itu telah mengakibatkan
banyak orang membanjir kepada-Nya, sehingga terpaksa la
menghentikan pekerjaan-Nya sementara
waktu.
Tiap-tiap pelayanan Kristus melampaui jauh akan maksud-Nya.
Itu dipahami lebih daripada nyata di
dalam perbuatan itu sendiri. Demikianlah juga di dalam hal
orang kusta ini. Di saat Yesus melayani
segala orang yang datang kepada-Nya, Ia rindu memberkati
juga mereka yang tidak datang. Di saat Ia
menarik pemungut cukai, orang kapir, dan orang Samaria, Ia rindu mencapai imam-imam
dan
guru-guru yang ditutup oleh syak hati dan tradisi. Ia telah
menggunakan segala jalan untuk mencapai
mereka itu. Dengan mengirim orang kusta yang disembuhkan-Nya
itu kepada imam-imam, Ia telah
memberikan kepada mereka suatu kesaksian untuk melucuti
prasangka dan syak hati mereka.
Orang Parisi telah menerangkan bahwa pengajaran Kristus
bertentangan
dengan taurat yang diberikan Allah melalui Musa; tetapi
petunjuk-Nya kepada orang kusta yang
disembuhkan itu untuk membawa persembahan sesuai dengan
taurat tidak membenarkan tuduhan
itu. Hal itu adalah kesaksian yang telah cukup bagi semua
orang yang rela untuk diyakinkan.
Para pemimpin di Yerusalem telah mengirim mata-mata untuk
mencahari alasan untuk membunuh
Kristus. Ia menjawab dengan memberikan kepada mereka suatu
bukti kasih-Nya bagi manusia,
penghargaan-Nya kepada taurat dan kuasa-Nya untuk melepaskan
jiwa dari dosa dan maut. Dengan
demikian Ia memberikan kesaksian dari hal mereka itu:
"Mereka membalas kejahatan kepadaku
ganti kebaikan dan kebencian ganti kasihku." Mazmur 109:5.
Ia yang di atas gunung memberikan
penjelasan "Kasihilah musuhmu", Ia sendiri
menyatakan teladan prinsip untuk jangan membalas
"kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci
maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu
memberkati." Matius 5:44; 1 Petrus 3:9.
Imam yang telah memutuskan orang kusta ini supaya
disingkirkan, imam itu pulalah yang
memberikan keterangan tentang kesembuhannya. Keputusan ini
yang diumumkan secara terbuka dan
didaftarkan itu, menjadi suatu kesaksian yang besar bagi Kristus.
Dan sementara orang yang telah
sembuh ini dihadapkan pada orang-orang Israel, serta menurut
penjelasan imam sendiri bahwa tidak
lagi terdapat suatu tanda penyakit padanya, imam itu sendiri
telah menjadi swtu saksi yang hidup
bagi Tuhannya. Dengan gembira ia membawa persembahannya dan
membesarkan nama Yesus.
Imam-imam diyakinkan oleh kuasa Ilahi Juruselamat.
Kesempatan diberikan kepada mereka untuk
mengetahui kebenaran dan mendapat faedah dari terang itu.
Jikalau ditolak, maka itu akan berlalu
untuk selama-lamanya, serta tidak pernah akan kembali lagi.
Orang banyak telah menolak terang itu;
tetapi terang itu bukan diberikan dengan sia-sia. Banyak
hati telah digerakkan sehingga untuk
seketika mereka terdiam. Selama kehidupan luruselamat, pekerjaan-Nya
seakan-akan tidak
mendapat sambutan kasih dari imam-imam dan guru-guru; tetapi
setelah kenaikan-Nya "sejumlah
besar imam menyerahkan diri dan percaya." Kisah 6:7.
Pekerjaan Kristus dalam menyembuhkan orang kusta dari
penyakitnya yang mengerikan itu, menjadi suatu ilustrasi tentang pekerjaan-Nya
dalam menyucikan jiwa daripada dosa. Orang yang datang pada
Yesus itu "penuh dengan kusta". Racun penyakit
yang mematikan itu merajalela pada seluruh
tubuhnya. Murid-murid berusaha mencegah Gurunya supaya
jangan menjamah orang kusta, karena
seorang yang berani menjamah seseorang yang kena penyakit
kusta menjadikan dirinya juga najis.
Tetapi dengan meletakkan tangan-Nya atas orang kusta itu,
Yesus tidak mendapat apa-apa yang
najis. jamahan-Nya rnemberikan kuasa yang memberi hidup.
Penyakit kusta disembuhkan. Demikian
pula dengan kusta dosa,—yang telah berakar dalam, mematikan
dan mustahil disucikan oleh kuasa
manusia. "Seluruh kepala sakit dan seluruh hati lemah
lesu. Dari telapak kaki sampai kepala tidak
ada yang sehat; bengkak dan bilur dan luka baru, tidak
dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh
minyak." Yesaya 1: 5, 6. Tetapi Yesus, yang datang
dengan peri kemanusiaan dan tidak terdapat
cacat. Hadirat-Nya mempunyai kuasa menyembuhkan untuk orang
berdosa. Siapa saja yang jatuh
pada kaki-Nya, sambil berkata dengan penuh percaya,
"Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat
mentahirkan aku", akan mendengar jawab-Nya "Aku
mau, jadilah engkau tahir." Mat. 8:2, 3.
Di dalam beberapa peristiwa penyembuhan, Yesus tidak dengan
segera memberikan berkat yang
dicari. Tetapi di dalam peristiwa orang kusta-ini, pada saat
permohonan itu disampaikan pada detik
itu juga permohonannya dikabulkan. Apabila kita berdoa
memohon berkat duniawi, jawabnya
mungkin ditangguhkan, atau Allah mungkin akan memberikan
sesuatu yang lain daripada apa yang
kita minta, tetapi bukan demikian jika kita meminta
kelepasan dari dosa. Adalah kehendak-Nya
untuk menyucikan kita daripada dosa, menjadikan kita
anak-anak-Nya dan menyanggupkan kita
menghidupkan suatu kehidupan yang suci. Kristus "yang
telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-
dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang
sekarang ini, menurut kehendak Allah dan
Bapa kita." Galatia 1:4. Maka "inilah ketetapan
hati kita terhadap Tuhan, yaitu jikalau kita
memohonkan barang sesuatu menurut -kehendaknya, Ia
meluluskan permintaan kita dan jikalau kita
tahu bahwa Ia meluluskan tentang barang apa yang kita
pohonkan, maka tahulah kita bahwa kita
telah memperoleh segala permintaan yang sudah kita pohonkan
dari pada-Nya." I Yohanes 5:14, 15.
"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan
adil, sehingga Ia akan mengampuni segala
dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." I
Yohanes 1:9.
Di dalam penyembuhan
seorang yang berpenyakit tepok di Kapernaum sekali lagi Kristus
mengajarkan kebenaran yang sama. Adalah untuk menyatakan
kuasa-Nya dalam mengampuni
dosa-dosa sehingga mukjizat itu dilakukan. Dan penyembuhan
akan orang yang berpenyakit tepok ini
juga menjelaskan kebenaran indah yang lain. Hal ini penuh
dengan pengharapan dan kekuatan, dan
hubungannya dengan penipuan orang-orang Parisi, juga
mengandung suatu pelajaran berupa amaran.
Sebagaimana orang kusta, maka orang tepok ini telah hilang
segala pengharapannya, untuk
kesembuhan. Penyakitnya adalah akibat suatu hidup yang
berdosa, dan penderitaannya diperhebat
dengan rasa penyesalan. Telah lama ia mohon pada orang
Parisi dan dokter dokter, dan menunggu
kelepasan dari penderitaan pikiran dan penyakit tubuhnya.
Tetapi hanya secara dingin mereka
menyatakan bahwa ia tidak dapat lagi disembuhkan dan
meninggalkan dia dalam murka Allah.
Orang Parisi menganggap bahwa segala kesukaran hidup itu
adalah karena Allah tidak senang dan itu
sebabnya mereka menjauhkan diri dari orang yang berpenyakit
dan yang berkekurangan. Tetapi
sering orang yang merasa diri mereka itu tinggi dan suci
adalah lebih bersalah daripada orang sakit
yang mereka persalahkan itu.
Orang tepok ini telah kecewa dan merasa bahwa ia tidak akan
mendapat pertolongan dari siapa pun.
Lalu ia mendengar akan keajaiban pekerjaan Yesus. Ia
mendengar orang berkata bahwa ada orang
yang berdosa dan tidak berdaya sebagaimana dia juga telah
disembuhkan hingga orang yang
berpenyakit kusta pun telah sehat kembali. Dan
sahabat-sahabatnya yang membawa berita ini
menguatkan hatinya, dengan mengatakan bahwa jika ia dibawa
kepada Yesus dia juga akan dapat disembuhkan. Tetapi harapannya jatuh bila ia
teringat bagaimana penyakitnya telah menimpa
kepadanya. Ia akut kalau-kalau Tabib tidak mau menyabarkan
dia dalam hadirat-Nya.
Tetapi kerinduannya yang terbesar itu ialah bukannya
kesembuhan tubuh saja tetapi juga kelepasan
dari beban dosa. Jika ia dapat melihat Yesus, dan menerima
jaminan keampunan serta mendapat
perdamaian dengan surga, ia telah puas walau pun hidup atau
mati, dalam menurut akan kehendak
Allah. Tangisan orang yang akan mati ini adalah agar dia
dapat datang dan menghampiri
hadirat-Nya. Ia tidak mau membuang-buang waktu; dagingnya
makin menjadi busuk. Ia memohon
pada sahabat-sahabatnya untuk membawa dia di atas tempat
tidurnya kepada Yesus, dan
permohonannya itu mereka kabulkan dengan kerelaan hati.
Tetapi oleh karena begitu padat orang
banyak telah berkumpul di sekeliling rumah di mana
Juruselamat sedang berada, maka agak sulitlah
bagi orang sakit ini bersama teman-temannya untuk
mendapatkan Dia, atau mendengar suara-Nya.
Yesus sedang mengajar di rumah Petrus. Menurut kebiasaan
mereka, murid-murid-Nya duduk
mengelilingi Dia, "dan di sana juga hadir orang orang
Parisi dan ahli-ahli taurat yang datang dari
negeri Galilea dan Yudea serta Yerusalem." Orang-orang
ini telah datang sebagai mata-mata untuk
mencahari tuduhan melawan Yesus. Selain dari hadirin yang
terhormat ini ada pula orang-orang lain
yang hadir, yaitu
dari berbagai-bagai bangsa, yang rindu melihat Dia, yang beribadat, yang hanya
ingin mengetahui dan termasuk orang orang tidak percaya.
Berbagai-bagai bangsa dan segala lapisan
masyarakat diwakili. "Dan kuasa Tuhan pun hadir untuk
menyembuhkan." Roh kehidupan ada di
antara orang banyak, tetapi orang-orang Parisi dan ahli-ahli
taurat tidak melihat akan kehadiran-Nya.
Mereka tidak merasa perlu dan kesembuhan itu bukanlah untuk
mereka. "Ia melimpahkan segala
yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang
kaya pergi dengan tangan hampa."
Lukas 1: 53.
Berkali-kali pengusung orang tepok ini mencoba menembus
orang banyak itu, tetapi sia-sia belaka.
Orang sakit ini melihat sekelilingnya dengah suatu perasaan
kesengsaraan yang tidak terkatakan. Bila
pertolongan yang sudah lama diharapkan telah dekat, bagaimana
mungkin melenyapkan
pengharapannya? Dengan perasaan sedih ia mengusulkan pada
orang-orang yang mengusungnya
untuk mengulurkan dia dari atap rumah itu, yang datang tepat
pada kaki Yesus. Pembicaraan-Nya itu
pun terhalanglah. Juruselamat memandang pada wajah yang
penuh kesedihan serta pada mata yang
memohon kasihan yang diarahkan kepada-Nya. Yesus mengerti
maksudnya. Ia telah menarik pada
diri-Nya Roh yang bimbang dan ragu-ragu itu. Ketika orang
tepok ini masih di rumah, Juruselamat
telah membawa keyakinan pada angan-angan hatinya. Bila ia
bertobat dari segala dosa-dosanya, dan
percaya akan kuasa Yesus untuk menyembuhkan dia, anugerah
pemberi hidup Juruselamat
mula-mula memberkati hatinya yang rindu itu. Yesus telah
memperhatikan kerlipan percaya yang
pertama bertumbuh kepada iman bahwa Dia adalah satu-satunya
penolong bagi orang berdosa, dan
melihat percayanya bertumbuh oleh usahanya untuk datang
menjumpai-Nya.
Kini, dengan perkataan yang didengar sebagai alunan musik pada telinganya, Juruselamat
berkata:
"Hai anak-Ku, dosamu telah diampuni."
Beban putus asa terangkat dari jiwa orang yang sakit ini;
damai keampunan bertakhta di atas rohnya
dan bersinar pada wajahnya. Penyakitnya hilang, dan seluruh
tubuhnya diobahkan. Orang tepok yang
tidak berdaya telah disembuhkan; seorang berdosa yang
bersalah telah diampuni!
Di dalam iman yang sederhana itu dia menerima akan perkataan
Yesus sebagai suatu luapan berkat
hidup baru. Ia tidak memajukan permohonan lebih lanjut
melainkan hanya berdiam tidak dapat
berkata apa-apa karena kegembiraannya. Terang surga
menyinari wajahnya dan orang banyak pun
ternganga keheranan melihat peristiwa ini.
Rabbi-rabbi telah menunggu dengan kerinduan untuk melihat
apakah tindakan Kristus terhadap
peristiwa ini. Mereka teringat kembali bagaimana orang ini
telah datang memohon pertolongan pada mereka dan telah menolak orang-orang itu
yang berharap dan memohon untuk dikasihani. Tidak
puas dengan hal ini, mereka umumkan bahwa orang ini
menderita karena mendapat kutuk daripada
Allah atas dosa-dosanya. Perkara ini menjadi segar kembali
pada pikiran mereka bila mereka melihat
bahwa orang sakit itu kini berada di hadapan mereka. Mereka
memperhatikan semua orang yang
menyaksikan pandangan ini, dan mereka merasa sangat takut
akan kehilangan pengaruh mereka pada
orang banyak itu.
Orang-orang besar ini tidak dapat menukar perkataan, tetapi
melihat pada wajah mereka
masing-masing nampak sedang bergelora suatu pikiran bahwa
mereka patut berbuat sesuatu untuk
membendung arus perhatian orang banyak yang diarahkan kepada
Yesus. Kristus mengatakan bahwa
dosa orang sakit tepok ini telah diampuni. Orang orang
Parisi menangkap perkataan ini sebagai suatu
hujatan, dan merasa bahwa perkataan ini adalah sebagai suatu
dosa yang layak mendapat hukuman
mati. Mereka berkata di dalam hati mereka "Ia menghujat
Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa
selain daripada Allah sendiri?" Markus 2:7.
Dengan mengarahkan pandangan-Nya kepada mereka itu Yesus
berkata: "Apakah sebabnya hati
kamu berbalah-balah? Yang manakah lebih mudah, mengatakan
kepada orang sakit tepok ini:
Dosamu sudah diampunikah atau mengatakan bangunlah engkau,
angkat tempat tidurmu itu lalu
berjalan? Tetapi supaya kamu mengetahui bahwa Anak manusia
di dalam dunia ini berkuasa
mengampuni dosa, maka katanya kepada orang berpenyakit tepok
ini: Aku ini berkata kepadamu
bangunlah engkau, angkat tempat tidurmu itu, pulanglah ke
rumahmu!"
Lalu orang yang hanya dibawa dengan usungan kepada Yesus itu
pun bangkitlah dengan kekuatan
seorang muda. Darah pemberi hidup itu pun mengalirlah ke
seluruh pembuluh darahnya. Segala alat
tubuhnya dengan tiba-tiba bergerak kembali. Pancaran
kesehatan menggantikan bayangan maut."
"Pada ketika itu juga bangunlah ia, diangkatnya tempat
tidurnya itu, lalu pergi keluar di hadapan
orang sekalian itu, sehingga sekaliannya itu pun
tercengang-cenganglah serta memuliakan Allah,
katanya, Belum pernah kami melihat yang demikian ini.''
Oh, kasih Kristus yang ajaib, tunduk untuk menyembuhkan jiwa yang bersalah serta menderita!
Keilahian-Nya berduka dan telah melenyapkan penyakit manusia
yang menderita! Oh, ajaiblah kuasa
yang dinyatakan kepada manusia! Siapakah yang dapat
meragukan akan kabar keselamatan?
Siapakah yang dapat mengecilkan kemurahan Penebus yang
berkasihan itu?
Tidak ada lain, kecuali kuasa Ilahi yang dapat
mengembalikan, kesehatan kepada tubuh yang sedang
menjadi busuk itu. Suara yang sama yang telah memberikan
hidup pada waktu manusia yang
dijadikan dari lebu tanah, suara itu pulalah yang memberikan
hidup pada orang yang sakit tepok yang
hampir mati itu. Kuasa yang sama yang telah memberikan hidup
pada tubuh telah membaharui
hatinya. Ia yang pada waktu kejadian "berfirman, maka
semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka
semuanya ada." (Mazmur 33:9), Ia juga yang memberikan
hidup kepada jiwa yang mati oleh
pelanggaran dan dosa. Kesembuhan tubuh menjadi suatu bukti
kuasa yang telah membaharui hati.
Kristus meminta agar orang sakit tepok itu bangkit dan
berdiri "agar kamu boleh mengetahui,"
kata-Nya, "bahwa Anak manusia itu mempunyai kuasa di
atas dunia ini untuk mengampuni dosa."
Orang sakit tepok telah mendapat dari Kristus suatu
kesembuhan baik dalam jiwa mau pun dalam
tubuhnya. Kesembuhan kerohanian diikuti oleh kesembuhan
badani. Pelajaran ini janganlah
dilupakan. Pada zaman ini terdapat beribu-ribu orang yang
menderita penyakit badani sebagaimana
orang sakit tepok itu, yang sedang merindukan akan pekabaran
"Dosa-dosamu diampuni." Beban
dosa, dengan keinginannya yang tidak pernah merasa puas,
adalah dasar segala penyakit mereka.
Mereka tidak akan mendapat kelepasan hingga mereka datang
kepada Tabib Jiwa. Damai yang
berasal hanya daripada-Nya, dapat memberikan kekuatan kepada
pikiran dan kesehatan kepada
tubuh. Yesus telah datang untuk "membinasakan
perbuatan-perbuatan Iblis itu." "Dalam Dia ada hidup",
dan Ia berkata: "Aku datang, supaya mereka mempunyai
hidup, dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan." la adalah menjadi "roh yang
menghidupkan." I Yohanes 3:8; Yohanes 1:4; 10:10; I Kor.
15:45. Dan Ia masih mempunyai kuasa untuk memberi hidup yang
sama sebagaimana ketika Ia
berada di atas dunia ini menyembuhkan orang sakit memberi
keampunan kepada orang berdosa. Ia
"yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan
segala penyakitmu." Mazmur 103:3.
Akibat penyembuhan sakit tepok ini kepada orang banyak ialah
seakan-akan surga telah terbuka, dan
menyatakan kemuliaan suatu dunia yang lebih baik. Pada saat
orang yang telah disembuhkan ini
melewati orang banyak, ia memuji Allah pada setiap
langkahnya, dan membawa pikulannya yang
kini dirasanya sebagai bulu ayam ringannya, dan orang banyak
mundur memberikan jalan kepadanya
dengan mulut mereka ternganga keheranan dan berbisik di
antara mereka itu sendiri, katanya: "Kita
telah melihat tanda ajaib hari ini!"
Orang Parisi menjadi bisu karena keheranan pula dan merasa
dirinya kalah. Mereka melihat bahwa
pada tempat ini tidak ada kesempatan bagi perasaan cemburu
untuk menghasut orang banyak.
Perbuatan ajaib yang telah diadakan kepada orang yang mereka katakan telah mendapat murka
Allah, telah begitu berkesan kepada orang banyak sehingga
rabbi-rabbi pada saat itu telah terlupakan.
Mereka melihat bahwa Kristus mempunyai suatu kuasa yang
mereka anggap hanya daripada Allah;
namun tatacara-Nya yang lemah-lembut itu adalah bertentangan
dengan ketinggian hati mereka.
Mereka menjadi bingung dan malu, mereka telah mengenal
tetapi tidak mengakui akan seorang yang
lebih tinggi. Makin kuat bukti bahwa Yesus mempunyai kuasa
di atas dunia ini untuk mengampuni
segala dosa, makin teguh mereka dalam sifat tidak percaya
akan Dia. Dari rumah Petrus di mana
mereka telah melihat orang tepok itu disembuhkan oleh
perkataan-Nya. mereka pergi untuk
mencahari muslihat yang baru dengan maksud untuk mendiamkan
Anak Allah itu.
Penyakit badani itu biarpun berbahaya dapat disembuhkan oleh
kuasa Kristus; tetapi penyakit jiwa
itu menahan mereka yang menutup mata dari melihat terang.
Kusta dan tepok tidaklah sehebat
seperti sifat kesombongan dan sikap tidak percaya.
Di rumah orang berpenyakit tepok yang telah disembuhkan ini
sangatlah besar sukacitanya bila ia
kembali kepada keluarganya dengan membawa tempat tidurnya
yang diangkat dengan
perlahan-lahan dari hadapan mereka beberapa waktu lamanya.
Mereka datang mengerumuni dia
dengan air mata kesukaan, seakan-akan mereka tidak percaya
apa yang mereka telah lihat sekarang.
Ia berdiri di hadapan mereka itu dengan kekuatan yang baru
sebagai seorang dewasa yang sehat.
Kedua belah tangannya yang tadinya tidak dapat bergerak,
kini dapat digerakkannya menurut
kehendaknya. Daging tubuhnya yang telah kisut dan hancur itu
kini menjadi segar kembali. Ia
berjalan dengan tegapnya. Kegembiraan dan pengharapan nyata
sekali pada wajahnya, dan suatu
kenyataan kesucian dan damai telah mengambil tempat cacat
dosa dan penderitaan. Perasaan syukur
yang gembira menjadi suasana yang meliputi rumahnya, dan
Allah telah dipermuliakan melalui
Anak-Nya, yang telah mengembalikan harap kepada orang yang
telah putus harap, dan kekuatan
kepada yang tertindas. Orang ini bersama keluarganya telah sedia menyerahkan
seluruh hidup
mereka itu bagi Yesus. Tidak ada kebimbangan yang dapat
memadamkan iman mereka; tidak ada
sifat tidak percaya yang dapat menodai kesetiaan mereka itu
kepada-Nya yang telah membawa
terang ke dalam rumah tangga mereka yang dijajah oleh
kegelapan.
Pasal 28
LEWI — MATIUS
SELAIN DARI tentara Rom di Palestina, tidak ada orang yang
paling dibenci oleh rakyat daripada
seorang pemungut cukai. Sebabnya ialah pajak yang dituntut
oleh kuasa asing adalah merupakan
gangguan yang terus menerus kepada bangsa Yahudi, karena hal
ini hanyalah mengingatkan pada
mereka bahwa kemerdekaan mereka telah hilang. Dan pemungut
cukai ini bukan saja menjadi alat
penindasan Rom, tetapi mereka juga mencahari keuntungan diri
sendiri dengan menggaruk harta
orang banyak. Seorang Yahudi yang menerima pekerjaan ini di
bawah pengawasan bangsa Rom
dianggap sebagai seorang pengkhianat bangsanya. Ia dihina
sebagai seorang yang telah murtad dan
digolongkan dengan orang yang terjahat dalam masyarakat.
Matius orang Lewi ini termasuk dalam golongan ini, seorang
yang telah dipanggil untuk bekerja bagi
Kristus setelah empat murid yang lain dipanggil di Nazaret.
Orang Parisi menghakimkan Matius
menurut pekerjaannya, tetapi Yesus melihat di dalam orang
ini suatu hati yang terbuka untuk
menerima
------------
Pasal ini didasarkan atas Matius 9:9-17; Markus 2:14-22;
Lukas 5:27-39.
pekabaran. Matius telah mendengar pengajaran Juruselamat.
Pada saat Roh Allah yang meyakinkan
itu menyatakan akan hidupnya yang penuh dosa itu, ia rindu
mencahari pertolongan dari Kristus;
tetapi ia telah biasa terpencil dari rabbi-rabbi dan tidak
berpikir bahwa Guru Besar ini akan
memperhatikan dirinya.
Pada suatu hari sementara ia duduk di kursi pemungut cukai,
ia melihat Yesus yang sedang datang
menuju padanya. Ia sangat heran mendengar perkataan yang
ditujukan kepada dirinya, "Ikutlah Aku."
Oleh Matius "ditinggalkannya semua, lalu bangun
mengikut Yesus." Tidak terdapat keragu-raguan
dalam hatinya, atau pertanyaan dalam pikirannya mengenai
pekerjaannya yang akan diganti dengan
kemiskinan dan kesukaran. Telah cukup baginya jika ia telah
bersama-sama dengan Yesus, agar ia
boleh mendengar akan firman-Nya, dan bersatu dengan Dia di
dalam pekerjaan-Nya.
Demikian pula dengan murid-murid yang mula-mula dipanggil.
Apabila Yesus memanggil Petrus
dan kawan-kawannya untuk mengikuti Dia, dengan segera mereka
meninggalkan perahu dan jala
mereka itu. Beberapa dari murid-murid ini mempunyai
kawan-kawan yang hidupnya bergantung
pada mereka itu; tetapi bila mereka menerima undangan
Juruselamat, mereka tidak ragu-ragu dan
bertanya "Bagaimana saya akan hidup dan membiayai
keluargaku? Mereka patuh pada
panggilan-Nya. dan setelah itu bila Yesus bertanya kepada
mereka, "Tatkala Aku menyuruhkan
kamu keluar dengan tiada membawa pundi-pundi atau tempat
bekal atau kasut, adakah kamu
kekurangan barang sesuatu?" Maka jawab mereka itu,
"Tidak".
gembiranya mereka itu akan mengikut Dia.
Panggilan pada Matius menjadi seorang murid Kristus, telah
menimbulkan suatu kemarahan yang
besar. Bagi seorang guru agama memilih seorang pemungut
cukai dengan secara tiba-tiba menjadi
seorang pengikut-Nya adalah suatu hal yang menentang
syarat-syarat agama, sosial dan adat istiadat
bangsa. Dengan membangkitkan syak hati orang banyak, orang
Parisi berharap dapat merubah aliran
perasaan orang banyak untuk menentang Yesus.
Di antara pemungut cukai telah timbul suatu perhatian yang
baru. Hati mereka tertarik kepada Guru
Ilahi. Dalam kesukaannya karena telah menjadi seorang murid
yang baru, Matius rindu membawa
kawan-kawannya kepada Yesus. Itulah sebabnya ia telah
mengadakan suatu pesta di rumahnya sendiri, dan telah mengundang kaum keluarga
dan sahabat-sahabatnya. Bukan saja pemungut cukai
yang termasuk, tetapi banyak yang lain lagi yang nama
baiknya diragukan, dan yang dipersalahkan
oleh tetangga-tetangga mereka yang lebih teliti.
Pesta ini telah diadakan untuk menghormati Yesus, dan Ia
tidak menolak untuk menerima
kehormatan ini. Ia mengetahui dengan pasti bahwa hal ini
akan menyinggung cara-cara pesta orang
Parisi, dan janggal pada pemandangan orang banyak. Tetapi
tidak ada soal peraturan yang dapat
mempengaruhi tindakan-Nya itu. Bagi-Nya perbedaan luar itu
tidak ada artinya. Apa yang menarik
hati-Nya ialah jiwa yang haus akan air hidup.
Yesus duduk sebagai seorang
tamu terhormat di meja pemungut-cukai, oleh perasaan simpati dan
keramah-tamahan-Nya, menunjukkan bahwa Ia mengenal akan
keagungan kemanusiaan itu; dan
manusia rindu mendapat kepercayaan-Nya. Di atas hati mereka
yang haus perkataan-Nya jatuh
bersama kuasa yang memberkati serta memberikan hidup.
Dorongan yang baru telah dibangunkan,
dan kemungkinan suatu hidup yang baru terbuka bagi suatu
masyarakat yang terpencil dan dibenci
ini.
Pada perkumpulan seperti ini, bukan sedikit orang yang telah
digerakkan oleh pengajaran
Juruselamat, yang tidak mengenal Dia sampai sesudah
kenaikan-Nya. Apabila Roh Suci dicurahkan,
tiga ribu jiwa yang telah ditaubatkan dalam sehari, dan dari
antara jiwa-jiwa ini banyaklah orang
yang pertama kali mendengar akan kebenaran di meja pemungut
cukai ini dan beberapa dari mereka
itu telah menjadi pengabar Injil. Bagi Matius sendiri,
teladan Yesus di pesta itu menjadi suatu
pelajaran yang meresap di dalam jiwanya. Pemungut cukai yang
dihina itu menjadi salah seorang
pengabar Injil yang paling berserah, dan di dalam
pekerjaannya sendiri ia mengikut dengan teliti
akan jejak-jejak Tuhannya.
Apabila rabbi-rabbi mengetahui bahwa Yesus menghadiri pesta
Matius. mereka mengambil
kesempatan untuk menuduh Dia. Tetapi mereka memilih
Kepada Matius dengan kekayaannya dan kepada Andreas serta
Petrus dengan kekurangannya, ujian
yang sama telah diberikan dan penyerahan yang sama pula
dibuat oleh mereka itu masing-masing.
Pada saat mereka makmur, ialah bila jala mereka itu penuh
dengan ikan dan disaat dorongan
kehidupan yang lama menjadi lebih kuat, Yesus minta kepada
murid-murid yang berada di tepi
pantai itu untuk meninggalkan segala sesuatu untuk
pengabaran Injil. Oleh sebab itu tiap-tiap jiwa
diuji di dalam hal manakah yang lebih kuat kerinduannya bagi
harta duniawi atau persekutuannya
dengan Kristus.
Prinsip selamanya tepat. Tidak ada seorang dapat maju di
dalam pekerjaan Allah kecuali seluruh
hatinya berada di dalam pekerjaan itu dan ia menganggap
segala sesuatu itu kerugian adanya untuk
kebaikan pengetahuan Kristus. Tidak seorang pun yang masih
mempunyai cadangan dalam hidupnya
yang dapat menjadi murid Kristus, ataupun menjadi teman
kerja-Nya. Apabila manusia menghargai
akan keselamatan yang besar itu. maka pengorbanan diri yang
dilihat di dalam kehidupan Kristus
akan terlihat dalam hidup mereka itu juga. Ke mana saja Ia
pergi, dengan
gembiranya mereka itu akan mengikut Dia.
Panggilan pada Matius menjadi seorang murid Kristus, telah
menimbulkan suatu kemarahan yang
besar. Bagi seorang guru agama memilih seorang pemungut
cukai dengan secara tiba-tiba menjadi
seorang pengikut-Nya adalah suatu hal yang menentang
syarat-syarat agama, sosial dan adat istiadat
bangsa. Dengan membangkitkan syak hati orang banyak, orang
Parisi berharap dapat merubah aliran
perasaan orang banyak untuk menentang Yesus.
Di antara pemungut cukai telah timbul suatu perhatian yang
baru. Hati mereka tertarik kepada Guru
Ilahi. Dalam kesukaannya karena telah menjadi seorang murid
yang baru, Matius rindu membawa
kawan-kawannya kepada Yesus.
Itulah sebabnya ia telah mengadakan suatu pesta di rumahnya sendiri, dan
telah mengundang kaum keluarga dan sahabat-sahabatnya. Bukan saja pemungut
cukai
yang termasuk, tetapi banyak yang lain lagi yang nama
baiknya diragukan, dan yang dipersalahkan
oleh tetangga-tetangga mereka yang lebih teliti.
Pesta ini telah diadakan untuk menghormati Yesus, dan Ia
tidak menolak untuk menerima
kehormatan ini. Ia mengetahui dengan pasti bahwa hal ini
akan menyinggung cara-cara pesta orang
Parisi, dan janggal pada pemandangan orang banyak. Tetapi
tidak ada soal peraturan yang dapat
mempengaruhi tindakan-Nya itu. Bagi-Nya perbedaan luar itu
tidak ada artinya. Apa yang menarik
hati-Nya ialah jiwa yang haus akan air hidup.
Yesus duduk sebagai seorang tamu terhormat di meja
pemungut-cukai, oleh perasaan simpati dan
keramah-tamahan-Nya, menunjukkan bahwa Ia mengenal akan
keagungan kemanusiaan itu; dan
manusia rindu mendapat kepercayaan-Nya. Di atas hati mereka
yang haus perkataan-Nya jatuh
bersama kuasa yang memberkati serta memberikan hidup.
Dorongan yang baru telah dibangunkan,
dan kemungkinan suatu hidup yang baru terbuka bagi suatu
masyarakat yang terpencil dan dibenci
ini.
Pada perkumpulan seperti ini, bukan sedikit orang yang telah
digerakkan oleh pengajaran
Juruselamat, yang tidak mengenal Dia sampai sesudah
kenaikan-Nya. Apabila Roh Suci dicurahkan,
tiga ribu jiwa yang telah ditaubatkan dalam sehari, dan dari
antara jiwa-jiwa ini banyaklah orang
yang pertama kali mendengar akan kebenaran di meja pemungut
cukai ini dan beberapa dari mereka
itu telah menjadi pengabar Injil. Bagi Matius sendiri,
teladan Yesus di pesta itu menjadi suatu
pelajaran yang meresap di dalam jiwanya. Pemungut cukai yang
dihina itu menjadi salah seorang
pengabar Injil yang paling berserah, dan di dalam
pekerjaannya sendiri ia mengikut dengan teliti
akan jejak-jejak Tuhannya.
Apabila rabbi-rabbi mengetahui bahwa Yesus menghadiri pesta
Matius. mereka mengambil
kesempatan untuk menuduh Dia. Tetapi mereka memilih untuk
memperalat murid-murid-Nya.
Dengan membangkitkan prasangka mereka, maka mereka mengharap
dapat merenggangkan
murid-murid daripada Tuhan mereka. Adalah menurut peraturan
mereka untuk menuduh Kristus
kepada murid-murid-Nya dan murid-murid itu kepada Kristus,
sambil mengarahkan anak panah
mereka ke sasaran di mana mereka lebih suka dilukai. Inilah
caranya setan bekerja sejak terjadi
pemberontakan di surga, dan segala orang yang mencoba untuk
menyebabkan perpecahan dan
keretakan dihasut oleh roh setan ini.
"Apakah sebabnya Guru kamu makan bersama dengan orang
pemungut cukai dan orang berdosa?"
tanya seorang rabbi yang penuh dengan perasaan dengki.
Yesus tidak menunggu murid-murid-Nya untuk menjawab tuduhan
ini, tetapi Ia sendiri yang telah
menjawabnya dengan: "Orang yang sehat itu tiada
memerlukan tabib, hanyalah orang yang
sakit.
Tetapi pergilah kamu sambil memikirkan arti perkataan ini,
bahwa belas kasihan yang Aku
kehendaki bukanlah persembahan, karena bukannya Aku datang
memanggil orang yang benar,
hanyalah orang yang berdosa." Orang Parisi merasa
pengakuan kerohanian mereka itu telah sehat,
sebab itu tidak perlu lagi seorang tabib, di saat mereka
menganggap pemungut cukai dan orang kapir
sedang dibinasakan oleh penyakit rohani. Bukankah ini
pekerjaan-Nya, sebagai seorang tabib, pergi
kepada tiap-tiap golongan manusia yang memerlukan
pertolongan-Nya?
Tetapi walau pun orang Parisi menganggap diri mereka begitu
tinggi, sebenarnya mereka berada di
dalam suatu keadaan yang lebih buruk daripada orang-orang
yang mereka anggap hina itu. Pemungut
cukai itu tidak menyombongkan diri dan merasa diri mereka
sanggup, sehingga hati mereka lebih
terbuka bagi kebenaran. Yesus berkata kepada rabbi-rabbi
itu: "Pergilah kamu sambil memikirkan
arti perkataan ini bahwa belas kasihan yang Aku kehendaki
bukanlah persembahan.'' Dengan
demikian Ia menunjukkan bahwa tatkala mereka mengaku
mentafsirkan firman Allah, sebenarnya mereka tidak tahu sama sekali akan
rohnya.
Orang Parisi berdiam seketika lamanya, tetapi hanya menjadi
lebih keras dalam permusuhan mereka.
Sesudah itu mereka pergi mencari murid-murid Yohanes
Pembaptis, dan mencoba menghasut
mereka untuk menentang Juruselamat. Orang orang Parisi ini
tidak menerima pekerjaan pekabaran
Yohanes Pembaptis. Mereka menunjuk dengan secara menghina
pada kehidupannya yang bertarak,
kebiasaannya yang sederhana, pakaiannya yang kasar. serta
menyatakan bahwa ia adalah seorang
yang fanatik. Oleh karena ia menempelak sifat mereka yang
pura-pura itu, mereka menolak
pekabarannya dan berusaha menghasut orang banyak untuk
melawan Yohanes. Roh Allah telah
bekerja di dalam hati pengolok-pengolok ini, meyakinkan
segala dosa mereka itu; tetapi mereka
telah menolak nasihat Allah, dan mengatakan bahwa Yohanes
telah dirasuk roh setan.
Kini apabila Yesus datang bercampur gaul dengan orang
banyak, makan dan minum bersama-sama
di hadapan meja, mereka menuduh Dia sebagai seorang pelahap
dan seorang pemabuk. Orang yang
mengajukan tuduhan ini sebenarnya bersalah. Sebagaimana
Allah dilukiskan salah, dan dibungkus
oleh Setan dengan sifatnya sendiri, demikian juga dengan
pesuruh-pesuruh Allah telah dipalsukan
oleh orang-orang jahat ini.
Orang-orang Parisi tidak mau memikirkan bahwa Yesus duduk
makan bersama pemungut cukai dan
orang berdosa ini untuk membawa terang surga kepada mereka
yang sedang berada dalam
kegelapan. Mereka tidak melihat bahwa tiap-tiap perkataan
yang terbit dari bibir Guru Besar ini
adalah sebagai suatu benih yang hidup yang akan bertumbuh
dan mengeluarkan buah-buah bagi
kemuliaan Allah. Mereka telah bertekad untuk tidak menerima
terang itu; dan walau pun mereka
telah menentang pekerjaan Yohanes Pembaptis, mereka kini
sedia untuk mengadakan persahabatan
dengan murid-muridnya sambil mengharap dapat bekerja sama
dengan mereka itu untuk menentang
Yesus. Mereka mengatakan bahwa Yesus telah meniadakan
tradisi-tradisi dahulu kala; dan mereka
membandingkan kesucian dan kesetiaan Yohanes Pembaptis
dengan sikap Yesus di dalam turut
bersama dalam pesta pemungut cukai dan orang berdosa.
Murid-murid Yohanes saat itu sedang berada dalam dukacita
yang besar. Saat itu ialah sebelum
kunjungan mereka kepada Yesus dengan menyampaikan berita
mengenai Yohanes. Guru mereka
yang sangat dikasihi kini meringkuk di dalam penjara dan
mereka sangatlah bersusah hati dengan hal
ini. Dan Yesus pun tidak berusaha untuk melepaskan Yohanes,
dan juga seakan-akan merendahkan
pengajarannya. Jikalau Yohanes telah diutus oleh Allah,
mengapakah Yesus dan murid-murid-Nya
memberikan pelajaran yang sangat berbeda?
Murid-murid Yohanes tidak mempunyai pengertian yang jelas
mengenai pekerjaan Kristus; mereka
merasa bahwa ada alasan untuk tuduhan orang Parisi. Mereka
mengikuti banyak peraturan yang
dikeluarkan oleh rabbi-rabbi dan juga mengharap dibenarkan
oleh perbuatan taurat. Berpuasa
dijalankan oleh orang Yahudi sebagai suatu perbuatan
kebajikan dan orang yang benar-benar
beragama berpuasa dua hari dalam setiap minggu. Orang-orang
Parisi serta murid-murid Yohanes
sedang berpuasa bila mereka datang pada Yesus dengan
pertanyaan, "Apa sebabnya kami dan orang
Parisi pun puasa, tetapi murid-murid-Mu sendiri tidak?"
Dengan sangat lemah lembut Yesus menjawab pada mereka itu.
Ia tidak mencoba mengoreksi
pengertian mereka yang salah tentang berpuasa, tetapi Ia
hanya menjelaskan pada mereka itu
mengenai pekerjaan-Nya sendiri.
Dan Ia mengemukakan
hal ini dengan memakai gambaran yang sama yang telah digunakan oleh
Yohanes sendiri dalam kesaksiannya dari hal Yesus. Yohanes
telah berkata, "Yang empunya
mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat
mempelai laki-laki, yang berdiri dekat
dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar
suara mempelai laki-laki itu. Itulah
sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh." Yohanes
3:29. Murid-murid Yohanes tidak dapat melupakan perkataan ini dari guru mereka,
dan sementara mengemukakan ilustrasi ini, Yesus
berkata: "Bolehkah sahabat-sahabat mempelai itu disuruh
puasa olehmu, selagi ada mempelai itu
sertanya?"
Putera surga sedang berada di antara umat-Nya. Anugerah
Allah yang terbesar telah diberikan kepada
dunia. Kesukaan kepada orang miskin karena Kristus telah
datang untuk menjadikan mereka ahli
waris kerajaan-Nya Kesukaan kepada orang kaya; karena Ia
akan mengajar mereka itu bagaimana
mendapat kekayaan yang kekal. Kesukaan kepada bodoh; karena
Ia akan menjadikan mereka
bijaksana kepada keselamatan. Kesukaan kepada yang
terpelajar; karena Ia akan membuka pada
mereka rahasia yang lebih dalam yang mereka pernah selami;
kebenaran yang telah tersembunyi
sejak bumi ini dialaskan akan dibuka kepada manusia oleh
pekerjaan Juruselamat.
Yohanes Pembaptis telah bersuka melihat Juruselamat.
Alangkah gembiranya bila seorang murid
mendapat kesempatan berjalan-jalan dan berkatakata dengan
Raja surga. Ini bukan saatnya bagi
mereka untuk berduka dan berpuasa. Mereka patut membuka hati
mereka untuk menerima terang
kemuliaan-Nya, agar mereka dapat memancarkan terang itu
kepada mereka yang berada dalam
kegelapan dan dalam bayang maut.
Suatu gambaran yang terang yang diingatkan oleh perkataan
Kristus; tetapi di seberangnya terletak
suatu bayangan yang gelap, yang hanya dapat dilihat oleh
mata-Nya sendiri. "Harinya akan tiba",
kata-Nya, "apabila mempelai laki-laki akan diangkat
dari mereka itu, dan kemudian mereka akan
berpuasa pada hari-hari itu." Apabila mereka melihat
Tuhan dikhianati dan dipalangkan,
murid-murid akan berduka dan berpuasa. Dalam perkataan-Nya
yang terakhir di ruangan atas, Ia
berkata: "Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat
Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan
melihat Aku? Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan
menangis dan meratap, tetapi dunia
akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu
akan berubah menjadi sukacita."
Yohanes 16:19, 20.
Pada saat Ia keluar dari dalam kubur, duka-cita mereka akan
berubah menjadi suka-cita. Setelah Ia
naik, maka secara pribadi Ia tidak bersama-sama dengan
mereka itu lagi; tetapi melalui Penghibur, Ia
akan tetap bersama-sama dengan mereka dan tidak patut lagi
mereka berduka-cita. Hal inilah yang
dikehendaki setan. Ia menghendaki mereka itu memberikan kepada
dunia suatu kesan bahwa mereka
telah ditipu dan dikecewakan; tetapi oleh percaya, mereka
harus memandang pada kaabah yang di
dalam surga, di mana Yesus sedang bekerja bagi mereka itu;
mereka harus membuka hati mereka
kepada Roh Suci, wakil-Nya dan bersuka-cita di dalam terang
hadirat-Nya. Tetapi walau pun
demikian, hari-hari pencobaan dan ujian akan tiba, apabila
mereka akan dibawa untuk berperang
melawan penghulu-penghulu dunia ini dan pemimpin-pemimpin
kerajaan kegelapan; serta apabila
Kristus secara pribadi tidak dapat bersama-sama mereka itu,
dan mereka gagal melihat Penghibur itu,
maka ada baiknya bagi mereka untuk berpuasa.
Orang Parisi mencoba meninggikan diri mereka dengan
perbaktian secara bentuk, tetapi hati mereka
itu dipenuhi dengan perasaan cemburu dan perbantahan.
"Pandanglah" kata Kitab Suci,
"sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan
berkelahi serta memukul dengan tinju dengan
tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang
ini suaramu tidak akan didengar di
tempat tinggi. Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang
Kukehendaki, dan mengadakan hari
merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti
gelagah dan membentangkan kain
karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah
yang kausebutkan berpuasa,
mengadakan hari yang berkenan pada Tuhan?" Yesaya 58:4,
5.
Puasa yang benar bukanlah hanya mengikuti acara yang biasa.
Kitab Suci menerangkan bahwa puasa
yang telah dipilih Allah,—"membuka belenggu-belenggu
kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk,
supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan
mematahkan setiap kuk. . . apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa
yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang
tertindas." Yesaya 58:6, 10. Di sinilah letaknya roh
dan sifat pekerjaan Kristus. Seluruh
kehidupan-Nya dikorbankan untuk menyelamatkan dunia. Baik di
saat berpuasa di padang
pencobaan, atau makan sehidangan dengan pemungut-pemungut
cukai pada pesta Matius, Ia
memberikan kehidupan-Nya untuk menebus yang hilang. Bukannya
dalam duka-cita yang malas atau
di dalam pengorbanan badani dan di hadapan orang banyak, roh
penyerahan yang benar itu
dinyatakan, tetapi haruslah ditunjukkan di dalam penyerahan
diri, di dalam kerelaan hati untuk
melayani Allah dan sesama manusia.
Menyambung jawab-Nya kepada murid-murid Yohanes, Yesus telah
memberikan sebuah
perumpamaan katanya: "Maka seorang pun tiada
menampalkan secarik kain yang baharu pada
pakaian yang lama, karena koyaklah pula penampal itu, yaitu
kain yang baharu mengoyak yang lama
itu sehingga koyaknya lebih besar lagi." Pekabaran
Yohanes Pembaptis tidak patut dicampur baur
dengan tradisi dan ketahyulan. Suatu usaha untuk
mencampurkan kepura-puraan orang Parisi dengan
penyerahan Yohanes, hanyalah lebih menyatakan perbedaan di
antara mereka itu.
Atau sama pula dengan mencampurkan azas pengajaran Kristus
dengan agama orang Parisi yang
secara bentuk saja. Kristus tidak akan menutup keretakan
yang telah dibuat oleh ajaran Yohanes. Ia
akan lebih menjelaskan pemisahan di antara yang lama dan
yang baru. Lebih lanjut Yesus
menerangkan fakta ini katanya: "Seorang pun tiada
membubuh air anggur yang baru ke dalam kerbat
kulit yang lama, karena air anggur yang baharu itu kelak
memecahkan kerbat kulit." Kerbat kulit
yang dipergunakan untuk mengisi anggur baru, setelah sedikit
waktu akan menjadi kering dan rapuh
dan tidak layak lagi dipakai untuk maksud yang sama. Dalam
ilustrasi yang biasa ini Yesus
mengemukakan keadaan para pemimpin Yahudi, para imam dan
katib-katib serta
penghulu-penghulu yang telah diikat oleh roda upacara dan
tradisi. Hati mereka telah rapuh,
sebagaimana kerbat kulit air anggur yang telah kering itu.
Selama mereka tetap merasa puas dengan
suatu agama yang sah, maka mustahillah bagi mereka itu untuk
menjadi tempat simpanan kebenaran
surga yang hidup itu. Mereka merasa bahwa cukuplah dengan
kebenaran mereka sendiri, dan tidak
menghendaki lagi suatu bahan yang baru yang harus dimasukkan
ke dalam agama mereka. Kehendak
Allah yang baik bagi manusia tidak diterima oleh mereka
karena sesuatu yang terpisah dari diri
mereka sendiri. Mereka menghubungkan hal itu dengan
kebajikan mereka sendiri karena perbuatan
mereka baik yang baik itu. Iman yang bekerja oleh kasih dan
menyucikan jiwa tidak mendapat
tempat di dalam agama orang Parisi yang hanya terdiri dari
upacara-upacara dan syarat-syarat buatan
manusia. Usaha untuk mempersatukan ajaran Kristus dengan
agama yang dibangunkan akan sia-sia
belaka. Kebenaran Allah yang penting ini, sebagai anggur
yang baru, akan memecahkan berkas
tradisi bangsa Parisi yang lama serta yang sedang menjadi
busuk itu.
Orang Parisi merasa diri mereka terlalu pandai sehingga
mereka tidak memerlukan lagi petunjuk;
merasa diri mereka terlalu benar sehingga tidak memerlukan
lagi keselamatan; merasa diri mereka
terlalu tinggi sehingga tidak memerlukan lagi penghormatan
yang berasal daripada Kristus.
Iuruselamat berbalik dari mereka dan mencahari orang lain
yang akan menerima pekabaran dari
surga. Di dalam nelayan yang tidak terdidik ini, di dalam
pemungut cukai yang bekerja di
pasar-pasar, di dalam perempuan Samaria, di dalam orang
banyak yang suka mendengar Dia dengan
suka hati inilah Ia mendapat kerbat untuk anggur yang baru
itu. Perkakas yang akan dipergunakan di
dalam pekerjaan Injil ini adalah jiwa-jiwa yang dengan
gembira menerima terang yang diberikan
Allah kepada mereka itu. Mereka inilah yang menjadi
alat-alat-Nya untuk memberikan pengetahuan
dari hal kebenaran kepada seluruh isi dunia. Jika oleh
anugerah Kristus umat-Nya akan menjadi
kerbat yang baru, Ia akan mengisi mereka itu dengan anggur
yang baru pula.
Ajaran Kristus, walau pun itu diumpamakan dengan air anggur
yang baru, bukanlah berarti bahwa itu adalah suatu doktrin yang baru pula
tetapi sebaliknya adalah suatu kenyataan tentang apa yang telah
diajarkan sejak permulaan dunia. Tetapi kepada orang Parisi
kebenaran Allah itu telah hilang artinya
yang asli serta keindahannya. Bagi mereka itu ajaran Kristus
adalah sangat baru hampir dalam segala
segi, dan hal itu tidak dikenal serta tidak diketahui.
Yesus menunjukkan kuasa pengajaran palsu yang
membinasakan penghargaan dan kerinduan
seseorang terhadap kebenaran. "Tiada seorangpun"
kata-Nya, "yang minum air anggur yang lama,
ingin akan air anggur yang baharu; karena katanya, yang lama
itulah sedap rasanya." Segala
kebenaran yang telah diberikan kepada dunia melalui
bapa-bapa dan nabi-nabi bersinar dalam suatu
keindahan yang baharu dalam perkataan Kristus. Tetapi
katib-katib dan orang Parisi tidak
merindukan anggur yang baru itu. Sehingga walau pun kosong
dari tradisi lama, adat istiadat, serta
kebiasaan, dalam hati mereka tidak terdapat suatu tempat apa
pun bagi pengajaran Kristus. Mereka
bergantung pada syarat-syarat agama yang mati, dan berpaling
dari kebenaran yang hidup dan dari
kuasa Allah.
Hal inilah yang membawa kebinasaan bangsa Yahudi, dan hal
ini pulalah yang akan membawa
kebinasaan banyak jiwa pada zaman kita sekarang ini.
Beribu-ribu orang melakukan kesalahan yang
sama seperti orang Parisi yang telah ditegur oleh Kristus
pada pesta Matius itu. Daripada membuang
beberapa pendapat yang dipelihara atau menyingkirkan
beberapa pikiran terhadap berhala, banyak
yang menolak akan kebenaran yang datang dari Bapa terang.
Mereka menaruh percaya pada diri
mereka sendiri, dan bergantung pada kepandaian mereka
sendiri serta tidak mau menyadari
kekurangan kerohanian mereka. Mereka bertahan dengan suatu
pendapat bahwa merekalah yang
dapat diselamatkan dengan melakukan beberapa pekerjaan yang
penting. Apabila mereka melihat
bahwa tidak ada jalan untuk memboncengkan diri dalam suatu
pekerjaan, mereka menolak akan
keselamatan yang telah disediakan.
Agama yang menurut undang-undang tidak pernah akan membawa
jiwa kepada Kristus, karena tidak
mempunyai cinta dan tidak mempunyai Kristus. Berpuasa atau
berdoa yang didorong oleh roh
mementingkan diri sendiri menjadi suatu kebencian pada
pemandangan Allah. Perkumpulan
perbaktian yang tekun, ucapan-ucapan agama bersama,
kerendahan hati secara lahir, korban yang
mengesankan, itu semua menyatakan bahwa orang yang berbuat
perkara-perkara itu menganggap
dirinya sebagai seorang yang suci dan berhak masuk dalam
kerajaan surga, tetapi semuanya itu
adalah suatu penipuan belaka. Perbuatan kita sendiri tidak
dapat membeli keselamatan berupa apa
pun.
Sebagaimana pada zaman Kristus, begitu pula pada zaman ini;
orang-orang Parisi tidak mengetahui
kekurangan kerohanian mereka. Kepada mereka itu datanglah
pekabaran ini, "Karena engkau
berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku
tidak kekurangan apa-apa, dan
karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang,
miskin, buta dan telanjang, maka Aku
menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas
yang telah dimurnikan dalam api,
agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya
engkau memakainya, agar jangan
kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak
untuk melumas matamu, supaya
engkau dapat melihat." Wahyu 3: 17, 18.
Iman dan kasih adalah emas yang telah diuji di dalam api.
Tetapi bagi kebanyakan orang, emas itu
telah suram dan harta yang mewah itu telah hilang. Kebenaran
Kristus bagi mereka itu sebagai suatu
jubah yang tidak dapat dipakai, suatu sumber air yang tidak
dapat dijamah. Bagi mereka itu
dikatakan "Aku mencela engkau, karena engkau telah
meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu
ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan
lakukanlah lagi apa yang semula
engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang
kepadamu dan Aku akan mengambil kaki
dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat."
Wahyu 2:4, 5. "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati
yang patah dan remuk tidak akan
Kaupandang hina, ya Allah." Mazmur 51:19. Seorang harus
mengosongkan dirinya sebelum ia dapat
menjadi seorang pengikut Kristus yang sebenarnya. Apabila
diri itu disingkirkan, maka Tuhan dapat
menjadikan seseorang suatu kejadian yang baharu. Kerbat yang
baru dapatlah diisi dengan air anggur
yang baru pula. Kasih Kristus akan memberikan pada orang
percaya itu suatu kehidupan yang
baharu. Di dalam orang yang memandang kepada permulaan dan
kesudahan dari iman kita, tabiat
Kristus akan nyata.
Pasal 29
HARI SABAT
SABAT telah disucikan pada waktu kejadian. Sebagaimana telah
dijadikan bagi manusia, akan ada
asal mulanya apabila "pada waktu bintang-bintang fajar
bersorak-sorak bersama-sama, dan semua
anak Allah bersorak-sorai." Ayub 38: 7. Damai di
seluruh dunia; karena bumi adalah bersesuaian
dengan surga. "Maka Allah melihat segala yang
dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik;" dan Dia
berhenti dalam kesukaan setelah sempurna dijadikan-Nya.
Kejadian 1:31.
Oleh karena Ia telah berhenti pada hari Sabat, "Lalu
Allah memberkati hari ketujuh itu dan
menguduskannya,"—diasingkan untuk disucikan.
Diberikan-Nya kepada Adam untuk hari
perhentian. Itulah peringatan pekerjaan penciptaan, dan
menjadi tanda kuasa Allah dan kasih-Nya.
Alkitab berkata, "Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib
dijadikan-Nya peringatan," menyatakan
"Sebab apa yang tidak nampak daripada-Nya, yaitu
kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya,
dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya." Kejadian
2:3; Mazmur 111:4; Roma 1:20.
Segala sesuatu telah dijadikan oleh Anak Allah. "Pada
mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-
sama dengan Allah. . . . Segala sesuatu dijadikan oleh Dia
dan tanpa Dia tidak ada suatupun
dijadikan." Yohanes 1:1-3. Dan karena Sabat itu menjadi
peringatan akan penciptaan, tentu itu
adalah tanda dari kasih dan kuasa Kristus.
Sabat menarik pikiran kita pada alam, dan membawa kita
kepada perhubungan dengan Khalik.
Dalam nyanyian burung-burung, gemerisik pohon-pohon, dan
musik pada telinga kita masih boleh
mendengar suara-Nya yang berbicara dengan Adam di taman Eden
pada waktu angin siliran. Dan
sementara kita melihat kuasa-Nya di dalam alam kita beroleh
penghiburan, karena Kalam yang
menjadikan segala sesuatu yang memberikan hidup kepada jiwa.
Karena Allah yang sudah berfirman
"Dari dalam
gelap akan terbit terang!, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di
dalam hati
kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang
kemuliaan Allah yang nampak pada wajah
Kristus." 2 Korintus 4:6.
Itulah yang menerbitkan nyanyian ini:
"Sebab telah Kaubuat aku
bersukacita, ya Tuhan, dengan
pekerjaan-Mu,
karena perbuatan tangan-Mu
aku akan bersorak-sorai.
Betapa besarnya pekerjaan-
pekerjaan-Mu, ya Tuhan,
dan sangat dalamnya
rancangan-rancangan-Mu."
—Mazmur 92:5, 6.
Dan Roh Suci melalui nabi Yesaya mengatakan: "Jadi
dengan siapa hendak kamu samakan Allah,
dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia?. . .
Tidakkah kamu tahu? Tidakkah kamu
dengar? Tidakkah diberitahukan kepadamu dari mulanya?
Tidakkah kamu mengerti dari sejak dasar
bumi diletakkan? Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi,
yang penduduknya seperti belalang; Dia
yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya
seperti kemah kediaman!.... Dengan
siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia?
firman Yang Mahakudus.
Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang
menciptakan semua bintang itu dan menyuruh
segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka
sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha
kuat. Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub,
dan berkata begini, hai Israel: 'Hidupku tersembunyi dari
Tuhan, dan hakku tidak diperhatikan
Allahku?' Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? Tuhan
ialah Allah kekal yang menciptakan
bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah. . . . Dia
memberi kekuatan kepada yang lelah dan
menambah semangat kepada yang tiada berdaya."
"Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau,
janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan
meneguhkan, bahkan akan menolong engkau;
Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa
kemenangan." "Berpalinglah
kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, haiujung-ujung
bumi! Sebab Akulah Allah dan
tidak ada yang lain." Inilah kabar yang dituliskan di
dalam alam, di mana Sabat itu telah ditentukan
untuk dipeliharakan dan harus diingat. Apabila Allah
memanggil Israel menyucikan Sabat-Nya, Ia
berkata "sehingga itu menjadi peringatan di antara Aku
dan kamu, supaya orang mengetahui bahwa
Akulah Tuhan, Allahmu."—Yesaya 40:18-29; 41: 10; 45:22;
Yehezkiel 20:20, (R. V.).
Sabat adalah termasuk di dalam hukum yang diberikan di
Torsina; tetapi bukannya itu pernyataan
yang pertama tentang hari perhentian. Umat Israel telah
mengetahuinya sebelum datang di Torsina.
Di dalam perjalanan ke sana Sabat itu telah dipelihara. Jika
ada yang menajiskannya, Allah
memperbaiki mereka dengan mengatakan "Berapa lama lagi
kamu menolak mengikuti segala
perintah-Ku dan hukum-Ku?" Keluaran 16:28.
Hari Sabat bukannya hanya untuk orang Israel saja, tetapi
untuk dunia. Hukum itu telah diumumkan
kepada manusia di taman Eden dan mempunyai keharusan yang
tidak akan binasa, sebagaimana
halnya dengan sepuluh hukum. Dari hukum itu di mana hukum
keempat adalah salah satu
diantaranya, Kristus berkata, "Sesungguhnya selama
belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau
satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat."
Selama langit dan bumi ada, hari Sabat akan
tetap menjadi tanda daripada kuasa Khalik. Dan apabila Eden
akan kembali memberikan
kembangnya di atas dunia, maka hari Sabat Tuhan yang suci
akan dimuliakan oleh seluruhnya yang
ada pada naungan Matahari. "Sabat berganti Sabat"
penghuni dunia yang telah dibaharui itu akan
naik "sujud menyembah di hadapan-Ku, firman
Tuhan." Matius 5: 18; Yesaya 66:23.
Tidak ada peraturan lain yang diberikan kepada orang Yahudi
yang membedakan mereka daripada
bangsa-bangsa sekelilingnya sebagaimana yang dinyatakan oleh
Sabat. Tuhan merencanakan bahwa
pemeliharaannya harus menyatakan mereka sebagai penyembah
Allah. Itu adalah tanda perceraian
mereka daripada berhala, dan menjadi hubungan mereka dengan
Allah. Akan tetapi untuk
menyucikan hari Sabat, manusia sendiri harus suci. Melalui
iman mereka harus mengambil bahagian
dalam kebenaran Kristus. Pada waktu hukum itu diberikan kepada orang Israel "Ingatlah
dan
kuduskanlah hari Sabat", Allah berfirman kepada mereka
juga, "Haruslah kamu menjadi orang-orang
kudus bagi-Ku."—Keluaran 20:8; 22:31. Hanya dengan
demikian, maka Sabat itu membedakan
Israel sebagai penyembah Allah.
Pada waktu Israel memisahkan diri dari Tuhan, dan telah
gagal akan kebenaran Kristus oleh iman
mereka, hari Sabat itu telah kehilangan artinya bagi mereka.
Setan berusaha meninggikan dirinya
dan menarik manusia jauh dari Kristus, dan bekerja
memalsukan Sabat, sebab itu adalah tanda kuasa
Kristus. Para pemimpin Yahudi melaksanakan kehendak Setan
dengan mengelilingi hari perhentian
Tuhan dengan tuntutan pikulan yang berat. Pada zaman Yesus,
hari Sabat telah diputarbalikkan
sehingga pemeliharaannya mencerminkan sifat mementingkan
diri sendiri dan sekehendak hati
daripada tabiat Bapa yang penuh cinta. Rabbi-rabbi pada
hakekatnya mewakili Allah dalam
memberikan hukum yang tidak mungkin diturut oleh manusia.
Mereka mengajak bangsa itu
memandang kepada Allah sebagai orang bengis, dan berpikir
bahwa pemeliharaan Sabat yang
dituntut oleh Tuhan, telah menjadikan manusia keras hati dan
bengis. Adalah pekerjaan Kristus
untuk menjernihkan salah pengertian itu. Sekali pun
rabbi-tabbi mengikut Dia dengan permusuhan yang
kejam, Ia tidak pernah memperlihatkan untuk menyesuaikan diri dengan
tuntutan-tuntutan
mereka, tetapi menyatakan dengan jelas yakni memelihara
Sabat menurut hukum Alhh.
Pada suatu hari Sabat, sementara Yesus dan murid-murid-Nya
kembali dari tempat perbaktian,
mereka melalui ladang gandum yang sudah masak. Yesus telah
meneruskan pekerjaan-Nya sehingga
terlambat, dan sementara melalui ladang itu, murid-murid-Nya
mulai memetik gandum, dan makan
butir gandum setelah memerasnya di tangan mereka. Pada hari
lain perbuatan yang sedemikian
tidaklah membangkitkan komentar, karena seorang lalu dari
ladang gandum, kebun buah-buahan,
atau kebun anggur adalah bebas mengambilnya seberapa banyak
ia dapat makan. Lihat Ulangan
23:24, 25. Tetapi berbuat demikian pada hari Sabat adalah
perbuatan yang menajiskan. Bukan saja
pemetikan gandum disebut menyabit, tetapi juga memerasnya di
tangan adalah sebagai pekerjaan
menuai. ladi, pada pemandangan rabbi-rabbi itu adalah
pelanggaran rangkap dua.
Mata-mata langsung mengkritik kepada Yesus, katanya:
"Lihatlah murid-murid-Mu itu berbuat yang
tidak halal diperbuat pada hari Sabat."
Pada waktu dituduh melanggar Sabat di Baitesda, Yesus
melindungi diri-Nya dengan menyatakan
bahwa la adalah Anak Allah, dan menunjukkan bahwa Ia bekerja
bersama-sama dengan Bapa.
Sekarang karena murid-murid diserang, diminta-Nya para
penuduh-Nya mengambil contoh dari
Perjanjian Lama, pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang bekerja
dalam Tuhan pada hari Sabat.
Guru-guru orang Yahudi menyombongkan pengetahuan mereka akan
Alkitab, dan di dalam jawaban
Juruselamat adalah teguran yang langsung atas kebodohan
mereka tentang firman Allah yang suci.
"Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud,
ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar,
bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti
sajian, lalu memakannya . . .
padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh
imam-imam?" "Lalu kata Yesus kepada mereka:
"Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia
untuk hari Sabat." "Atau tidakkah kamu
baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat,
imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam
Bait Allah, namun tidak bersalah? Aku berkata kepadamu: Di
sini ada yang melebihi Bait Allah."
"Jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari
Sabat." Lukas 6:3, 4; Markus 2:27, 28; Matius 12:5,
6.
Kalau Daud diperkenankan untuk mengenyangkan perut yang
sudah lapar oleh memakan roti yang
sudah diasingkan itu, maka diperkenankan puh murid-murid
memenuhi keperluan mereka oleh
memetik gandum pada hari Sabat. Lagi pula, imam-imam bekerja
lebih banyak pada hari Sabat
daripada hari-hari yang lain. Sama seperti pekerjaan dunia
adalah dosa; tetapi pekerjaan imam-imam
itu adalah pelayanan kepada Tuhan. Mereka tengah
melaksanakan upacara itu yang menunjukkan
keselamatan oleh kuasa Kristus, dan pekerjaan mereka adalah
sepadan dengan rencana hari Sabat.
Tetapi sekarang Kristus sendiri telah datang. Murid-murid
dalam melakukan pekerjaan Kristus,
sedang melakukan pekerjaan Allah, yang perlu untuk
menggenapi pekerjaan itu adalah baik
diperbuat pada hari Sabat.
Kristus sedianya mengajar murid-murid-Nya dan
musuh-musuh-Nya bahwa pelayanan kepada
Tuhan itu adalah yang terutama dari semua. Rencana pekerjaan
Allah di dunia ini adalah
keselamatan umat manusia; sebab itu apa saja yang perlu
dilaksanakan pada hari Sabat dalam
menggenapkan rencana ini adalah setuju dengan hukum Sabat.
Yesus memahkotai perdebatan-Nya
dengan menyatakan diri-Nya "Tuhan atas hari
Sabat." Satu di atas semua pertanyaan dan di atas
semua hukum. Hakim yang berkuasa ini membebaskan
murid-murid-Nya daripada kesalahan,
terhadap tuduhan pelanggaran yang sedang mereka langgar.
Yesus tidak membiarkan hal itu berlalu dengan memberikan
teguran kepada musuh-musuh-Nya. Ia
mengatakan bahwa di dalam kebutaan itu mereka telah salah
akan tujuan Sabat. Ia berkata:
"Jika
memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki
ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang
yang tidak bersalah." Matius 12:7. Adat mereka
itu tidak akan mencukupkan yang kurang daripada semua
kejujuran dan kasih yang lemah lembut
yang menandai penyembah Allah yang benar.
Kembali Kristus mengulangi kebenaran bahwa korban-korban
mereka itu tidak berfaedah. Mereka
adalah sarana dan bukan tujuannya. Tujuan mereka adalah
untuk memimpin manusia kepada
Juruselamat, dan dengan demikian menyesuaikan mereka dengan
Allah. Adalah pelayanan oleh
kasih yang dinilai oleh Allah. Jika perkara ini tidak ada,
maka rentetan acara-acara itu adalah
penghinaan kepada Allah. Demikian pun dengan hari Sabat. Itu
telah direncanakan untuk membawa
manusia ke dalam perhubungan dengan Allah; tetapi apabila
pikiran dikuasai dengan
upacara-upacara yang membosankan, tujuan Sabat sudah
dirintangi. Jika hanya pemeliharaan secara
lahir saja, itu adalah penghinaan.
Pada suatu Sabat yang lain, sementara Yesus masuk ke dalam
kaabah, Ia melihat seorang yang mati
tangan sebelah. Orang orang Parisi mengamat-amati Dia, ingin
melihat apa yang Ia akan perbuat.
Juruselamat mengetahui benar bahwa dalam menyembuhkan pada
hari Sabat Ia akan dituduh
seorang pelanggar, tetapi Ia tidak ragu-ragu merubuhkan
tuntutan adat istiadat yang merintangi
Sabat. Yesus mengundang orang yang sengsara itu berdiri dan
kemudian bertanya: "Manakah yang
diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat
jahat, menyelamatkan nyawa orang atau
membunuh orang?" Adalah peribahasa di antara orang
Yahudi bahwa kegagalan berbuat baik, jika
seorang mempunyai kesempatan, adalah berbuat yang jahat;
melalaikan untuk menyelamatkan hidup
adalah membunuh. Jadi Yesus membantah rabbi-rabbi atas
alasan mereka itu: "Tetapi mereka itu
diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan
marah Ia memandang sekeliling-Nya
kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: 'Ulurkanlah
tanganmu!' Dan ia mengulurkannya,
maka sembuhlah tangannya itu." Markus 3:4, 5.
Bila ditanyakan, "Bolehkah menyembuhkan orang pada hari
Sabat?" Yesus menjawab: "Jika seorang
dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu
terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat,
tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? Bukankah
manusia jauh lebih berharga
daripada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari
Sabat." Matius 12:10-12.
Mata-mata itu tidak berani menjawab Yesus di hadapan orang
banyak, sebab takut jangan sampai
mereka terjerumus dalam kesusahan. Mereka tahu bahwa Ia
berkata yang benar. Daripada melanggar
adat istiadat, mereka mau membiarkan seorang menanggung
sengsara, sedang lebih baik melepaskan
binatang buas sebab yang punya akan kehilangan jika itu
dilalaikan. Jadi penjagaan terhadap
binatang yang bisu terlebih besar daripada manusia, yang
telah dijadikan menurut peta Allah. Ini
menjelaskan pekerjaan segala agama palsu. Mereka bersumber
dalam keinginan manusia untuk
meninggikan dirinya daripada Allah, tetapi itulah yang
mengakibatkan manusia direndahkan seperti
binatang yang kejam yang tidak berpikir. Tiap-tiap agama
yang melawan kedaulatan Allah adalah
merampas kesucian manusia pada waktu ia dijadikan, yang
harus dipulihkan kembali di dalam
Kristus. Tiap-tiap agama palsu mengajarkan penganutnya
melalaikan keperluan manusia,
kesengsaraan, dan keadilan. Injil itu adalah tinggi nilainya
kepada umat manusia sebagai bayaran
darah Yesus, dan mengajarkan kelembutan bagi yang memerlukan
dan musuh manusia. Tuhan
berkata: Maka "Aku akan membuat orang lebih jarang dari
pada emas tua, dan manusia lebih jarang
dari pada emas Ofir." Yesaya 13: 12.
Apabila Kristus berbalik kepada orang Parisi dengan
pertanyaan apakah halal berbuat baik pada hari
Sabat atau berbuat jahat, menyelamatkan atau membunuh, Ia
menghadapi mereka dengan niat
mereka yang jahat. Mereka telah mencari nyawanya dengan
kebencian yang sangat, sedang Ia
menyelamatkan banyak orang dan membawa kebahagiaan atas
orang banyak. Apakah terlebih baik
membunuh pada hari Sabat seperti yang sudah direncanakan
mereka, ataukah menyembuhkan orang sakit seperti yang dilakukan-Nya? Adakah
lebih benar mengadakan pembunuhan dalam hati pada
hari Tuhan yang suci daripada mengasihi sesama manusia, yang
dinyatakan dalam perbuatan dan
kemurahan?
Dalam penyembuhan orang yang mati tangan sebelah, Yesus
mencela adat istiadat orang Yahudi,
dan membiarkan hukum keempat berdiri sebagaimana dijadikan
Allah. "Sebab itu adalah halal
berbuat baik pada hari Sabat," kataNya. Oleh
membuangkan pembatasan orang Yahudi yang tidak
masuk di akal itu, Kristus menghormati Sabat, sedangkan
mereka yang mempersalahkan Dia tidak
menghormati hari Tuhan yang suci.
Mereka yang berpendapat bahwa Kristus telah meniadakan
taurat mengajarkan bahwa Ia melanggar
Sabat dan membenarkan murid-murid-Nya berbuat yang sama.
Mereka itu adalah mencari kesalahan
seperti yang diperbuat orang Yahudi. Dalam hal ini mereka
memutarbalikkan kesaksian Yesus
Sendiri, yang berbunyi: "Seperti Aku menuruti perintah
Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya."
Yohanes 15:10. Juruselamat dan pengikut-pengikut-Nya tidak
pernah melanggar Sabat. Kristus
adalah saksi hukum yang hidup. Tidak pernah pelanggaran
penyuruhan yang suci itu terdapat dalam
kehidupan Yesus. Sambil menoleh kepada bangsa yang menjadi
saksi yang mencari perkara untuk
membunuh Dia, Ia dapat berkata dengan tidak dapat dibantah:
"Siapakah di antaramu yang
membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?" Yohanes 8:46.
Juruselamat tidak datang untuk mengesampingkan apa yang
dikatakan oleh bapa-bapa dan
nabi-nabi; karena Dia sendirilah yang telah berkata-kata
melalui orang-orang itu. Segala kebenaran
firman Allah datangnya dari Dia. Tetapi manikam yang indah
itu telah diganti dengan ajaran palsu.
Terangnya yang indah itu telah dibuat ajaran kepada yang salah.
Tuhan rindu agar mereka
membuangkan pendapat mereka yang salah dan menggantikan
dengan kebenaran. Pekerjaan ini
hanya dapat dilaksanakan oleh tangan Ilahi. Oleh hubungannya
dengan kesalahan, kebenaran itu
telah berjasa sebab musuh Allah dan manusia. Kristus telah
datang untuk menempatkannya agar
dapat memuliakan Allah, dan mengerjakan keselamatan umat
manusia.
"Hari Sabat itu diadakan karena manusia, bukannya
manusia diadakan karena hari Sabat", kata
Kristus. Lembaga yang telah ditetapkan Tuhan adalah untuk
keuntungan umat manusia. "Sebab
semuanya itu terjadi oleh karena kamu." "Baik
Paulus, Apollos, maupun Kefas, baik dunia, hidup,
maupun mati, baik waktu sekarang, maupun waktu yang akan
datang. Semuanya kamu punya.
Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik
Allah." 2 Korinti 4:15; 1 Korinti 3:22, 23.
Sepuluh hukum itu di mana Sabat adalah salah satunya
diberikan Allah kepada umat-Nya menjadi
suatu berkat. "Tuhan, Allah kita, memerintahkah kepada
kita", kata Musa, "untuk melakukan segala
ketetapan itu dan
untuk takut akan Tuhan, Allah kita, supaya senantiasa baik keadaan kita dan
supaya Ia membiarkan kita hidup, seperti sekarang ini."
Ulangan 6:24. Melalui pemazmur kabar itu
telah diberikan kepada Israel, "Beribadahlah kepada
Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-
Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah;
Dialah yang menjadikan kita dan punya
Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
Masuklah melalui pintu gerbang-Nya
dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan
puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan
pujilah nama-Nya!" Mazmur 100:2-4. Semua yang
memeliharakan "Sabat dan tidak dinajiskannya",
Tuhan berkata: "Mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang
kudus dan akan Kuberi kesukaan di
rumah doa-Ku." Yesaya 56:6, 7.
"Sebab itu Anak manusia adalah Tuhan atas hari Sabat
juga." Perkataan ini adalah penuh dengan
pengajaran dan hiburan. Sebab Sabat itu diadakan karena
manusia, itu adalah hari Tuhan. Itu adalah
milik Kristus. Karena "segala sesuatu dijadikan oleh
Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah
jadi." Yohanes 1:3. Karena Ialah yang menjadikan segala
sesuatu, Ia telah menjadikan hari Sabat.
Olehnya Sabat itu telah diasingkan untuk peringatan akan
kejadian. Itu menunjukkan bahwa Ialah Khalik dan yang menyucikan. Itu
menyatakan bahwa Ialah yang menjadikan segala sesuatu yang di
surga dan yang di bumi, dan oleh siapa segah sesuatu
bertemu, kepala atas sidang, dan oleh
kuasa-Nya kita diperdamaikan dengan Allah. Untuk Israel, Ia
berkata: "Hari-hari Sabat-Ku juga
Kuberikan kepada mereka menjadi peringatan di antara Aku dan
mereka, supaya mereka mengetahui
bahwa Akulah Tuhan, yang menguduskan mereka." Yehezkiel
20:12. Jadi Sabat itu adalah tanda
kuasa Kristus untuk menyucikan kita. Dan itu diberikan
kepada semua yang disucikan oleh Kristus.
Sebagai tanda kuasa kepada sekalian yang oleh Yesus menjadi
sebahagian daripada Israel milik
Tuhan.
Dan lagi Tuhan berkata: "Apabila engkau tidak
menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan
urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari
Sabat 'hari kenikmatan', dan
harikudus Tuhan 'hari yang mulia', apabila engkau
menghormatinya. . . maka engkau akan
bersenang-senang karena Tuhan." Yesaya 58:13, 14. Bagi
mereka yang menerima Sabat itu sebagai
tanda kuasa Kristus untuk menjadikan dan kuasa
penebusan-Nya, itu akan menjadi kesukaan.
Melihat Kristus di dalamnya, mereka sendiri akan bersuka di
dalam Dia. Sabat itu menunjukkan
mereka kepada pekerjaan menjadikan selaku bukti dari
kuasa-Nya di dalam penebusan. Sedang kita
memikirkan damai yang ada di Eden, Sabat itu memberitahu
damai yang akan dikembalikannya
melalui Juruselamat. Setiap benda di dalam alam ini mengulangi
undangan-Nya: "Marilah kepada-
Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan
memberi kelegaan kepadamu." Matius
11:28. Pasal 30"DITETAPKANNYA DUA BELAS ORANG"
"MAKA naiklah Yesus ke atas sebuah
gunung, lalu dipanggilnya barang siapa yang
dikehendaki-Nya, maka datanglah mereka itu
kepadanya. Maka ditetapkannya dua belas orang,
supaya mereka itu bersama dengan Dia, dan
supaya mereka itu disuruh-Nya pergi mengajar orang."
Di bawah naungan pohon yang rindang di atas
gunung, tetapi agak jauh dari laut Galilea, di sanalah
dua belas orang itu dipanggil untuk
mengajar orang, dan khotbah di atas gunung diberikan.
Ladang-ladang dan bukit-bukit adalah tempat
yang disukai Yesus, dan banyak dari pengajaran-Nya
diberikan di bawah langit terbuka, daripada
di dalam kaabah atau baitulmukadis. Tidak ada kaabah
yang dapat memuat orang banyak yang
mengikuti Dia; tetapi bukanlah karena sebab itu Ia memilih
ladang-ladang dan kebun-kebun tempat untuk
mengajar. Yesus cinta akan pemandangan alam.
Bagi-Nya kaabah adalah tempat yang indah
untuk berteduh.
Adalah di bawah pohon-pohon di taman Eden
yang telah dipilih oleh penghuni yang pertama di
dunia ini sebagai kaabah mereka. Di sana
Kristus
--------------
Pasal ini dialaskan pada Markus 3 :13-19;
Lukas 6 :12-16.
telah berhubungan dengan bapa dari umat
manusia. Setelah dikeluarkan dari Firdaus, orang tua kita
yang pertama itu masih berbakti di
ladang-ladang dan kebun-kebun, dan di sana Kristus yang
berbicara dengan mereka oleh Injil kemurahan-Nya.
Adalah Kristus yang berbicara dengan Abraham
di bawah pohon jati di Mamre; dengan Ishak
yang pergi berdoa di ladang-ladang pada petang hari;
dengan Yakub pada kaki bukit di Baitel;
dengan Musa di antara gunung-gunung di padang Midian;
dan dengan anak laki-laki Daud sementara
menggembalakan dombanya. Menurut petunjuk Yesus
lima belas abad orang Ibrani telah
meninggalkan rumah mereka satu minggu dalam setahun dan akan
tinggal di dalam kemah yang diperbuat dari
cabang yang hijau "dari pohon-pohon yang elok,
pelepah-pelepah pohon-pohon korma,
ranting-ranting dari pohon-pohon yang rimbun dan dari
pohon-pohon gandarusa." Imamat 23:40.
Di dalam pendidikan murid-murid-Nya, Yesus
telah memilih mengundurkan diri dari kota ke tempat
yang tenang di ladang-ladang dan
bukit-bukit supaya lebih berpadanan dengan pelajaran
penyangkalan diri sendiri yang Ia ingin
ajarkan kepada mereka. Dan selama pekerjaan-Nya Ia senang
mengumpulkan orang banyak bersama-Nya di
bawah langit yang biru, di kaki bukit, atau di tepi
danau. Di sini, dikelilingi oleh pekerjaan
kejadian-Nya, Ia dapat mengembalikan pikiran
pendengar-pendengar-Nya dari alam buatan
kepada yang sebenamya. Di dalam pertumbuhan dan
perkembangan alam dinyatakan
prinsip-prinsip dari kerajaan-Nya. Sebagaimana manusia harus
menoleh ke bukit Tuhan, dan rnemandang akan
keajaiban perbuatan tangan-Nya, mereka dapat
mengambil pelajaran yang tidak ternilai
dari kebenaran Ilahi. Pengajaran Kristus dapat diulangi
kepada mereka di dalam sesuatu daripada
alam. Demikian pula dengan semua mereka yang pergi ke
ladang-ladang dengan Yesus di dalam hati
mereka. Mereka akan merasa dikelilingi oleh pengaruh
yang suci. Benda-benda di dalam alam
mengambil perumpamaan Tuhan kita, dan mengulangi
nasihat-Nya. Oleh berhubungan dengan Allah
di dalam alam, pikiran itu terangkat, dan hati pun
teduh.
Langkah pertama yang akan diambil dalam
organisasi sidang ialah bahwa sesudah Kristus pergi
sidang
itu adalah mewakili Dia di dunia ini. Bukannya bangunan gereja yang
mahal yang disuruh
mereka perbuat, tetapi Penebus memimpin
murid-murid-Nya kepada tempat yang disukai-Nya, dan di dalam pikiran mereka
pengalaman yang suci pada hari itu disatukan bersama-sama dengan
keindahan gunung, lembah dan laut.
Kristus memanggil rnurid-murid-Nya agar
menjadi saksi-saksi bagi-Nya, memberitahukan kepada
dunia apa yang mereka lihat dan dengar
daripada-Nya. Jabatan mereka sangat penting yang pernah
diamanatkan kepada manusia, dan adalah yang
kedua dari Kristus sendiri. Mereka itu bekerjasama
dengan Allah untuk menyelamatkan dunia ini.
Sebagaimana pada zaman Perjanjian Lama sepuluh
bapa-bapa itu berdiri mewakili orang
Israel, demikian pula kedua belas rasul berdiri mewakili
pengabaran Injil sidang.
Juruselamat mengetahui sifat-sifat mereka
yang telah dipilih-Nya; segala kelemahan dan kesalahan
mereka terbuka di hadapan-Nya; Ia
mengetahui mara bahaya yang harus mereka lalui, tanggung
jawab yang mereka pikul; dan hati-Nya
hancur memikirkan mereka itu. Semalam-malaman di atas
gunung dekat Laut Galilea Ia berdoa bagi
mereka, padahal mereka itu tertidur di kaki gunung. Pada
waktu fajar menyingsing dipanggil-Nya
mereka; karena ada sesuatu yang sangat penting untuk
diberitahukan kepada mereka.
Murid-murid ini kadang-kadang bekerja
dengan Dia dalam pekerjaan yang giat. Yohanes dan Yakub,
Andreas dan Petrus, dengan Pilipus,
Nathanael, dan Matius, adalah lebih dekat kepada-Nya daripada
yang lain-lain dan yang telah banyak
menyaksikan mukjizat-mukjizat yang diadakan-Nya. Petrus,
Yakub, dan Yohanes yang terlebih dekat
hubungannya kepada-Nya. Mereka hampir selamanya
dengan Dia, menyaksikan
mukjizat-mukjizat-Nya, dan mendengar perkataan-Nya. Yohanes adalah
yang sangat dekat dengan Kristus, jadi ia dikenal sebagai seorang yang lebih
dikasihi Yesus.
Juruselamat mengasihi mereka semua, tetapi
Yohanes memiliki sifat yang paling suka menerima. Ia
adalah yang lebih muda dari yang lain, dan
sebagaimana seorang anak yang berani ia membukakan
hatinya
kepada Yesus. Dengan demikian dia lebih bersimpati dengan Kristus dan
melalui dialah
pengajaran rohani yang terdalam dari
Juruselamat telah dinyatakan kepada umat-Nya.
Nama Pilipus adalah salah satu dari
rombongan di mana murid-murid telah dibagi-bagi. Ialah murid
yang pertama kepada siapa Kristus tujukan
perintah yang jelas, "Ikutlah Aku." Pilipus adalah dari
Baitsaida tempat Andreas dan Petrus. Ia
telah mendengarkan pengajaran Yohanes Pembaptis, dan
mendengar pemberitahuannya mengenai Kristus
Anak Domba Allah. Pilipus adalah seorang yang
sungguh-sungguh mencari kebenaran, akan
tetapi lambat sekali untuk mempercayainya. Walau pun
ia telah menggabungkan diri kepada Kristus;
namun beritanya kepada Natanael menunjukkan bahwa
ia tidak berkeyakinan penuh akan keilahian
Yesus. Sekali pun Kristus telah dimaklumkan oleh suara
dari surga bahwa Ia adalah Anak Allah,
untuk Pilipus Ia adalah "Yesus, anak Yusuf dari Nazaret."
Yohanes 1:45. Kemudian, apabila lima ribu
orang diberi makan, kurangnya kepercayaan Filipus
dinyatakan. Sekadar menguji dia Yesus
bertanya "Di manakah kita akan membeli roti, supaya
mereka ini dapat makan?" Jawab Filipus
adalah dari pihak orang yang kurang percaya: "Roti seharga
dua ratus dinar tidak akan cukup untuk
mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong
kecil saja." Yohanes 6:5, 7. Yesus berduka-cita. Walau pun Filipus
telah melihat pekerjaan-Nya, dan
telah merasa kuasa-Nya, namun ia tidak
mempunyai iman. Di waktu orang-orang Gerika bertanya
kepada Filipus tentang Yesus, ia tidak
menggunakan kesempatan itu untuk memperkenalkan mereka
kepada Juruselamat, tetapi pergi untuk
menceritakan kepada Andreas. Kemudian pada jam-jam
terakhir sebelum penyaliban, perkataan
Filipus seperti menawarkan iman: Apabila Tomas berkata
kepada Yesus; "Tuhan, kami tidak tahu
ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke
situ?" Maka kata Yesus kepadanya:
"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup . . . Sekiranya kamu
mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal
Bapa-Ku." Dari Filipus datanglah jawaban yang kurang
percaya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu
kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Yohanes 14:5-8.
Berpikir lambat, lemah dalam iman, adalah
murid yang tehh bersama dengan Yesus selama tiga tahun.
Berlawanan dengan sifat kurang percaya
Filipus adalah sifat kekanak-kanakan dari Natanael. Ia
adalah seorang yang sangat sungguh-sungguh,
seorang yang dapat mempercayai walau pun tidak
dapat dilihat dengan fakta. Namun Pilipus
adalah murid dalam sekolah Kristus, dan Guru yang besar
itu tabah dengan kekurangan percayanya dan
kebodohannya.Apabila Roh Suci dituangkan ke atas
murid-murid, Filipus menjadi seorang guru
dalam pekerjaan Ilahi. Ia tahu apa yang dikatakannya,
dan ia mengajar dengan jaminan yang
memberikan keyakinan kepada pendengarnya.
Pada waktu Kristus sedang menyediakan
murid-murid-Nya untuk pelantikan, seorang yang tidak
dipanggil mendesakkan dirinya di antara
mereka. Itulah Yudas Iskariot, seorang yang mengaku
dirinya pengikut Kristus. Ia tampil ke
muka, meminta tempat di tengah-tengah murid-murid itu.
Dengan kesungguhan yang sangat dan
tampaknya ikhlas itu ia berkata: "Guru, aku akan mengikut
Engkau, ke mana saja Engkau pergi."
Kristus bukan menolak dan bukan pula menerima dia, tetapi
hanya mengeluarkan perkataan yang
menyedihkan: "Serigala mempunyai liang dan burung
mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak
mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."
Matius 8:19, 20. Yudas percaya bahwa Yesus
itulah Mesias; dan oleh bergabung dengan rasul-rasul,
ia berharap akan memperoleh pangkat yang
tinggi di dalam kerajaan yang baharu itu. Kristus telah
memutuskan pengharapannya itu oleh
kalimatnya tentang kemiskinan-Nya.
Murid-murid-Nya ingin agar Yudas menjadi
salah seorang di antara mereka. Ia kelihatan dapat
memerintah, seorang yang cakap dan yang
berkesanggupan, dan mereka menganjurkan dia kepada
Yesus sebagai seorang yang dapat menolong
di dalam pekerjaan-Nya. Mereka merasa kaget melihat
penerimaan Yesus yang begitu dingin.
Murid-murid itu merasa kecewa karena
Kristus tidak menerima kerjasama dari pemimpin-pemimpin
Israel. Mereka merasa bahwa salah adanya
apabila tidak dikuatkan oleh menerima sokongan dari
orang-orang yang berpengaruh ini. Jikalau
Ia menolak Yudas, mereka akan mencurigai
kebijaksanaan Guru mereka itu. Sejarah
Yudas sesudah itu menunjukkan kepada mereka itu
bahayanya pemikiran secara dunia untuk
menentukan kelayakan seorang dalam pekerjaan Tuhan.
Bekerja sama dengan orang yang demikian
seperti yang diingini oleh murid-murid, akan
memberikan jalan pengkhianatan kepada
tangan musuh yang hebat.
Sekali pun demikian bila Yudas
menggabungkan diri dengan murid-murid itu, ia tidak dapat melihat
tabiat Yesus yang indah itu. Ia merasa
pengaruh kuasa Ilahi yang sedang menarik jiwa-jiwa kepada
Juruselamat. Ia yang datang bukan untuk
mematahkan gelagah yang lemah dan memadamkan sumbu
lilin yang bernyala kecil demikian juga
jiwa yang hanya memiliki satu keinginan menuju kepada
terang itu tidak akan ditinggalkan.
Juruselamat membaca hati Yudas; Ia tahu betapa dalamnya
kejahatan yang jika tidak dilepaskan
oleh kemurahan Allah, Yudas akan
tenggelam. Dalam
menghubungkan orang ini kepada diri-Nya
sendiri, Ia menempatkannya di mana ia boleh
berhubungan dengan kasih yang tidak
mementingkan diri sendiri. Jika ia mau membukakan kepada
Kristus, kemurahan Ilahi akan membuangkan
hati yang mementingkan diri sendiri, dan Yudas akan
menjadi warga kerajaan Allah.
Allah mengambil manusia sebagaimana adanya,
dengan segala sifat kemanusiaannya, dan mendidik
mereka untuk pekerjaan-Nya, jikalau mereka
mau patuh dan belajar daripada-Nya. Mereka tidak
dipilih sebab mereka sempurna, tetapi
sekali pun mereka tidak sempurna, melalui pengetahuan dan
berbuat kebenaran, melalui kemurahan
Kristus, mereka itu boleh diobahkan kepada peta-Nya.
Yudas mempunyai kesempatan seperti
murid-murid yang lain. Ia mendengarkan
pelajaran yang
sama. Akan tetapi berbuat kebenaran yang
dituntut oleh Yesus adalah berbeda dengan kehendak dan
tujuan Yudas, dan ia tidak menyerahkan
pikirannya agar dapat menerima akal budi dari surga.
Juruselamat menunjukkan kelemah-lembutan-Nya,
walau pun ia mengkhianati-Nya. Di dalam pengajaran-Nya, Kristus merenungkan
prinsip yang baik yang menegur akar kelobaannya. Ia
memperlihatkan kepada Yudas keburukan
tabiat yang loba, dan acapkali murid itu sadar bahwa
tabiatnya telah dilukiskan, dan dosanya
ditunjukkan; tetapi ia tidak mau mengaku dan meninggalkan
kejahatannya. Ia seorang yang membesarkan
dirinya saja, dan gantinya melawan percobaan, ia
selamanya meneruskan penipuannya. Kristus
ada di hadapannya, teladan yang hidup jikalau ia mau
menyabit dari hidup Ilahi itu; tetapi
pelajaran demi pelajaran tidak masuk di akal Yudas.
Yesus tidak menyatakan teguran yang tajam
atas kelobaannya, tetapi dengan kesabaran Ilahi yang
membongkar orang yang bersalah ini, sekali
pun dibuktikan bahwa Ia dapat membaca hatinya seperti
buku yang terbuka kebijaksanaan Guru mereka
itu. Sejarah Yudas sesudah itu menunjukkan kepada
mereka itu bahayanya pemikiran secara dunia
untuk menentukan kelayakan seorang dalam pekerjaan
Tuhan. Bekerja sama dengan orang yang
demikian seperti yang diingini oleh murid-murid, akan
memberikan jalan pengkhianatan kepada
tangan musuh yang hebat.
Sekali pun demikian bila Yudas
menggabungkan diri dengan murid-murid itu, ia tidak dapat melihat
tabiat Yesus yang indah itu. Ia merasa
pengaruh kuasa Ilahi yang sedang menarik jiwa-jiwa kepada
Juruselamat. Ia yang datang bukan untuk
mematahkan gelagah yang lemah dan memadamkan sumbu
lilin yang bernyala kecil demikian juga
jiwa yang hanya memiliki satu keinginan menuju kepada
terang itu tidak akan ditinggalkan.
Juruselamat membaca hati Yudas; Ia tahu betapa dalamnya
kejahatan yang jika tidak dilepaskan oleh
kemurahan Allah, Yudas akan tenggelam. Dalam
menghubungkan orang ini kepada diri-Nya
sendiri, Ia menempatkannya di mana ia boleh
berhubungan dengan kasih yang tidak
mementingkan diri sendiri. Jika ia mau membukakan kepada
Kristus, kemurahan Ilahi akan membuangkan
hati yang mementingkan diri sendiri, dan Yudas akan
menjadi warga kerajaan Allah.
Allah mengambil manusia sebagaimana adanya,
dengan segala sifat kemanusiaannya, dan mendidik
mereka untuk pekerjaan-Nya, jikalau mereka
mau patuh dan belajar daripada-Nya. Mereka tidak
dipilih sebab mereka sempurna, tetapi
sekali pun mereka tidak sempurna, melalui pengetahuan dan
berbuat kebenaran, melalui kemurahan
Kristus, mereka itu boleh diobahkan kepada peta-Nya.
Yudas mempunyai kesempatan seperti
murid-murid yang lain. Ia mendengarkan pelajaran yang
sama. Akan tetapi berbuat kebenaran yang
dituntut oleh Yesus adalah berbeda dengan kehendak dan
tujuan Yudas, dan ia tidak menyerahkan
pikirannya agar dapat menerima akal budi dari surga.
Juruselamat menunjukkan
kelemah-lembutan-Nya, walau pun ia mengkhianati-Nya. Di dalam
pengajaran-Nya, Kristus merenungkan prinsip
yang baik yang menegur akar kelobaannya. Ia
memperlihatkan kepada Yudas keburukan
tabiat yang loba, dan acapkali murid itu sadar bahwa
tabiatnya telah dilukiskan, dan dosanya
ditunjukkan; tetapi ia tidak mau mengaku dan meninggalkan
kejahatannya. Ia seorang yang membesarkan
dirinya saja, dan gantinya melawan percobaan, ia
selamanya meneruskan penipuannya. Kristus
ada di hadapannya, teladan yang hidup jikalau ia mau
menyabit dari hidup Ilahi itu; tetapi
pelajaran demi pelajaran tidak masuk di akal Yudas.
Yesus tidak menyatakan teguran yang tajam
atas kelobaannya, tetapi dengan kesabaran Ilahi yang
membongkar orang yang bersalah ini, sekali
pun dibuktikan bahwa Ia dapat membaca hatinya seperti
buku yang terbuka. Ia menyatakan di
hadapannya kesenangan untuk berbuat baik; dan di dalam
penolakan terang dari surga, Yudas tidak
akan diampuni.
Gantinya berjalan dalam terang, Yudas
memilih tinggal dalam kesalahannya. Keinginan yang jahat,
nafsu rnembalas, kegelapan dan kepala batu,
adalah kegemarannya, sehingga Setan berkuasa
sepenuhnya atas dia. Yudas mewakili musuh
Kristus.
Sewaktu ia bersama-sama dengan Yesus, ia
memiliki sifat yang baik yang dapat menjadi berkat bagi
sidang. Jikalau ia rela memikul beban
Kristus, ia mungkin menjadi pemimpin rasul-rasul; tetapi ia
mengeraskan hatinya pada waktu kejahatannya
ditunjukkan, dan dalam kesombongan dan pemberontakan memilih angan-angan
hatinya sendiri, dan dengan demikian ia tidak layak dalam
pekerjaan Tuhan.
Semua murid-murid itu mempunyai kesalahan
pada waktu Yesus memanggil mereka ke dalam
pekerjaan-Nya. Sekali pun Yohanes, yang
kemudian terdekat kepada yang lemah lembut itu, ia tidak
dengan sendirinya memiliki hati yang lemah
lembut. Ia dengan saudaranya disebut "anak guruh".
Sedang mereka bersama-sama dengan Yesus,
sesuatu penghinaan yang ditunjukkan kepada-Nya
menimbulkan kemarahan dan perkelahian.
Sifat yang tidak baik, pembalasan dendam, roh
mengeritik, berada pada murid yang dikasihi
itu. Ia bangga, dan bertujuan akan menjadi yang
pertama dalam kerajaan Allah. Tetapi hari
demi hari berlawanan dengan jiwa
kekerasannya itu, ia
memandang kelemah lembutan dan kesabaran
Yesus, dan mendengar pelajaran tentang kerendahan
hati dan kesabaran. Ia membuka hatinya
kepada pengaruh Ilahi, dan menjadi bukan hanya
pendengar, tetapi menunaikan firman
Juruselamat. Diri sendiri telah tertutup
dengan Kristus. Ia
belajar memakai gandaran dari Kristus dan
memikul beban-Nya.
Kristus menegur murid-murid-Nya, Ia
mengamarkan dan memperingatkan mereka; tetapi Yohanes
dan saudara-saudaranya tidak meninggalkan
Dia; mereka memilih Yesus, sekali pun ada celaan.
Yesus tidak undur dari mereka sebab mereka
berkelemahan dan bersalah. Mereka meneruskan
sampai kesudahan dan mengambil bahagian
dalam kesusahan-Nya serta mengikuti pelajaran dari
hidup-Nya. Oleh memandang Kristus, mereka
berubah di dalam tabiat.
Rasul-rasul itu berbeda-beda dalam sifat
dan pembawaan. Ada pemungut cukai, Lewi-Matius, dan
Simon yang bersemangat galak, seorang yang
sangat benci kepada kekuasaan Roma; Petrus yang
cakap dan gegabah, dan Yudas yang berhati
hina; Tomas, berhati jujur tetapi pemalu dan penakut;
Filipus, seorang yang berpikir lamban, dan
cenderung kepada kekecewaan, dan anak-anak Zabdi
yang bertujuan keras dan berterus-terang,
dengan saudara-saudaranya. Inilah yang dikumpulkan
bersama-sama, dengan berbagai kesalahan
mereka, semuanya dengan warisan dan kecenderungan
kepada kejahatan; tetapi di dalam dan
melalui Kristus mereka tinggal bersama di dalam keluarga
Allah, belajar menjadi satu dalam iman,
pengajaran dan roh. Mereka mempunyai ujian, duka-cita,
perbedaan pendapat mereka; tetapi apabila
Kristus tinggal di dalam hati, tiada akan ada perselisihan.
Kasih-Nya akan mendorong untuk mengasihi
satu dengan yang lain; pelajaran yang dari Kristus
mencocokkan segala perbedaan, membawa
murid-murid ke dalam persatuan, sehingga satu dalam
pikiran dan pendapat. Kristus adalah
pusatnya, dan mereka akan mendekati satu sama lain sementara
mereka mendekati pusat itu.
Pada waktu Yesus mengakhiri petunjukNya
kepada murid-murid, Ia mengumpulkan mereka dekat
kepada-Nya, bertelut di antara mereka itu
dan meletakkan tangan-Nya ke atas kepala mereka, serta
berdoa untuk mengasingkan mereka dalam
pekerjaan yang suci. Demikianlah murid-murid itu
dilantik untuk pekerjaan Injil.
Sebagai wakil-wakil Kristus di antara
manusia, Ia tidak memilih malaikat yang tidak pernah jatuh,
tetapi manusia, manusia yang sama dengan
mereka yang akan dicari untuk diselamatkan. Kristus
mengambil kemanusiaan bagi-Nya, agar Ia
dapat mencapai umat manusia. Keilahian memerlukan
kemanusiaan, karena menuntut keduanya yaitu
keilahian dan kemanusiaan untuk membawa
keselamatan kepada dunia. Keilahian
memerlukan kemanusiaan, supaya kemanusiaan boleh menjadi
saluran antara Allah dan manusia. Demikian
juga dengan hamba-hamba dan suruhan-suruhan
Kristus. Manusia perlu suatu kuasa dari
luar dirinya sendiri, untuk mengembalikan dia kepada peta
Allah, dan menyanggupkan dia untuk
mengerjakan pekerjaan Tuhan; tetapi hal ini bukanlah
meniadakan jasa manusia. Kemanusiaan
bergantung atas kuasa ilahi, Kristus tinggal dalam hati oleh
iman; dan melalui kerja sama dengan ilahi,
tenaga manusia akan berguna untuk kebaikan.
Ia yang memanggil penangkap ikan dari
Galilea masih memanggil manusia untuk melayani pekerjaan-Nya. Dan Ia ingin
menyatakan kuasa-Nya kepada kita sebagaimana kepada murid-murid-
Nya yang pertama. Bagaimanapun besarnya
dosa kita, Tuhan menawarkan kepada kita untuk bekerja
sama dengan Dia, belajar dari Kristus. Ia
mengundang kita datang di bawah petunjuk Ilahi, untuk
dipersatukan dengan Kristus, supaya kita
bisa bekerja untuk Tuhan.
"Tetapi harta ini kami punyai dalam
bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang
melimpah-limpah itu berasal dari Allah,
bukan dari diri kami." 2 Korintus 4:7. Inilah sebabnya
mengapa pengabaran Injil ini diberikan
kepada manusia yang berdosa dan bukan kepada malaikat-
malaikat. Nyatalah bahwa kuasa yang bekerja
melalui kelemahan kemanusiaan adalah kuasa Allah;
jadi kita didorong untuk mempercayai bahwa
kuasa yang dapat menolong orang lain yang lemah
sebagaimana kita lemah akan dapat menolong
kita. Dan bagi mereka sendiri yang "diliputi dengan
kelemahan" akan dapat "mengerti
orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat." Ibrani 5:2.
Sebab sudah berada dalam bahaya, bertemu
dengan kesukaran dan kesusahan, mereka dipanggil
untuk menolong orang lain yang di dalam
bahaya yang serupa. Banyak jiwa yang dikacaukan dengan
keragu-raguan, penuh dengan kelemahan dan
lemah di dalam iman, tidak dapat mengerti akan yang
Tiada Kelihatan; tetapi sahabat yang dapat
mereka lihat, datang kepada mereka
gantinya Kristus,
akan lebih mempercepat perhubungan mereka
kepada Kristus di dalam iman.
Kita bekerja sama dengan malaikat-malaikat
surga untuk menyaksikan Yesus kepada dunia. Hampir
tidak sabar lagi malaikat-malaikat menunggu
kerjasama kita; karena manusia harus menjadi saluran
perhubungan dengan manusia. Dan apabila
kita menyerahkan diri kita kepada Kristus dalam
penyerahan yang sungguh-sungguh,
malaikat-malaikat surga bersukaria karena mereka boleh
berbicara melalui suara kita untuk
menyatakan kasih Allah.
Pasal 31
KHOTBAH Dl ATAS GUNUNG
KRISTUS jarang mengumpulkan murid-murid-Nya
sendiri untuk menerima firman-Nya. Ia tidak
memilih pendengar-Nya hanya mereka yang
tahu cara hidup. Sudah merupakan tugas-Nya untuk
menghampiri orang banyak, mereka yang di
dalam kebodohan dan kesalahan. Ia memberikan
pelajaran kebenaran-Nya di mana pelajaran
itu dapat menerobos pengertian yang paling gelap pun. Ia
sendirilah kebenaran itu, berdiri dengan
gagah berani dengan tangan yang selalu siap memberi
berkat, dan di dalam perkataan amaran,
permohonan, dan penghiburan, untuk meninggikan mereka
yang datang kepada-Nya.
Khotbah di atas Gunung, sekali pun
dikatakan khusus kepada murid-murid itu, telah diucapkan pada
pendengaran orang banyak. Setelah
pengurapan rasul-rasul itu, Yesus pergi bersama mereka ke tepi
tasik. Pagi-pagi sekali orang banyak sudah
mulai berkumpul. Di samping pendengar yang biasa yang
datang dari kota-kota Galilea, terdapat
juga banyak orang dari Yudea, dari Yerusalem sendiri; dari
Perea, dari Dekapolis, dari Idumea, jauh
sebelah
------------
Pasal ini dialaskan pada Mat. 5:6, 7.
selatan Yudea; dan dari Tsur dan Sidon,
orang dari kota-kota Phoenisia dari pantai Laut Tengah.
"Sesudah mereka mendengar segala yang
dilakukan-Nya," mereka "datang untuk mendengarkan Dia
dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka.
. . . Karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan
semua orang itu disembuhkan-Nya."
Markus 3:8; Lukas 6:17-19.
Pantai yang sempit itu tidak dapat
menampung orang yang berdiri sejauh suara-Nya dapat didengar
oleh orang-orang yang rindu mendengarkan
Dia, oleh karena itu Yesus menuntun mereka balik ke
lereng gunung. Setelah sampai pada tempat
yang rata tempat orang banyak dapat berkumpul dengan
baik, duduklah Ia di atas rumput, dan
murid-murid dan orang banyak pun mengikuti teladan-Nya.
Tempat bagi murid-murid itu selamanya dekat
kepada Yesus. Orang banyak selamanya berjejal-jejal
kepada-Nya, tetapi murid-murid itu mengerti
bahwa mereka tidak disuruh pergi jauh dari
hadapan-Nya. Mereka duduk dekat Yesus agar
mereka jangan sampai kehilangan sepatah kata pun
daripada nasihat-Nya. Mereka itu pendengar
yang sungguh-sungguh, sangat ingin mengetahui
kebenaran yang mereka akan masyhurkan
kepada seluruh negeri dan segala zaman.
Dengan satu perasaan akan sesuatu yang
lebih daripada biasa yang dapat diharapkan, mereka makin
dekat kepada Kristus. Mereka yakin bahwa
kerajaan itu tidak lama lagi akan didirikan, dan mulai
dari peristiwa pada pagi hari itu mereka
merasa bahwa akan ada beberapa pengumuman yang
berhubungan dengan itu yang akan
dimaklumkan. Orang banyak itu juga berharap demikian, mereka
sangat mengharapkan bukti kerinduan mereka
itu. Ketika orang banyak duduk di rumput di kaki
bukit itu, menunggu perkataan dari Guru
Ilahi itu, hati mereka dipenuhi dengan pikiran akan
kemuliaan yang akan datang. Di sana
terdapat juga ahli-ahli torat dan orang-orang Parisi yang sangat
mengharapkan saat di masa mendatang bila
mereka menguasai bangsa Rom yang dibenci itu, serta
menikmati kekayaan dan keindahan kerajaan
duniawi. Petani-petani miskin dan penangkap ikan
berharap mendengar jaminan bahwa pondok
mereka yang buruk, makanan yang sedikit, hidup
membanting tulang, dan takut akan
kekurangan akan digantikan dengan kemewahan dan hidup yang
senang. Gantinya pakaian yang kasar yang
mereka pakai pada siang hari, dan selimut yang mereka
pakai pada waktu malam, mereka mengharapkan
bahwa Kristus akan memberikan pakaian yang
indah-indah daripada penakluk-penakluk
mereka itu. Semua digerakkan oleh kebanggaan bahwa tidak lama lagi orang Israel
akan diagungkan di hadapan bangsa-bangsa sebagai umat pilihan
Tuhan,dan Yerusalem akan dimuliakan sebagai
pusat dari segenap kerajaan.
Kristus mengecewakan pengharapan kebesaran
duniawi. Di dalam khotbah di atas Gunung Ia
berusaha mengubah haluan pekerjaan yang
telah dilakukan pendidikan palsu, dan memberikan
kepada pendengar-Nya pengertian yang benar
tentang kerajaan-Nya dan sifat-Nya yang benar.
Namun demikian Ia tidak mengadakan serangan
langsung kepada kesalahan orang banyak itu. Ia
melihat kemelaratan dunia oleh sebab dosa,
tetapi Ia tidak mengemukakan kepada mereka dengan
terang-terangan tentang kekejian mereka.
Diajar-Nya mereka tentang yang jauh lebih baik daripada
apa yang mereka telah ketahui. Tanpa
memperdebatkan pendapat mereka tentang kerajaan Allah,
diceriterakan-Nya syarat-syarat masuk ke
dalam kerajaan itu dan membiarkan mereka mengambil
kesimpulannya. Kebenaran yang diajarkan-Nya
tidak kurang pentingnya bagi kita daripada kepada
orang banyak yang mengikuti Dia. Kita tidak
boleh lebih sedikit dari mereka perlu mempelajari dasar
dasar prinsip kerajaan Allah.
Perkataan yang pertama diucapkan Kristus di
atas gunung adalah kata bahagia. Berbahagialah
mereka, kata-Nya, yang merasa dirinya
miskin rohani dan yang merasa perlu akan keselamatannya.
Injil itu harus dikabarkan kepada orang
miskin. Bukannya menyombongkan kerohanian, mereka
yang mengaku dirinya kaya dan yang tidak
memerlukan pertolongan, melainkan hanya bagi mereka
yang rendah hati dan yang menyesal.
Satu-satunya pancaran air yang dibuka bagi dosa yakni sebuah
pancaran air bagi yang lemah lembut hati.
Hati yang sombong berusaha mendapat
keselamatan; tetapi baik hak kita ke surga dan kelayakan kita
untuk itu hanya boleh didapat di dalam
kebenaran Kristus. Tuhan tidak dapat berbuat sesuatu untuk
memulihkan manusia sampai manusia itu
mengaku kelemahannya, dan mengikis segala
kesombongan diri, dan menyerahkan dirinya
ke bawah pengawasan Tuhan. Kemudian barulah ia
dapat menerima pemberian Allah yang sudah
siap untuk dicurahkan. Dari jiwa yang
merasa
kekurangannya, tidak ada yang ditahankan.
Ia tidak dihalangi datang kepada-Nya yang mempunyai
tempat tinggal penuh. "Sebab beginilah
firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang
bersemayam untuk selamanya dan Yang
Mahakudus namaNya: 'Aku bersemayam di tempat tinggi
dan di tempat kudus tetapi juga
bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk
menghidupkan semangat orang-orang yang rendah
hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang
yang remuk." Yesaya 57:15.
"Berbahagialah segala orang yang
berdukacita, karena mereka itu akan dihiburkan." Dengan
perkataan ini Kristus bukannya mengajarkan
bahwa berdukacita itu mempunyai kuasa untuk
membuangkan kesalahan dosa. Ia tidak
mengeratkan kepura-puraan atau kerendahan sekehendak
hati. Dukacita yang dikatakan-Nya itu
bukanlah hati yang diisi kemurungan dan ratap tangis.
Sementara kita menyesal akan dosa, kita
akan bersuka atas kesempatan menjadi anak-anak Allah.
Kadang-kadang kita menyesal sebab akibat
dari perbuatan yang jahat yang menimpa kita; tetapi ini
bukanlah pertobatan. Penyesalan yang
sesungguhnya akan dosa adalah akibat dari pekerjaan Roh
Suci. Roh Suci menunjukkan hati yang tiada
berterimakasih yang telah meremehkan dan
mendukakan Juruselamat, dan membawa kita
kepada penyesalan ke kaki salib. Oleh tiap-tiap dosa
Yesus dilukai lagi; dan apabila kita
memandang kepada-Nya yang telah kita tusuk, kita berdukacita
karena dosa-dosa yang membawa kepedihan
kepada-Nya. Dukacita yang demikian itu akan
membawa kepada penolakan dosa.
Dunia mungkin berpendapat bahwa penyesalan ini satu
kelemahan; tetapi itulah kekuatan yang
mengikat orang yang bertobat kepada yang
tidak terbatas dengan mata rantai yang tidak dapat
diputuskan. Dinyatakannya bahwa
malaikat-malaikat Allah membawa kembali kepada jiwa
kemurahan yang telah hilang oleh kekerasan
hati dan pelanggaran. Air mata orang-orang yang menyesal itu hanyalah rintihan
hujan yang mendahului cahaya terang kemuliaan. Dukacita ini
memaklumkan satu kesukaan yang akan menjadi
satu pancaran hidup di dalam jiwa. "Hanya akuilah
kesalahanmu, bahwa engkau telah mendurhaka
terhadap Tuhan, Allahmu" "Muka-Ku tidak akan
muram terhadap kamu, sebab Aku ini murah
hati, demikianlah firman Tuhan." Yeremia 3:12, 13.
"Kepada segala orang Sion yang
berdukacita." Ia telah berjanji memberikan "perhiasan kepala ganti
abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung,
nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar." Yesaya
61:3.
Dan bagi mereka yang berduka di dalam ujian
dan kedukaan terdapatlah penghiburan. Pahitnya
kesusahan dan penghinaan adalah lebih baik
daripada bermanja-manja dalam dosa. Melalui
kesengsaraan Allah menunjukkan kepada kita
noda kotor di dalam tabiat kita, dan oleh kemurahan
Allah kita dapat menaklukkan kesalahan
kita. Bab yang tidak tampak mengenai diri kita sendiri
dibukakan kepada kita, dan ujian datang,
apakah kita akan menerima teguran dan nasihat Allah. Jika
terbawa ke dalam ujian, kita tidak boleh
gusar dan bersungut. Kita jangan melawan, atau
menggelisahkan diri kita lepas daripada
tangan Kristus. Kita harus merendahkan jiwa di hadapan
Allah. Cara-cara Tuhan itu kurang jelas
bagi mereka yang ingin melihat sesuatu di dalam satu terang
yang berkenan bagi dirinya sendiri. Mereka
kelihatan suram dan tanpa kegembiraan kepada sifat kita
manusia. Akan tetapi jalan Tuhan adalah jalan kemurahan dan akhirnya adalah
keselamatan. Elia
tidak mengetahui apa yang diperbuatnya apabila
di padang belantara ia berkata bahwa ia sudah
cukup lama hidup, dan ia berdoa agar ia
mati saja. Allah dalam kemurahan-Nya tidak menuruti dia
pada
waktu itu. Masih ada pekerjaan yang besar yang akan dikerjakan Elia, dan
sesudah
pekerjaannya selesai, ia tidak akan binasa
dalam kekecewaan dan kesepian di padang belantara.
Bukanlah masuk liang lahat, tetapi akan
diangkat di dalam kemuliaan dengan pasukan kereta surga,
menuju takhta yang mahatinggi.
Firman Tuhan terhadap dukacita yang
demikian ialah: "Aku telah melihat segala jalannya itu, tetapi
Aku akan menyembuhkan dan akan menuntun dia
dan akan memulihkan dia dengan penghiburan;
juga pada bibir orang-orangnya yang
berkabung." "Aku mengubah perkabungan mereka menjadi
kegirangan, akan menghibur mereka dan
menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka." Yesaya
57:18; Yermia 31:13.
"Berbahagialah segala orang yang lemah
hatinya." Kesukaran yang akan kita hadapi boleh berkurang
oleh kelemah-lembutan yang tersembunyi di
dalam Kristus. Jika kita memiliki kerendahan hati
Tuhan kita, kita akan lepas dari sifat
remeh, penolakan, sakit hati, yang ke dalamnya kita terjerumus
tiap hari, dan itulah yang mencegah
kegelapan atas jiwa. Bukti yang tertinggi dari ketinggian budi di
dalam ke-Kristenan ialah pengendalian diri.
Orang yang ada di bawah kejahatan dan kebengisan
gagal memiliki sifat tenang dan roh yang
penuh kepercayaan merampok Tuhan daripada hak-Nya
untuk menyatakan di dalamnya kesempurnaan
tabiat-Nya. Kerendahan hati itu adalah kekuatan yang
memberi kemenangan kepada pengikut-pengikut
Kristus; itu adalah tanda hubungan mereka dengan
pengadilan surga.
"Tuhan itu tinggi, namun Ia melihat
orang yang hina." Mazmur 138:6. Mereka yang menunjukkan
kelemah-lembutan dan kerendahan hati
Kristus itulah yang berkenan pada pandangan Allah. Boleh
jadi dunia menganggap mereka hina, tetapi
pada pemandangan-Nya mereka tinggi nilainya. Bukan
hanya yang bijaksana, yang besar, dermawan,
akan memperoleh paspor ke halaman surga; bukan
hanya pekerja yang sibuk yang penuh
semangat dan tidak kenal berhenti. Bukan; yang rendah
hatinya, yang merindukan kehadiran Kristus,
yang lemah-lembut-hati, yang mempunyai cita-cita
tertinggi melakukan kehendak Allah—mereka
ini akan memperoleh hak masuk yang berkelimpahan.
Mereka akan berada di antara orang yang
membasuh jubah mereka dan membuat mereka putih di
dalam darah Anak domba. "Karena itu
mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait
Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-
Nya di atas mereka." Wahyu 7:15.
"Berbahagialah segala orang yang lapar
dan dahaga akan kebenaran." Perasaan tidak layak akan
menuntun hati yang lapar dan dahaga akan
kebenaran, dan kerinduan yang semacam ini tidak akan
dikecewakan. Mereka yang menyediakan tempat
di hati mereka bagi Yesus akan memahami
kasih-Nya. Semua yang rindu memakai tabiat
Allah akan dipuaskan. Roh Suci tidak pernah
membiarkan tanpa penolong akan jiwa yang
rindu kepada Yesus. Roh Suci membawa
perkara-perkara tentang Kristus dan
menunjukkannya kepadanya. Jika mata tetap ditujukan kepada
Kristus, pekerjaan Roh tidak akan berhenti
sampai jiwa itu serupa dengan peta-Nya. Unsur. kasih
sejati akan mengembangkan jiwa, memberi
kesanggupan yang lebih tinggi, untuk meluaskan
pengetahuan tentang perkara-perkara surga,
supaya tidak berhenti sampai penuh. "Berbahagialah
segala orang yang lapar dan dahaga akan
kebenaran, karena mereka itu akan dijamu sehingga
kenyang."
Yang menaruh kasihan akan beroleh kasihan,
dan yang suci hatinya akan melihat Allah. Setiap
pikiran yang kotor menajiskan jiwa,
merusakkan perasaan, ahlak dan membuangkan pengaruh Roh
Suci. Hal itu menudungi pandangan kerohanian,
agar manusia tidak dapat memandang Allah. Tuhan
mengampuni orang berdosa yang bertobat;
tetapi walau pun telah diampuni jiwa itu telah berbekas.
Semua percakapan dan pikiran yang tidak
pantas harus dihindarkan oleh orang yang mau
memperhatikan dengan jelas kebenaran
rohani.
Tetapi perkataan Kristus menutupi kebebasan
lebih luas daripada kesenangan yang tidak suci, lebih
daripada upacara kecemaran yang dihindarkan
orang Yahudi. Cinta akan diri sendiri menghalangi
kita memandang Allah. Roh orang yang
memikirkan diri sendiri menganggap Allah adalah sama
seperti dirinya sendiri, mementingkan diri.
Sebelum kita membuangkan sifat itu, kita tidak akan
dapat mengerti Dia yang mempunyai kasih.
Hanya hati yang tidak mementingkan diri, yang lemah
lembut dan mempunyai roh yang tulus, akan
melihat Tuhan sebagai "Tuhan, Tuhan, Allah penyayang
dan pengasih, panjang sabar, berlimpah
kasih-Nya dan setia-Nya." Keluaran 34:6.
"Berbahagialah segala orang yang
mendamaikan orang." Damai Kristus lahir daripada kebenaran.
Damai itu selaras dengan Allah. Dunia ini
berseteru dengan hukum Allah; orang berdosa berseteru
dengan Khaliknya; dan sebagai akibatnya
mereka saling bermusuhan satu dengan yang lain. Tetapi
penulis mazmur berkata, "Besarlah
ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak
ada batu sandungan bagi mereka."
Mazmur 119: 165. Manusia tidak dapat membuat damai. Rencana
manusia untuk penyucian dan pengangkatan
perseorangan atau masyarakat akan gagal menghasilkan
damai, sebab mereka tidak mencapai hati
nuraninya. Satu-satunya kuasa yang dapat
menciptakan
atau mengekalkan damai ialah anugerah
Kristus. Bilamana ini ditanamkan di dalam hati, itu akan
mencampakkan bujukan-bujukan jahat yang
menjadi sebab perselisihan dan percekcokan. "Sebagai
ganti semak duri akan tumbuh pohon sanobar,
dan sebagai ganti kecubung akan tumbuh pohon
murad" dan "padang gurun dan
padang kering akan bergirang, padang belantara akan bersorak-sorak
dan berbunga; seperti bunga mawar."
Yesaya 55: 13; 35:1.
Orang banyak itu heran akan pengajaran ini,
yang amat berlainan dengan ajaran dan teladan
orang-orang Parisi. Orang banyak telah
beranggapan bahwa kebahagiaan itu terdiri dari harta benda
duniawi, dan bahwa nama dan kehormatan
manusia sangat diidam-idamkan. Sangatlah
menyenangkan jika dipanggil
"Rabbi" dan dianggap seperti orang cendekiawan dan beragama, dan
jasa-jasa mereka dipaparkan di hadapan
umum. Ini dianggap sebagai mahkota kebahagiaan. Tetapi di
hadapan orang banyak Kristus menjelaskan
bahwa harta dan kehormatan duniawi adalah segala
pahala yang akan diterima oleh orang
seperti itu. Ia berkata dengan kepastian dan kuasa yang
meyakinkan terdapat dalam perkataan-Nya.
Orang banyak itu diam, dan dengan perasaan takut menudungi mereka. Mereka memandang
satu dengan yang lain dengan penuh keragu-raguan.
Siapakah dari antara mereka yang akan
diselamatkan jika ajaran Orang ini benar? Banyak orang
telah yakin bahwa Guru yang mengherankan
ini digerakkan oleh Roh Allah, dan perasaan yang
diutarakan-Nya adalah Ilahi.
Setelah menerangkan apakah kebahagiaan yang
sebenarnya dan bagaimana cara
memperolehnya,
Yesus lebih jelas menyatakan tugas
murid-murid-Nya, sebagai guru-guru yang dipilih oleh Allah
untuk memimpin orang-orang kepada jalan
kebenaran dan hidup kekal. Ia tahu bahwa mereka sering
mengalami kekecewaan dan putus asa, bahwa
mereka akan mendapat perlawanan yang hebat, bahwa
mereka akan dihinakan, dan kesaksian mereka
ditolak. Ia mengetahui dengan jelas bahwa di dalam
menjalankan pekabaran mereka, orang-orang
yang rendah hati yang mendengarkan dengan teliti
akan perkataan-Nya akan menanggung fitnah,
aniaya, penjara, dan kematian, dan kemudian
dilanjutkan-Nya:
"Berbahagialah segala orang yang
teraniaya karena kebenaran; karena mereka itu yang empunya
kerajaan surga. Berbahagialah kamu apabila
orang mencela kamu dan menganiaya kamu serta
mengumpat kamu dengan dusta oleh sebab Aku.
Bersuka-citalah kamu sambil bersuka-ria, sebab
besarlah pahalamu di surga: karena
sedemikian itu juga segala nabi yang dahulu daripada kamu,
terkena aniaya."
Dunia mengasihi dosa, dan membenci
kebenaran, dan inilah yang menyebabkan permusuhan kepada
Yesus. Semua yang menolak kasih-Nya yang
tiada taranya itu akan merasa bahwa ke-Kristenan itu
merupakan unsur yang menyulitkan. Terang
dari Kristus menjauhkan kegelapan yang menudungi
dosa-dosa mereka, dan perlunya pembaharuan dinyatakan.
Sementara orang-orang yang berserah
kepada pengaruh Roh Suci memulai peperangan
di dalam diri mereka sendiri, barang siapa yang
berpaut kepada dosa berperang melawan
kebenaran dan utusan-utusannya.
Dengan demikian pertengkaran sudah terjadi
dan pengikut-pengikut Kristus dituduh sebagai
pengacau orang banyak. Tetapi perhubungan
dengan Allah itulah yang menjadikan mereka musuh
dunia ini. Mereka itu menanggung hinaan
karena Kristus. Mereka mengikuti jejak jalan yang telah
dijejaki oleh yang termulia di dunia ini.
Bukannya dengan dukacita melainkan dengan sukaria, walau
pun menghadapi aniaya. Setiap api ujian
adalah jalan Tuhan untuk menghaluskan mereka.
Masing-masing melayakkan mereka bagi
pekerjaan mereka sebagai orang yang bekerjasama dengan
Allah. Setiap kesukaran mempunyai tempatnya
dalam kebenaran yang besar itu dan masing-masing
akan menambahkan kesukaan kemenangan mereka
yang terakhir. Memandang hal ini, ujian iman
dan kesabaran mereka akan diterima dengan
tulus daripada ditakuti dan disingkirkan. Ingin
memenuhi kewajiban mereka kepada dunia ini,
menetapkan keinginan mereka pada persetujuan
Allah, hamba-hamba-Nya harus memenuhi
setiap kewajiban, dengan tiada menghiraukan ketakutan
atau persetujuan sesama manusia.
"Kamu inilah garam dunia," kata
Kristus. Janganlah menarik diri dari dunia ini dengan maksud untuk
meluputkan diri dari aniaya. Kamu harus
tinggal di antara manusia, agar kesenangan kasih Ilahi
menjadi seperti garam untuk mencegah dunia
ini dari kemerosotan.
Hati yang menyambut pengaruh Roh Suci
adalah saluran yang melalui itu berkat Tuhan mengalir.
Jika mereka yang melayani Allah dikeluarkan
dari dunia dan Roh-Nya ditarik dari antara manusia,
maka dunia ini akan tinggal sunyi-senyap
dan rusak, sebagai hasil dari kekuasaan setan. Walau pun
orang jahat tidak mengetahuinya, mereka
berhutang budi atas berkat-berkat dalam kehidupan ini
yang ada sampai saat ini, di dalam dunia
ini, karena adanya umat Tuhan yang mereka hinakan dan
tindas. Tetapi jika orang Kristen hanya di
dalam nama saja, mereka itu hanyalah bagaikan garam
yang sudah tawar. Mereka tidak mempunyai
pengaruh untuk kebaikan dalam dunia ini. Oleh
gambaran buruk yang ditunjukkan tentang
Allah, maka mereka itu lebih jahat daripada orang-orang yang tidak percaya.
"Kamu ini terang dunia." Orang
Yahudi berpikir untuk membatasi keselamatan itu kepada bangsa
mereka sendiri; tetapi Kristus menunjukkan
kepada mereka bahwa keselamatan itu adalah seperti
cahaya matahari. Ia milik dunia. Agama
Alkitab itu bukanlah terbatas di antara sebuah sampul buku,
dan bukan pula sampai di dinding sebuah
gereja. Bukan pula dikeluarkan sekali-sekali untuk
keperluan kita sendiri, dan kemudian dengan
hati-hati dikesampingkan lagi. Itulah yang menyucikan
kehidupan sehari-hari, untuk menyatakan
dirinya sendiri di dalam tiap-tiap urusan transaksi dan di
dalam segala urusan sosial kita.
Tabiat yang benar tidak dibentuk dari luar,
dan diletakkan; ia bersinar dari dalam. Jika kita ingin-
menuntun orang-orang lain di dalam jalan
kebenaran, azas-azas kebenaran haruslah disimpan dalam
hati kita sendiri. Pengakuan iman kita
boleh jadi dapat menyatakan teori agama, tetapi perbuatan kita
yang mengkhotbahkan firman kebenaran.
Kehidupan yang tetap, percakapan yang suci, kejujuran
yang tidak menyimpang, Roh yang giat dan
murah hati, teladan yang baik,—inilah pengantara yang
olehnya terang itu disampaikan kepada
dunia.
Kristus tidak memikir hukum secara
terperinci, tetapi la tidak membiarkan
pendengar-pendengar-Nya mengambil
kesimpulan bahwa Ia datang untuk mengesampingkan segala
tuntutan hukum itu. Ia mengetahui bahwa
mata-mata selalu siap sedia untuk menangkap tiap-tiap
perkataan-Nya yang mungkin dapat diputar
balikkan untuk melayani tujuan mereka. Ia mengetahui
prasangka yang ada di dalam pikiran
kebanyakan para pendengar-Nya, dan Ia tidak mengatakan
apa-apa untuk mengacaukan iman mereka di
dalam agama dan lembaga-lembaga yang telah
diberikan kepada mereka melalui Musa.
Kristus Sendirilah yang telah memberikan kedua-duanya
baik hukum moral mau pun hukum syariat. Ia
bukannya datang hendak merusakkan keyakinan yang
ada di dalam petunjuk-Nya sendiri. Oleh
karena penghormatan-Nya yang besar terhadap hukum dan
nabi-nabi sehingga Ia berusaha memecahkan
dinding tradisi yang telah mengelilingi orang-orang
Yahudi. Meski pun Ia mengesampingkan
tafsiran mereka yang palsu tentang hukum, dengan hati-hati
Ia mengawasi murid-murid-Nya supaya jangan
mendiamkan kebenaran yang diamanatkan kepada
orang Ibrani.
Orang Farisi menyombongkan diri mereka
sendiri atas penurutan kepada hukum; tetapi mereka
hanya mengetahui sedikit tentang
azas-azasnya melalui perbuatan setiap hari sehingga perkataan
Kristus kedengaran bertentangan dengan yang
asli. Meski pun Ia mengikis omong kosong yang telah
menutupi kebenaran, mereka pikir Ia
membuang kebenaran itu sendiri. Mereka berbisik satu kepada
yang lain bahwa Ia meremehkan hukum itu. Ia
membaca pikiran mereka dan menjawab kepada
mereka, sambil berkata:
"Jangan kamu sangkakan Aku datang
hendak merombak hukum Taurat atau kitab nabi-nabi;
bukannya Aku datang hendak merombak,
melainkan hendak menggenapkan." Di sini Ia membantah
tuduhan orang orang Parisi itu. Tugas-Nya
ke dunia ini ialah membenarkan tuntutan yang suci dari
hukum itu yang mereka tuduh Dia sedang
merombaknya. Jika sekiranya hukum Allah
boleh
diobahkan atau dihilangkan, maka Kristus
tidak perlu menanggung kesengsaraan akibat
pendurhakaan kita. Ia datang untuk
menerangkan hubungan antara hukum kepada manusia, dan
untuk menerangkan ajaran-Nya melalui hidup
penurutan-Nya.
Allah telah memberikan kepada kita
ajaran-ajaran-Nya yang kudus, sebab Ia mengasihi umat
manusia. Untuk melindungi kita dari akibat
pelanggaran, Ia menunjukkan prinsip-prinsip kebenaran.
Hukum itu adalah satu pernyataan pikiran
Allah; apabila diterima di dalam Kristus, maka itu menjadi
pikiran kita. Ajaran itu mengangkat kita di
atas keinginan alami dan kecenderungannya, di atas
pencobaan yang menuntun kepada dosa. Allah
rindu agar kita berbahagia, dan Ia memberikan syariat
hukum itu agar dengan menurutnya kita
beroleh kesenangan. Waktu kelahiran-Nya
malaikat-malaikat menyanyi:
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang
mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia
yang berkenan kepada-Nya," (Lukas
2:14), telah dinyatakannya prinsip-prinsip hukum sehingga Ia
datang untuk mengagungkan dan
memuliakannya.
Waktu hukum itu diproklamirkan dari gunung
Torsina, Allah memberitahukan kepada manusia
kesucian tabiat-Nya agar oleh
membandingkannya mereka dapat melihat dosa mereka sendiri.
Hukum itu telah diberikan untuk meyakinkan
mereka dari dosa, dan menyatakan perlunya
Juruselamat bagi mereka. Ini terlaksana
apabila azas-azas itu telah ditetapkan ke dalam hati oleh Roh
Suci. Pekerjaan ini masih tetap berlaku. Di
dalam kehidupan Kristus prinsip-prinsip hukum itu telah
nyata dengan jelas; dan sedang Roh Suci
menjamah hati, sedang terang Kristus menyatakan kepada
manusia perlunya mereka akan darah-Nya yang
menyucikan dan pembenaran oleh kebenaran-Nya,
hukum itu masih tetap merupakan alat yang
membawa kita kepada Kristus, sehingga kita dapat
dibenarkan oleh iman. "Taurat Tuhan
itu sempurna, menyegarkan jiwa." Mazmur 19:8.
"Hingga langit dan bumi lenyap,"
kata Yesus, "satu noktah atau satu titik pun sekali-kali tiada akan
lenyap daripada hukum Taurat itu sampai
semuanya telah jadi." Matahari bercahaya di langit, dunia
yang teguh yang engkau diami, adalah
saksi-saksi Allah bahwa hukum-Nya tidak berubah, dan kekal.
Walau pun mereka itu lenyap, perintah Ilahi
itu akan tetap berdiri. "Lebih mudah langit dan bumi
lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal." Lukas 16:17.
Upacara-upacara menunjuk
kepada Yesus sebagai Anak Domba Allah
dihapuskan ketika. kematian-Nya; tetapi ajaran Sepuluh
Hukum adalah kekal sebagaimana takhta Allah
kekal adanya.
Karena "hukum Allah itu sempurna
adanya," setiap perubahan daripadanya mestilah yang jahat.
Orang orang yang tidak menurut hukum Allah,
dan mengajar orang berbuat yang sama, dihukum
oleh Kristus. Kehidupan penurutan
Juruselamat memenuhi tuntutan hukum; hal ini membuktikan
bahwa hukum itu dapat dilakukan di dalam
kehidupan manusia dan menunjukkan keluhuran tabiat
sehingga penurutan dipertumbuhkan.
Barangsiapa yang menurut sama seperti penurutan-Nya
menyatakan bahwa hukum itu "kudus,
benar dan baik." Roma 7:12. Sebaliknya, barangsiapa yang
melanggar hukum Allah berarti membantu
pernyataan Setan bahwa hukum itu tidak adil, dan tidak
dapat diturut. Dengan demikian mereka
menguatkan penipuan pembohong besar itu dan
melemparkan hinaan atas Allah. Mereka itu
adalah anak-anak si jahil, yang pertama-tama melawan
hukum Allah. Memperkenankan mereka masuk
surga berarti membawa masuk kembali unsur
perpecahan dan pemberontakan, dan
membahayakan kesejahteraan semesta alam. Tidak seorang pun
yang akan masuk kerajaan itu yang sengaja
melanggar salah satu azas hukum Allah.
Rabbi-rabbi menganggap kebenaran mereka
surat izin masuk ke surga; tetapi Yesus mengatakan
bahwa itu tidak cukup dan tidak ada
artinya. Upacara secara lahir dan pengetahuan teoritis akan
kebenaran adalah undang-undang kebenaran
orang Parisi. Rabbi-rabbi atas mengaku suci oleh usaha
mereka menurut hukum; tetapi perbuatan
mereka telah menceraikan kebenaran dari agama. Sedang
mereka amat cermat di dalam mengadakan
upacara-upacara kehidupan mereka tidak senonoh dan
hina. Apa yang disebut kebenaran mereka
tidak dapat membawa masuk ke dalam kerajaan surga.
Penipuan yang terbesar daripada pikiran
manusia pada zaman Kristus ialah hanya oleh menyetujui
kebenaran yang mereka anggap sebagai
kebenaran. Di dalam semua pengalaman umat manusia satu
pengetahuan teoritis saja tidak cukup untuk
menyelamatkan jiwa. Itu tidak mengeluarkan buah-buah
kebenaran. Satu perhatian yang disertai
perasaan cemburu untuk apa yang disebut kebenaran agama
sering menyertai kebencian atas kebenaran
yang sejati seperti yang dinyatakan di dalam kehidupan.
Bab-bab yang tergelap dalam sejarah
dibebani dengan catatan perbuatan-perbuatan kejahatan yang
dilakukan oleh orang orang beragama yang
sangat fanatik. Orang Parisi mengaku bahwa mereka
adalah anak-anak Ibrahim, dan membanggakan
petunjuk-petunjuk Allah yang ada pada mereka; meski pun demikian keuntungan ini
tidak melindungi mereka daripada mementingkan diri sendiri,
permusuhan, loba, dan kemunafikan yang
hina. Mereka menganggap bahwa merekalah yang paling
beragama di dunia, tetapi apa yang mereka
sebut berpegang pada agama membawa mereka
menyalibkan Tuhan kemuliaan itu.
Bahaya yang sama masih tetap ada. Banyak
orang yang hanya mengambil nama Kristen saja, hanya
karena mereka setuju kepada rukun agama tertentu
saja. Tetapi mereka tidak mempraktekkan
kebenaran itu di dalam kehidupan. Mereka
belum percaya dan mencintainya, oleh karena itu mereka
belum menerima kuasa dan kemurahan yang
datang melalui penyucian oleh kebenaran. Manusia
dapat saja mengaku percaya akan kebenaran;
tetapi jika hal itu tidak menjadikan mereka tulus, manis
budi, sabar, menahan nafsu, memikirkan hal
semawi, itu akan menjadi kutuk bagi yang mengaku
memilikinya, dan melalui pengaruh mereka
itulah mendatangkan kutuk kepada dunia ini.
Kebenaran yang diajarkan oleh Kristus
adalah kecocokan hati dan kehidupan untuk menyatakan
kehendak Allah. Orang berdosa dapat menjadi
benar hanya oleh percaya kepada Allah dan
memelihara hubungan yang amat penting
dengan Dia. Jadi kesalehan yang sejati akan mengangkat
pikiran dan meninggikan taraf hidup. Jadi
bentuk agama secara lahiriah sepadan dengan kesucian
hidup Kekristenan. Dengan demikian
upacara-upacara yang dituntut di dalam melayani Allah
bukanlah upacara yang tidak berfaedah,
seperti yang dibuat oleh orang-orang Farisi yang munafik.
Yesus mengambil hukum itu secara terpisah,
dan menerangkan dalamnya dan lebarnya tuntutannya.
Gantinya menghapuskan satu noktah dari
kekuasaannya, Ia menunjukkan betapa luas daya cakup
prinsip-prinsip itu, dan menunjukkan
kesalahan orang Yahudi dalam penurutan mereka secara lahir.
Dikatakan-Nya bahwa oleh pikiran jahat atau
pandangan hawa nafsu, hukum Allah telah dilanggar.
Barang siapa yang menggabungkan diri kepada
perbuatan yang tidak adil yang kecil berarti
melanggar hukum dan merendahkan ahlaknya
sendiri. Pembunuhan yang mula-mula terjadi dalam
pikiran. Barang siapa yang memberikan
tempat kebencian di dalam hatinya ialah meletakkan
kakinya pada jalan pembunuhan, dan
persembahannya ialah kebencian kepada Allah.
Orang-orang Yahudi menanamkan roh dendam.
Di dalam kebencian mereka kepada orang
Rom
mereka mengeluarkan ucapan yang mencela,
dan berkenan kepada orang jahat dengan jalan
menyatakan yang bertalian dengan sifatnya
itu. Jadi mereka telah mendidik diri mereka sendiri
melakukan perbuatan yang mengerikan yang menuntun mereka ke arah itu. Di dalam
hidup
keagamaan orang-orang Parisi tidak ada
sesuatu yang memujikan kesalahan kepada orang kafir.
Yesus minta supaya mereka jangan menipu
diri sendiri dengan pikiran bahwa mereka dapat
membangkitkan di dalam hati perlawanan
terhadap penindas mereka, menghasratkan saat membalas
dendam atas kesalahan mereka itu.
Memang benar bahwa ada kemarahan yang boleh
dikatakan benar, sekali pun pada
pengikut-pengikut Kristus. Apabila mereka
melihat bahwa Allah dihina, dan pelayanan-Nya
diperbantahkan, apabila mereka melihat
orang yang tidak bersalah ditindas, amarah yang patut
timbul dalam jiwa. Amarah yang demikian,
terbit dari moral yang halus, bukanlah dosa. Tetapi
mereka yang menimbulkan perasaan yang
membangkit-bangkitkan amarah atau dendam ialah
membukakan hati kepada Setan. Kepahitan dan
kebencian haruslah dibuangkan dari jiwa jika kita
mau selaras dengan surga.
Lebih jauh Yesus mengatakan hal seperti
ini. Kata-Nya: "Sebab itu, jikalau engkau hendak
mempersembahkan persembahanmu di tempat
korban, dan di sana engkau teringat, bahwa
saudaramu ada sakit hati maka tinggalkanlah
persembahanmu pada tempat kurban itu, baliklah
engkau berdamai dahulu dengan saudaramu,
lalu kembalilah pula mempersembahkan
persembahanmu." Banyak orang yang
sungguh-sungguh di dalam perbaktian agama, sementara di
antara mereka dan saudara-saudara mereka
banyak perbedaan yang perlu diperdamaikan. Allah menuntut agar mereka melakukan
dengan segenap kuasa untuk memulihkan persesuaian. Kecuali
mereka berbuat perkara ini, Ia tidak dapat
menerima pelayanan mereka itu. Tugas-tugas orang
Kristen di dalam hal ini telah ditunjukkan
dengan jelas.
Allah mencurahkan berkat-berkat-Nya kepada
semua orang. "Ia menjadikan matahari bersinar atas
orang jahat dan atas orang baik, dan
menurunkan hujan atas orang yang benar dan atas orang yang
tidak benar." "Ia baik terhadap
orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang
jahat." Lukas 6:35 Ia mengundang kita
supaya serupa dengan Dia. "Berkatilah orang yang mengutuk
akan dikau" kata Yesus;
"berbuatlah baik kepada mereka yang benci akan kamu . . . agar kamu boleh
menjadi anak-anak Bapamu yang di
surga." Inilah prinsip-prinsip dari hukum, dan mereka itulah
mata air hidup.
Cita-cita Allah bagi anak-anak-Nya ialah
lebih tinggi daripada apa yang dapat dicapai oleh pikiran
manusia. "Hendaklah kamu sempurna,
sebagaimana Bapamu yang di surga sempurna adanya
perintah ini adalah suatu perjanjian.
Rencana keselamatan bermaksud untuk melepaskan kita
sepenuhnya dari kuasa setan. Kristus selalu
memisahkan jiwa yang bertobat dari dosa. Ia datang
untuk memusnahkan pekerjaan si jahat, dan
Ia telah mengadakan ikhtiar agar Roh Suci dicurahkan
kepada tiap-tiap jiwa yang bertobat, untuk
memelihara dia daripada dosa.
Agen-agen Setan janganlah dianggap sebagai
maaf untuk suatu perbuatan yang salah. Setan sangat
gembira apabila didengarnya orang-orang
yang mengaku pengikut Kristus mengadakan maaf untuk
tabiat mereka yang bercela. Maaf inilah
yang membawa ke dalam dosa. Tidak ada maaf
untuk
berdosa. Perangai yang suci, hidup seperti
Kristus, dapat dicapai oleh tiap-tiap anak Allah yang
bertobat dan percaya.
Bercita-cita menjadi seperti Kristus adalah
pantas menjadi sifat orang Kristen. Sebagaimana Anak
manusia sempurna di dalam hidup-Nya,
demikian pula pengikut-pengikut-Nya sempurna di dalam
hidup mereka. Yesus di dalam segala sesuatu
dijadikan sama dengan saudara-saudara-Nya. Ia
menjadi daging, sama seperti kita. Ia
lapar, haus dan letih. Ia dibantu oleh makanan dan tidur yang
segar. Ia turut merasai perasaan manusia;
walau pun demikian Ialah Anak Allah yang tiada bercacat
cela. Ia adalah Allah di dalam daging.
Tabiat-Nya harus menjadi milik kita. Tuhan berkata kepada
mereka yang percaya kepada-Nya. "Aku
akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di
tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi
Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku." 2
Korintus 6:16.
Kristus adalah anak tangga yang dilihat
oleh Yakub, alasnya di bumi ini, dan ujungnya sampai di
pintu surga, di ambang pintu kemuliaan.
Jikalau tangga itu telah gagal oleh satu langkah mencapai
bumi ini, sudah pasti kita hilang. Tetapi
Kristus telah mendapatkan kita di mana kita berada. Ia telah
mengambil sifat kita dan mengalahkannya,
agar kita oleh mengambil sifat-Nya dapat
mengalahkannya; Terbuat "serupa dengan
daging yang dikuasai dosa karena dosa" (Roma 8:3), Ia
hidup tanpa dosa. Sekarang oleh
keilahian-Nya Ia berpegang pada takhta surga, sedangkan dengan
kemanusiaan-Nya Ia datang kepada kita. Ia
mengundang kita melalui iman di dalam Dia untuk
memperoleh kemuliaan sifat Allah. Dengan
demikian kita harus sempurna, sebagairnana "Bapa kita
yang di surga sempurna adanya."
Yesus telah menunjukkan apa kebenaran itu,
dan menunjukkan kepada Allah sebagai sumbernya.
Sekarang Ia berpaling kepada pelaksanaan
tanggung jawab itu. Di dalam memberi sedekah, di dalam
doa, di dalam puasa, Ia berkata: janganlah
dilakukan semata-mata untuk menarik perhatian atau
untuk memuliakan diri sendiri. Berilah
dengan tulus hati, untuk memenuhi penderitaan orang yang
miskin. Di dalam doa, biarlah jiwa itu
berhubungan dengan Allah. Di dalam berpuasa, jangan pergi
dengan kepala tunduk, dan hati dipenuhi
dengan pikiran akan diri sendiri. Hati orang Parisi tandus
dan merupakan tanah yang kering, tempat
bibit-bibit Ilahi itu tidak dapat bertumbuh. Orang yang menyerahkan dirinya
sepenuhnya kepada Allah dengan tidak terbatas akan memberikan pelayanan
yang layak kepada-Nya. Karena melalui
persahabatan dengan Allah manusia menjadi teman pekerja
dengan Dia di dalam menyatakan sifat-Nya di
dalam kemanusiaan.
Pelayanan yang dibaktikan dengan sungguh
sungguh hati besar ganjarannya. "Bapamu yang tak dapat
dilihat itu akan memberi berkat dengan
limpahnya." Oleh hidup yang kita terima dengan kemurahan
Kristus tabiat dibentuk. Keindahan yang
sejati itu mulai dipulihkan ke dalam jiwa. Sifat-sifat tabiat
Kristus diberikan, dan peta Allah mulai
bersinar. Wajah pria dan wanita yang berjalan dan
bekerjasama Allah menyatakan damai surga.
Mereka dikelilingi oleh suasana surga. Bagi jiwa-jiwa
ini kerajaan Allah telah dimulai. Mereka
telah memiliki kegembiraan Kristus, kegembiraan yang
menjadi berkat bagi sesama manusia. Mereka
memiliki kehormatan karena menerima Kristus dalam
pekerjaan-Nya; mereka dipercaya melakukan
pekerjaan-Nya di dalam nama-Nya.
"Tiada seorang dapat melayani dua
tuan." Kita tidak dapat melayani Allah dengan hati yang
terbagi-bagi. Agama Alkitab itu bukanlah
satu pengaruh di antara banyak yang lain; pengaruhnya
itulah yang tertinggi, memenuhi dan
menguasai sekaliannya. Bukanlah pula seperti percikan cat di
sana-sini di atas kain, tetapi ia memenuhi
segenap hidup, seakan-akan kain layar itu dicelupkan ke
dalam cat, sampai tiap-tiap benang telah
tercelup baik, menjadi warna yang indah.
"Sebab itu jika matamu jujur, seluruh
tubuhmu akan bercahaya terang. Tetapi jika matamu jahat,
seluruh tubuhmu akan penuh dengan
kejahatan." Kesucian dan keteguhan hati adalah syarat-syarat
menerima terang dari Allah. Orang yang
ingin mengetahui kebenaran harus mau menerima segala
sesuatu yang dinyatakan di dalamnya. Ia
tidak dapat berkompromi dengan kesalahan. Jika tidak tetap
dan hanya setengah-setengah hati di dalam
kepatuhan kepada kebenaran berarti memilih kegelapan
dosa dan penipuan Setan.
Peraturan dunia dan prinsip kebenaran yang
tidak tergoyahkan janganlah dipadukan dengan yang
lain, sebagaimana warna-warna dari pelangi.
Di antara keduanya, garis yang lebar dan jelas ditarik
oleh Allah yang kekal. Keserupaan Kristus
berbeda daripada Setan, seperti siang yang terang berbeda
dengan gelap gulita. Dan hanyalah mereka
yang menghidupkan hidup Kristus yang bekerjasama
dengan Dia. Jikalau satu dosa ditaruh dalam
jiwa atau satu kebiasaan yang salah masih ada dalam
kehidupan, maka seluruh tubuh itu ternoda.
Manusia menjadi alat kejahatan.
Semua yang memilih melayani Tuhan tinggal
di dalam penjagaan-Nya. Kristus menunjuk pada
burung-burung yang terbang di udara, kepada
bunga-bunga di ladang, dan meminta
pendengar-pendengar memperhatikan
benda-benda kejadian Tuhan. "Bukankah kamu jauh melebihi
dari burung-burung itu?" kata-Nya.
Matius 6:26. Ukuran perhatian Ilahi yang dicurahkan kepada
sesuatu benda sebanding derajatnya di dalam
neraca. Burung pipit yang kecil dijaga oleh Allah.
Bunga-bunga di ladang, rumput-rumput yang
menutupi bumi turut dalam perhatian dan penjagaan
Bapa yang di sorga. Guru Besar itu
memperhatikan bunga bakung, menjadikan mereka begitu indah
sehingga mereka melebihi kemuliaan Solaiman.
Betapa besar bagi penjagaan-Nya kepada manusia,
yang dijadikan menurut peta dan kemuliaan
Allah. Ia ingin agar anak-anak-Nya
menyatakan tabiat
yang serupa dengan Dia di hadapan orang
banyak itu. Sebagaimana sinar matahari membuat
bunga-bunga itu berwarna-warni, demikian
Allah memberikan kepada jiwa keindahan tabiat-Nya.
Semua yang memilih kerajaan-kasih,
kebenaran dan damai Kristus, menjadikan perhatiannya lebih
penting dari yang lain, dihubungkan dengan
dunia yang di atas, dan tiap-tiap berkat yang diperlukan
untuk kehidupan ini menjadi milik mereka.
Di dalam buku Tuhan, masing-masing kita diberi suatu
halaman. Halaman itu berisi sejarah-hidup
kita; sekali pun rambut kepala dihitung. Anak-anak Allah
tidak pernah dilupakan-Nya.
"Janganlah kamu kuatir akan hari
besok" Mat. 6:34. Kita mengikut Kristus hari demi hari. Tuhan
tidak menganugerahkan bantuan untuk besok.
Ia tidak memberikan kepada anak-anak-Nya semua petunjuk untuk perjalanan hidup
mereka sekaligus, supaya jangan mereka itu menjadi bingung. Ia
mengatakan kepada mereka seberapa banyak
yang dapat mereka ingat dan perbuat. Kekuatan dan
akal budi yang diberikan adalah untuk
keadaan darurat sekarang ini. "Tetapi apabila di antara kamu
ada yang kekurangan hikmat,"—untuk
hari ini,—"hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang
memberikan kepada semua orang dnegan murah
hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka
hal itu akan diberikan kepadanya."
Yakobus 1:5.
"Janganlah kamu menuduh orang, supaya
jangan kamu dituduh." Janganlah kamu berpikir bahwa
kamu lebih baik dari orang lain, dan jangan
angkat dirimu sebagai hakim mereka. Sedang kamu tidak
dapat melihat motif, engkau tidak sanggup
menghukumkan orang lain. Di dalam mengeritik dia,
kamu mengundang hukuman atasmu; karena
nyatalah kamu turut campur dengan Setan, penuduh
saudara-saudaramu itu. Allah berkata:
"Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam
iman. Selidikilah dirimu!" Inilah
tugas kita. "Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak
menimpa kita." 2 Kor. 13:5; 1 Kor.
11:31.
Pohon yang baik itu akan menghasilkan buah
yang baik. Jikalau buahnya tidak enak dan tidak
berharga, pohon itu tidak baik. Demikian
pula buah dibuahkan di dalam kehidupan menjadi saksi
keadaan hati dan kesempurnaan tabiat.
Perbuatan yang baik tidak dapat membeli keselamatan, tetapi
perbuatan itu ialah bukti iman yang bekerja
oleh kasih dan membersihkan jiwa. Dan walau pun upah
yang kekal itu tidak diberikan sebab jasa
kita, tetapi itu akan sepadan dengan pekerjaan yang telah
dikerjakan melalui anugerah Kristus.
Jadi Kristus menyatakan asas-asas
kerajaan-Nya, dan menunjukkan kepada mereka menjadi
peraturan hidup yang besar, supaya
pelajaran itu lebih berkesan Ia menambahkan sebuah
perumpamaan. Tidaklah cukup, kata-Nya,
bagimu hanya mendengar perkataan-Ku. Oleh penurutan
engkau harus menjadikannya dasar tabiatmu.
Diri senditi itu adalah seperti pasir yang berpindah.
Jikalau engkau mengalaskannya di atas teori
dan penemuan manusia, rumahmu akan rubuh. Oleh
angin percobaan, ujian yang hebat, ia akan
dihanyutkan. Tetapi dengan prinsip yang telah Aku
berikan itu akan tetap berdiri, Terimalah
Aku, bangunkanlah atas firman-Ku.
"Setiap orang yang mendengar
perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang
bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas
batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir,
lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah
itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu." Mat. 7:24,
25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar